Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-06-17
Halaman: 07

Konten


4cm 2cm Pon, 17 Juni 1996 CILAS mengguncang Pulau Min- i, namun tidak mengaki- pihak berwenang. Gempa la Richter, menyebabkan oyang di kota Iligan, na- de Oro yang berdekatan erapi Pemerintah Filipina an suatu patahan lokal di (ant/afp) tasan obat terlarang Peru us dalam tahun ini, kata si pemusnahan 4.000 kilo kan bahwa yang sedang disita bulan lalu dari se- ang siap terbang ke Ero- jalan dibakar itu, yakni ilakukan karena tekanan penuh dalam memberan- Federal Arkansas akan mem- ekali lagi Presiden Bill Clin- n video, sebagai saksi pem- terdahulu di mana tiga be- tuduhan kecurangan bank an tuduhan yang lebih men- ng menjadi terdakwa adalah Robert Hill, yang dituduh ah untuk kampanye pemili- as tahun 1990, dan tuduhan eka. (ant/afp) Runcing sebagai keluwesan. la Kamis (13/6), Albright dan Besar Inggris untuk PBB Sir Weston dilaporkan mendesak Keamanan agar menyatakan an Irak tersebut sebagai pel- an materi persetujuan gencat- ata Perang Teluk, pernyataan apat menyiratkan aksi militer. mun usul itu ditentang sebagi- gota dewan seperti Prancis, Rusia dan Mesir, karena kha- paya AS dan Inggris tersebut memicu campur tangan militer. siran hukum atas istilah pel- an materi dapat memberi ala- gi kemungkinan penggunaan ,walaupun Duta Besar AS nggris berkilah London dan ngton tak menghendaki krisis eningkat sehingga melibatkan urtangan militer. Chaidar Abdullah/ant IDA adi anda nebldib nors a sebuah KTP nda menyalakan milik anda apat menyimpan an remote kontrol) janji anda. KARI!. le berhal AHARİ TERDEPAN DALAM INOVASI House ORO 30 A DPS C 1706 SPESTEC Yona ..now what.. Jim Joker MELANIE Shoes C 2000 Senin Pon, 17 Juni 1996 Harian untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Bali Post PHDI ibarat Nakhoda Kapal yang Sakit dan Kelelahan ki iman utuh, tak perlu menjadi aan, mereka yang munafik akan PADA September 1996 nanti, kalau tiada perubahan akan dilakukan Ma- mereka yang merasa tidak memili- RUTR dan Lemahnya Perencanaan Dalam Pembangunan hasabha Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Surakarta, Jawa Ten- pengurus PHDI. Keutuhan iman DARI segi normatif ideologis, adalah ke- bangunan di Bali, dari dimensi ekonomi, poli- gah. Majelis agama Hindu yang tertinggi itu akan membahas hal-hal men- harus menjadi syarat mutlak bagi wajiban kita sebagai bangsa Indonesia un- tik, budaya dan bahkan kepentingan keag- yangkut kehidupan keagamaan di kalangan umat Hindu, baik secara makro Denguereka tak perlu berlatar bela tuk mengembangkan sistem ekonomi yang amaan bagi masyarakatnya, lemahnya per- spirit jiwanya adalah nilai-nilai yang tercan- encanaan dalam pembangunan Bali - per- maupun mikro. Adanya kritik dan sorotan terhadap PHDI ini wajar-wajar saja, kang intelektual terlalu tinggi. tum dalam pembukaan UUD 1945, dan pasal- encanaan dalam arti luas mengambil wu- karena banyak umat Hindu yang menaruh kepentingan terhadap lembaga PHDI, pasal dalam batang tubuh terutama ketentu- jud beraneka ragam. Wujud tersebut di ant- an pasal 33 yang sangat terkenal itu. Sistem aranya, pertama, strategi besar (grand strat- mulai dari kepentingan keagamaan, sosial, budaya, ekonomi, politik, hingga ekonomi yang spirit jiwanya sesuai ketentu- an konstitusi tersebut, telah sepakat kita se- but dengan terminologi ekonomi Pancasila. Dari ketentuan konstitusi tersebut dan dari sejarah pemikiran bapak pendiri republik ini, Drs. Mochamad Hatta, menjadi sangat jelas bahwa sistem ekonomi Pancasila yang se- mestinya dan harus kita perjuangkan bersa- ma adalah sistem ekonomi yang padat den- gan cita-cita keadilan, baik keadilan ekonomi, politik, maupun keadilan sosial. Sistem ekonomi yang padat nilai cita-cita keadilan tersebut dalam konteks kekinian, barangkali dapat ditafsirkan sebagai sebuah sistem, di mana mekanisme ekonomi pasar ditenggang dan didorong penumbuhannya, tetapi merupakan mekanisme ekonomi pasar yang terkendali, yang dari segi ideologis da- pat disebut sebagai mekanisme ekonomi pasar yang sosialistik religius. Dengan demikian sistem ekonomi tersebut semesti- nya menolak mekanisme ekonomi pasar den- gan persaingan bebas tanpa kendali, persain- gan "menggorok leher"-cut throat compe- tition-persaingan yang hanya membuat yang kuat makin kuat dan yang lemah makin tergusur, the survival of the fittest-meminjam istilah Charles Darwin. Hal itu berdampak dapat merugikan masyarakat luas, tidak saja secara ekonomi, juga secara politik, budaya, dan bahkan tekanan ruang fisik kehidupan. Realitas faktual dari perwajahan ekonomi In- donesia dewasa ini, yang mengalami tekan- an berat dalam bentuk terjadinya ketidakadi- lan sosial ekonomi, memerlukan perjuangan ekstrakeras dari bangsa ini untuk mengko- reksi ketidakadilan tersebut untuk dapat me- menuhi amanat konstitusi. Berangkat dari pemikiran normatif ideolo- gis tersebut, kita ingin memberikan catatan terhadap berbagai komentar tentang revisi RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Bali yang sedang berlangsung. Dari rangkuman pendapat para pakar pembangunan dan catatan peristiwa pembangunan yang berdi- mensi ruang, kita sampai pada kesimpulan (kesimpulan yang pernah diturunkan dalam kolom ini beberapa waktu lalu) bahwa revisi RUTR Bali, sesuai dengan aspirasi kepent- ingan masyarakat luas, menjadi kebutuhan yang makin mendesak, kalau kita tidak meng- inginkan dinamika kemasyarakatan yang bernama pembangunan, makin sarat per- soalan yang eksplosif sifatnya. Mengingat arti strategis revisi RUTR Bali, menurut pengamatan kita revisi tersebut ber- jalan lamban, terkesan tertutup dan atau kurangnya publikasi, pada keputusan revisi ini akan berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat banyak. Lambannya revisi menu- rut beberapa pihak yang mempunyai kepa- karan di bidang ini, dinilai sebagai refleksi terhadap lemahnya perencanaan dalam pem- bangunan Bali secara keseluruhan. egy), pendekatan budaya dalam pemban- gunan dengan konsepsi Tri Hita Karana-nya sangat lemah perumusannya di tingkat per- encanaan yang lebih operasional. Adanya polemik tentang maksimum tinggi bangunan yang dapat ditoleransi, merupakan satu dari banyak bukti atas keterbatasan berbagai pi- hak untuk dapat memahami secara utuh Tri Hita Karana, sebut saja dari kajian arsitektur ruang, spiritualitas dan sosiologis. Padahal penerapan Tri Hita Karana secara benar dan taat asas, di dalam dirinya mengandung muatan realisasi sistem ekonomi sosialistik religius. Konsepsi Tri Hita Karana di dalam dirinya mengandung konsiderasi awal tentang ket- erbatasan daya dukung alam secara fisik, keterbatasan sumber daya alam terlebih-lebih keterbatasan ketersediaan air bersih, yang menjadi makin relevan, jika kita merujuk pada prediksi sejarawan besar Paul Kennedy bah- wa pada abad ke-21 masyarakat manusia dihadapkan pada potensi ancaman perang perebutan sumber daya alam (natural re- sources war). Kedua di tingkat pemikiran strategik per- encanaan tampak terjadinya ketidakjelasan dalam pemikiran perencanaan Bali, yang berakibat strategi pembangunan yang diru- muskan menjadi relatif tidak berdaya untuk mengarahkan mekanisme ekonomi pasar yang kapitalistik dengan segala akibatnya, padahal perencanaan pembangunan strate- gik sangat diperlukan untuk menentukan pola pembangunan, strategi pencapaian pertum- buhan, dan rujukan sistematik bagi masyarakat ekonomi dalam kegiatan produksinya. Ketiga terjadinya berbagai rag- am kesenjangan; pembangunan yang terla- lu berpusat di selatan yang berdampak te- kanan fisik ruang di bagian selatan Bali men- jadi terlalu berat dengan dampák sosial dan kelestarian lingkungan, dan bahkan konflik dengan kepentingan keagamaan umat Hin- du kesenjangan antarkabupaten dalam pendapatan, distribusi kredit dan penghim- punan dana dan sejumlah kesenjangan lain- nya. Terjadinya kesenjangan yang lebar ini, tanpa disertai tanda-tanda adanya upaya yang serius untuk mengambil kebijaksanaan terapinya, sementara yang tampak di permu- kaan adalah kehidupan masyarakat yang makin kritis dan makin gandrung terhadap hak-hak politiknya. Keempat, komunikasi pembangunan umumnya dan komunikasi pemikiran perencanaan pembangunan khususnya, komunikasi dalam pengertian konstruktif dua arah, menjadi mampet, seh- ingga mudah menimbulkan berbagai ragam isu yang destruktif terhadap proses partisi- pasí masyarakat, dalam masyarakat yang mengenal tradisi Catur Guru Bhakti. Itulah sebagian tantangan besar yang di- hadapi masyarakat Bali dalam kondisi politik Jika kita amati problematik luas dari pem- kekinian. Pesantren Kilat: Kesibukan Kreatif Masa Liburan ATAS anjuran Presiden Soeharto, pada kilat dan menyibukkan anak-anak sekolah bulan-bulan liburan tahun ini, yaitu bulan Mei- agar tidak melakukan perbuatan iseng, sela- Juni-Juli, diadakan pesantren kilat di mana- ma ini sebetulnya telah ada segi-segi lain mana untuk anak-anak sekolah, yaitu SD, SMP, dan SMU. Pelaksanaan pesantren ki- lat tersebut dapat bertolak dari beberapa pengandaian. Selama musim sekolah pen- didikan agama tidak terlalu intensif dilaksan- akan terutama menyangkut aspek praksisn- ya karena keterbatasan waktu. Mata pelaja- ran lain menyita waktu dan kesibukan anak- anak sekolah sehingga penerapan dan pen- gamalan ajaran agama kurang optimal. Walaupun demikian, titik tolak yang lebih mendasari pelaksanaan pesantren kilat terse- but adalah memberi kesibukan kepada anak- anak sekolah pada masa liburan. Ada pen- gandaian, dan pengandaian itu belum tentu benar seluruhnya, bahwa anak-anak seringkali menjadi penyebab berbagai keona- ran sosial selama liburan. Karena mengelom- pok anak-anak dan remaja terikat pada nor- ma kelompok. Akibatnya, jika yang satu ber- buat salah yang lain-lain ikut-ikutan berbuat salah. Jika salah seorang anak secara iseng menggoda anak lain, misalnya, anggota-ang- gota kelompok bersatu-padu untuk ikut menggoda anak tersebut, tanpa pertimban- gan rasional yang matang. Masih ada sejum- lah keisengan lain yang menyebabkan ada tudingan bahwa anak-anak sekolah sering melakukan keonaran sosial pada musim libu- ran justru karena tidak disibukkan. yang berfungsi sebagai penambah atau pengganti beban kesibukan selama musim libur. Berkemah, berdarmawisata, mendaki gunung, olah raga, atau berorganisasi meru- pakan sebagian dari sejumlah kegiatan musim libur. Barangkali karena sudah terlalu sering, kegiatan-kegiatan tersebut sudah menjadi rutin sehingga tidak lagi memiliki daya tarik kalangan luas. Jika demikian yang salah bukanlah anak-anak, melainkan para pembina dan pendidik. Orang-orang dewasa yang mendampingi anak-anak ini harus berkreasi menciptakan acara-acara baru yang lebih menarik minat anak-anak sekolah. Salah satu alasan mengapa Pesta Kese- nian Bali dilaksanakan pada musim liburan (tahun ini dari tanggal 8 Juni sampai 6 Juli) adalah karena sebagian pendukung acara- acara kesenian di PKB adalah anak-anak remaja dan pemuda-pemudi yang masih duduk di bangku SLP dan SLA dan ber- gabung dalam berbagai kelompok (sekeha). Untuk berpentas diperlukan banyak sekali waktu latihan. Jika tidak ada kesibukan ber- latih, dan giliran berpentas sudah lewat, para teruna itu dapat menikmati kesenian sajian teman-teman atau kelompok-kelompok kes- enian lain. Waktu liburan yang kurang lebih satu bulan lamanya terisi kegiatan yang ber- manfaat bagi anak-anak, remaja, dan pemu- da-pemudi. Itulah latar belakang munculnya gagasan menjalankan praktik pesantren kilat ini. Wak- Sudah tentu kita tidak dapat berkesimpulan tunya mungkin paling lama dua-tiga minggu. bahwa keonaran sosial semata-mata dilakukan Nama pesantren agaknya juga tidak dapat anak-anak yang sedang iseng, yang tengah diartikan semata-mata bahwa hanya anak- menikmati liburannya. Masih dimungkinkan anak beragama Islam yang dimasukkan dalam kesibukan dengan berbagai kegiatan dalam sistem pendidikan dengan mengam- yang terarah dan diarahkan, dapat saja mun- bil model pendidikan pesantren tersebut. cul sikap iseng tersebut. Masalahnya adalah Menurut situasi dan kondisinya, anak-anak bagaimana memberikan motivasi terutama beragama lain juga dimasukkan dalam sistem pada pimpinan kelompok sehingga norma-nor- pendidikan gaya pesantren itu tetapi didasar- ma yang dibangunnya tidak dibiarkan berges- kan pada ajaran agamanya masing-masing. er ke arah hal-hal negatif, melainkan bergeser Dengan demikian titik berat materi yang pada hal-hal positif dan bermanfaat. Jika diberikan bukanlah materi pelajaran sekular demikian kita akan berpaling pada agama kare- yang mereka peroleh sehari-hari di sekolah, na agama memiliki seperangkat norma untuk melainkan bagaimana hidup keimanan (ber- meredakan kerisauan masyarakat terhadap dasarkan agama yang dianutnya) dan kero- anak-anak dan kaum remaja kita. Selain itu hanian diterapkan bersama-sama dalam kel- pesantren kilat atau pendidikan jangka panjang yang mana pun akan mubazir apabila tidak di- ompok. Jika tujuannya memberikan pendidikan ikuti keteladanan. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas keamanan. Menurut pengamatan penulis dari pengalaman dan keterlibatan penulis dalam PHDI di daerah (Ja- tim), terdapat lima masalah besar keagamaan Hindu yang sedang di- hadapi umat Hindu dan organisasi PHDI itu yaitu: (1) masalah ke- imanan dan religiusitas Hindu aki- bat belum adanya kesatuan tafsir agama dan kesatuan ritual-ritual keagamaan, (2) masalah kelom- pok-kelompok keagamaan dalam Hindu, terutama yang menyangkut kasus kasta yang tak pernah bera- khir hingga kini, (3) masalah kelembagaan dan organisasi keag- amaan seperti PHDI, dan berbagai organisasi keagamaan Hindu lain- nya, (4) masalah kedudukan aga- ma Hindu dalam masyarakat, ke- budayaan, dan khususnya kedudu- kan PHDI dalam politik dan nega- ra, dan (5) masalah kebebasan umat untuk memilih jalan atau marga agama (bhakti, jnana, karma, dan yoga marga). Penulis melihat PHDI tak akan mampu memecahkan masalah- masalah umat secara memuaskan karena tak sepenuh memperoleh dukungan umat dan PHDI tak dii- si oleh orang-orang mampu meng- abdi sepenuhnya kepada agama. PHDI ibarat organisasi tak pernah segar dan selalu ditiup angin ken- cang tanpa suatu arah yang pasti. Mungkin seperti nakhoda kapal yang kelelahan, sehingga tak jelas arahnya. Agama Hindu di Indonesia be- lum mampu menampakkan "ke- universalannya" dan belum mam- pu "keluar" dari kebudayaan dan adat Bali hingga saat ini, sehingga di mana-mana agama Hindu me- nampakkan dirinya sebagai perwu- judan budaya dan adat Bali, ken- datipun dijumpai di luar Bali. Oleh sebab itulah masyarakat selalu su- lit untuk melepaskan istilah "Hin- du Bali" dalam berbagai kehidu- pan berbangsa dan bernegara. Khususnya ada sorotan dan kri- tik tajam terhadap PHDI yang se- lama ini belum menampakkan ker- janya yang optimal, sehingga ban- yak pihak menilai organisasi PHDI itu organisasi sambilan" belaka, yang tidak memberikan kontribu- si positif terhadap umatnya. Bany- ak pihak juga menilai PHDI se- bagai organisasi yang berfungsi sebagai kendaraan politik", di mana pengurusnya ingin men- gukuhkan diri dalam kewibawaan politik melalui organisasi PHDI ini, sehingga dapat menjadi calon ang gota legislatif dari kekuatan poli- tik tertentu. Adalah wajar tiap umat terke- muka memberikan penilaian ter- hadap apa yang dilakukan oleh PHDI, karena umat Hindu sendiri memberikan harapan-harapan be- sar terhadap PHDI agar memberi kan peranan lebih besar sekarang ini, karena kondisi "moralitas war- ga masyarakat makin merosot" akibat pengaruh nilai-nilai ekonomi yang memberikan pe- doman menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan. Kurang Segar Siapa pun yang akan me- Oleh Nyoman mimpin dan menjadi pengurus PHDI selamanya akan kurang atau tak segar, karena kendala dan ham- batan internal yang dapat melum- puhkan mekanisme PHDI sendiri, seperti: (1) pengurus PHDI yang sambilan dan tak ingin mengabdi kepada agama secara sepenuhnya, (2) pengurus yang menghadapi kesenjangan dengan lembaga-lem- baga di bawahnya, (3) pengurus yang ingin mencari reputasi sosial, budaya dan politik melalui PHDI, (4) pengurus yang kurang berse- mangat keuniversalan agama na- mun penuh dengan egoisme kel- ompok, (5) pengurus yang "tidak memiliki semangat melayani umat", namun lebih bersemangat untuk dilayani, (6) lembaga yang sangat kurang dana dan tak mam- pu menghidupkan partisipasi umat Hindu, dan sebagainya. Kita berani mengatakan bahwa organisasi PHDI adalah organisasi yang "sekadar berjalan," dan tidak memperlihatkan organisasi modern yang berorientasi kepada produk- tivitas. Selama ini dalam pengam- atan penulis, belum pernah ada "pertanggungjawaban tertulis' pengurus PHDI Pusat dalam tiap Mahasabha. Yang ada pertang- gungjawaban model pidato-pidato belaka, yang penuh dengan kese- muan. Tidak ada yang transparan. Jika tak ada yang terang, lalu yang dinilai apanya? Mungkinkah kita mengukur dalam gelap? Kontroversi mengenai posisi ketua umum, pendeta atau bukan, tampaknya akan berkepanjangan dan tidak memberikan makna yang lebih baik. PHDI telah melakukan Mahasabha yang ke-6 kali, se- harusnya ada kemajuan-kemajuan besar dalam tubuh PHDI, namun nyatanya PHDI Pusat seperti ini saja. Seharusnya dipikirkan kembali menempatkan ketua umum yang pendeta, karena secara organisasi kurang berperanan. Mencari orang-orang yang in- gin sepenuhnya mengabdi kepada agama Hindu makin langka dalam era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini, karena tiap umat Hin- du cenderung berjuang untuk merebut materi dan kekayaan ter- lebih dahulu. Oleh sebab itu mere- ka yang berjuang dalam bidang agama hampir semuanya manusia- manusia yang tergolong "manusia sekunder". Demikian seringkali terjadi pendeta-pendeta yang Naya Sujana mengabdi adalah pensiunan-pensi- unan dari lembaga-lembaga lain. Penulis meramalkan "pola pen- didikan agama Hindu yang for- mal" makin sulit untuk memper- oleh siswa dan mahasiswa, karena umat Hindu sejak awal telah dipo- lakan untuk memasuki sekolah- sekolah umum, bukan sekolah- sekolah agama. Mereka yang sejak awal ingin memperoleh pendidikan agama Hindu makin berkurang ter- us, apalagi masyarakat Bali berada dalam jepitan dan sentuhan indus- tri pariwisata yang banyak menawarkan kesenangan duniawi dan material. Oleh sebab itulah PHDI selamanya tidak akan segar dan tidak memiliki pengurus ber- bobot dalam bidang agama. Jika demikian, masalah-masalah agama yang besar tak akan dapat disele- saikan dan akan menjadi gunung masalah dalam kehidupan sosial dan budaya dewasa ini. Beriman Utuh Dari pengamatan penulis, men- cari pengurus PHDI yang beriman utuh adalah suatu pekerjaan paling sulit, namun suatu kebutuhan yang paling penting untuk dipenuhi, guna mengisi pengurus PHDI yang akan datang. Pengurus-pengurus PHDI yang pintar dalam intelek- tualitas sangat mudah diperoleh dan mereka memang hebat dalam olah pikirnya, namun sangat lemah dalam moralitas dan keimanan (sraddha). Dalam dunia yang sedang edan sekarang ini dalam makna keagam- menampakkan diri lebih khusuk dan leih hebat dari mereka yang berjiwa religius sejati. Destar putih- nya akan lebih besar dari mereka yang beriman sejati. Demikian kondisi dunia yang tidak transpa- ran sekarang ini. Untuk Mahasabha yang akan datang, kemungkinan akan terjadi banyak pihak/kelompok mantan birokrat dan mantan militer ber- pangkat tinggi akan ingin men- duduki jabatan pengurus PHDI yang akan datang. Jika hal itu ter- jadi, kondisi PHDI yang akan da- tang akan tetap saja seperti saat ini. PHDI yang diharapkan memiliki konsep pelayanan umat tak akan tercapai. Mereka (pengurus) akan cenderung lebih mementingkan untuk dilayani. Manusia-manusia sekunder tak akan dapat memberi- kan kontribusi keagamaan yang mendasar di kemudian hari. Sebelum diselenggarakannya Mahasabha, sebaiknya PHDI Pu- sat menyelenggarakan pertemuan semacam seminar atau diskusi na- sional dengan mengundang mere- ka yang memang menaruh minat terhadap kemajuan-kemajuan ag- ama Hindu secara utuh. Para intele- ktual Hindu hendaknya dapat memberikan masukan-masukan untuk kemajuan umat Hindu, dan hasil-hasilnya perlu dibukukan se- hingga dapat disebarkan kepada seluruh umat Hindu. Jika perlu materi-materi yang akan dituangkan dalam Mahasab- ha itu terlebih dahulu dibahas dalam seminar atau diskusi nasion- al itu, sehingga panitia mengarah tidak perlu bekerja terlalu banyak dan kualitas hasil Mahasabha leb- ih berbobot. Umpamanya menjadi- kan semua pura besar dalam wilayah propinsi sebagai "Pusat Budaya Hindu dan Pusat Pelayan- an Iman Hindu". Selama ini pura- pura baru sebagai "pusat ritual Hindu", yang posisinya sangat kontroversial. Persoalan memilih pengurus PHDI melalui voting atau forma- tur tidaklah terlalu relevan, karena keduanya memiliki kelemahan yang mendasar. Kini PHDI mem- butuhkan pengurus PHDI yang bersedia mengabdi dan melayani umat Hindu sepenuhnya, serta Bagaimana mungkin ada pen- yang memiliki iman Hindu yang gurus PHDI yang tak mampu men- utuh atau kokoh. Kesenjangan so- gurus diri dan keluarganya, kok sial antarumat Hindu makin besar bersedia menjadi pengurus PHDI? karena umat Hindu mengalami Jika iman Hindu sejak awal telah diferensiasi yang makin kompleks tidak utuh, lalu bagaimana dapat khususnya di kalangan generasi mengisi lembaga yang tertinggi mudanya. Umat Hindu membutu- itu? Inilah kesalahan yang terjadi hkan pengabdian pemimpinnya dalam lembaga agama. Sebaiknya yang sejati. Dari Simposium Internasional Pernaskahan Indonesia Naskah sebagai Sumber Daya Kebudayaan sumber daya budaya (kebu- dayaan). Kedua sumber daya terse- but sama-sama memiliki arti pent- SIMPOSIUM internasional pernaskahan Indonesia telah dilaksanakan di Jakarta dari alam, tetapi juga sangat kaya akan tanggal 4-6 Juni 1996. Simposium tersebut dilanjutkan dengan acara peluncuran buku yang berjudul "Illuminations: The Writing Traditions of Indonesia", oleh Presiden Soeharto di Perpustakaan Nasional Jakarta, Rabu 12 Juni 1996. Berikut ini laporannya ditulis oleh IDG Windhu Sancaya yang menghadiri simposium tersebut. oleh yayasan asing. Hal itu secara implisit sangat disayangkan oleh Presiden Soeharto dengan menga- takan, "Kegiatan budaya ini akan memperluas dan menambah pengetahuan bangsa Indonesia ten- tang kebudayaan bangsa serta men- ingkatkan kesadaran tradisi tulis Indonesia. Hal ini terasa makin penting kalau kita ingat, sampai Sejumlah pakar pernaskahan masa kini. Apa boleh buat. Buku Indonesia dari berbagai penjuru luks serta berkualitas tersebut ham- dunia selama tiga hari mengadakan pir seluruhnya ditulis oleh para simposium di Jakarta. Para ahli penulis asing. Pemimpin proyekn- pernaskahan yang juga dikenal ya pun orang asing, serta dibiayai dengan sebutan para filolog terse- but berasal dari Amerika Serikat, Australia, Belanda, Inggris, Jer- man, Prancis, Malaysia, Selandia Baru, dan tuan rumah Indonesia. Undangan dari Brunei Darussalam dan Singapura berhalangan hadir. Simposium yang dibuka Men- teri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojone- goro tersebut dihadiri sekitar dua ratus orang peserta. Dalam simpo- sium pernaskahan tersebut dibahas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pernaskahan, tokoh-tokoh teladan dalam studi pernaskahan Indonesia, masalah penelitian, ser- ta pengajaran filologi di berbagai perguruan tinggi di dunia. Pada akhir simposium berhasil dibentuk sebuah organisasi pernaskahan yang diberi nama "Masyarakat Pernaskahan Indonesia" diketuai Prof. Dr. Achadiati Ikram. Buku "Illuminations: The Writ- ing Traditions of Indonesia" yang diluncurkan Rabu, 12 Juni 1996 itu adalah sebuah buku yang memuat secara lengkap sejarah tradisi tulis di berbagai daerah Nusantara, dari sejak awal dikenalnya tradisi tulis sampai perkembangannya pada Dewata seperti skorsing terhadap pemain, yang juga memerlukan perhatian dan "perjuangan' Pemda dan KONI. Bahkan keha- di Indonesia. Yang menarik adalah, pakar filologi Indonesia kebanya- kan di antaranya wanita. ungkap bahwa masalah pernaska- han masih kurang mendapatkan perhatian yang semestinya, baik dari studi dan pengajarannya mau- pun dari segi penghargaan pada orang-orang yang menekuni bidang tersebut, Minat generasi muda untuk menjadi filolog juga sangat kurang. Filolog-filolog be- lakangan kurang memiliki etos yang kuat sebagaimana dimiliki Dari simposium tersebut ter- Oleh IDG Windhu Sancaya sekarang belum banyak buku yang para pendahulunya. "Untuk mela- hirkan seorang filolog yang andal ditulis oleh bangsa kita". Para filolog yang hadir dalam diperlukan pendidikan yang keras simposium itu meliputi ahli di dan disiplin tinggi," ungkap I Kun- bidang pernaskahan Jawa dan Bali, tara Wiryamartana, doktor Jawaku- yaitu Willem van der Mollen, I. na yang mengagumi ketokohan Kuntara Wiryamartana, TE Behren, R.M.Ng. Purbatjaraka sebagai Thomas Hunter, Nancy K. Flori- filolog. da, Astuti Hendrato, Haryati Soe- badio, Edi Sedyawati, Sri Sukesi Adiwimartha, Parwatri, Partini Sardjono, Titik Pudjiastuti, Dewa- ki Kramadibrata; ahli tentang Mel- ayu yaitu E. Ulrich Kratz, Virginia M. Hooker, Ann Kumar, Achadiati Ikram, Siti Chamamah Soeratno, Henry Chambert Loir; ahli Batak Uli Kozok, dan sejumlah filolog muda lainnya dari berbagai daerah ing yang dapat memberikan sum- bangan sebesar-besarnya bagi ke- makmuran rakyat serta pemban- gunan bangsa. Dalam kenyataannya sumber daya budaya tersebut jarang diang- daya alam, sehingga sering kali gap lebih penting daripada sumber tidak ada "perlindungan" terhadap sumber daya budaya tersebut. Ak- ibatnya adalah sumber daya bu- daya yang sangat potensial terse- but sering kali diabaikan dan lebih banyak diperhatikan oleh peneliti bangsa lain, dan yang memperoleh sumber kehidupannya di sana. Sumber daya budaya bangsa Indo- nesia tersebut antara lain tersimpan di dalam naskah-naskah Nusantara, yang merupakan kekayaan rohani bangsa Indonesia yang tiada habis- habisnya digali. SO Robson (1978), seorang ahli pernaskahan Indonesia asal Australia, telah lama menyadari arti penting sumber kekayaan rohani bangsa Indonesia. "Sastra klasik adalah perbendaharaan pikiran dan cita-cita nenek moyang. Dengan Sumber Daya Budaya mempelajari sastra itu kita bisa Apa yang dikatakan Presiden mendekati dan menghayati pikiran memang benar adanya. Perhatian dan cita-cita yang dahulu kala men- kita pada sumber-sumber kebu- jadi pedoman kehidupan mereka dayaan kita masih sangat kurang. dan diutamakan oleh mereka. Ka- Perhatian terhadap kebudayaan lau pikiran dan cita-cita tersebut sendiri, terutama dari studi ilmiah, penting untuk nenek moyang, ten- lebih banyak diberikan oleh para tulah penting juga untuk kita di zaman sekarang ini. Sayangnya, peneliti asing. belum banyak orang di Indonesia (Bersambung ke Hal 15 Kol 1) Menerima Nasib Apa Adanya Tanggal 25-4-1996, sebuah mobil angkutan umum di Nusa Penida mengalami kecelakaan Negara kita sesungguhnya tidak hanya kaya akan sumber daya perhatian pihak yang berwenang untuk memasang rambu atau gam- bar arah panah di jalan, sehingga bisa dilihat pengemudi agar mere- ka bisa lebih berhati-hati. Syafiudin Jl. Bypass I Gusti Ngurah Rai sewaktu menaiki tanjakan I 49 Sanur (satu) di Br. Penida di Nusa Penida. Tampaknya penumpang Ditemukan dompet coklat orang dari penumpang mengal- Perlu Rambu Lalu Lintas Melalui kolom Surat Pembaca diran pejabat Pemda dan pengu ini saya ingin menyampaikan ke Stiker KONI untuk berangkatan tim olah raga Bali lah mengangkat nama baik Bali rus KONI Bali di stadion pada prihatinan saya atas terjadinya be- ke arena PON. Walaupun pem- dalam dunia persepakbolaan. saat-saat Gelora Dewata bertand- berapa kali kecelakaan yang terja- Penonton Gelora belian stiker ini sifatnya sukare- Seperti diketahui telah sering ing, sudah cukup untuk disebut di tepat di depan kantor saya. Ke- KONI Bali akhir-akhir ini la, sempat menjadi bahan perbin- diungkapkan di media massa sebagai "menaruh perhatian". jadian 13 Juni 1996, sekitar pukul Ditemukan Dompet berlebihan. Akhirnya salah se- 10.00 yang mengakibatkan ter- mendompleng penjualan stiker cangan di kalangan fans Gelora harapan-harapan kepada Pemda Apa yang saya nyatakan ini bet- PON XIV pada penjualan tiket Dewata termasuk saya. Yang dan KONI. Misalnya, perlunya ul-betul dari hati sanubari sebagai tumpahnya beberapa jenis buah- tiap pertandingan Gelora Dewa- menjadi perbincangan adalah meninggikan pagar Stadion fans yang sudah merasa menyatu buahan ke jalan besar, selain terja- bertuliskan Harley Davidson, ami patah kaki dan sekarat. di karena kelengahan pengemudi berisi SIM C, STNK DK 4982 Puskesmas menganjurkan su- ta di kandang sendiri. Seperti perhatian KONI dan Pemda Bali Ngurah Rai untuk menghindari dengan Gelora Dewata. juga diakibatkan tidak adanya ram- UG, atas nama Ida Komang Ja- paya segera dibawa ke Rumah diketahui KONI Bali maupun terhadap Gelora Dewata, bukan penonton yang masuk stadion bu lalu lintas yang menyatakan nardana dengan alamat Br. Mun- Sakit Sanglah di Denpasar. Kor- Pemda Bali hari-hari ini sedang hanya pada saat menggali dana. tanpa bayar. Ada beberapa kasus boleh memutar. Lokasi ini tepatnya duk Banjar Singaraja, dan surat- ban minta tolong kepada pemi- giat menggali dana untuk ke- Harus diakui Gelora Dewata te- yang menimpa pemain Gelora persis di depan Lenny Restaurant surat penting lainnya, serta lik mobil untuk mengantar ke & Karaoke. Dari arah selatan me- sejumlah uang. Yang merasa Denpasar, tetapi permintaan itu mang ada rambu larangan memu- memiliki dompet dan surat-su- tidak digubris. Karena keluguan tar, namun dari arah utara tidak ter- rat tersebut agar menghubungi: korban yang awam akan hu- pasang rambu yang membolehkan Ibu Rini Tafrini, Jl. Ida Bagus kum, dia menerima nasib apa kendaraan memutar. Oka Gang Sumbu No. 21 Den- adanya, dan meninggal tanggal 8 Mei 1996. pasar, telepon 226189. Nama dan alamat ada di Redaksi Anggota Redaksi Denpasar: Agustinus Dei, Dwi Yani, Legawa Partha, Nikson, Palgunadi, Pasma, Riyanto Rabbah, Bali Post Srianti, Sri Hartini, Suana, Suarsana, Sudarsana, Sueca, Sugendra, Suja Adnyana, Sutiawan, Emanuel Dewata Oja, Artha, Alit Suamba, Subagiadnya, Sugiarta, Sutarya, Wahyuni, Wilasa, Kasubmahardi, Martinaya, Mas Ruscitadewi, Oka Rusmini, Sawitri, Umbu Landu Paranggi. Bangll: Karya, Buleleng: Tirthayasa, Gianyar: Alit Sumertha, Jembrana: Edy Asri, Karangasem: Dira, Klungkung: Daniel Fajry, Tabanan: Alit Purnatha, Jakarta: Muslimin Hamzah, Bambang Hermawan, Sahrudi, Dadang Sugandi, Alosius Widhyatmaka, NTB: Agus Talino, Nur Haedin, Izzul Kairi, Raka Akriyani, Ruslan Effendi, Siti Husnin, Syamsudin Karim, Suyadnya. NTT: Hilarius Laba. Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Willarto. Yogyakarta: Suharto. Wartawan Foto: Arya Putra, Djoko Moeljono. Oleh karena kejadian tersebut sudah berulang kali yang pernah pula merenggut jiwa, saya mohon Rini Tafrini Itulah yang sering terjadi di (Bersambung ke Hal 15 Kol 1) HALAMAN 7 Giliran Anda Untukmu PHDI PERTENGAHAN September mendatang adalah Mahasab- ha ke-6 Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), berlangsung di Surakarta. Agenda Mahasabha nanti tampaknya akan sarat dengan tuntutan umat yang sudah sejak lama disuarakan, mela- lui media massa maupun lewat forum-forum diskusi dan semi- nar. Beberapa yang bisa dicatat di antaranya menyangkut pemi- lihan pengurus dengan sistem formatur atau voting. Ada kalan- gan menilai mekanisme kepengurusan PHDI (Bali khususnya) selama ini tak jalan, terlalu balisentris, sehingga dalam Mahas- abha nanti perlu disempurnakan. Juga muncul tuntutan agar PHDI lebih independen dalam fungsi pembinaan umat serta mengilmiahkan pemahaman agama Hindu kepada masyarakat. Terkait dengan penyelenggaraan Mahasabha itu sendiri, mun- cul usulan untuk mengikutsertakan ormas-ormas Hindu sebagai peninjau, di samping muncul pula gagasan untuk menyempur- nakan AD/RT PHDI. Pembaca, menyongsong peristiwa penting itu nanti, Anda kami persilakan menulis usul-saran, kritik, unek-unek atau gagasan-gagasan untuk PHDI. Pemikiran evaluatif dan konstruk- tif Anda silakan dikirim ke Redaksi Bali Post, Jl. Kepundung 67 A Denpasar 80232, paling lambat 6 Juli 1996. Tulisan jangan lebih dari 1 (satu) halaman spasi rangkap, sertakan fotokopi iden- titas dan foto, dan pada amplop tempelkan "Giliran Anda". Kolom "Nguyeng Tempeh" mewah. Terlepas dari itu, seorang sopir angkutan umum atau sopir truk tidak disebut nguyeng tem- peh. Mereka sopir. Ini menanda- kan nguyeng tempeh tidak seka- dar terampil mengemudikan mo- bil, namun lebih merujuk kepada suatu gengsi, pada dekade 90-an ini Pulau Bali makin penuh oleh mobil (baca) mobil pribadi: jeep, sedan, carry, kijang, dan lain- lain). TEMPEH (semacam nyiru, da lahir di tengah-tengah keluar- lebih kecil) bisa jadi terlalu asing ga kaya dengan sejumlah mobil bagi generasi muda etnis Bali hari ini. Tidak demikian halnya dengan plaza, fried chiken, CD, dan lain-lain. Beberapa contoh tersebut pada mulanya asing, namun setelah melewati tahapan tertentu dari proses primus inter- pares gaya baru, kesan asing tadi lenyap. Di dalamnya terjadi inte- grasi. Namun dominasi pada kon- teks ini tidak mudah dipastikan Benarkah produk-produk asing sejenisnya akhirnya dominan, lantaran dijadikan titik labuh suatu budaya yang melahirkan- nya? Tempeh mungkin tidak diproduksi secara besar-besaran. Pada konteks ini kehadiran Mu- seum Subak Tabanan cukup ber- peranan. Rongsokan tempeh dite- mukan pada salah satu ruang pa- jangnya yang kusam. Walaupun demikian, tempeh tidak diburu oleh para kolektor, sebagaimana misalnya mobil tua atau mobil kuno. Ini menunjuk- kan bahwa mobil lebih bergengsi daripada tempeh. Perbandingan yang sulit dipahami. Apakah tidak berdosa, di tengah isu nasional seputar mobnas yang telah diin- preskan itu, tempeh yang tam- pak jauh panggang dari api diperbincangkan? Sebelumnya hendak diyakinkan, tidak terdap- at maksud merendahkan se- bagaimana opini nasional ketika pesawat kebanggaan bangsa, CN-235, ditukar dengan beras ketan. Betapa pentingnya, kalau saja ada kesanggupan berpikir kritis bahwa tidak cukup berala- san jika produk pertanian direme- hkan. Itulah hikmah dan ini san- gat penting bagi suatu bangsa yang tetap menganut tradisi fil- safat selalu untung. Jumlah mobil nyaris sama dengan jumlah anjing-anjing lokal yang sudah sejak lama dipe- lihara oleh masyarakat Bali, Sak- ing jengkelnya, pelukis Le May- eur suatu kali kepada istrinya, Ni Pollok, berkata bahwa jumlah anjing di Bali sama dengan pop- ulasi orang Bali. Lewat satu iklan mobil diperoleh sebutan baru un- tuk Bali. Bali tidak cukup disebut pulau seribu pura, namun juga Bali adalah pulau Suzuki. Dengan demikian, mobil mudah diperoleh di Bali. Sewa mobil pribadi sangat murah. Masyarakat Bali untuk sebuah keperluan, bersembahyang misal- nya, tidak perlu mencarter ken- daraan umum. Lebih pas menda- tangi jasa penyewaan mobil, rent car yang ditemukan di mana saja, utamanya di pusat-pusat pariwi- sata. Masyarakat Bali pun sadar, bisnis mobil cukup menjanjikan. Mobil dibeli tidak lagi demi se- buah gengsi sosial, namun terdor- ong oleh motif-motif ekonomi dan investasi. Ketika perkembangan ini terjadi, ungkapan nguyeng tempeh ikut-ikutan kehilangan pamor. Yang nguyeng tempeh bisa jadi hanya terampil mengemudi- kan mobil tertentu dan tidak me- miliki mobil. Ini kemudian tidak identik dengan kekayaan. Jika terdapat keinginan, apa saja di bumi ini berpeluang diko- Bagaimana pun mobil secara relasikan. Itu hal mendasar yang nasional adalah benda mahal. melandasi proses-proses hubun- Oleh karena itu pemerintah men- gan, serta sekaligus adalah sindi- geluarkan kebijakan mobnas. ran terhadap penelitian-peneli- Pemerintah ingin rakyatnya me- tian korelatif di pendidikan-pen- miliki mobil dengan harga terjan- didikan tinggi. Tetapi penghubun- gkau. Sayang sekali, harga 35 gan tempeh dengan mobil tentu juta untuk jenis sedan tetap ma- bukan topik penelitian ilmiah. hal untuk ukuran penduduk Indo- Pada kebudayaan Bali satu de- nesia. Proyek mobnas bukanlah kade setelah Perang Dunia II dite- cerita yang menjanjikan bagi dos- mukan ungkapan nguyeng tem- en atau guru Indonesia yang peh. Ungkapan di atas sudah pas- kelak dengan sedikit penuh gaya ti menyatakan penyimpangan ter- pergi ke tempat kerja mengenda- hadap tata cara pemakaian tem- rai sedan Timor. Di lain pihak, peh. Benda yang menyerupai nyi- kehadiran sedan murah sangat ru dalam ukuran kecil (setengah diharapkan. Langkah apakah nya) digunakan sebagai tempat yang penting dalam rangka bulir padi ketika hendak ditanam menunggu peluncuran mobil mu- ini, tidak digunakan dengan cara rah dalam beberapa bulan ini? nguyeng (memutar). Lain halnya Jangan berpikir, tidak mampu ua. Yang harus dipersiapkan membeli mobil. Itu persoalan ked- ialah (terutama bagi yang belum terampil nguyeng tempeh) bela- jar mengendarai mobil sitas selaku alat kendali arah ger- dengan setir mobil, dalam kapa- ak mobil, digunakan dengan me- mutar. Setir adalah kata Inggris yang disepadankan dengan putar pada bahasa Indonesia. *** Hanya dengan itulah kiranya partisipasi selaku warga negara yang patuh dapat dibuktikan. Keterampilan nguyeng tempeh Sampai pada batas tersebut, tentu akan menjadi motivasi cuk- makna nguyeng tempeh makin up kuat untuk memiliki mobil. In- jelas referennya. Nguyeng tempeh gat, ungkapan itu tidak lagi artinya mengendarai mobil. Or ditempeli gengsi ketika pada awal ang yang mengendarai mobil kemunculannya. Sulit dibayang- pada mulanya diasumsikan me- kan, bagaimanakah trend massa miliki mobil dan pasti kaya. Kare- nanti, saat sedan mewah dilun- na itu memiliki peluang-peluang curkan ke pasaran. Kelompok besar dalam persaingan, misaln- sosial tertentu mungkin terper- ya dalam dunia kaum muda pada angkap pada konteks yang persaingan menggaet cewek. Pe- dilematis, rumah dulu atau mo- muda yang nguyeng tempeh bil? akhirnya jadi idaman para gadis. Sayang sekali tidak semua pemu- I Wayan Artika, S.Pd. Catatan Ditengarai ada oknum pegawai Kantor Imigrasi Bali terlibat sindikat penerbitan paspor asli tetapi palsu. - Makanya teliti merebaknya budaya surat asli tetapi palsu cacat. *** Kasus manipulasi keuangan yang diduga terjadi di Dinas PU Dompu telah dilaporkan ke Kejati NTB. -Jangan-jangan "penyimpangan prosedur", ya. *** Menjelang pelaksanaan UMPTN (ujian masuk pergu- ruan tinggi negeri) kabarnya ratusan orangtua peser- ta ujian mengirimkan "surat sakti", minta kemuda- han agar anaknya bisa diterima. - Ujian jati diri yang menguji. Bang Podjok Color Rendition Chart