Tipe: Koran
Tanggal: 1995-01-07
Halaman: 09
Konten
HALAMAN 9 Bali Post LTUR Sabtu Umanis, 7 Januari 1995 ak Slonding menyunting gamelan slonding untuk memperindah kakawin da- lam gaya metaforanya. Juga dalam kakawin Hariwangsa karya Mpu Panuluh di zaman Kadiri, gamelan slonding telah bergaung. Berlanjut pada periode Majapahit akhir (lebih kurang 1400-an) ada sebuah kakawin bernama Wittayana menguraikan tentang metrum-metrum kakawin, di mana salah satu contoh guru lagu Madrakanya memakai kosa kata slonding. Pada Woorden Boek, karya Dr. H.N Van Der Tuuk, juga ada kutipan pemakaian kosa kata slonding. Dengan demikian, slon- ding bisa jadi bermakna keindahan (kalangwan), yang telah menggetarkan para kawiangdon lango. Sering suara slonding dilukiskan ber-taluktak atau kerap diya- kinkan, suara slonding hanya itu-itu-saja. Tetapi bagi yang men- dengarkan dengan batinnya dan mampu berkomunikasi dengan keindahan suara slonding, akan dapat memahami keindahan itu. Mengapa Sakral Pertanyaan yang barangkali kini amat menohok, mengapa slonding disakralkan? Ini harusnya dimulai dari jejak-jejak yang telah ditinggalkan oleh keberadaan slonding. Sebut saja nama Cri Jaya Cakti yang memerintah Bali tahun 1052-1072 Caka. Raja ini amat banyak menerbitkan prasasti, di antaranya di Manikliu (1055), Campetan (1061), Bebandem (1062), Landih, Nongan, Buahan (1068), Depaa, Prasi (1070), Sading (1072), Tapak Gang- sul dan Dausa. Barangkali bisa dimulai dari Prasati Campetan yang menyebut- kan tentang adanya pajak yang disebut '(pa) salunding'. Di situ tersirat, di Desa Campetan ada instrumen bernama slonding. Juga dilaporkan oleh pihak Museum Bali (Drs. Wayan Widia- 1978), dan slonding ini sebagian di-sthana-kan di pohon besar, dipuja sebagai Prthiwi. Artinya slonding di situ disakralkan. Keberadaan slonding juga bisa dilihat dari luas wilayah keraja- an di bawah pemerintahan Sri Maharaja Jaya Pangus yang meli- puti daerah Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Buleleng dan Karangasem. Peta penyebaran situs slonding yang tercatat dalam prasasti meliputi daerah Buleleng (prasasti Jagaraga), Bangli ter- catat pada prasasti Buahan, kemudian prasasti Campaga A tahun 1103 Caka, Prasasti Penida Kaja, dan Prasasti Bugbug. Masih ada catatan panjang mengenai penyebaran slonding ini, yang mengisyaratkan konteks penggunaan slonding tidak pernah lepas dari kegiatan sosialisasi masyarakat Hindu, dari kebesaran sastra Hindu sampai zaman Bali Kuna, bahkan di abad 20 ini. Di antara gamelan, slonding mendapat tempat paling sakral dalam upacara agama. Menurutajaran Weda, pranawa atau Om- kara sebagai nyasa untuk mewujudkan Tuhan Yang Mahaesa yang transendental pada dunia imanen. Tuhan Acintya (tak ter- bayangkan), diwujudkan dengan aksara Omkara. Atau secara sederhana dalam kosep Narayana Upanisad dinyatakan, 'Om' terdiri dari tiga mantra, yaitu huruf A-kara, U-kara dan Ma-kara. Di situ ada Brahma, Wisnu dan Mahadewa Iswara. Bila ketiganya disandikan akan berbunyi 'Om atau pranawa. Hindu memuja Tuhan menyerukan puja 'Om'. Lalu di manakah sembunyi ke- kuatan atau kharisma slonding, serta mengapa gamelan ini disa- kralkan? Menurut lontar Prakempa, semua tetabuhan atau gamelan la- hir dari suaraning genta pinara pitu. Suara genta pinara pitu adalah suara sejati yang berasal dari suara alam semesta. Karena- nya dikenal Asta Suara, di mana terkait unsur apah, pertiwi, akasa. Atau bila direnungkan lebih jauh, menurut Bhagawan Wiswakarma, Asta Suara ini sumber dari Dasa Suara, yaitu lima suara patut pelog sebagai pralingga Sang Hyang Brahma dan lima suara patut slendro sebagai pralingga Sang Hyang Pancaksara. Unsur dewata merupakan prabhawa dari Ida Sang Hyang Widi Wasa, yang malingga pada dasa suara yang dihimpun menjadi 'gegamelan', kadang maknanya menjadi pegangan. Atau bisa mulai dengan penjabaran sederhana mengenai Sang Hyang Iswara (Dang), Brahma (Ding), Mahadewa (Deng) Wisnu (Dung) dan Icana (Dong), yang merupakan Panca Dewata pada suara pelog panca nada. Sedangkan Mahesora (Ndang), Ludra (Nding), Sangkara (Ndeng), Sambu (Ndung), Ciwa/Budha (Ndong) yang disebut Sang Hyang Pancaksara berada pada suara slendro. Inti sarinya, kesepuluh suara itu disebut dengan suara genta pinara pitu. Perlu Arah Jelas Pelestarian Slonding membuat KETIKA kali pertama me- enal samar-samar. Kalaupun lain itu, barangkali dapat di- lihat seperangkat slonding, berusaha mendekat akan ter- pertimbangkan entah lewat potret, atau saat sekat oleh serangkaian 'keri- partitur gending-gending berada dalam suatu upacara kuhan', bahkan mungkin ra- slonding untuk disebarkan di besar, barangkali pikiran se- sa takut akan terjadinya ke- kalangan pecinta gamelan. derhana akan berbisik, ah ha- salahan yang bisa berakibat Kemudian mungkin di sela nya gamelan. Apa hebatnya? fatal. Dan terbukti, banyak latihan sekeha-sekeha tabuh Apa bedanya dengan perang- penelitian terhadap keber- dilakukan latihan menabuh kat gamelan lain? adaan slonding seolah meng- slonding secara 'imajiner'. uatkan bahwa slonding ter- masuk 'barang langka dan Artinya, berlatih menabuh Apalagi jika selintas men- memang wajar sulit didekati. slonding dengan mengguna- dengarkan mitologi meng- Ini menghambat jalan keluar kan barangkali alat gamelan enai awal mulanya kelahiran atau jalan tengah untuk u- lain, namun materinya berisi slonding. Di Tenganan, mi- paya pelestariannya. Padahal nada-nada yang sama dengan salnya, ada mitologi yang me- upaya ke arah menjaga kesi- nada slonding. Bukankah nyebutkan, di zaman dulu nambungan hidup slonding anak-anak sebelum belajar orang-orang di desa itu men- sangat perlu, tanpa mengusik menabuh gong, kadang juga dengar suara gemuruh luar kesakralannya dalam per- biasa dari angkasa. Suara itu spektif yang luas, bukan sa- datang bergelombang, mirip kral dalam arti sempit. gema panjang dengan ke- kuatan besar. Pada gelom- bang pertama suara itu jatuh di Bungaya dan pada tahap kedua turun di Tenganan Pe- geringsingan. Suara gemuruh yang jatuh ke bumi ternyata gambelan slonding (salon- ding?). Slonding atau salonding la- zimnya terbuat dari besi. diawali dengan berlatih di a- tas cungklik? Sebab meles- tarikan slonding, tidaklah semata-mata urusan peles- tarian gamelan biasa. Di da- lamnya terkandung 'persoal- Jelas Arah an' peradaban tua yang ber- Jalan keluar itu, salah satu- putar mengikuti pusaran nya mungkin dengan mulai zaman dengan kekuatan Om- menginformasikan keber- kara (Hyang Widhi) di da- adaan slonding secara konti- lamnya. nyu, dengan penawaran akan adanya kesempatan untuk mengenali basic dan elemen slonding sebagai materi. Ke- mudian memahami filosofi- Cok Sawitri Yang masih lengkap bisa di- nya, tujuan dan fungsinya di Sayembara Mencermati Enam an Cerpen Hardiknas '95 Naga cagak slonding siap direnovasi. Bali Post/Ist Dua Tahun Lagi, di Bali tak Ada Kakandep Denpasar (Bali Post) - nangan yang lebih penuh kepa- Setelah diundangkan tahun da bupati. Operasionalisasi pe- 1974, program otonomi peme- laksanaan pemerintahan di rintahan daerah akan direali- tingkat II akan lebih efektif, sasikan secara lebih nyata. Hal karena birokrasinya dipersing- ini semakin nyata dengan di- kat. "Program ini memberi we- tunjuknya Badung sebagai wenang lebih luas kepada bu- proyek percontohan pelak- pati. Ia menjadi mobilisator sanaan otonomi daerah tingkat dalam pelaksanaan otonomi. II. Terkait dengan itu, mulai April 1995 ini semua kantor de- partemen di Badung akan di- jadikan dinas tingkat II. Birokrasi pun menjadi lebih e- Berkaitan dengan slonding, kesepuluh suara itu ada di dalam- nya. Artinya, di saat menabuh slonding sebetulnya orang bagai- kan mengucapkan Sang Hyang Sapta Omkara yang berbunyi 'Om'. Karena itulah gamelan (gegamelan) ini disakralkan, sebab pada hakikatnya setiap kali berhadapan dengan slonding, berarti kita tengah melakukan pemujaan dengan membangunkan selu- ruh konsentrasi untuk menyebut aksara suci. Dengan kata lain, suara slonding telah membuktikan puncak penghayatan kita akan makna pencarian yang sebenarnya yakni keheningan. Ini bisa dicapai bila batin jernih saat mendengarkannya. Kini yang perlu barangkali mencari kenyataan-kenyataan ten- tang slonding, untuk dijadikan tonggak memulai apa yang patut dilakukan. Sebagai misal, di Desa Serai, Kecamatan Kintamani Bangli, terdapat satu wilah daun slonding terbuat dari besi de- ngan ukuran 20 cm, lebar 4 cm dan tebal 1,5 cm yang disungsung sebagai pratima. Juga ditemukan 4 buah cagak slonding dari perunggu dengan relief kepala naga. Kemudian di Desa Adat Awan, tetangga Desa Adat Serai, di Pura Bale Agung Desa piit-an dan keeksklusifan per turisme, agar yang sakral ti- sudah pernah diterbitkan atau minggu ketiga bulan April yang lain program ini akan di- tandas Agung Mega. Awan, tersimpan pretima terdiri dari 3 buah pragmen cagak slonding. Gamelan slonding itu menjadi lengkap ketika dua pen- duduk setempat, Nang Lameg dan Nang Oget, menemukan 38 wilah gamelan slonding bertahun 1950 Masehi, dalam sebuah guci porselin. Slonding juga bisa ditemukan di desa adat Batur, Kedis- an, Buahan, Trunyan, dan di banyak desa kuna di wilayah Bali ini. Akhirnya berpulang pada kita, untuk meneruskan ketidak- mengertian atau menerobos tabir itu, seperti semangat beryadnya yang dilakukan I Wayan Tusan dari sebuah desa terpencil. pugar Wayan Tusan tahun 1993 (kiri) dan slonding sebelum upaya pemugaran. kemana-mana mengenai slon- ding. Ke Trunyan, Buahan, a- sal ada terbetik kabar tentang slonding, saya kejar. Ke Mu- seum Bali, ke Gedong Kirtya, Semua buku, lontar, prasasti saya cari dengan segala cara. Saya harus melakukan semua adra p bahwa masyarakat kita me- mandang kesenian sebagaima- na laiknya orang Barat melihat art. Di tengah-tengah pertum- di buhan kesadaran dan kecinta nan masyarakat terhadap seni k budayanya sendiri, mereka a mulai melihat kesenian sebagai tsesuatu yang berharga dan da- a pat dibanggakan. Dengan si- -kap seperti ini, kata Dibia, ma- syarakat merasa kurang hor- mat, apabila tidak mementas- - kan kesenian di suatu tempat yang bersih dan terhormat. "Untuk hal itu, mereka lalu memindahkan kesenian ke atas pentas yang gemuruh, yang di- duga akan meningkatkan sta- ntus sosial dan gengsi kesenian 3- - itu sendiri". Apakah pernyataan Dibia - mengenai gengsi kesenian di a er tas, lebih mewakili masyarakat h seniman (tari) dari kubu ber pendidikan modern formal itu? Agaknya, tidak dapat diban- ,tah. Sekali lagi, tanpa harus i- melihat "gelagat" semacam itu sebagai langkah negatif, se at jumlah seni rakyat seperti jo- ., ged bumbung, arja roras, ja- p nger, menjadi seperti kurang - dihormati, sekalipun sejumlah pejabat (gubernur dan bupati ri mencoba mengangkat gengsi mereka dengan ikut bermain an janger. Upaya ini malahan ah menjadi terkesan dagelan saja. at Jiwa Atmaja itu agar pasti dan orang yakin pada apa yang saya lakukan. Akhirnya Bapak bisa mem- buat slonding? Iya. Mungkin karena saya yakin dan percaya leluhur saya adalah pande besi. Slonding itu terkait selalu dengan peng- abdian klan pande besi. Rasa- nya seperti melakukan tugas yang diwariskan. Tak ada yang mengajari saya, hanya konsen- trasi pada rekaman yang saya dengar, kemudian dari catat- Cok Sawitri Bali Post/Ist Bapak juga mengarsipkan gending slonding? Dari apa yang saya tahu, un- tuk jenis gending slonding ada sak dan Timbrah. Banyak jenis di Desa Tenganan, Bugbug, A- an. Mengenai bilah, oktaf, se- gendingnya, subur. Tetapi di muanya saya pelajari sendiri. temukan di Desa Tenganan, tengah Hindu religi ma- masih terdiri dari delapan syarakat Bali, sehingga terja- tungguh dengan isi 40 bilah. di harmonisasi dalam tinda- kan pelestariannya. Dengan demikian, secara batin dan fi- tungguh masing- KANWIL Depdikbud Pro- cerpen tersebut belum pernah masing berisi empat bilah dan sik akan siap suatu kondisi dua tungguh berisikan delap- pelestarian yang jelas tujuan- pinsi Bali menyelenggarakan dimuat atau dipublikasikan bilah. Masing-masing nya. Mau tak mau kejujuran sayembara mencermati cerita dan belum pernah diikutserta- nama- tujuan pelestarian ini harus pendek dalam rangka me- kan dalam lomba. tungguh memiliki nama sendiri dengan isi bilah berhadapan pengaruh tuntut- nyambut Hari Pendidikan Na- Peserta lomba diharapkan an zaman, yang terkait de- sional, Mei 1995. Lomba yang mengirim tulisannya kepada tersendiri pula. ngan tuntutan duniawi. ditujukan bagi siswa SMTÁ se- Bali ini dimaksudkan untuk Panitia Sayembara Mencer- mati Cerpen Balai Penelitian Satu fakta harus diakui, di meningkatkan apresiasi siswa Dalam kaitan upaya peles- terhadap karya sastra. Bahasa, JI Ratna 17 Denpa- zaman kini, pesona slonding justru karena posisi sakral- tarian slonding ini nampak- Ada beberapa ketentuan sar 80236 fektif, karena semua dinas ada nya dalam masyarakat Bali nya kita memang perlu kha- yang wajib diikuti peserta lom- watir, sebab terjadi suasana ba, yakni, bentuk tulisan il- Hal lainnya yang dari panitia di daerah tingkat II. Jadi peme- (Hindu). Bukan karena pe- sulit ketika alasan pelestarian miah populer, diketik di atas penyelenggara lomba adalah, mahaman akan filosofinya. berhadapan dengan kondisi kerta HVS kwarto berjarak 2 keputusan juri bersifat mutlak Hal ini disampaikan I Gusti rintah pusat bisa menitipkan Bahkan banyak kalangan ter- zaman kini. Sebab sudah ada spasi, dengan tebal minimal 8 dan tidak dapat diganggu gu- Agung Mega, Kepala Dinas tugasnya pada dinas-dinas tarik untuk mendekati keber- konon upaya pelestarian halaman dan maksimal 12 ha- gat. Pemenang akan diumum- Departemen Tenaga Kerja yang ada. Jadi otonomi yang penghematan," adaan slonding karena ke- slonding dengan membuat laman. Cerpen yang dibahas kan melalui koran sekolah Propinsi Bali kepada Bali Post, diterapkan di daerah tingkat II duplikatnya untuk konsumsi bertemakan pendidikan, yang "Wiyata Mandala" terbitan Rabu (4/1). "Untuk kabupaten merupakan lakukan masyarakat terha- dak terjamah. dipublikasikan. Judul tulisan 1995. Penyerahan hadiah akan realisasikan dua tahun menda- dapnya. Akibatnya, secara disesuaikan dengan tema cer- dilakukan pada upacara Hari tang. Itu berarti tahun 1997 di Pendidikan Nasional 1995, pa- Daerah Bali tidak ada lagi ja- psikologis ada jarak terhadap batan kepala kantor departe- Dipilihnya Kabupaten Ba- keberadaan slonding itu, seo- Ketentuan lainnya, tulisan da waktu dan tempat yang a- men (kakandep). Semua kan- dung sebagai proyek percon- lah ia sebuah misteri. Tidak dan boleh jadi suatu gagasan dibuat rangkap 3, dalam baha- kan diinformasikan kemudian. tor departemen yang ada di- tohan pelaksanaan otonomi, terpecahkan oleh keawaman cemerlang dalam upaya sa Indonesia yang baik dan be- jadikan dinas. Jabatan kepala karena daerah ini dianggap pa- pikiran sederhana. Akhir- membentengi jenis gamelan nar, dengan melampirkan nas- Pemenang akan dibagi da- dinas yang ada di daerah ting- ling memenuhi, baik dari segi nya, dengan jujur harus di- ini dari gerusan arus zaman. kah cerpen, diserahkan kepada lam kategori pemenang I,II, kat II nanti eselonnya diting- pendapatan maupun kondisi III dengan hadiah katkan, kalau dulunya eselon daerah. Menurut Agung Me- akui, slonding berada dalam Namun justru dari sini ba- panitia selambat-lambatnya 30 dan kesunyiannya. Sebab ma- rangkali kian perlunya mem- Maret 1995, disertai rekomen- berturut-turut Rp 150.000, Rp III B naik menjadi eselon III ga, proyek percontohan pelak- 130.000 dan Rp 110.000, serta A," papar Agung Mega. syarakat pendukungnya ma- pertebal pemahaman akan fi- dasi kepala sekolah. Tulisan atau pembahasan pemenang harapan I,II,III de- kin asing, atau hanya meng- losofi di balik slonding. Se- ngan hadiah Rp 50.000, Rp Kira-kira manfaat kongkret 40.000 dan Rp 30.000. (*) dari kedekatan kita pada slon- ding apa? Ini bukan suatu kesalahan, Hanya saja terjadi abrasi. Ka- lau kita mau cari cara pelestari- an, harus hati-hati. Sebab jika slonding dimainkan, itu artinya nanginin Panca Brahma dan Panca Dewata. desa kuna lain sangat miskin. Katakanlah di Desa Trunyan, cuma ada satu gending, ke- mudian di Kedisan ada dua gending, Katak Dongkang dan Capung Gondok. Kemudian di Batur ada tiga gending, Kuncang-kuncing, Lutung Membuat duplikatnya, seka- Payah dan Ijo Katak. Terus di rang bisa saja dilakukan untuk Kedampal ada tiga gending ju- kepentingan turis (pariwisata- ga, Gending Curik, Hujan A- red) misalnya. Di satu sisi ngin. Yang lain saya lupa. Di mungkin itu jalan keluar agar Ngis ada gending Deha Ma- yang sakral tidak terganggu, long, kalau di Tenganan ba- tapi di sisi lain eksestensi dari nyak. Yang tidak boleh dire- konsep slonding itu bisa ter- kam, seperti Geguron. Itu gen- ganggu. Dalam kondisi apa ding yang disakralkan sekali. pun, slonding itu memiliki po- sisi tersendiri dalam kedalam- an hati kita yang beragama Hindu karena kaitannya de- ngan Omkara. Karena itu ka- derisasi perlu. Buat pendu- kung, penabuh dengan menda- sari pemahaman akan falsafah Yang saya perlu sampaikan, keberadaan slonding selalu ter- kait dengan gambang. Sering- kali dipadu antara gambang dan slonding ini. Tetapi lebih sering gending gambang dita- nya. Tidak sekadar bisa nabuh, buh ke slonding, sangat jarang gending slonding ditabuh ke gambang. Kecuali di Ngis, itu sepertinya disatukan. Dalam hal ini saya belum bisa menje- laskan apa-apa. Mungkin erat kaitannya dengan Tujuh nada itu. pen. Artinya begini, slonding itu sebetulnya mengajak ma- syarakat untuk terlibat dan ma- suk dalam keheningan saat me- muja Hyang Widhi. Ini sudah dimulai dari awal era Hindu. Perhatikan ketika pendeta me- lakukan puja, seringkali umat yang ada di pura malah ngo- brof, tolah-toleh. Nah dahulu, cara melibatkan masyarakat a- gar ada dalam suasana religius, dengan melibatkan mereka se- cara nyata. Pertama, perhati- kan mudra sang pandita, itu di- kembangkan menjadi tari, ke- mudian suara genta, dikem- bangkan menjadi tetabuhan (dalam hal iní slonding), ke- mudian mantra sang pandita itu dikembangkan menjadi ki- dung, kekawin, wargasari. Artinya, semuanya bisa terli- bat. Karena itu slonding tetap perlu. Biarpun sekarang ada gong kebyar, itu letaknya ma- sih di jaba. Alasan kita mem- pertahankan slonding, agar masyarakat tetap kuat keterli- batannya dengan tindakan pe- mujaan saat di pura. Berkaitan dengan slonding apa yang akan Bapak kerja- bukan asal maudeng (memakai destar-red) saja. Jangan seper- ti memakai masker, setelah itu tidak masuk ke hati. Lalu cara yang bisa ditawar- kan kepada masyarakat? Bagi yang paham, entah itu orang tua, pemerintah dan sia- pa saja, pertama, kita harus Kesulitan yang sekarang ber- mempublikasikan informasi kaitan dengan keberadaan mengenai slonding ini dengan slonding itu apa sebenarnya? jelas. Artinya, kalau semua su- kan? Dalam kenyataannya, slon- dah mengetahui, sama-sama Saya ingin membuat buku ding terlengkap itu memang di menjaga dan mengingatkan, mengenai slonding. Bila ada Tenganan dan di beberapa de- kemudian saling memberikan yang mau belajar tentang slon- sa kuna lainnya. Sedang di informasi. Ini juga penting a- ding, kalau saya punya waktu beradaan slonding tetap perlu; nyata, ikut terlibat di dalam- ni (maksudnya ke rumahnya di tempat lain, masih ada tetapi gar makin lengkap kita meng- dan ada yang bisa saya laku- memprihatinkan. Artinya, ke- etahui. Kemudian tindakan kan, jangan segan datang ke si- memang perlu dipertahankan. nya. Bebandem, Karangasem). Keharmonisan Galeri - Pelukis, Sebuah Pemikiran KETIDAKHARMONISAN galeri-pelukis dilanjutkan de- ngan 'pertikaian'. Diduga ka- rena soal penghargaan galeri kurang pas terhadap hasil ka- rya pelukis. Sebaliknya dari pi- hak galeri pihak pelukis kurang dianggap memahami seluk- beluk bisnis. Kemudian ada so- lusi, galeri-pelukis mengada- kan pendekatan agar timbul keharmonisan. Ini agar tidak menimbulkan salah paham dan dendam berkepanjangan. De- mikian inti tulisan tentang "Ketidakharmonisan Galeri - Pelukis" Sabtu 31 Desember 1994 (Bali Post, hal. 9). Sebuah pendekatan, barang- kali masih abstrak, jika itu se- buah solusi. Sebab perlu diper- tegas, karena ini menyangkut nilai untung-rugi. Tetapi berbi- cara tentang eksistensi galeri- pelukis, juga bicara soal moral dan tanggung jawab budaya. Ini mengandung nilai masa depan, sebab jika mungkin hu- bungan ini sangat kondusif ba- gi kreativitas dalam masa men- datang. Pelukis ibarat petinju. Ja ngan harap selalu bisa meng- urus diri. Dalam niat ingin ma- ju, petinju perlu promotor. Promotor yang jeli dan cerdas akan melihat potensi yang ada. Lalu bagaimana mendorong dan kemudian memberikan pe- sanaan otonomi ini diterapkan di seluruh propinsi di Indone-. sia. Setiap propinsi dipilih satu- UU No. 574/1974 dan PP. kabupaten untuk dijadikan No. 45/1992 memberi kewe- proyek percontohan. (Dir) 632 MR cuted deb neid sh Lengkapi Perpustakaan Anda dengan Buku-buku Ini I KETUT ARTADI MANUSIA MANUSIA BALI Karya Ketut Artadi Tebal: x+80 hlm Harga: Rp 3.500,- BALI Buku ini mengungkap watak GLAN ISWARA KONG KALI KONG Riot Manjeng Bisnis Pengantar Gede Demon Penorbit BP Gest Reges Media Treyea Bergeriva Bersama Ngurah Rai Yang segera menyusul: Mengatasi Problem Pacaran Karya Darmasutapa Tebal: xvi+138 hlm manusia Bali. Jujur, jelas, berani, mengglitik, sehingga perlu disimak. RAMAYANA Karya I Gusti Made Widia Tebal: xx + 272 hlm Harga: Rp 7.500,- Epos besar ini diambil dari karya Wälmiki lalu dipadukan dengan Ramayana Kakawin versi Indo- nesia. Memang mengagumkan. KONG KALI KONG Kiat Bisnis dan Manajemen Karya GLAN Iswara Pengantar Gde Dermawan Tebal: xvi + 248 hlm Harga: Rp 8.500,- Buku ini mengungkap kiat bisnis dan manajemen dengan penya- I Gusts Made Wades RAM YANA IGDE SUDIBYA HINDU jian yang khas. Bacaan penting Menjawab Dinamitha Zaman bagi yang ingin sukses. HINDU Menjawab Dinamika Zaman Karya I Gde Sudibya Pengantar I.B. Oka Puniatmaja Tebal: xvi+150 hlm Harga: Rp 3.500,- Buku ini mengungkap fenomena budaya Bali yang dijiwai Hindu. Tajam analisisnya. Faktual contoh Penguntas: De LB Oka Patio Ma Memakani ALIRAN kasusnya. Selalu aktual topiknya. EPERCAYAAN BERGERILYA BERSAMA NGURAH RAI Karya IGB Meraku Tirtayasa Tebal: xiv+220 hlm Harga: Rp 6.000,- Inilah buku sejarah perjuangan Bali. Ditulis oleh pelaku sejarah. Penuh dinamika. Heroik, patriotis, tragis, tapi juga jenaka dan romantis. WAYAN SUPARTHA, Editor RG Agantia 1 Gund Belas Widana Fandi Wiry ninay Suradi Hardjoprenire Permadi MEMAHAMI ALIRAN KEPERCAYAAN luang. Di situ bukan semata kisnya sendiri, tak akan ada ke- an pemerintah dengan ke- Dua atau tiga lukisan yang mapan, juga berarti balas jasa proyek idealis tapi juga pros- lanjutan. Kalaupun ada kelan tentuan tegas. Dan seni lukis terbaik, paling tidak merupa- bagi kesenian secara keselu- pek bisnis. Mengangkat petin- jutan akan ada standar harga tak memiliki kesempatan se- kan investasi masa depan. Se- ruhan. Bisnis dalam bidang ju tentu tidak seketika. Me- seperti harga pertama tadi. perti itu untuk mejeng di se- cara materi akan tak rugi. Na- property misalnya membangun merlukan waktu dan kerja sa- Kreativitas ada dalam lingkar- buah galeri. Mungkin, peme- mun di sisi lain, galeri di situ rumah tipe sederhana sebagai ma. Demikian mungkin tepat an setan yang sulit termotivasi rintah daerah dalam hal ini per- sudah berperan mendukung imbangan keuntungan yang di- peranan galeri pada pelukis. karena terpatok harga murah. lu memiliki sikap sama terha- 'keangkuhan' seorang pelukis. peroleh dari rumah tipe me- Jika pihak galeri bisa melihat Di pihak galeri pun punya alas- dap seni lukis. Dalam perbandingan lain, wah. Di samping itu ada kese- potensi pada sebuah karya seo- sebuah hotel di Ubud, atau res- pakatan antara developer de- an kuat, bahwa lukisan yang di- rang pelukis pemula, di sinilah beli masih coba-coba, belum Kalaupun sesekali sebuah toran di Ubud, memberikan ngan pemerintah untuk menja- diperlukan komitmen untuk jelas prospeknya. galeri di Ubud menyelenggara- kesempatan untuk digunakan ga komitmen semacam balas penjajakan sebuah pameran Keadaan seperti itu berulang kan pameran lukisan, lebih tempat pameran. Yang kadang jasa itu. Di bidang telekomuni- yang dapat memberi peluang pada galeri lain. Seorang pelu- cenderung memilih pelukis juga memberi harapan menu- kasi strategi pemasangan tele- bisnis dan keuntungan. Teman kis mungkin memiliki strategi mapan. Di sini dapat menim- nai dolar sekaligus menunjuk- pon bagi nonproduktif akan di- saya ketika awalnya ditawari demi publikasi, okelah dengan bulkan kecemburuan. Karena kan sikap berkesenian. Tanpa tanggulangi biaya awalnya oleh pameran di Jakarta, oleh pemi- harga miring. Dengan harapan pelukis yang belum mapan ha- ada sebuah upacara pembuka- pemakai jasa yang produktif. lik galeri di sana, memberi ke- siapa tahu ada pihak luar meli- nya bisa sebagai penonton, dan an, pameran berlangsung de- Artinya, si kuat memenuhi sempatan selama setahun me- hat karya itu lantas datang sen- masuk ke galeri dengan rasa mikian saja. Hitung jumlah panggilan tanggung jawabnya nyiapkan diri untuk pameran. diri. Atau datang menawarkan rendah diri menghadapi situasi pengeluaran, tanpa brosur memperhatikan kesejahteraan Prospek itu dilihat. Akhirnya pameran karena terlihat pros- tersebut. luks, tidak lebih dari seratus ri- si lemah. Ini hanya soal moral teman saya jadi 'orang mahal' pek jual di sana. bu. Dan pembelinya turis. Jika saja, ketika si kuat juga me- Menyajikan berbagai problem pacaran dari soal setelah selesai pamerannya. Umumnya juga, pemilik ga- Hanya Material galeri tak berani mengambil si- manfaatkan jasa si lemah. Mi- etnis, kasta, agama dan cara mengatasinya. Apa untung dan ruginya ga- kap seperti pemilik retoran salnya para urban di Jakarta ju- Penting buat remaja. Juga penting bagi orangtua. masi pada galeri di Bali siapa leri coba-coba main kecil- maupun hotel ini, mungkin ha- ga mendukung yang mungkin bisa dijual di Ja- kecilan pada awalnya mena- nyalah sikap yang ingin lebih mampu menyediakan tenaga, Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali Kekalahan pihak kita di Ba- karta. Jika kemudian pintu ga- ngani pelukis yang belum map- mengefektifkan dinding galeri- jasa layanan yang diperlukan si Editor: I Gde Pitana li, barangkali kurang jeli, tan- leri tertutup bagi seorang pelu- an di dalam bisnis dunia seni nya untuk lebih pasti memberi kuat. Demikianlah pelukis kan Tebal: xvi + 186 halm. pa berani mengambil risiko. kis, tertutup pula sumber infor- lukis? Ini pertanyaan yang ja- hasil. Hanya saja, kalau ada sa- juga mendukung keberadaan Para Penulis: Ketut Nehen, Ketut Sudhana Astika, Buku ini memperjelas pengertian aliran Itu terjadi, mungkin karena masi di situ. Posisi ini tidak wabannya mengarah pada nilai tu pelukis pameran hanya ada pemilik galeri. Mungkin etika Nyoman Naya Sujana, I.B. Yudha Triguna, Ketut kepercayaan. Juga dilengkapi dipping lingkungan di Bali tak dapat di- mengenakkan, material saja. Misalnya dalam satu gaya. Sedangkan jika di- bisnis seperti ini memerlukan Ardhana, I Gusti Ngurah Bagus. Mengungkap koran meliputi: berita, ulasan, surat samakan dengan daya beli ma- Sampai saat ini, pameran lu- pameran tidak ada lukisan satu pakai ruang pajangan umum a- dukungan pemerintah seperti dinamika masyarakat dan budaya Bali dari zaman pembaca tentang aliran kepercayaan. syarakat di Jakarta yang terdiri kisan dari galeri lebih gencar pun terjual. Galeri bisa mem- kan ada berbagai gaya dan le- kewajiban hotel berbintang silam hingga kini serta harapan di masa depan. Buku juga ada tentang Sai Baba yang diyakini dari para kolektor, pemilik ga- dilakukan di Jakarta. Di Bali buat kesepakatan (perjanjian) bih banyak pilihan bagi peng- menyediakan ruang khusus un- sebagai awatara. leri, tapi minus turis. Sikap se- galeri mana menyediakan awal untuk membayar kerugi- unjung yang datang. tuk hidupnya seni kerajinan yang layak dipakai acuan. macam inilah yang menimbul- ruang khusus untuk pameran an material pihak galeri de- Kembali kepada pemikiran, Bali lewat demonstrasi dan pa- kan sikap sinis. Seolah-olah se- reguler bagi seorang pelukis? ngan jaminan lukisan. Dua a- jelas ada nilai idealismenya merannya secara bergilir dan telah membayar sebuah lukis- Kalau seni kerajinan mendapat tau tiga lukisan menjadi hak yang perlu dipertimbangkan. kontinyu. an, tentu karena harga miring prioritas mangkal di lobi hotel galeri, serta punya hak pilih pe- Karena sebuah pameran di ga- leri bagi pelukis yang belum dan karena dibawa oleh pelu- berbintang, itu karena dukung- nuh pada galeri. Galeri di Bali lalu menawarkan leri di Jakarta mencari infor- harga cukup mahal untuk ka- ryanya. kuat karen Gede Mahendrayana Editor: Wayan Supartha Para Penulis: IBG. Agastia, I Gusti Ketut Widana, Usadi Wiryatnaya, Suradi Hardjoprawiro dan Drs. K. Permadi, S.H., Direktur Pembinaan dan Penghayat Kepercayaan Terha- dap Tuhan Yang Maha Esa Depdik- bud RI. Tebal: xvi+204 hlm Harga: Rp6. 500,- Bisa dipesan melalui loper & Agen Bali Post, toko buku, atau langsung ke kantor penerbit: Gedung Bali Post, Jl. Kepundung 67 A Denpasar 80232 Telepon: (031)238582-238239- 225764-225765 Fax: 227418. Gedung Wismasari, J. Gadung 22, Denpasar 80233. Telepon: (0361)234406. 2cm Color Rendition Chart
