Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-06-16
Halaman: 11

Konten


4cm ,16 Juni 1996 Minggu Paing, 16 Juni 1996 ji erlebih dahulu. Maria Bali ke luar negeri di- ari percintaan mirip a menjawabnya den- akah Oleg Tamulilin- agus, sulit untuk men- abad Dalem, dicipta- yang empunya cerita, nggis, bermimpi suatu s, bukan mimpi tapi a, saat menjalani tapa. dak mau memperde- dalam penglihatan at tujuh bidadari can- soknya, raja memang- memerintahkannya ng beliau lihat dalam eni tempo dulu yang , sementara pemerin- itu dibuatkan topeng gong topeng di Pura ang dipentaskan lewat n. Ada perkiraan, tari Kangan diilhami oleh Kini, legong malah seni budaya Bali, di at saya tak kecil hati, mgkal iman-kreatif se- referensi yang kebet- Posti akan bergerak umut"-nya, itu masih ktu. yang kontektual den- pan. Pada tahap fung- nji digunakan dalam seperti dalam drama erwama kontemporer. inian dan masa depan. cat cerita panji meny- kan berbagai zaman. wujud semangat bu- asli Indonesia." Momentum merupakan tema yang dramatari di beberapa awa untuk lakon way- lakon topeng, di Jawa akan, dan sebagainya. ri cerita panji ini telah kemudian dipengaruhi an lewat teater dan seni buh, arja, legong dan banyak dipakai lakon ian itu? Penulis buku ance in Transition" ini, anya karena cerita panji ng baik dan tak putus- m cerita panji memiliki ng merangsang penaf- arap kesenian. Karenan- manji ini diolah menjadi culkan nuansa seni yang nan, konflik, penyama- habis-habisnya dipakai Dengan berbagai variasi menarik digarap dalam LA., juga sepaham den- malik kisahnya yang ro- an, kejahatan dan keju- ji banyak memaparkan gan yang berakhir den- ng benar atau baik. Ini an hidup orang Bali yang maphala serta eksistensi pertunjukan Bali ini. t menikmati cerita panji an drama gong di arena dari 8 Juni hingga 6 Juli entas seni yang digelar, nnya. Legong yang ber- tak akan dapat disaksi- ihadirkan (menurut pro- Juni lalu. termasuk tari terpenting agak merisaukan. Gam- tunjukan Bali yang kini a sekeha gambuh yang mentasan arja kini agak kharismanya pun sudah Elok Legong" sedang a dikesampingkan oleh ebyaran. Kenapa pesta idak dijadikan momen- gambuh, menggairah- keindahan tari Legong a atan yang telah dihancur- ta membebaskan dirinya it dari tempat tidur, berke- ldy menarik tangannya, etapi ia tidak peduli. tangan Rita dengan tan- ngan kiri mengambil pi- lananya. "Akan kutusuk au bicara, jika kau tidak benar," tertiak Raldy. Na- erlari keluar membiarkan erhamburan di lantai. Ia menuruni puncak Putung dan pergi tanpa ada yang mgkin demikian juga jalan erduga yang tiba-tiba me- mpamya ke lembah hitam. mula berjalan mulus den- gtua yang diwujudkannya Yang datang kemudian ertikam menghadapi ken- adaannya dulu? Bagaima- ng dijalaninya dengan rapi Di tengah alam dia terus egera pulang ketika perta- ejutannya membuat segala asuk suara hatinya sendiri. berhenti. Ia ingin terus ber- Inya yang tentram. Orang- adalah asal dan akhir yang adaan apa pun. menggema di belakangn- kurus itu jatuh terguling- uah pisau tepat bersarang ah Rita terduduk di samp- maafkanlah," katanya pel- kata saja," Raldy berusa- ita. Darah mengalir mem- mata yang kian mengecil -apa, kecuali air matanya wajah laki-laki itu. at tetapi ada yang masih emih justru pada saat laki- baring kaku. Pergi mene- , karena Audi pasti akan Isus AIDS, dan kirim ber- tebal begitu cepat datang hangin datang dan men- doa perlahan. "Aku tahu menerimaku kembali." abaya, 13 Februari 1996 SAJAK SAJAK MINGGU INI ●Dayu Oka Rusmini LANYAU bagi: penyair Adhy Ryadi seluruh pura menundukkan keangkuhannya pendulang kata memilihmu dikembalikan langit, tanah bahkan nama yang pernah kau pinjam di pulau ini, para penyair rajin membakar dupa menyiapkan upacara dan sesaji meminjam malam dari para dewa kau duduk dengan sisa asap rokok membasuh kekeringan nafas seorang perempuan duduk malu-malu menerima seratus sajak yang mencuri nafasmu para penyair meminjamkan nafas untuk meminangnya seorang pertapa memberi kerajaan hidup yang dipelajari dari luka tubuhnya perempuan itu menari, membuka seluruh jubah warna dia telanjang, kau pinang dari dekapan dewa-dewanya langit menurunkan sungai, bunga mengirim embun besok pagi, seorang perempuan melepas kulitnya lelaki itu penyair hampir kehilangan mata hati lukanya garam bernanah. aku duduk, melihat kulit yang ditinggalkan rahimnya membelit, aku dengar nafas anakmu jalanmu mulai patah, matamu api bagi penyair tanah ini pulanglah anakmu akan mengumpulkan huruf-huruf membuka ladang-ladang tandus para dewa akan memberi nafas bagi pohonmu biar usia itu pecah kesunyian ini jadi tarian yang dikubur bumi ●Wayan Sunarta IJOGADING Yang sunyi di sini di bawa bunga hanyut susuri sungai karma Ijogading Ijogading Ijogading Alir air hayat bumi Makepung Aliri lara rindu lebai Rerimbun pohon pantun di pasisi memuat kenangan nelayan Menyimak cengkerama kunang-kunang di langit malam Ijogading Bulan sabit menoreh sauh jiwa saat batin dzikir sembahyang Loloan Timur Ijogading Loloan Barat Nyaman abadi dipangku anak dara Rumah Panggung memeram hangat tubuhku Si Lebai Perindu yang merinding haru dengar burdah syair Lebai Ijogading Lebai mengalir masuk nadimu pusat ilham hayati melepas jangkar rindu melabuh diri dipangkuan bumi Ke muara ke muara lepas perjalanan menemu haru cuaca Helmi Y. Haska DI BALIK KEHADIRAN Kucungkil mataku Untuk mencari dibalik kehadiranmu Biarkan aku telanjang karena pakaian Menyimpan kebusukan kota besar Telah kutanam impianku di dasar laut Ombak menghempas kesombonganku Seorang nelayan tersenyum ketika mendengar Ikan-ikan merayakan kesia-siaanku menemukan jalan pulang Aku terus berlayar mencari dibalik kehadiranmu Setiap luka akan kubasuh dengan air garam kesabaran IDK Raka Kusuma PURI GEDE SINGARAJA Buat Panji Tisna memasukimu puri purnama bayanganku menjelma pohon bulan kembar bidadari kembar bawahnya menerun cahaya nienembang kutenun cahaya bukan buat kain sembahyang dunia. kutenun cahaya buat kain sembahyang para dewa tiap purnama jejak kakiku menjelma pohon bintang kembar bergambar setelah merajahi aksara keramat setelah merasuki mantra keramat dewa kembar memintal cahaya para bidadari mendampingi menembang persembahanku puri purnama menjelma maha purnama disucikan para dewa para bidadari menari mengitar menaburi sinar langit bersila memuja bumi bersimpuh memuja Randal Tanjung Banua LADANG LALANG Tak lagi kutanam pohon cinta Biarpun menjanjikan ranum buah ranting serta daun yang bakal gugur Telah kutekuk baja kesediaan Sebagai awal kesudahan Pohon-pohon hidup Di lingkar musim pengorbanan Maka biarkan kenangan kita merimba Menjadi ladang lalang yang tak menjanjikan harum bunga Tak mengulurkan ranting tangan bagi burung-burung pengembara Tapi pulanglah, Nik, biarkan aku menjaganya Di sini Senantiasa ada yang bisa kusimak Bahasa kersik padang sunyi: Ketika angin kering menyerbu Berebut lidah lalang menjulurkan kenangan Ketika hari basah lemebabkan angan Mata lalang serentak menoreh sajak-sajak di hamparan ladang (Ia juga menulis namamu dari pohon cinta yang hilang). DATANG LAGI.... PAKET SPECIAL Persembahan terbaru dari Daihatsu •Angsuran menurun • Gratis STNK ( selama jangka waktu kredit ) Espass Pick Up 10-0 Uang muka Rp. 3.500.000,- Angsuran/Bln. Rp. 675.000,- Bonus RT Sony, Cover Seat V. Racing Kaca Film & karpet, AC Single 4 RODA FEROZA Uang muka Rp. 4.250.000,- Angsuran / Bln. Rp. 1.225.000,- 6 RODA Uang muka Rp. 4.500.000,- Angsuran/Bln. Rp. 1.250.000,- ASTRA MOBIL Hubungi: Uang muka Rp. 2.650.000,- Angsuran / Bln. Rp. 450.000,- Bonus Karpet & Kaca Film Espass Standar: Uang Muka Rp. Rp. 5.125.000,- Angsuran/Bln. Rp. 875.000,- Bonus RT. AC. Karpet Cover Seat, Velg Racing Special Edition/Mega Top Uang muka Rp. 5.275.000,- Angsuran/Bln. Rp. 925.000,- Bonus AC, RT Pilihan Terpercaya OPTASTRA International Daihatsu Sales Operation Cabang Sanur JI.By Pass I Gusti Ngurah Rai 17, Sanur Telp. (0361)288323,288345, Fax. 288002 OPTASTRA International Daihatsu Sales Operation Cabang Teuku Umar Jl. Teuku Umar No. 26 Telp. 226945, 221870, 221871 OPTASTRA International Daihatsu Sales Operation Cabang Cokroaminoto JI.Cokroaminoto 75A-B Telp. 434061, 423581 OPT.Bintang Lestari Motor, Jl. Teuku Umar 85 Telp. 237010, 238653, 238579 OPT.Sakah Jaya Motor, Desa Sakah Telp. (0361) 974464, 974693 Gianyar OPD Krida Motor Jl. Pejanggik No. 12-14 Mataram Telp. (0364) 21090, 22488 DAIHATSU Minggu/Libur tetap buka C. 2050 Yuliarsa MEDITASI Bali Post A PRESIASI Duduk dengan posisi asana berbenah diri, kakiku terasa nyeri Memasang pernafasan pranayama jiwaku diguncang oleh kedengkian yang bangkit entah darimana Berapa kali aku marah hari ini? Dalam mantra roh ku digumuli kata-kata menyakitkan yang masih sering bercipratan dari ucapkanku Waktu persembahkan sesaji aku doakan kesejahteraan bagi semua tapi derita kurban yang dibunuh dekat sekali pada cakupan tanganku ku ingat kemakmuranku di atas kekalahan orang lain Bagaimana pandangan bisa jernih waktu mataku dipenuhi asap pedupaan dan tak tidur berhari-hari mengikuti upacara bakti Melalui Kotbah kebijakan semua bisa dijawab bahwa itu adalah rintangan yang katanya harus kuatasi dalam menuju kerohanian Sementara setiap langkah sehari-hari ku rasa hanya rintangan demi rintangan yang harus ku lalui menuju entah kemana. I Wayan Arthawa PENELOKAN Kerinduanku memuncak seperti daun-daun luruh mengukir mata bulan di tanahmu tarian tak pernah usai menyertai puisi-puisiku tanpa peduli irama gong mengalun Mata mengerdip aku ingin memetik bunga-mu saat tarian sukmaku menyiapkan kereta kuda meringkik melintasi jalan panjang bisakah menjadi makna perjalanan? Saat penari menjadi kerinduan dan puisi menyerahkan diri kapan aku bisa memberi arti? Cinta milik penyair ingin memberi arti di tanah berlumut saat tali timba hampir terputus Nanoq da Kansas HARAPAN SEDERHANA bagi anak-anakku kunamakan engkau hening karena engkau lelaki yang lahir saat dunia di sekitar kita galau dan lebih percaya pada kekerasan untuk menunjukkan arah kebijaksanaan kunamakan engkau bunga karena engkau perempuan yang lahir saat bunga-bunga telah kehilangan makna dan kesadarannya yang tulus bahwa madu adalah air mata cinta dalam kegembiraan kerja dengan jujur kubebani engkau harapan semoga usiamu cukup sampai puisi ini selesai dan menerima asalnya dari tubuhmu tubuh anak-anak yang dibesarkan kegamangan dunía kupanggil engkau hening dan bunga berharap engkau adalah cintaku yang dipercaya tuhan ●Riki Dhamparan Putra MATAHARI soal waktu saja berjanjilah untuk diam juga tentang bunga itu yang gugur sebelum dipinta kapan kapan kita bawakan saji dengan doa yang lupa diajarkan buya yang hilang dalam kaji apa sajalah kita siulkan sambil menunggu matahari itu Gde Artawan DARI BUKIT SERAYA NADI dari bukit ini kujemput serumpun perahu segara angin yang dihembuskan dari daun jati kering menjadi jinak di tengah diri yang berserah bersaksi diri bersaksi bunga ilalang mendekap pelataran pelinggih bertanda salib menyilang gemilang lengkung cakrawala di bukit ketela berhektar hutan meranggas bersama keliaran satwa yang dibesarkan tawa dan air mata bergayutan ranting sukma kenangan atas kebun jeruk tempat menoreh sajak menuliskan keharuan pantai yang ngalir deras ke puncak bukit seribu gemintang ke puncak getaran nadi di tengah jalanMu yang bercabang-cabang jalan kejelataan berpapasan dengan jalan ke langit memanjat pohon kelapa memetik buah semesta ulahmu adalah kesemestaan global gerakgerik nakal kawanan kerang pantai setiap kali mengguncang bukit ini hingga bertaburan bunga-bunga semak melesat ke depan berlarian bersama bergentong- gentong butiran hujan dari kesepian yang menjadikan bukit ini danau bagi siapa saja bukit ini, menjadi maura sekaligus hulu tempat tepi menepikan serumpun perahu segara dari perjalanan ke gugusan pulau pulau yang diwartakan musim gunung gaung bergaung sampai ke tulang-tulang dewata raya Gde Pudanarya ZIARAH Tak hanya dari pemakaman tanah ini ziarah jiwa menabur bunga sejarah yang mekar dalam warna kenangan dimana batang-batang lontar menua senantiasa tegak dengan langit menanam akar-akarnya mengeras senantiasa bersetia bagi bumi terpaan angin sepanjang musim hanya mampu mengombak sekawanan rumput liar yang tumbuh di halaman Dari kasih bunda pertiwi merdeka anak-anakmu berlompatan dalam mainan senapan pelepah pisang berteriak di kuda-kuda daun pinang ketika cahaya bulan rebah melabuhkan bayang memanjang betapa perang dan perjuangan akan tetap ada sepanjang zaman Pesta rakyat saat musim petik tiba membangunkan kampung-kampung nan jauh membuka berpasang-pasang mata cahaya dari pijar lingkar petak-petak suara mendudukkan kepala suku tarian purba Kembali berpulang pada cuaca disyukuri karena kemarau disyukuri karena penghujan menyuburkan tanah-tanah garapan membesarkan pohon-pohon kebangsaan Di bawah kibaran panji semerah mawar seputih melati warna kami tegakkan tinggi-tinggi. Dalam kondisi seperti ita AB- Lahirnya Generasi Baru Penyair "Kampus Putih" (III) mad Fikri AF penyair Risalah Kurelakan Diriku Jadi Tunggangan Semesta Duka Oleh M. Arief Hakim ing/tetapi aku mau berak/atau barangkali aku mau mandi/o'ya beri aku handuk dan sikat gigi/dan siapkan secangkir kopijangan lupa odolnya/di mana airnya/lis- trik mati/kran macet/yah, aku mau tidur (Akhmad Fikri AF dalam "Kaco, 1"). HALAMAN 11 BPM/dok ENAM PENYAIR BALI KE FESTIVAL SUPRATMAN SURABAYA: Dayu Oka Rusmini, Coko- rda Istri Savitri, Tan Lioe le, Wayan Udiana, Warih Wisatsana, K Landras Syaelendra mulai Kamis malam (13/6) sampai 18/6 mulai membacakan sajak-sajak mereka di panggung Festival Suprat man Surabaya. Hampir 1.000 seniman dari berbagai bidang (teater, musik, lukis, sastra) dari se- mua kota besar di Indonesia diundang untuk meramaikan Festival Supratman Surabaya yang mulai menarik perhatian dan festival ini berlangsung sebulan penuh... ESEI Nirta KS pernah disiarkan dalam Edisi POS BANGLI 12 Mei '96 yll tapi ketinggalan hampir SEPARUHNYA, maka edisi ini dimuat ulang SEUTUHNYA. Harap pembaca budiman maklum. Redaksi POSBUD BPM Purnama di Perguruan Batur MALAM Purnama bebera- semacam pintu pangapit jalan bisa lepas dari keheningan arke- pa bulan lalu, kami tangkil ke Pura Dalem Balingkang, di suatu kawasan dataran rendah, di suatu desa di lem- bah Kintamani, Bangli. Setelah sempat nyasar-nyasar, akhim- ya kami sampai juga di tempat tujuan yang menakjubkan itu. Menakjubkan, karena di sana kami, setidaknya saya, bisa memperoleh pertunjukan dra- ma kehidupan religius yang sangat nyata dan kolosal. Lokasi Pura Dalem Baling- kang itu sendiri bagi saya sudah merupakan kawasan panggung drama religius. Ada di sebuah dataran landai yang luas. Untuk mencapainya, mesti melewati jalan berliku. Dan, di sini tampak semua hal bermakna simbolik- yang menandakan di susun rapi secara konsepsional: Sungai Balingkang yang melingkari Pura, bale pegat, hingga sebuah pintu masuk ke areal Pura (Kori agung versi Balingkang) yang berdin pada sebuah dataran agak tinggi sementara tak ada tembok mengitari di sebelah menyebelahnya. Pintu masuk yang tampak sederhana dengan kekunaan- nya itu sungguh berdiri sendiri di situ. Tampilannya yang unik itu malah membuat saya jadi mere- ka-reka, jangan-jangan inilah vi- sualisasi apit lawang yang penuh makna secara etomologis itu. Ya, menuju ke Keheningan Ruang yang kosong di sebelah dalam Pura itu. Jadinya, alam kosong yang ada di luar pintu dengan alam Kosong yang ada di balik apit lawang itu cuma dibatasi oleh rangka pintu bertiang dua itu yang juga tampak senan- tiasa terbuka. Segera setelah melewati apit lawang berposisi unik pada lang kah setelah mencapai bale pegat itu, kami benar-benar memasuki sebuah areal halaman yang lapang. Tak ada bangunan di situ. Baru setelah langkah-langkah di- lanjutkan ke arah samping atau terus ke dalam ditemukan sejum- lah palinggih, termasuk Padmasa- na versi Balingkang. ologis Balingkang yang di kepa- la saya tiba-tiba menjelma jadi pengertian sebagai Bali Akang alias Bali tertua (awal). Kawasan Kintamani dengan kesejukan hawa dan cungkupan kabutnya yang tebal membuat kami mesti pelan-pelan melaju- kan kendaraan, belum lagi dita- mbah rekan yang pegang kamu- di sempat terserang kantuk be- rat. Tapi, bagi saya yang cuma duduk di tengah, perhentian se- jenak di tengah kabut puncak Kintamani justru memberi rasa nyaman dan indah, Indah, kare- na Gunung dan Danau Batur yang berada di kawasan itu, malam itu justru menjadi pem- buka kunci bagi saya masuk ke kawasan keheningan arkeologis yang lebih paripuma tentang ja- gat spiritualitas Bali. Secara arkeologis bangunan- bangunan yang berdiri di areal Pura Dalem Balingkang ini me- mang menyembulkan jejak se- Sempurna, karena Batur jarah yang panjang berhulu ke sekaligus memadukan gunung masa silam lampau Bali. Akul- dengan danu (danau), sehing- turasi budaya yang diadopsi dan ga konsepsi purusa-pradana, diadaptasi genius-genius lokal lingga-yoni, panes-tis, sagara- tak pelak lagi mencuatkan gini, di sini menjadi bulat utuh to- produk budaya ala Balingkang tal, tak berjarak. Dengan ke- yang khas, unik-ibarat masa- padubulatan demikian, menjadi- kan Bali yang nyangluh. Meru kan kawasan Batur sebagai titik bertiang satu, misalnya. Bila dis- pusat spiritualitas, pusat pengh- usuri ke hulu sejarah bisa mem- eningan kosmologis bagi energi berikan makna budaya Bali yang kreatif yang di Bali bahkan ber- sajan-sajan Bali. Belum lagi ting- sifat genetik. Tak heran bila pus- galan-tinggalan arkeologis yang taka-pustaka Bali menyebutkan mencirikan jejak budaya Cina kawasan ini sebagai pusat per- yang diserap secara unik di sini guruan spiritual Bali, dengan mu- -dan sebagai nama desa hing- rid-murid lokal, nusantara, hing- ga bentuk bangunan. ga mancanegara. Jejak-jejak keheningan arke- Di sini Gunung Batur dengan heroik, tapi juga sublim. Misalnya saja: aku melihatmu mengasah ologis demikian tentu tak energi panas buminya menjadi dai lainnya pun mencemooh, mu- langit di cakrawala/dengan tangan bakalan habis dibicarakan dalam daya pembangkit penciptaan, ngkin kepada dirinya sendiri, tapi kekarmu yang telah dibasuh air- kolom kecil ini - bila dicermati sedangkan Danau Batur dengan mungkin juga pada kita semua, ter- mata bunda," tulis A. Sunhiyah akan makin meyakinkan: beta- tis toya-nya menjadi sumber utama terhadap kelas menengah Misya dalam puisi "Syair Waktu". pa wong Bali seyogianya tak per- mata air penghidupan subak- yang sering merasa sok intelektual, Atau puisi dia yang lainnya, beribu lu membangga-banggakan din subak di Bali. Dari sinilah air terpelajar, sok cendekiawan, agen dalam puisi "Dustamu", Roro Sri luka kau benamkan di pangkuan sebagai "saudara muda" Majap- mengalir menggenangi sawah- of change, gembar-gembor di sana- Ekowati Wulandari, penyair Ris- senja.../hatimu selalu mekar wa- ahit.Apalagi hendak merunut-ru- sawah di seantero jagat Bali se- sini, juga mungkin merasa "pahla- alah Badai lainnya, masih bisa lau segumpal derita meradang di nut asal-muasal lewat tirthayatra hingga tak sembarangan (maaf, wan" dengan berani berteriak-teri- mencemooh dengan kocaknya: batinmu (semesta Syair bagi ke India, Kawasan Balingkang bila Bali justru menumbangkan ak dan demonstrasi, tapi tetap tak Lidah itu berjumpalitan tak karu- Ibu"). Puisi-puisi itu cukup matang memberi jejak sejarah yang bu- ungkapan "apalah artinya se- mengubah apa-apa. Namun an/Aku pusing melihatnya! Mu- pengucapannya, juga heroik kan mustahil justru membalikkan buah nama", karena bagi Bali bagaimana pun, tindak yang tera- ngkin, ini suatu cemooh terhadap Puisi yang bernada tegar, heroik arus pendapat umum yang nama adalah sebuah makna khir itu masih lumayan, daripada "rezim kebenaran" yang suka ber- tapi juga sublim bisa ditemukan sudah sedemikian keruh men- konsepsional, bukan sekadar tiarap". Simak puisi yang berikut: teriak-teriak, sok berkuasa, memak- pula pada karya Faizi L Kaelan galir ke muara-muara pemaha- nama, atau nama sekadar) bila dunia sedang mengajarkan kepa- sakan kehendak, tapi tingkah laku bertitel "Pelayaran, 1" berikut: man entah berwujud buku, ker- di sini juga ada Pura Ulun Danu, da kita bagaimana bertiarap/ dan kata-katanya penuh keab- bermil-mil jauh kutinggalkan der- tas kerja, serta tulisan-tulisan sumber kesuburan. Upacara diperkenalkannya kita dengan surdan, juga bagaikan badut, Dalam hidup yang penuh para- maga/dengan dayung patah dan lainnya. ngusaba ring Ulun Danu Batur Dan, temyata, drama religius pun menjadi pusat sekaligus macam-macam peluru... moncong ngomong di mana-mana, di televi- doks, absurditas, kerapuhan dan layar cabik/namun/jika seseorang senapan/.../dunia memang sudah si, radio, koran, media massa, mim- kesementaraan, memang perlu juga telah lama menunggu/dengan de kolosal itu, malam pumama itu, puncak kosmologi parhyangan tak hanya terhenti sampai di bhakti manusia Bali untuk men- gila/kita tetap dipaksa tiarap (Akh- bar (meminjam retorika penyanyi dimunculkan humor, parodi dan kapnya yang hangat/di dasar sam- mad Fikri AF dalam "Tiarap"). terbesar Indonesia Iwan Fals), tapi komedi, agar manusia (seseorang) udra/karamkan kapalku/kirim aku sana. Di areal Pura Dalem Bal- capai titik rahayu. Pusat orientasi ke hulu ini men- Refleksi terhadap kekerasan, keke- omongan dan kata-katanya tidak tetap punya semangat menapaki badai. Sebuah puisi yang dekat den- ingkang itu lagi-lagi saya diper- jaman dan ketidakadilan yang tak sesuai, atau bahkan bertentangan (ke)hidup(an) dan tidak larut dalam gan judul antologi Risalah Badai, hadapkan pada permainan nya- gajarkan kearifan, bahwa hidup sepenuhnya bisa dimengerti kare- sama sekali dengan perbuatan dan kedukaan dan ketakberdayaan, yang ditinjau kali ini. Seseorang ta rasa bhakti anak-anak manu- semestinya menuju ke Sang Sum- na carut marut dan chaosnya se- kenyataan (realitas) yang terjadi. apalagi keterasingan, kehampaan yang diterpa dan atau dihadang tan- sia yang suntuk ngayah lalu ber ring ulu (dulu), bukan terus terseret ke hilir hingga akhimya jarah, ketaksadaran masal, berpadu Yang bagai badut itu, biasanya makna, tannerti, nihilisme, ger- tangan ("badai") memang bisa makemit di situ. dengan naluri ber-"kuasa"-nya adalah rezim politik kekuasaan, sang jiwa, ritual. Hidup memunculkan dua kemungkinan: Sungguh, bagaimana anak- terdampar di kawasan yang jauh manusia, juga bisa ditemui dalam beserta perpanjangan tangannya. kadang juga visu aukin segar, me- ambruk, kalah, trauma, binasa di anak manusia berbagai usia dari ulu (dulu). Karena itu, manu- puisi Akhmad Fikri AF lainnya, Tapi barangkali juga bukan hanya mekar, romantis dan indah. satu sisi, akan tetapi jika bisa men- baur mewujudkan kesunggu- sia Bali senantiasa mementingkan yang berjudul "30 September, Suatu itu, Secara umum, Roro Sri Ekowati, Misalnya saja jika kita baca gatasi tidak mustahil akan melahir- han bhakti masing-masing tan- ulu (dulu), termasuk ketika hendak Malam" mungkin juga mengkritik orang-or puisi-puisi cinta yang sederhana, kan kematangan, kekokohan dan pa dibenahi lagi urusan-urusan tidur-entah bermakna simbolik, Kita tentu tahu, ada apa pada ang (kita?) yang terlalu banyak ber- dalam Risalah Badai: lumut as- pencerahan, di sisi yang lain. Mem- duniawi yang pamrih. Mereka entah keseharian. Maka, bila lantas kini ka- tanggal 30 September (1965) dan kata-kata, berkonsep, carut maria, mara pun merimbun/menumbuh injam istilah Abidah El-Khalieqy, menyatu: pragina, juru gambel hari-hari sesudahnya. Suatu peris- simpang siur, intelektual exercise, dari spora kasih kita yang ranum salah satu di antara sekian banyak sekaa kidung, pasantian, pe- wasan Batur di Kintamani dis- tiwa dramatis yang merupakan tapi tidak berpengaruh dan tidak (Haqqi El-Anshary dalam "Rendez- penyair nasional alumnus IAIN Su- mangku, dan seterusnya hing- ekularisasi dengan terjangan sa- tragedi sejarah, penuh darah dan mengubah apa-apa. Atau juga or- vous In D Minor"). Atau juga, per- nan Kalijaga adalah: Orang Ca- ga penonton, pedagang amik- rana pariwisata-sebagai kon- air mata, di mana sesama bangsa ang-orang terlalu banyak berkata- nah kupetik indahnya mawar/bun- haya lahir dari rahim pertarungan. amikan. Tapi, semua berada sekuensi ekonomis ditetapkan dalam otonomi eksistensi mas- sebagai kawasan pariwisata- Akhirnya, apresiasi ini, se- juga sesama manusia saling bunuh kata, cerewet, royal mengobral "ci- ga perlambang cinta mekar/aku dengan membabi buta, kalap. tra" dan "tanda", tapi tidak ada penaka rama, kau laksana shinta baiknya saya tutup dengan puisi ing-masing tanpa harus ber- adakah ini pertanda Bali sesung- malam ini, tiga puluh tahun yang "komunikasi" satu sama lain, bah- sejoli di rimba dandaka/memanah "Champion" karya Kuswaidi sitegang dengan atribut sosial guhnya sedang mengabaikan lalu/panah-panah pasopati melun- kan ironisnya adalah: discontent. seekor kijang kencana (Haqqi El- Syafi'ie yang juga sublim dan lain. Dalam rumah-rumah be- ulu (dulu) yang seharusnya men- cur dari ubun-ubun sejarah/.../ Dan, sekali lagi, tak usah terla- Anshary dalam "Nyanyian Kasma- bernada Cinta Kasih Semesta deg yang tembus angin se- jadi pusat orientasi spiritual, pu- satu-satunya anak kesuma dia- lumurung dan bersedih hati. Dalam ran"). Ya, sebuah tembang kasma- yang cukup kuat dan saya adapta- muanya baur, sama rata, sama sat kehidupan keseharian Bali? Dan Ulun Danu menjelma men- jaknya bercinta dengan darah... Risalah Badai juga ditemukan pui- ran, kasih manusia yang mekar, sed si menjadi judul tinjauan pusi ini: rasa, sama-sama. harga kematian ini begitu murah si-puisi kocak lainnya, sedikit nyi- erhana, tapi juga indah. akhirnya kurelakan jua dirikul Di tengah gebalau silang jadi kesuburan subak, dan sub- di hadapanmu, kuasa (Akhmad nyir, agak main-main, tapi tetap bisa Pada seting hidup yang wama- menjadi tunggangan semesta omongan yang cuma saling si ak tercipta kreasi seni, dan set- Fikri AF dalam "30 September, bikin ketawa, ngakak, menyegar warni, hingar-bingar, penyair juga duka/yang ditimbun tangan-tan- lang saling silat tentang kerja erusnya. Suatu Malam"). kan, walau kadang terasa konyol. bisa melakukan renungan, pengem- gan lumpur saudara sendiri. Tapi, pada konteks seperti itu, Misalnya, sebentar aku mau kenc- baraan dan penziarahan yang tegar, Paradoks, Absurditas dan Ko- medi (Habis) DIJUAL DENGAN HARGA MURAH-MURAH UD. SUMBER MAKMUR BANGUNAN Jalan Raya Kuta No.23 Telp./Fax. 756569, 757618, 752028 Kuta-Bali PEMBAYARAN BISA LEWAT CREDIT CARD BAYARNYA MUDAH, GAMPANG, CEPAT & PRAKTIS SEKALI VISA MasterCard I TIADA HARI TANPA MEMBANGUN • Besi Beton Kayu Kalimantan Pipa + Siku-siku • Papan Cor Cat Kayu + Cat Tembok ● Keramik Porselin Pengiriman cepat & Tepat Hari Minggu Tetap Buka Diners Club (Ⓡ International • Semen Triplek-Triplek Plywood •Pipa-pipa Paralon • Asbes, dll C. 2065 sama kemanusiaan, moralitas, Seharusnya pihak-pihak ber- pluralitas, demokrasi, dan set- wenang, yang notabene orang erusnya panorama Pura Bali, berpikir ulang untuk meru- Dalem Balingkang, pada hari sak ulu (dulu). Karena siapa pun purnama malam di bulan No- tahu, kalau ulu tak sehat, tak har- vember itu, boleh jadi sebuah monis, maka kaki jadi pincang, "sindiran halus" akan ulah-ulah tangan jadi pati grape, bukan yang disintegratif antara pikir, mustahil juga badan akan lum- kata, dan laku. Komunitas itu, puh (stroke). Paling untung juga waktu itu, tak banyak pikir masuk rumah sakit jiwa (RSU)- apalagi kata. "Ideologi" keag- yang notebene juga berada di amaan mereka hanyalah ini: wilayah Bangli yang secara ad- laku. Dan, laku adalah bukti ministratif membawahi Batur, pu- bhakti buat mencapai mukti. sat perguruan spiritual itu. Aksara-aksara lontar bahkan Juga, seharusnya berpikir ul- kitab suci ditekuk ditelikung jadi ang untuk mempermak kawasan- olah laku. Dengan begitulah kawasan termasuk masyarakat di segala ego dilumerkan hingga Batur dan sekitamya agar serag- ke titik nadir, sehingga identi- am dengan Bali selatan umumn- tas personal luluh ke dalam ko ya. Soalnya, kenapa harus serag- am? Bukankah puncak kede- munalitas religius. Sayang, saya tak sempat wasaan itu terletak pada apresiasi berlama-lama menyusuri masa terhadap pluralitas, bukan pada silam di lembah Balingkang itu. suara tunggal? Seharusnya, me- Segera setelah mabhakti kami mang, kita belajar lebih dalam lagi pun balik lagi ke Denpasar. Sam- dari Pusat Perguruan Bali Mula pai di puncak bukit Kintamani, bemama Batur itu. Nirta KS kenangan saya pun masih tak 2cm Color Rendition Chart