Tipe: Koran
Tanggal: 1995-06-17
Halaman: 08
Konten
Color Rendition Chart 4cm HALAMAN 8 Nang Pon dan Wayang Wong dari Desa Mas I MADE ADA dari Desa Mas, Ubud, barangkali 'sisa' generasi penari Wayang Wong yang kini ada. Usianya sekitar 84 tahunan, konon. Mungkin juga lebih dari itu, sebab ia tak ingat persis kapan lahirnya. Yang diingatnya di zaman Belanda ia sudah jadi kelian banjar. Tentang Wayang Wong di banjarnya, ia men- gaku mewarisi dari generasi sebelumn- ya, yang juga tak tahu persis asal usul kesenian klasik ini. Namun satu hal yang sangat ditaati Made Ada yang populer dengan julukan Nang Pon di kam- pungnya, terpanggil wajib ngayah di Pura Taman Em- pule (Taman Pule) di Mas, Ubud saat hari raya Kuningan. Kepada Cok Sawitri, I Made Ada berceri- ta tentang dirinya dan tentang Way- ang Wong yang digelutinya. Berikut petikan perbincan- gannya. gregor na gosqol 12 Bagaimana sejarah Wayang Wong di Banjar Tarukan, Desa Mas-Ubud ini? Sesungguhnya Wayang Wong di desa ini sudah dapet tiang (sudah ada sebelum dia lahir). Para tetua juga bercerita kepada saya, mereka telah menerima adanya tapel dru- we begitu saja. Wayang Wong sudah ada di sini sejak lama. Tidak ada yang tahu, tahun berapa mulainya. Ya sudah ada dan kami meneriman- ya. Sudah ada peralatan menaria berupa tapel druwe Pura Taman Em²- pule. Tapel yang kami sungsung (puja) dikeramatkan, hanya ditari- kan di hari raya Kuningan. Mekala- kalaan ritatkala Bathara medal, di- tarikan saat senja, sekitar pukul 15.00 atau 16.00. Tetapi mulai pagi tapel druwe itu telah dikeluarkan dari penyimpen- an. (Catatan mengenai sejarah adan- min BARU DIBUKA TOKO BAHAN BANGUNAN UD.GUNUNG MAKMUR BANGUNAN JI. Gunung Agung 178A Telp.422415-422424 DENPASAR-BALI BOOM PROMOSI DIJUAL MURAH-MURAH PENGIRIMAN CEPAT KAMI JAMIN ANDA PASTI PUAS!! Kayu Kalimantan Papan Cor Semen Besi Beton Keramik-Porselin Asbes,dil Triplek2-Plywood ●Pipa + Siku-siku I Made Ada Wayang Wong? Ya tergantung keadaan. Kami menarikan Wayang Wong dengan tujuan ngayah pada hari Kuningan. Semua orang bisa terpanggil untuk ikut menari. Semua boleh ikut me- nari, asal bisa tentunya. Bagi saya, karena saya ini memang abdi way- ang wong, harus ngayah. Dan berusaha untuk selalu ngayah menari di pura. Dari pengalaman pentas sekian lama, dengan memakai tapel druwe ada peristiwa misterius yang Bapak alami atau rasakan? Ada (terce- nung, dengan wajah serius). Se- betulnya tapel dru- we ini dibilang tenget memang tenget, sulit saya jelaskan. Namun bila itu berkaitan dengan taksu, ten- tu berhadapan den- gan Sang Hyang Taksu. Ini tentu pen- jelasannya berbeda. Sebab dalam pentas kita memang ngiring Sang Hyang Taksù, tetapi se- lalu jarang taksu itu turun untuk dirasa- kan getarannya. Mengapa jarang? Ya, tergantung diri kita sendiri. Kita Bali Post/ist ya tapel Wayang Wong di desa Mas, memohonnya dengan diri dan hati Ubud ini, dalam Himpunan Hasil In- yang bagaimana. Juga karena kita vennntaris Kesenian Daerah men- berhadapan dengan yang tak nam- genai wayang, keluaran Kanwil Depdikbud, disebutkan bahwa di Desa Mas, Wayang Wong yang dik- eramatkan itu dibawa oleh Ida Tjokorda dari Desa Guang Kecama- tan Sukawati yang merupakan lelu- hur dari Ida Tjokorda yang sekarang berada di Desa Mas). pak. Apa begitu memohon taksu itu mau turun atau tidak, kita tak tahu. Ini sebetulnya harus dikembalikan pada sikap dan hati kita. Lakon apa saja yang dimain- kan? Pokok ceritanya seputar Ramay- ana. Sesudah ada peralatan menari Wayang Wong tentu dibutuhkan la- kon. Lakon ini nantinya diisi den- gan tarian Wayang Wong. Lakon yang dimainkan misalnya Keutus Anoman. Tiap tapel sudah ada agemnya sendiri-sendiri, dimulai dengan ngerama, kemudian ngelak- samana, begitu terus, mererod ter- lebih dahulu. Tapel druwe ini maksudnya tapel yang dikeramatkan? Jumlah tapel druwe banyak, ada 60-an. Ada yang dimaksudkan tapel Palawaga, tapel Sugriwa-Subali, Anoman, yang berwajah wenara (kera), ada juga tapel berwajah babi, gajah sampai berwajah Sinta dan Condong. Semua tapel itu druwe, ya keramat. Yang paling dikeramatkan Ada kekhasan pakem tarinya? adalah tapel Malen (Tuwalen). Ya. Misalnya tari untuk Anoman, Berapa lama pementasan tentu tidak seperti tari Anoman di PENGOBATAN HARI: KAMIS-JUMAT-SABTU MR. ANAZZE Mengobati : Kencing Manis Pria Lemah Pria Lemah untuk yang mengidap kencing Manis Praktek di Denpasar Jln. Imam Bonjol No. 91 F Denpasar (dekat Show Room Sony) Hari: Kamis-Jumat-Sabtu Pagi: Jam 9.00-13.00 Sore Jam: 16.30-20.00 Praktek di Malang: Pindah ke Jln. A.R. Hakim No. 11C Malang Hari: Senin-Selasa Pagi: Jam 9.00-13.00 Sore Jam 16.30-20.00. Cat Kayu & Cat Tembok Pipa2 Paralon Kunci Pintu Suami-istri tidak Punya Keturunan Pria Tidak Tahan Lama Suami-istri tidak punya keturunan berobatlah segera capallah kebahagiaan rumah tangga dil JUAL ECERAN DENGAN HARGA PARTAI C. 1676 BULAN GRATIS DISCOUNT ISUZU Dapatkan GRATIS UNTUK Setiap Pembelian ISUZU semua type GRATIS Cuci selama 3 Th ( 36 kali ) dan Dapatkan Discount Card UNTUK - Penggantian Spare Part 10% - Ongkos Kerja & Pengetesan Injection Pump 50% Berlaku 3 Tahun Hubungi PT.CAHAYA SURYA BALI INDAH Jln. Teuku Umar No. 89X Telp.237011 - 238566 DENPASAR C. 1903 Catatan......... SENJA masih dibalut sinar mentari. Jalan tanah menuju kompleks Banjar Tarukan, Desa Mas-Ubud terasa lengang. Hanya sesekali nampak orang lewat atau duduk-duduk di depan rumah. Namun dekat bangunan Banjar Tarukan, di sebuah warung seorang lelaki tua dengan ramah menun- jukkan rumah I Made Ada, penari Wayang Wong yang paling tua saat ini di kelompok penari Pemaksaan Wayang Wong Pura Taman Empule (Taman Pule). "Terus saja ke timur, belok kanan terus lagi ke selatan, belok kanan. lagi, kemudian belok lagi ke selatan. Setelah empat rumah, di situ rumah Nang Pon (alias Nang Kelepon)," begitu kata lelaki itu. Nang Pon adalah julukan keseharian I Made Ada. "Itu nama wada- wadaan (julukan bercanda)," jelas Made Ada terkekeh setelah bertemu. Dia memperkirakan usianya kini sekitar 84 tahunan. "Di zaman Belanda saya sudah jadi kelian banjar," tutumya. Memiliki 2 istri dan 9 anak, I Made Ada terkekeh saat sadar dirinya sudah demikian banyak punya cucu dan buyut. Rumahnya luas namun dipenuhi bangunan yang rapat menuruti pakem bangunan khas Bali. Senja itu Made Ada tengah duduk-duduk ber- sandar di salah satu tiang bangunan dan istri keduanya tengah asyik me mahat. Di bale daja (bangunan utara) juga nampak seorang wanita tengah sibuk memahat patung kecil. Made Ada sendiri sebetulnya juga seorang pemahat. Tiang tukang togog. Sugih karya tiang. Nanging bedik pipis (Saya pemahat, kaya dengan kerja/karya namun sedikit uangnya)," ujarnya terkekeh. Suaranya sudah bergetar, cengkok khas suara tua terasa menggetar- kan hati. Pendengarannya pun tak begitu tajam lagi. Tetapi Made Ada sampai kini masih kuat mematung. Masih pula ngayah menari Wayang Wong tiap Kuningan di Pura Taman Empule. Ditanya pendidikannya, Nang Pon menjawab, "Titiang tidak sekolah. Zaman tiang orang-orang dicari untuk diajak sekolah. Tetapi para orang tua sering keberatan mengizinkan anak-anaknya sekolah. Made Ada di samping pemahat juga dalang Wayang Lemah dan men- guasai pula tari topeng. Di masa muda dan kuat, ia menari sampai ke Lombok. Dan bila menari di sekitar wilayah Bali, misalnya ke Klungkung itu dilakoninya dengan jalan kaki. Dia mengaku seangkatan dengan Pan Rin- di, I Nyoman Kakul dan beberapa penari Bali tempo dulu yang kini telah tiada. "Banyak yang sempat tiang ajak menari bersama, kecuali Pan Rin- di, kenangnya dengan mata berbinar. "Tetapi sekarang semua teman sebaya saya telah tiada," lanjutnya lagi dengan lirih. Toh Made Ada tidak kesepian. Sebab seperti yang telah dika- takannya, dirinya kaya dengan kerja dan karya serta cukup kuat ngayah menari di pura tiap Kuningan. Berbincang dengan Made Ada yang ramah dan mudah tertawa, dan setiap jeda tutur katanya diselingi gerakan-gerakan tari Wayang Wong, seakan menemukan getar semangat berkesenian yang sejati, yang tak berhenti pada kata namun sikap dan kerja. sendratari yang umum dikenal se- bagai tari Anoman. Dalam Wayang Wong ada gerakan yang disebut tayog, pemilpil, tetanjekan (Made Ada memberikan contoh beberapa gera- kan). Saat nayog disusul dengan ta- yungan (ia memperagakan tayungan ini berupa gerakan bentang ayun tan- gan ke samping yang khas, seperti gerak tangan wayang di kelir), kemu- dian ini bisa disusul dengan mengam- bil oncer. Ada juga bagian ngangsel juga kadang disusul dengan mengam- bil oncer dan saat metanjek dilengka pi kipekan (kipekan ini amat khas, di- sertai dengan seledet dan anggukan naik-turun) juga dialog antarpemain). Dalam kondisi memakai tapel saat mengucap dialog panjang tidak merasa terhalang? Wong namanya Ida Bagus Ketut Jodog, tetapi yang melatih saya me- nari namanya Wayan Musna, Kalau belajar menari Wayang Wong, kita dijejerkan, seperti antre. Belajamnya bertahap, kalau belajar agem ya agem saja dulu. Kemudian dicoba agem itu. Latihan menarinya lama. Dulu tuan Spies dan Bonnet (Walter Spies dan Rudolf Bonnet) sering melihat kami latihan, bahkan pernah men- sponsori. Spies memberi sumbangan pada pemaksaan kami berupa uang sebesar lima puluh rupiah kelenting. Tuan Speis juga ikut ngadungang satue (menata cerita). Lakon Sander Sinta itu usulan dari Tuan Spies, bah- kan dia juga ikut mengatur tahapan pentasnya, apa yang pertama kali ke- luar kemudian disusul yang mana. Tidak. Tapel Wayang Wong itu Dulu Wayang Wong kami me- seperti itu (menunjuk sebuah tapel di mang masih diperbolehkan ngela- dinding buatan Ada sendiri). Itu tapel wang oleh pemaksaan. Bahkan me- Wayang Wong yang saya bikin. Mu- nari sampai ke Badung, tetapi lutnya terbuka, jadi ada celahnya yang sekarang tidak lagi. Hanya menari di tidak akan menghalangi kita bila bic-hari Kuningan di pura saja ara. Dan antara satu pemain dengan Untuk masa sekarang sulitkah pemain lain memang sering bercakap mendapatkan penari Wayang cakap dalam bahasa Kawi kadang ber- Wong di sini? Bagi kami, Karena ini untuk campur bahasa Bali. Tergantung sia- pa yang berucap. Kalau Rama tentu ngayah, ada saja yang mau. Anak- dengan bahasa Kawi. Yang menarik anak saya menari; ada yang ngerama, saat mengucapkan dialog sekali-seka- ngelaksemana. Saya ini memang li. Ada beberapa kata yang diucapkan mengabdi untuk Wayang Wong. Ka- bersama oleh beberapa pemain. Mis- lau odalan di Pura Taman, tidak boleh alnya kata "duran doh". Ini diucap- tidak, harus ada Wayang Wong. Saya kan sesekali, dengan aturan nada ter- sendiri sampai sekarang masih ikut tentu. (Ada memberi contoh cara pen- ngayah jadi Malen; peran yang tidak terlalu membutuhkan tarikan otot dan gucapan yang dimaksudkan). Sejak usia berapa Bapak mu- tenaga. Hanya mengayun-ayunkan lai menari Wayang Wong? bahu dan mengucapkan dialog. Bagi Sejak masih teruna cenik (akil kami, ini yang mendorong anak-anak balig) saya sudah ikut menari. Me- tetap mau untuk belajar menari Way- mang hanya itu pekerjaan saya; se- ang Wong. Ya karena tujuannya un- bagai persembahan, dan ada pelatih- tuk ngayah kepada Batara. nya. Dulu yang melatih Wayang Kini Wayang Wong dianggap Piodalan di Pura Sad Kahyangan Jagat Andakasa Om Swastiastu Diumumkan kepada segenap umat Hindu bahwa Piodalan di Pura Sad Kahyangan Jagat Andakasa yang berlokasi di Pegunungan Andakasa, wewengkon Desa Adat Angantelu, Perbekelan Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem akan berlangsung pada hari Selasa Kliwon, 20 Juni 1995 (Anggarkasih Medangsia, Saka 1917). Sehari sebelumnya, dilaksanakan Upacara Pemelaspasan Pelinggih Pengrawos dan Ngresi Gana. Kepada segenap umat/pemedek, diinformasikan juga bahwa Ida Bhatara nyejer selama tiga hari, dari 20 Juni hingga 23 Juni 1995. Demikian, matur suksma. Om Canti, Canti, Canti ttd Panitia Petirtan di Pura Luhur Uluwatu Dengan ini diumumkan kepada Umat Hindu bahwa Petirtan di Pura Luhur Uluwatu jatuh pada tanggal 20 Juni 1995 (Anggara Kliwon Medangsia) yang kemudian dilanjutkan dengan penyejeran selama 3 (tiga) hari sampai dengan hari Jumat tanggal 23 Juni 1995. Berkenaan dengan itu, maka agar pelaksanaan Petirtan tersebut dapat berjalan dengan lancar, tertib dan tenang kami mengharapkan partisipasi segenap umat se- Dharma untuk mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh paara petugas baik yang berada di halaman parkir maupun di sekitar tempat persembahyangan. Demikian pengumuman kami untuk dapat dimaklumi, atas perhatian dan partisipasinya kami ucapkan terimakasih. Bali Post KULTU SABTU PAING, 17 JUNI 1995 PKB, STSI dan Fakulta BILA dilihat materi yang disajikan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB), hampir sebagian besar materin- ya adalah seni pertunjukan. Apakah itu drama tari, dra- ma gong, topeng, arja, wayang, maupun seni karawi- tan. Disusul kemudian oleh seni kriya, seni rupa, dan terakhir yang paling sedikit porsinya adalah seni sas- tra. Seni sastra hanya muncul dalam aktivitas sarase- han sastra daerah dan lomba nyastra yang berlang- sung sehari. Padahal sastra mengandung nilai-nilai konseptual dan kegiatan nyastra merupakan kegiatan inti dalam kebudayaan Bali. Dengan komposisi seperti itu tidaklah mengheran- kan bila aktivitas PKB banyak melibatkan kawan- kawan dari STSI, atau kawan-kawan dari kalangan seni pertunjukan. Tanpa didasari rasa "kecemburuan sosial", kiran- ya komposisi yang demikian itu pula lebih diseim- bangkan dalam pelaksanaan PKB pada masa-masa mendatang. Dalam hal ini yang ingin dibicarakan ad- alah bagaimana seni pertunjukan dan seni sastra se- cara padu dan bersama-sama dapat memberikan bob- ot bagi pelaksanaan PKB. Dengan kata lain, bagaima- na STSI Denpasar dan Fakultas Sastra (Unud) secara melembaga dapat bekerja sama memberikan nilai lebih pada PKB. Tidak kurang dari Dr. I Wayan Dibya dan Komang Astita, M.A. dari STSI secara pribadi pernah menyam- paikan hal itu. Ungkapan itu secara tidak langsung juga dapat berarti adanya keinginan lembaga dan pimpi- nan STSI untuk secara terbuka menerima ajakan atau- pun kritikan yang muncul selama ini di masyarakat. Kerja sama antarkedua lembaga tersebut sangat penting dilakukan karena keduanya sesungguhnya memiliki hubungan yang sangat erat. Untuk melihat pentingnya kerja sama kedua lembaga tersebut dalam memberi bobot pada PKB akan coba ditinjau dari kaitan antara seni sastra dan seni pertunjukan. Seni sast Seni Sastra dan Seni Pertunjukan dan seni pertunjukan adalah dua cabang seni yang berbeda, dan masing-masing berdiri sendiri. serta memiliki aturannya sendiri. Seni sastra lebih di- artikan sebagai seni kata, sedangkan seni pertunjukan lebih mengarah pada seni gerak. Selain itu kedua ca- bang seni tersebut juga memiliki latar belakang yang agak berbeda". Seni sastra mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tradisi tulis (meskipun ada juga sastra lisan), sedangkan seni pertunjukan lebih berlatar belakang pada tradisi lisan. mainkan sebagai lakon yang ditampilkan pada saat upac- Oleh IDG Windhu Sancaya ara kematian di Bali. Selain itu muncul juga wayang Tantri yang lakonnya diambil dari cerita-cerita Tantr sini. Pertanyaan seperti itu t lah mudah untuk dijaw Kedua, dapat memperkaya jenis-jenis (genre Ketiga, bentuk seni pertunj Seni pertunjukan arja umumnya menggunakan cerita- pertunjukan itu sendiri. cerita (sastra) Panji sebagai sumber lakonnya, dan topeng Prem- bon menggunakan sumber yang leb- ih luas. Di samping meng- gunkan ceri- t a Ma- hab- harata, Topeng Prembon juga meng gunakan ceri- ta-cerita rakyat atau babad-babad sebagai lakonnya. tersebut menggabungka tradisi sekaligus, Bali Post/dok Garapan "Bedahulu" oleh Kadek Suardana pada PKB tahun lalu. tradisi lisan tradisi Kegi mab sat toh baik di tradisi dan tu gabun jadi sa berart bahwa semakin banyak audience yang bisa dija Memang, selain seni-seni pertunjukan seperti itu, kandungan makna yang terdapat di dalam kar ada juga seni-seni pertunjukan yang sama sekali tidak tra. Ini juga dapat menjembati kesenjangan ku bertolak dari karya sastra. Tetapi bukanlah satu keber- ya minat baca di dalam masyarakat. ulan bila serfi-seni pertunjukan tersebut menggunakan Keempat, seni gertunjukan ini juga memu teks-teks sastra sebagai sumbernya. Hal ini menun- kan lahirnya jenis tradisi lisan dan tradisi tulisa jukkan adanya hubungan fungsional yang erat antara baru, yang dapat berpengaruh baik pada: (1) pe seni sastra dengan seni pertunjukan. Seni-seni pertunjukan yang menggunakan karya sastra (teks tertulis) sebagai sumbernya memiliki be berapa dimensi yang lebih kompleks dibandingkan dengan yang tidak bersumberkan karya sastra. Adapun dimensi-dimensi tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, seni pertunjukan tersebut merupakan wu- karya sastra, seperti tampak pada penulisan k Arjunawiwaha yang dikatakan oleh Poerbatjar luruh susunannya mengingatkan kita akan seb kon wayang; maupun pada (2) perkembangan dalam seni pertunjukan, seperti banyaknya lakon-lakon carangan. Dalam perkembangan selanjutnya, baik seni per- tunjukan maupun seni sastra memiliki hubungan yang sangat erat, di mana banyak seni pertunjukan, khusus- nya di Bali, mendasarkan lakonnya atas suatu teks sas- Kelima, seni pertunjukan ini dapat memilik tra. Bahkan seni-seni pertunjukan tertentu keberadaan- jud transformasi sastra. Sebagai wujud transformasi si yang sejajar dengan karya sastra. Karya-kar nya atau cirinya sangat ditentukan oleh lakon yang sastra, seni pertunjukan ini pada umumnya juga me tra tertentu, misalnya sejumlah bait tertentu dimainkan berdasarkan teks sastra tertentu. Wayangmiliki nilai literal yang lebih tinggi: Nilai literal makakawin Arjunawiwaha digunakan untuk mer wong misalnya, hanya memainkan episode-episode sudnya, nilai-nilai yang memiliki aspek kemanfaata upacara pemujaan atau upacara perkawinan/D dari cerita Ramayana (kakawin Ramayana); sementa- lebih dominan daripada sekadar hiburan. Pertanyaa an pula misalnya dengan seni pertunjukan w ra wayang parwa hanya memainkan lakon-lakon dari yang pasti muncul dari persoalan ini adalah, apakah Lakon Arjunawiwaha (antara lainy akan diper cerita Mahabharata (kakawin Bharatayudha, Arjunawi- seni pertunjukan harus cenderung pada sastra ataukah sebagai seni (lakon) bebali dalam sebuah u waha, dan lain-lain). Cerita Bima Swarga hanya di- sastra yang harus cenderung pada seni pertunjukan? perkawinan. langka dan penggemarnya di Bali mulai menipis. Kira-kira apa penyebabnya? Kita sulit menebak-nebak. Dulu kamingelawang, dan tentu bisa merasa- kan reaksi penonton. Kalau kini sulit untuk mengatakan penontonnya tidak suka. Saat pentas banyak yang nonton, bahkan datang dari luar daerah kami. Mereka nampak betah menonton dan senang, apalagi orang asing. Mereka amat suka menonton kami menari. Jadi kita sulit menebak-nebak, apalagi pe- merintah banyak membina. Ya tiap saat ada orang Depdikbud datang, kalau ada kabar penari tua Wayang Wong men- inggal. Memang kekhawatiran ada jangan- jangan tidak ada yang bakal melanjut- kan menari lagi. Tetapi di sini semua merasa wajib untuk ngayah menari. Ngomong-ngomong soal tapel, Bapak sendiri juga membuat tapel. Ada perbedaan pembuatan tapel Topeng dengan tapel Wayang Wong? Tentu ada bedanya. Wajah tapel Wayang Wong umumnya menonjol dan ada hiasan yang mengitari seluruh wajah, seperti kampid (sayap). Beda dengan topeng biasa. Tentu beda kon- sentrasinya saat mengerjakan. Saat me- mahat alat ke kayu tentu perhitungan- nya lain, biar ada tonjolannya ke depan. Tetapi secara umum pembuatan tapel umumnya tahapannya sama. Di luar ngewayang wong, sehari- hari apa aktivitas Bapak sekarang? Ya tukang togog. Ini pekerjaan di rumah. Rasanya saya yang pertama jadi tukang togog di sini. Semua orang di sini membuat togog. Tidak laki-laki saja, juga wanita. Semuanya. Tapi saya tidak kaya lantaran menjadi tukang togog, tapi yang dulu belajar ke mari pada saya justru yang menghasilkan banyak (Ada terkekeh-kekeh). Wayang Wong: Bagai Lakon I zaman e PERNAH menonton Wayang antara drama, tari, dan musik- lebih memastikan, Wayang Wong kan yang Wong? Rasanya pertanyaan ini wa- diduga secara alamiah kesenian ini mencerminkan hasrat manusia un- diduga jar dilontarkan pada publik di Bali mendapat inspirasi dari tari Gan- tuk memanusiakan wayang. saat ini. Keberadaan Wayang Wong buh. Dalam pementasannya pun Dalam hal dialog, Wayang Waturer saat ini, khususnya di Bali, boleh ditemukan adanya pembagian ade Wong juga menampilkan pakem Perkem dikatakan seperti lakonnya bay- gan, seperti umumnya seni pertu dialog yang khas dan menarik. Bila tak lep ang-bayang: antara ada dan tiada. jukan Bali. Ada yang disebut ad dikaji dari sisi lakon, yakni hanya kekuasa Namun, jelas masih ada seke- gan ngugal atau mesonin, yakni diambil dari epos Ramayana, yang yang m ha-sekeha Wayang Wong yang semacam pembukaan pentas yang dimaksudkan adalah kakawin Ra- citra ser tersebar di seluruh Bali dan biasan- dilakukan seorang penari. Selain mayana. Dengan demikian, Way- pulau in ya disebut pemaksan. Di Buleleng harus muncul sesuai tuntutan kar- ang Wong juga mengenal lintang jika Wa misalnya, sekeha kesenian ini ada akter tapelnya, ia juga harus man- pendekatan gaya makekawin den- di selur di Desa Tejakula, di Karangasem pu membawakan peran yang ditar, gan teknik pengucapan mengikuti ini men ada di Desa Wates Tengah, kemu- ikan. Adegan lain berisikan situa guru lagu. Dalem dian di Bangli, Kelungkung, Ta- si penangkilan. Dalam adegan iti Di sisi lain, Wayang Wong tam- kesenia banan, Jembrana. Tampaknya, se- dimunculkan estetika dari tata cara paknya amat memperhatikan pena- cengkra mua kabupaten di Bali masih me- bicara, duduk, berdiri, dan melang taan busana, karena pembedaan berhasi nyisakan sekeha dan kelompok kah. Lantas ada adegan transisi. karakter ditentukan pula oleh busa- Wature pendukung kesenian Wayang Misalnya, tarian yang dilakukan na yang digunakan penari. Gelun- lakukan Wong. Akan tetapi, keberadaan untuk memecahkan tujuan dan gan misalnya, tentu dimaksudkan yang di Wayang Wong ini toh memang merangkaikan cerita. Kemudian sebagai penegasan tampilan pem- kebers terasa berjarak dengan masyarakat ada adegan pesiat-sesuai lakon bedaan karakter. Penggunaan keris dalam umum. Kini ada semacam rasa yang dimainkan adegan ini penan sebagai properti juga dimaksudkan Pada ke keasingan di pihak banyak orang melakukan penampakan ekspresi untuk lebih memperjelas penoko- meman Bali yang bukan berasal dari daer- sedih dan gembira, bahkan tak han. Ragam busana Wayang Wong li, hadi ah pendukung Wayang Wong ter- jarang harus mengekspresikan le meliputi setwel, gelang kana, an- Bahkan gkeb bulet, kancut, jaler lamak, yang n Kaya Gerak ampok-ampok, bapang, dan masih kandun banyak lagi yang lainnya. hadap b Dik hadap kesenian ini. Bahkan, ada lucon. titik vakum di mana komunikasi tertahan antara publik dengan Wayang Wong tergolong kes Wayang Wong. Apalagi dalam ken- nian yang kaya akan gerak tari, pa Bila ditelusuri dari sejarahnya, yatannya Wayang Wong jarang kem yang jelas, serta beragam. tiap daerah di Bali, bahkan di mas- dipilih bisa ditanggap untuk dipentaskan Dan yang jelas semua gerak tarif ing-masing sekeha, Wayang Wong ana-p secara luas. Hal ini kian ya memperlihatkan keindahan memiliki kisah-kisah tersendiri. peperan menyebabkan posisinya saat ber- nyaris meniru secara artistik gera Namun, bila dikaji dari makna ke- harma hadapan dengan publik Bali terasa kan wayang di kelir. Pada gerakan beradaan wayang, tentunya harus seni be makin berjarak. Di sisi lain, kon- tangan khususnya, serta kosentra ditelusuri dari awal mula muncul- mang t disi ini tak lepas dari akibat dijadi- si getaran tubuh dan suara, kesan nya wayang di Bali, yakni tata kra kannya Wayang Wong sebagai tari peniruan pada gerakan wayang diperkirakan ada sebelum era Bali teks rel bebali (bahkan ada yang mempo- terasa jelas dan kuat. Pada tetan Madia. sisikannya sebagai tari wali). jekan misalnya, atau cara Malen Bila berpijak pada keyakinan Dilihat dari sisi bentuk pertun- (salah seorang punakawan-red) adanya pengaruh dari pakem ge- mang jukan Wayang Wong-perpaduan bergerak dan menempatkan tangan gambuhan, sebagai seni pertunju- inya sel SHB BANK Menggelar HADIAH LANGSUNG tanpa diundi! AH SECEPATNYA TABUNGAN BERHADIAH SHB BANK Tiket Pesawat Ketua, ttd Denpasar, 14 Juni 1995 Hormat Kami Sekretaris ttd Ingat Buka 24 Jam I Gusti Ngurah Ketut Wedanta Ir. I Gusti Ngurah Winaya ATM Senyum SHB Bank PHONE: 233723 753215 Kini P.T. SA SPECIA BE * MISTY COTTON * RAYON * CRINCLE JEN Menerima pesanan besa JI. Imam B Telp. 755217, n C.201 C.1753
