Tipe: Koran
Tanggal: 1996-03-27
Halaman: 08
Konten
HALAMAN 8 Prajaniti Bangkit dari Pertapaan Lahir dari Kekisruhan, Kini Independen Prajaniti Hindu Indonesia bangkit kembali setelah lebih dari sepuluh tahun "diam dalam perta- paan". Tepatnya, Sabtu (27/1), Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Prajaniti masa bakti 1995-2000 telah dikukuhkan di anjun- gan Bali Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta. Kebangkitan ormas Hindu ini, konon, menunggu momen yang tepat. Dan baru kini waktu itu dianggap tepat. Se- mentara itu, di masa lalu, Prajaniti cukup aktif di kancah politik dan memiliki akses kekuasaan. Bahkan, Prajaniti sempat menjadi angota Sekber Golkar. Bagaimana dengan sekarang dan mendatang? Peran apa yang mestinya lebih ditonjolkan? Berikut laporan Divisi Agama Bali Post. DA P S Searah jarum jam: Gedong Bagoes Oka, Mertha Sutedja, Ngurah Bagus, dan I Made Djapa. RAJANITI sebagai organisasi ke- masyarakatan (ormas) umat Hin- du memang sudah banyak mela- hirkan tokoh-tokoh Hindu yang memiliki akses berperan di pang- gung nasional. Ormas ini perta- ma kali diproklamasikan 19 Juni 1965. Dalam kurun waktu selanjutnya, Prajaniti bahkan te- lah menyesuaikan anggaran dasarnya serta secara resmi (hingga kini-red) terdaftar di De- parteman Dalam Negeri. Sebagai ormas yang bernapaskan Hindu, Prajaniti merupakan wahana perjuangan bagi umat Hindu dalam menunaikan dharma baktinya kepada bang- sa dan negara. Hingga mencapai usianya ke-31, Prajani- ti memang telah mengalami pasang surut. "Namun, Prajaniti tak pernah mati. Hanya karena satu alasan kami mengurangi aktivi- tas dan orang-orang Prajaniti pun tetap aktif, baik di Parisada maupun di kancah politik," papar mantan Ketua Umum Prajaniti I Made Djapa, B.A. menjawab Bali Post, Selasa (26/ 3). Memang, Prajaniti sempat mengalami pasang surut. Bahkan, hampir selama 15 tahun, mulai 1980-an hingga 1995 tak ter- dengar gaungnya. "Sebenarnya, sebelum Pra- janiti 'baru terbentuk kami sudah dua kali memberikan mandat kepada taman-teman di Jakarta untuk menyusun pengurus baru, teta- pi tampaknya belum ada orang-orang yang mampu. Dan, baru setelah diberi mandat ke- tiga kalinya Prajaniti bisa 'lahir' kembali," papar Djapa. Pada awal kelahirannya, Prajaniti banyak "terlibat dalam persoalan-persoalan politik praktis di tanah air. Antara lain, ikut berjuang melawan ofensif politik Partai Komunis In- donesia yang mencoba melakukan nasako- misasi dalam segenap aspek kehidupan yang berpuncak pada pengkhianatan G 30S/PKI pada 30 September 1965. Selanjutnya, menu- rut Oka Mahendra, pemegang mandat pem- bentukan Prajaniti, ormas ini turut ambil bagi- an dalam perjuangan menegakkan Orde Baru di daerah Bali, khususnya, dan terus memain- kan peranannya melalui pendekatan sosial keagamaan menyukseskan Pemilu 1971. Or- mas ini pun pernah sebagai anggota Sekre- tariat Bersama (Sekber) Golkar. "Memasuki tahun 1980-an peranan Pra- janiti mulai menyurut, ibarat kura-kura me- masukkan seluruh anggota tubuhnya ke dalam kulit tempurungnya dan 'memasuki alam per- tapaan' malakukan introspeksi, merenung- kan jatidirinya," papar anggota DPR RI itu pada kelahiran Prajaniti di Jakarta akhir Jan- uari lalu. Lahir dari Kegelapan Sementara itu, menurut Prof. Dr. I Wayan Mertha Sutedja, S.H., Ded. PHD, Hon. pada awal pendiriannya, Prajaniti mempunyai lan- dasan yang jelas, yakni agama sebagai acuan utama. Sesuai sejarah keberadaannya, ormas ini adalah sebuah organisasi yang berlandas- kan sosio-spiritual dan religius. Kelahiran Prajaniti, papar tokoh Hindu yang turut "membidani" kelahiran Prajaniti di era enam puluh-an itu, dilatarbelakangi sisi gelap (kekisruhan) politik di Bali. Saat itu or- ganisasi yang ada cenderung berfusi pada salah satu sisi arus politik yang saling ber- Bali Post/dok. harus berjalan bersama, tidak terpecah- pecah," tegasnya. Dengan demikian, ungkapnya, akan merangsang tumbuhnya calon pemimpin masa depan yang mampu memberikan ked- amaian pada masyarakat, seperti termuat dalam Epos Maha Bharata yang hidup di Bali. Kesaya nihang papa nahen prayojana, artin- ya, tujuan utama seorang pemimpin adalah menuntaskan kemiskinan. Selanjutnya, kalau sudah dapat mewujudkan kepemimpinan sep- erti itu maka mencapai kemuliaan. Jana nura- ga adi tuwi kapanggih, artinya, kurang lebih, kecintaan masyarakat yang tulus akan didap- at. Dengan demikian, tidak ada lagi masyarakat yang menghormati pemimpinnya dengan kepalsuan. Transformasikan Nilai Moral Kini Prajaniti memang betul-betul "lahir kembali" dan tampaknya memang betul-bet- ul telah siap mendharmabaktikan potensinya sekaligus memperjuangkan aspirasi umat Hindu. Tentunya, umat Hindu berharap or- mas ini memang betul-betul mandengar dan menyalurkan aspirasi umat, serta mampu me- wahanai semua aspirasi umat-tanpa terje- bak pada kepentingan golongan, apalagi men- jadi "kendaraan politik" kelompok tertentu. Tak kurang Prof. Dr. IGN Bagus dan I Dewa Gde Palguna, S.H., M.Hum., pada awal kelahiran Praniti "baru" ini, sempat melon- tarkan agar Prajaniti benar-benar mampu in- dependen dan tak hanya menjadi "kendaraan politik" kaum ambisius. Bagus sendiri meli- hat, kelahiran Prajaniti "baru" ini yang me- miliki akses kekuasaan sangat tepat di ten- gah-tengah umat Hindu menghadapi masa transisi. Persoalan yang paling urgen dipandang Bagus sebagai tugas Prajaniti adalah men- transformasikan nilai-nilai moral Hindu ke dalam kekuasaan, sehingga kekuasaan tidak terjebak pada kepentingan pribadi dan kel- ompok. Palguna menambahkan, Prajaniti sebagai media umat Hindu menyalurkan as- pirasi politiknya harus benar-benar membe- baskan diri dari kepentingan politik sempit. "Akses kekuasaan itu hendaknya tidak men- jerumuskan personal Prajaniti kepada kepent- ingan politik sempit." Menanggapi kekhawatiran itu, baik Dja- pa, yang kini duduk sebagai dewan pembina, maupun Putu Setia, salah seorang pengurus Prajaniti "baru", menegaskan, Prajaniti harus tetap independen. "Memang secara formal dan yuridis, ini bukan ormas baru. Tetapi tekad dan semangat yang dibawakan baru yakni ber- sikap independen dan tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis," kata Putu Setia. Bali Post- BIAS RABU UMANISMARET Pencerahan Umat, Mer BALI merupakan sebuah fenomena. Entah berapa sendiri. Paling tidak kita harus menyadari bahwa pada masa Bali "yang kini banyak ilmuwan yang mempelajari, mengkaji, mene- masa mendatang dilema budaya akan makin memojokkan i peluang munc laah segala aspek tentang masyarakat (baca: Hindu) Bali. masyarakat Bali. Dan alternatif untuk menentukan pilihan sa kita menentuka Hal ini didorong oleh rasa jub mereka pada ketang- mungkin tidak ada sama sekali. Kecuali satu yakni ambil seksi adalah sika emalam di hutar guhan orang Bali dalam mempertahankan pola dan eti- atau tinggalkan! ka kehidupan mereka, juga kegembiraan hidup dan rasa Sebagai penghuni Pulau Dewata yang penuh berkah Bila sambil m cinta yang dipersembahkan kepada Tuhan. Bagi kaum Tuhan ini, kita sudah sepatutnya berterima kasih karena ja ke telaga jerni terpelajar yang pada umumnya orang Barat ini, agama telah diwarisi pulau yang "utuh". Sebuah pulau dengan ka-Lubdaka mo yang dianut masyarakat Bali (Hindu) bukanlah sekadar keseimbangan material dan spiritual. Dengan kehidupan kehidupan mate religius. Melainkan sebuah filsafat moral dengan nilai sosial budaya dan juga ekonomi, boleh dikatakan, komplit alitasnya justru spiritual yang tinggi yang memberi kecerahan hati dan dan sangat kapabel. Tatanan dan kehidupan masyarakatnya dua, introspeksi menjauhkan mereka dari sikap-sikap fanatisme sem- pun telah terpolakan dengan jelas lewat etos adat dan tra- sifat nisbi ini, ke pit. Juga kedekatannya dengan nature membuat mere- disi yang solid. Ditambah dengan nilai-nilai sepiritual yang gat sulit dicari. ka bisa memahami kekuatan-kekuatan misterius alam. telah terbukti mampu menyelamatkan" masyarakat Bali Dengan mela kap korektif aka Dari konteks religiositas, kita mungkin masih bisa dalam menghadapi pergulatan hidupnya. mengatakan bahwa Bali memang "tetap" seperti itu. Sebagai "pewaris" apakah kita juga punya cukup wakita hanya aka Orang Bali masih punya "akar-akar" yang kuat, walau wasan ke depan? Apakah kelak kita bisa juga, dengan bang-gang-adigung p "dihantam" badai profan, hedonisme, modemisme, dan ga, "mewariskan" pulau ini dengan isi relatif utuh bahkan Dengan berlan lain-lainnya. Masyarakat Bali masih tetap, bahkan kalau bisa lebih baik, kepada anak cucu kita? makin "bergairah" meningkatkan kehidupan religius- Lalu, siapakah yang bertanggung jawab mengurus angkin bisa me nya dengan mengunjungi tempat-tempat suci di sean- "warisan" ini? Jawabannya sudah jelas, kita semua. Kitas menghindarka toro Bali Jawa. Bahkan, sampai ke luar negeri (India), yang saat ini mungkin hanya sebagai penikmat, atau sen tidak apresiat untuk mabhakti. Apalagi dengan adanya kemajuan di bagian dari kita yang mencoba membenahinya di sana-sini Secara sederha bidang ekonomi yang sangat menunjang kapabilitas or- atau kita, yang justru saat ini tengah mengeksplorasi dan ha posisi, yakni ang Bali untuk memenuhi secara sangat layak kebutu- mengeksploatasi "warisan" ini habis-habisan hanya untuk ikan dengan b han primernya juga yang sekunder, bahkan sampai ke- memperkaya diri kita sendiri. Tanpa malu-malu lagi. Dia Secara horizon butuhan mewah. pakan saja pun selalu oke, oke, oke. Ditawar siapa pun sela- jadi dalam mas orang per oran Jika kita mengukur kadar religiusitas menggunakan lu jual, jual, jual. variabel ini kita boleh berbangga, karena masyarakat Bercermin ga yang kolekti Bali masih sangat" religius. Dari sumringahnya ke- Terlepas dari segala sikap yang kita tunjukkan, ada satu elompok pesanti hidupan beragama tampak adanya tendensi, makin baik hal yang mendesak untuk dipikirkan bersama sebelum kita Didukung pula ole kondisi ekonomi orang Bali makin baik pula kehidu- makin dalam "terperosok" ke dalam "lubang" yang penuh puan genial alami pan ber-yadnya-nya. Dalam arti setiap fasilitas yang persoalan kekinian. Yang membuat kita alpa pada kewa- aya. Bukan hany dimiliki oleh orang Bali selalu diupayakan pula untuk jiban asasi yakni menjaga "titipan" anak cucu ini. Sudah idup di kota-kota memenuhi kebutuhan rohaniah mereka. Kondisi ini saatnya kita bersama-sama mengupayakan pencerahan Di samping itu memang masih membuat kita cukup bersyukur. Na- umat, termasuk diri kita sendiri. Pertanyaannya adalah, ara leluhur dahul mun, kita sama sekali tidak boleh lengah dan menga- bagaimana seharusnya wujud pencerahan (enlightening) itu? dan menjadi rein nggap enteng "'erosi" yang makin keras mengikis "tanah" tempat "akar-akar" keimanan masyarakat Bali mencengkram. Jika kita terlalu yakin bahwa akar keimanan itu akan tetap ajeg, kokoh dan lestari dengan sendirinya, hal itu cuma rasa kepercayaan diri (self-confidence) berlebi- han yang justru hanya menunjukkan kelemahan diri kita SUATU pertanyaan yang patut direnungkan : mana yang mempunyai jenjang lebih tinggi agama atau budaya, dan pertanyaan menjadi lebih jelas lagi bila dipandang dari sudut sistem; mana yang suprasistem dan mana yang diberi posisi sebagai subsistem. Jawabannya sering "bias" atau memihak, karena kita yang memberi jawaban pun terdiri atas rohani dan jasmani. Bila kita lebih mement- ingkan kesadaran jasmani (alam buta-acetana) dan meng- abaikan rohani (cetana) dapat diandaikan sebagai orang kuat tetapi buta. Sebaliknya bila hanya mementingkan rohani tanpa menghiraukan jasmani dapat dikatakan se- bagai seorang waskita tetapi lumpuh. Si Buta walaupun mempunyai kemampuan maju, namun tidak tahu mana orang waskita walaupun melihat jalan yang benar namun tidak mempunyai kemampuan maju. Kondisi menjadi tragis apabila si Buta dibimbing oleh si Buta dan si Lum- puh digendong oleh si Lumpuh. Dalam hal ini tentu pili- han yang terbaik adalah si Lumpuh yang waskita digen- dong oleh si Buta yang kuat. Ketua Pokja FCHI ini mengatakan, keindependenan serta kemandirian Prajaniti perlu digarisbawahi, karena di masa lalu or- mas ini pernah menjadi Sekber Golkar. "Na- mun, kini Prajaniti tak lagi menjadi anggota seteru untuk mempertahankan eksistensinya, Golkar, itu justru untuk menghormati kepu- jalan yang benar mana jurang atau tebing, sedangkan se- tusan Munas Golkar keanggotaan Golkar adalah perorangan, bukan organisasi." Yang paling penting, sambung Putu, uru- san agama dan urusan umat tak bisa dicam- puradukkan dengan urusan politik praktis. "Hindu memang berpotensi besar dijadikan bagian dari orsospol dan kita jangan mengu- langi kesalahan di masa lalu. Kalau bicara agama, jangan dicampuradukkan dengan politik praktis." sehingga memotivasi pemuda Hindu mem- bentuk sebuah wadah yang netral. Terbentukn- ya Gabungan Siswa Hindu Bali (GSHB) mis- alnya yang terbentuk sebelum adanya Prajan- iti. Dulu, kata Djapa, Prajaniti memang men- yalurkan aspirasi politiknya ke Golkar. Akan tetapi, sekarang Prajaniti tetap independen, sebab ormas ini merupakan media perjuan- gan umat Hindu dalam bidang pembangunan, dengan segala aspeknya. "Dan kita harap- kan Prajaniti sekarang bisa lebih eksis, dan kiprahnya bisa lebih baik dari dulu. Prajaniti yang mulanya bernama Praja Nithi Hindu Indonesia (PNHI) kemudian menjadi Prajaniti Hindu Indonesia (PHI) juga terinspirasikan adanya kepentingan membentuk ormas yang netral. Pemuda Hin- du menginginkan wadah pergerakan yang se- cara idealisme mengedepankan usaha mengembalikan dan melestarikan ajaran Hin- du di Bali, serta melindungi wilayah buday- anya dari keterbelahan kekuatan politik tahun enam puluhan. "Ini sifatnya membangkitkan mental psikologis dan nonpolitis," tutur Ket- ua Umum Yayasan Suta Soma Bali itu. Dengan demikian, katanya, secara prin- Kalaupun tampaknya nanti ada orang-or- sip, Prajaniti bergerak pada wilayah sosio- ang Prajaniti yang menjadi anggota Dewan, spiritual Hindu yang bersifat netral untuk men- itu hanya perseorangan, bukan ormasnya. yatukan berbagai kepentingan umat Hindu "Saya harapkan peran serta Prajaniti nanti untuk bergabung menjadi satu wadah di lebih banyak ke pembangunan umat. Ibarat- bawah naungan ajaran Hindu dengan men- nya, Parisada adalah Kresnanya, Prajaniti empatkan kepentingan nasional sebagai tu- Arjunanya. Jadi yang mengeluarkan doktrin- juan utamanya. "Jadi sasarannya jelas, dhar- doktrin keagamaan tetap lembaga umat yak- ma negara yang berlandaskan ajaran agama." ni Parisada, sedangkan yang melaksanakan Kiprah Prajaniti menggunakan konsep ser- salah satunya ya Prajaniti," papar Djapa tak ta wawasan yang jauh ke depan yakni mem- ingin Prajaniti terjebak dalam satu kepentin- bentuk generasi Hindu yang mempunyai gan politik golongan tertentu sehingga bisa "darah Hindu". Diharapkan, pola tingkah dijauhi umat. Sebaliknya, harus tetap tampil laku mereka pun mencerminkan ajaran Hin- mewahanai semua golongan dan berjuang du yang sesungguhnya yakni dalam menca- berdasarkan landasan ajaran Hindu. "Saya pai tujuan dunia-akhirat selalu mempedomani tak ingin mereka yang di Prajaniti berjua- diri dengan ajaran Catur Purusha Artha (dhar- ng di luar ajaran Hindu, apalagi menyim- ma, artha, kama dan moksha). "Semua ini pang." (tra/pal/asa) Saat bebek lain baru belajar jalan... HUBUNGI: PT. TRI MITRABALI Jl. Raya Semabaung, Telp. 93666-93667 PT. TRI MITRABALI Jl. Raya Ubud, Telp. 975555 PT. TRI MITRABALI Jl. Raya Batubulan, Telp. 298946 Agama dan Budaya Apabila kias ini kita terapkan terhadap agama dan budaya, maka dapat dikatakan agama sebagai petunjuk kebenaran berdasarkan kitab-kitab suci (wahyu) sebagai pegangan. Sedangkan budaya sebagai pendukungnya. Masing-masing mulia menurut posisi dan fungsinya dap- at diibaratkan kuning telur aman dalam kulitnya atau biji buah aman pula dalam kulitnya. Akan tetapi, bila direnungkan lebih jauh, sering per- sentuhan keduanya yaitu antara kuning telur dengan ku- Sebelum menyinggung hal itu, ada dua hal yang patut bahkan relatif sam kita lakukan. Pertama, retrospeksi. Marilah kita coba meita andalkan seb rewind kebijaksanaan masa lalu. Melihat kembali flash-daya asing tidak m back dan bercermin pada Bali "yang dulu". Melakukan Namun dalam ko retrospeksi bukan berarti kita harus melangkah surut kes, dimana bentu belakang. Melainkan mencoba melakukan perenungan, bangunan budaya sehingga kita bisa lebih memahami, lebih menghayati mak-banyak yang bob Agama, Budaya, d hukum yaitu hukum yang ber-sekala waktu, ruang dan sebab bhuah loka) satu akibat yang merupakan rekayasa budi daya dan hukum ni nut peredaran bul skala yaitu hukum kodrati berdasarkan wahyu yang ditu pumama) adalah (menuju bulan runkan dalam kitab suci (agama). Yang mengikuti hukum sekala yaitu memperhitungkan dewata (swah-lo dan mengikatkan diri kepada pahala dari karma masuk ke dibanding tempa dalam siklus punarbhawa, sedangkan yang mengikuti hu satu tahun waktu kum niskala semua karma ditujukan kepada Yang Maha an (yana) matah Esa, tidak hirau untung rugi dari pahala karma (tyaga) tekun jalanan matahar melaksanakan kerja menurut swabhawa dan swadhaman malamnya adala ya, akan menyatu ke dalam alam keabadiaan bersatu den jalanan matahar Uraian lebih gan paramatma. tra 1.64-73. Dal Kala, Sekala, dan Niskala Dharmasastra I. Kita coba sejauh mungkin menghayati kembali men alah 1.000 yuga genai sang kala, sang waktu, menurut pengetahun budi daya Nya. Hari suci serta waktu yang diwahyukan Tuhan di dalam kitab-kitab yataah proses te suci. Sangat sulit menghayati waktu apabila tanpa dikai ing lamanya 1.0 kan dengan ruang dan kejadian sebab-akibat. Ruang, wak- 4.320.000.000 t tu, kejadian atau desa, kala, nimitta adalah satu sistem un Arjuna mendapa tuk menumbuhkan pengertian dan kesadaran yang mempe dengan mata da nyai keterkaitan yang utuh sebagaimana sistem kalimat yang saan-Nya serta k terdiri dari subjek, predikat dan objek. Bila dihilangkan salah sadaran dan key satu bagian dari sistem tersebut mengakibatkan maknanya Sebagai ilus menjadi kabur. Demikian juga ruang, waktu, dan sebab inggalkan bum (swah-loka) dar akibat. Manusia yang dilebihkan akal dan budi, menghayati (1996-2096) ke litnya menimbulkan malamalfungsi atau rusak-disfung- waktu berdasarkan terbit dan tenggelamnya matahari dise pai di bumi (ta si. Oleh karenanya, perlu penyangga seperti putih telur but satu hari dengan kelipatan satu bulan, satu tahun dan perubahan tetap antara kuning dan kulitnya. Hal ini dapat dikaji dari sastra satu abad, dan satu hari pun terbagi atas 24 jam, menit dan hari) sedangkan suci: moksartham jagadhitaya's ca iti dharma. Tujuan detik. moksa dan kesejahteraan jagad laksanakanlah melalui dharma. Dengan demikian, masalah yang sebenarnya kita hada- pi bukanlah posisi agama dengan budaya, tetapi betapa sulitnya pelaksanaan dharma, seperti mengikuti jejak ikan dalam air sering tanpa sadar kita menciptakan ukuran- ukuran dharma untuk kemudian kita ukurkan kepada or- ang lain. Kalau kita renungkan secara total dan jemnih ben- tuk ukuran, aturan atau hukum-hukum yang kita gali dari wa san global, nasional atau lokal dalam sektor sosial, politik, ekonomi dan sektor apa pun akan tetap terper- angkap dalam berbagai atribut duniawi seperti matra wak- tu, dimensi ruang dan kejadian sebab-akibat. Apabila kita simpulkan kita akan menemukan dua Honda, rajanya bebek 4- Tak telah terjual lebih dari 23 juta unit di dunia dan 3 juta di Indonesia! Semua itu karena teknologi, reputasi dan pengalaman HONDA, sebagai produsen bebek 4-Tak telah diakui dunia. Nggak heran, kalau HONDA disebut sebagai raja bebek 4-Tak. Makanya, kalau beli bebek 4- Tak, lihat dulu reputasi dan pengalamannya. ●Dapatkan hadiah menarik Selama persediaan masih ada Bagaimanapun juga HONDA lebih unggul! C 627 Bagaimana meninggal kar Sedangkan ukuran ruang menurut standar meter, untuk sebab-akibat se mengukur panjang dengan satu dimensi, luas dengan dua dimensi dan isi dengan tiga dimensi. Dalam ruang dan waktu hakuasa, maha yang mutlak ini kejadian sebab-akibat mengikuti hukum ang. Di sini tent aturan, formal, rumus-rumus yang kita gali kembali dan kan abadi, seda kemudian diberlakukan dalam budaya kehidupan yang kita Selanjutnya tak kenal sebagai ilmu, pengetahuan dan teknologi (iptek). akhimya di sat Semua iniu Berbeda dengan petunjuk kitab suci (agama) ruang waktu, dan kejadian sebab-akibat adalah relatif menuntuk meningkatk sapta loka yaitu tujuh tingkat kondisi yang tidak dapat dica di bumi dalam pai oleh pikiran atau dipikirkan, namun hanya melalui per cahaya. galaman mistik bagi orang-orang yang dipilih atas rahmat Nya. Sebagai perbandingan dengan waktu di dunia manu sia (bhuh loka) di Pitara Loka (tempat para roh leluhur atau DANA PUNIA Bali Post, masih menerima titipan dana punia Anda yang dimuat setiap Rabu, untuk beberapa pura yang memerlukan antara lain Pura Pancaka di Mataram, Pura Segara Suci di Jateng, Pura Raksa Wira Bengkalis di Riau, Pura Petitenget di Krobokan, Pura Gelap Besakih, Pura Waikabubak di Sumba Barat, Pura Jagat Sebudi di Karangasem, Pura Dharma Jati di Jatim, Pura di Irian Jaya, Pura Giri Shanti Bhuwana Nganjuk di Banyu- Sistem yang Wisnu Pranata, Jl. Letda Reta 45 Dps Drs. AA Gede Astawa, DPL DA Jl. Soekarno-Hatta Rp 17 Bima NTB Jumlah yang dimuat han hi Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 276.000 untuk Pura Ag Segara di Bitung Rp 703.500 untuk Pura Bul wangi, Pura Bukit Amerta di Banyuwangi, Pura Bukit Dharma Ir. Dwi Paramita, Pakan Baru Riau Durga Kutri di Gianyar, Pura Siwa Prasta di Lobar, Pura Jumlah penerimaan sebelumnya Mandharagiri Semeru Agung di Jatim, Pura Ranget di Lobar, Jumlah penerimaan seluruhnya Pura Lingkuk Bune di Lobar, Pura Ujung Desa di Mataram, Pura Sekartaji di Jatim, Pura Boyolali di Jateng, Pura Blam- bangan di Jatim, Pura Maospahit di Canggu, Pura Gunung Pengsong di Lobar, Pura Pengubengan di Besakih, Pura Desa/ di Dusun Dausa, Kintama Puseh Desa Adat Denpasar, Pura Pucak Tinggah di Taban- Made Budhi Sudhana, Danau Tambling an, Pura Pucak Sangkur di Tabanan. Pura Adya Dharma di Salatiga, Pura Giri Indraloka di Jambi, Pura Kerthi Bhuwana No. 200 Semawang Sanur Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 171.500 untuk Pura A Dharma Sragen Jat di Lampung, Pura Ulun Danu Batur di Songan Kintamani, Pura Jumlah penerimaan seluruhnya Dalem Kusha Agra di Mataram, Pura Giri Kusuma di Bogor, Pura Jagat Natha di Riau, Pura Wisnu Murti di Klaten Jateng, Pura Dhali Agrahita di Malang, Pura Payogan Agung Mula- warman di Kutai, Pura Payogan Agung Mulawarman di Kutai, Pura Agung Kertha Bhuwana di Kediri Jatim, Pura Agung Ut- ara Segara di Bitung, Pura Dharma Sari di Mataram, Pura Tanpa nama Jagat Natha di Jembrana. Rp 34.974.500 untuk Pura Gelap Wayan Suartono, JI. Waturenggong Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 995.500 untuk Pura Ad Sai Group Monang Maning di Besakih di Salatiga Gg. XVIII No. 5 Rp 2.000 IB Kresna Rendra Jl. Gn. Rinjani 44 Dps Rp 2,000 Jl. Gn. Resimuka XL No. 165 Dps CV Dharma Hita Laksana, JI. Nusantara 117 Bangli Rp 10.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Jumlah penerimaan sebelumnya I Gusti Lanang Ngurah Artha, Br. Manggis Kusamba Rp 10.000 Kel. 1 Ketut Kerta, Jl. Sakura IV/3 Dps Rp AA Alit Made Wiska, BA, JI. Rambutan 2 Dps. Rp 25.000 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya IB Kresna Rendra, Jl. Gn. Rinjani 44 Dps Rp CV Dharma Hita Laksana, JI. Nusantara 117 Bangli Rp Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 5.916.100 untuk Pura di Krobokan Ku Rp 72.000 Sri Puspadewi, Dps Rp34.902.500 Dwi Kurmawan Denpasa Rp34.974.500 Aris Kurniawan, Denpasar Rp 40.000 untuk Pura Luhur Siwa Pakusari Kedampal Penebel Tabanan Made Sudarmi, Jl. Hayam Wuruk 4 Dps Jumlah penerimaan seluruhnya 20.000 10.000 Rp 10.000 Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 713.000 untuk Pura Bukit Amerta Wira di Mengwi di Banyuwangi Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya 2.000 Rp 711.000 Rp 713.000 Rp 585.500 untuk Pura Sekartaji di Kediri Jatim Pak Edi, Br. Umalas Kangin I Made Badra, Br. Taman I Made Suda, Br. Umalas Kangin I Made Mawi, Br. Umalas Kangin I Made Dana, Br. Umalas Kangin IMD Widra, Br. Batu Belg I Nyoman Sendra, Br. Umalas Kauh Putu Candra, Br. Umalas Kauh Odah Eva, Br. Umalas Kangin Indah Dewi, Br. Umalas Kangin Odah Surya, br. Umalas Kauh Odah Mustini, Br. Batubelig Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan: seluruhnya SIMPATI AND Bali Post menerima tipan sumbangan p dara-saudara kita yang tengah menderita Jumlah yang dimuat hari ini Rp 4cm
