Tipe: Koran
Tanggal: 1998-10-04
Halaman: 02
Konten
4cm Halaman 2 Bali Post POTRET I Wayan Mertha Sutedja: Minggu Paing, 4 Oktober 1998 Minggu Paing, 4 Okt Saat Ini, Soekarnoisme Itu masih Relevan BAGAIMANA kabar Kolonel (Purn) Prof. Dr. I Wayan Mertha Sutedja, SIP, S.H. D.ed. PHD.Hon setelah sempat dipenjara dalam kasus yang bersifat politis? "Baik. Saya belajar banyak dari hidup. Bahkan saya sempat membuat pura di penjara," papar Mertha santai. Mungkin, yang berubah pada dirinya adalah, Pak Mertha (begitu dia biasa dipanggil) sekarang terlihat lebih religius. Putra pasangan I Made Dubug dan Ni Made Sampereg kelahiran Denpasar 11 November 1934 ini memang selalu sibuk. Suami dari Ida Ayu Ari Kusuma Wardhani dan ayah dari 4 putra, Drs. Putu Bagus Wisnu Wardhana (tamatan Academy Pacific Hollywood L.A.C.A, USA), Made Bagus Kertha Negara (masih kuliah di Los-Angeles, USA), Nyoman Bagus Krsnha Wiraatmaja (Mahasiswa di Riverside College, USA) dan Ketut Ayu Ratna Wulan Sari (Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unud) ini tetap setia bergelut di bidang pendidikan, budaya, dan agama. Karena kesetiaannya itulah, dia sering diundang seminar di dalam maupun di luar negeri. Tahun 1984, misalnya, Mertha sempat membawakan makalah "Pancasila Could be used as Kertha Bhuana Purana or Universal Doktorine" di Tucson Arizona. Lalu "Ramayana and World Peace" disampaikannya di Madras, India. Banyak lagi seminar yang diikutinya. Beragam penghargaan nasional dan internasional pun telah digondolnya. Salah satunya, penghargaan sebagai doktor honoris causa di bidang pendidikan dari International University Foundation, Spanyol (1987), penghargaan Man of The Years 1990 dan 1991 dari The American Biografical Insitute and Board of International Research dan Medali Pendidikan dari Unesco (1993). Pada tahun 1995, Mertha dikukuhkan sebagai guru besar luar biasa untuk Amerika dan dianugerahi 4 macam peghargaan (award). Kabar terbarunya, November nanti Mertha Sutedja akan meluncurkan buku biografinya dengan judul "Penjara bukan Cara". "Saya percaya sekali pada Karmaphala. Dulu Soekarno digulingkan oleh Soeharto. Balasannya bisa dilihat. Sangat mirip," papar lelaki yang ketika menjadi anggota MPR RI (1968) sering diwanti-wanti untuk selalu bicara hati-hati pada pejabat pusat ini. Berikut petikan wawancara Bali Post dengan Mertha Sutedja di kantor Yayasan Kerta Wisata di sebuah ruangan dengan hiasan perahu besar. "Ini ada falsafahnya, manusia kalau ingin maju harus berani menentang ombak untuk mencapai daerah tujuan. Perahu juga ibarat orang tua yang melayarkan anak-anaknya ke tanah harapan yang baik untuk mereka," ujar Mertha Sutedja tentang hiasan perahunya itu. Beberapa pendapat kritisnya diselingi unsur off the record. "Bukan berarti saya takut. Saya hanya tidak ingin dituduh menyebarkan isu-isu yang memecah belah bangsa ini," ujarnya. B agaimana Anda meman- dang reformasi? Reformasi itu perubah- an, tetapi belum utuh. Saya hampir tidak percaya Soeharto bisa turun dengan misi re- formasi. Apalagi yang mengalahkan mahasiswa, warga negara yang tidak memiliki senjata. Saya salut pada perjuangan mereka, karena reforma- si yang mereka bawa bermuatan mor- al, tanpa ada kepentingan selain un- tuk rakyat. Sayang kalau keinginan luhur mereka didomplengi. Mereka (mahasiswa-red) itu harapan untuk kelanjutan sebuah regenerasi. Ini bu- kan hal baru. Sejak tahun 1928, ma- hasiswa sudah banyak berperan dan mengadakan perubahan bagi bangsa ini. Ada yang bilang arah reformasi sudah melenceng. Pendapat Anda? Kalau pada akhirnya reformasi tidak seperti yang diinginkan, mu- ngkin ini hanya perbedaan persepsi; sudut pandang, cara pandang, hasil pandang dan tujuan pandang. Saya percaya reformasi itu membuat pe- rubahan. Selanjutnya perubahan itu dipulangkan pada diri masing-mas- ing individu. Caranya? Introspeksi diri. Dulu, saya dila- rang melanjutkan sekolah, bayangkan kalau saya ikuti saran orang tua itu. Nyatanya saya tetap berangkat. Itu sudah perubahan dari skup yang kecil. Kalau ada dialog yang baik antara pe- merintah dan mahasiswa, saya pikir kondisi negeri ini akan berangsur baik. Sayangnya DPR sering menut- up diri dan mengunci pintu rapat-ra- pat. Mungkin takut kehilangan kursi. Kalau mau kursi saya punya banyak, ha ha ha.... Menurut Anda mana yang lebih baik, Orla atau Orba? Istilah kerennya sami mawon (sama saja-red). Kita lihat persa- maannya, Undang-undang Dasar di- pakai acuan sebagai kepercayaan. Bung Karno mengangkat diri sebagai presiden seumur hidup, Soeharto in- gin menjadi presiden seumur hidup. Kejatuhan Soekarno dan Soeharto dibarengi krisis berat. Untuk pelaja- ran sebuah bangsa, ini tentu tidak ba- gus. Bagaimana agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi? Kembali pada hati nurani masing- masing individu. Apa yang kita ingin- kan? Misalnya saja, kondisi saat ini jadikan patokan. Bagaimana mu- ngkin negara kita yang agraris dan banyak petaninya kok bisa impor be- ras. Lalu utang luar negeri menum- puk. Siapa yang akan membayar? Generasi yang akan datang. Jadi so- lusinya kita harus swadesi dan terus menerus introspeksi diri dan ada dia- log dengan tokoh-tokoh muda model Amien Rais, Mega dan yang lainnya. Kalau ada dialog nanti usulnya macam-macam. Misalnya bentuk negara perlu diubah jadi negara feder- al. Menurut Anda? Saya tidak setuju. Masak Bali me- miliki presiden sendiri, lalu pulau-pu- lau yang lain juga. Saya pikir kondisi inilah yang membuat orang kembali menengok ke belakang, terutama na- sionalisme Marhaen. Banyak orang bilang Anda terma- suk Soekarnois. Sebetulnya Soekarno- isme itu apa? Kalau membicarakan Soekarnois- me, jangan praktiknya, tetapi nasion- alisme yang ditanam. Jadi pengertian Soekarnoisme itu adalah nasionalis- me yang didasarkan pada keadaan negara ini, yang kemudian dinama- kan Marhaenisme. Beda dengan na- sionalisme internasional. Dulu se- masa saya masih sekolah, pidato Bung Karno jadi pegangan wajib dan harus diketahui siswa. Karena urusan politik, seringkali yang berbau Soekar- no di-PKI-kan, padahal ajaran Mar- haen itu sesungguhnya berasal dari nama seorang petani miskin di Band- ung. Dari petani itulah Soekarno mendapat ide untuk memberi nama Kalau membicarakan Soekarnoisme, jangan praktiknya, tetapi nasionalisme yang ditanam. Jadi pengertian Soekarnoisme itu adalah nasionalisme yang didasarkan pada keadaan negara ini, yang kemudian dinamakan Marhaenisme. Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi KTP atau SIM ajarannya Marhaenisme. Pandangan Anda sendiri tentang Jadi Soekarnoisme masih relevan sosok Megawati? saat ini? Relevan. Berarti ajaran itu akan dipakai un- tuk masa depan? Belum tentu. Hanya masalahnya pada saat ini kebetulan yang tampil ke depan adalah putri Soekarno, Megawati. Saya mengenalnya sejak kecil. Or- angnya serius. Kalau dia bilang timur tetap Timur. Orangnya konsekuen. Dia (Megawati-red) banyak mewarisi sifat-sifat bapaknya. Sebenarnya apa kelebihan Mega? Yang pertama adalah kharisma. Seorang pemimpin itu harus memili- BPM sujena ki kharisma, itu dipunyai Mega. Yang lebih mendukung adalah tekanan-te- kanan yang dilakukan pihak pemer- intah justru membuat Mega makin berada di atas. Makin ditekan, keti- ka terbuka air akan meluap. Walau- pun lubangnya kecil, kalau terus mendapat tekanan, otomatis makin menguat dan bisa menjebolkan alat penekannya. Kondisi dan situasi membuat Mega menjadi besar. Satu hal yang tidak dipunyai seorang Sepasang Sepatu dari Ronald Reagan NOVEMBER nanti, Mertha Sut- edja akan meluncurkan sebuah buku biografi. Judulnya cukup menarik, "Penjara bukan Cara". Gampang dite- bak, judul itu ada hubungannya den- gan pengalaman buruk Mertha sela- ma "mencicipi" sel penjara rezim Orde Baru lantaran aktivitas politiknya. "Penjara tidak membuat seseorang itu sadar. Sedikit berbeda pendapat, ter- utama yang menyangkut politik, den- gan alasan subversif penjara jadi pili- han. Kalau caranya begitu, saya pikir bangsa ini tidak akan menjadi bang- sa besar," papar Mertha Sutedja yang semasa sekolah di Akademi Pemerin- tahan Dalam Negeri (APDN) Malang aktif di GMNI bersama Moerdiono yang mantan Mensekneg. Tentu saja biografi Mertha Suted- ja tak melulu berisi penjara. Masa- masa sulit seorang Mertha bersekolah juga merupakan bagian perjalanan hidupnya yang patut disimak orang. Tentang bagian ini, ada satu kisah yang menggelitik. Ceritanya, gara-gara tidak punya sepatu, Mertha pernah dikeluarkan dari sekolah. Tetapi dia pantang menyerah. Kemiskinan just- ru membuatnya terus ingin berusaha menunjukkan kualitas diri. "Makan- Didenda Dua Puluh Juta keluar terbaik untuk menyelesaikan masalah Dewa Gede Suteja, asal Desa Kawan Desa tanah dan denda Dewa Gede Suteja itu. Masalah Timuhun, Banjar Angkan, Klungkung, akibat diserahkan kepada desa adat dan masyarakat. suatu sengketa kecil, masalah air dan batas Apakah masalah ini tidak direkayasa pihak tanah, dikucilkan dan didenda desa adat Rp tertentu di Timuhun? Saya percaya tidak se- 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), padahal mua orang Timuhun membenci Dewa Gede Sute- sampai detik ini Desa Adat Timuhun belum ja. Mohon Kades Timuhun menuntaskan per- mempunyai awig-awig tertulis. Denda telah soalan batas tanah Dewa Gede Suteja ini. dibayar lunas oleh Dewa Suteja, namun batas tanahnya yang telah satu tahun diukur BPN Klungkung, sampai saat ini belum keluar. Ala- sannya, Pan Terima sebagai pendamping ke- beratan. Namun Kades Timuhun tidak pernah berusaha mempertemukan kedua belah pihak untuk mencari kebenaran. Dalam dua kali rap- at/desa belum lama ini Kades Timuhun juga I Made Sukertia Dusun Pande, Rendang Karangasem Suara Hati Seorang "Pemangku" sama sekali tidak berusaha memberikan jalan Berita Bali Post Senin 28 September 1998 ya, melihat orang yang sudah besar dan sukses harusnya jangan pada saat or- ang itu sudah jadi. Cobalah tengok se- jarah dan perjuangannya. Saya percaya, kalau orang berjuang keras dan berusa- ha, pasti buahnya akan dipetik di kemu- dian hari. Ini konsep ajaran Karmapha- la yang saya yakini sampai hari ini," tu- tur Mertha. Mau bukti? Urusan sepatu yang mem- buat Mertha kecil dikeluarkan dari sekolah itu justru ada hikmahnya. Aki- bat perekonomian Indonesia yang kacau waktu itu, banyak rakyat menjadi mis- kin. Kondisi ini membuat negara-negara besar menyumbangkan pakaian bekas, sepatu atau apa saja yang layak untuk anak-anak yang masih sekolah. Kebetu- lan, bingkisan yang diterima Mertha kecil datang dari Amerika Serikat. Lantaran tidak punya sepatu, dia lantas mengam- bil sepasang sepatu. Karena ukurannya begitu besar, terpaksa Mertha harus mengganjalnya dengan kertas. "Wah rasanya gagah punya sepatu merek luar negeri. Saya juga mengambil celana wol," kenang Mertha sambil tertawa. Karena senangnya, Mertha kecil in- gin tahu pemilik sepatu itu. Setelah di- bolak-balik, ternyata ada nama pemil- iknya, Ronald Reagan. Siapa dia? Rasa "Tak Semua Sulinggih bisa Pimpin Panca Bali Krama" memuat penegasan Ketua I PHDI Pu- sat, Drs. Ida Bagus Agastia. a. Upacara Panca Bali Krama hanya boleh dipimpin oleh para sulinggih yang berasal dari keluarga yang tak putus-putusnya menjadi sul inggih (dwijati) atau brahmangkura. b. Untuk memimpin upacara besar umat Hindu menentukan Brahmana dari kemurnian- nya yang secara kasat mata dapat dilihat dari kemampuannya menjaga kesinambungannya menjadi Brahmana. c. Sudah madwijati selama 10 tahun dan pernahnyanggar tawang serta memahami weda. d. Banyak brahmana yang kurang merasa berani memimpin upacara di Pura Besakih den- gan alasan bahwa leluhurnya ada yang tak sul- inggih. Berdasarkan penilaian tersebut PHDI Pu- sat menyatakan, yang berhak memimpin upac ara di Pura Besakih adalah 3 pedanda yaitu Ida Pedanda Putra Telaga, Ida Pedanda Putra Tem- bau serta Ida Pedanda Wayan Datah. Menurut Agastia, ketentuan-ketentuan tersebut di atas ingin-tahu yang besar mendorong Mer- tha untuk terus menelusuri mantan pe- milik sepatunya. Ternyata, si pemilik sepatu itu adalah seorang bintang top Hollywood. Hebatnya lagi, di kemudian hari dia jadi orang nomor satu di Ameri- ka Serikat. Merasa berutang-budi, Mer- tha menyurati Reagan dan mengucap- kan terima-kasih atas bantuan sepatu- nya dulu. Di luar dugaan, sambutan Reagan luar-biasa. Mertha diundang ke Gedung Putih. "Hati-hati, ya, kamu. Awas kalau kamu salah atau bicara ngawur. Bisa gawat kedudukan saya. Juga negara ini," ujar seorang pejabat Bali yang dongkol dengan ulah Mertha itu. Mertha pun menganggap undangan tersebut tidak ada. Tetapi, tak berapa lama kemudian, datanglah sepucuk surat dari Jakarta. Isinya, Mertha disuruh berangkat me- menuhi undangan Reagan. Seluruh bi- ayanya ditanggung pusat. Akhir cerita, Mertha jadi juga ke Gedung Putih dan berbincang dengan orang nomor satu di Amerika Serikat itu. Tentu saja sambil tetap dapat wejangan dari para pejabat kita untuk tidak bicara "ngawur". Pada- hal, asal tahu saja, undangan tersebut sama sekali tidak bersifat politis. dikupas dalam "Ciwa Sasana" dan kitab-kitab suci lainnya, tetapi tanpa mau menyebut kitab suci lainnya yang mana. Saya kebetulan mem- punyai buku "Ciwa Sasana", diterbitkan Depar- temen Agama RI. Di buku tersebut diatur tata susila/laksana sebelum atau sesudah menjadi sulinggih, secara ketat. Namun penjelasan nas- kah Ciwa Sasarta" oleh G. Pudja, M.A., S.H., Bapak G. Semadhi, B.A. serta Ida Pedanda Made Kemenuh menjadi catatan penting bagi saya. Pertama, calon yang di-diksa adalah keturunan orang yang suddha janma yaitu orang-orang yang memang benar-benar dari keluarga bersih (sud- dha), yang tidak tercela nama baiknya. Ini be- rarti tidak mutlak calon diksa itu dari ketu- runan brahmana (buyutnya, kakeknya, bapa- knyasulinggih) ataubrahmankura. Kedua; dite- gaskan pula dalam "Ciwa Sasana", bagi para sulinggih yang berani madiksa orang kebanya- kan, akan diadili oleh para sulinggih lainnya dan raja pada saat itu, yaitu dicabut gelarnya (sadhakanya), dikucilkan dan dibuang serta tidak diperkenankan tinggal di Pulau Jawa. Bagi muridnya dihukum dan dibuang oleh raja ke Perintis /Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi /Penanggung Jawab K. Nadha Pemimpin Perusahaan/Wakil Pemimpin Umum/Redaksi/Penanggung Jawab: ABG. Satria Naradha Wakil Bali Post Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Widminarko Koordinator Liputan : Wirata, Dwikora Putra Redaksi: Allt Susrini, Dwikora Putra, Martinaya, Mawa, Palgunadi, Suarsana, Surawan, Suryawan, Wirata, Wirya Anggota Redaksi Denpasar : Agustinus Dei, Arya Putra, Dwi Yani, Legawa Partha, Nikson, Pasma, Sri Hartini, Suana, Sueca, Sumendra, Sutiawan, Subagiadnya, Sugiarta, Sutarya, Kasubmahardi, Mas Ruscitadewi, Oka Rusmini, Umbu Landu Paranggi. Bangli: Sarjana, Buleleng : Tirthayasa, Gianyar: Alit Sumertha, Jembrana: Edy Asri, Karangasem: Dira Arsana, Klungkung: Daniel Fajry, Tabanan : Alit Purnatha, Jakarta: Suyadnyana, Bambang Hermawan, Suyadnya, Suharto Olil, Djamilah, Rudyanti, Ghazali Ama Lanora, Yahya Umar, Pamuji Slamet, Ria Tanjung Pura, Agus Astapa. NTB: Agus Talino, Nur Haedin, Riyanto Rabbah, Raka Akriyani, Siti Husnin, Izzul Kairi, Syamsudin Karim, Ruslan Effendi, Antony Mitan, Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Wiliarto. NTT: Hilarius Laba. Yogyakarta: Suharto. Kantor Redaksi: Jalan Kepundung 67 A, Denpasar 80232. Telepon (0361) 225764, Facsimile 227418, Alamat Surat P.O. Box: 3010 Denpasar 80001 Perwakilan Ball Post Jakarta, Bag. Iklan/Redaksi: Jl. Palmerah Barat 21F Telepon 021-5357602, Facsimile: 021-5357605 Jakarta Pusat. NTB: Jalan WR Supratman 22 A Telp. (0370) 32737. Bagian Iklan: Jl. Kepundung 67 A, Denpasar 80232 Telepon: 225764, Facsimile: 227418 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00 Sabtu 08.00-13.00 Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan: Iklan Mini: minimal 2 baris maksimal 10 baris, per baris Rp 8,000 Iklan Umum: Rp 8.000 per mmk.Iklan Keluarga/Duka Cita : Rp 5.000 per mmk. Iklan Warna : 1 warna Rp 9.500, 2 warna Rp 10.500, 4 warna Rp 12.000 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 19.00. Bagian Langganan/Pengaduan Langganan : Jl. Kepundung 67A, Denpasar 80232. Telepon: 225764, Facsimile: 227418. Harga Langganan: Rp 20.000 sebulan. Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 1,200. Terbit 7 kali seminggu, Rekening BRI Denpasar: 31-45. 1065.4. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 24 Oktober 1985, ISSN 0852-6515. Anggota SPS-SGP. Penerbit: PT Bali Post. (osi) Saya pikir bangsa Indonesia baru belajar mengenal dan mencari arti demokrasi. Kita kan baru ganti dua presiden, jadi belum berpengalaman. Kematangan itu kan dibentuk banyaknya benturan yang dihadapi. Makin banyak pengalaman yang dihirup sebuah bangsa, makin besar dan matang dia sebagai bangsa. pemimpin negeri ini, sosok perem- puannya yang jalan, sehingga dia ter- lihat penuh kasih sayang dan mengay- omi. Ibaratnya seorang ibu pada anaknya, selalu tenang dalam kondi- si tersulit sekalipun. Berarti orang melihat PDI hanya melihat figur, bukan konsep yang di- tawarkan PDI untuk masa depan bangsa ini? Bukan begitu. Saya pikir bangsa Indonesia baru belajar mengenal dan mencari arti demokrasi. Kita kan baru ganti dua presiden, jadi belum berpen- galaman. Kematangan itu kan diben- tuk banyaknya benturan yang dihada- pi. Makin banyak pengalaman yang dihirup sebuah bangsa, makin besar dan matang dia sebagai bangsa. Sebagai figur, tampaknya Mega di Bali lebih "top" dibanding di tempat lain, bahkan cenderung memunculkan fanatisme. Bagaimana ini bisa terjadi? Karena Mega bisa menyatu dengan masyarakat. Yang sangat penting, sosok Mega yang putri presiden begi- tu merakyat, bahkan tidak melupa- kan darah leluhur yang mengaliri tu- buhnya. Mega dengan ikhlas ikut up- acara, bahkan pulang ke Bali hanya untuk bersembahyang dan bersatu dengan keluarganya. Kita kan tahu nenek Mega orang Bali. Penghargaan tulus inilah yang ditangkap masyarakat Bali, sehingga orang tidak melihat jarak ketika berhada- pan dengan Mega yang putri presiden. Masyarakat Bali merasa memiliki sosok Mega: Beda dengan para peja- bat yang lain, selalu eksklusif. Hal lain, Mega banyak "dirongrong" sistem pemerintahan, kasus 27 Juli, dan te- kanan lain. Otomatis simpati juga mengalir untuknya. Ini tidak hanya di Indonesia, bahkan luar negeri. Jadi seharusnya bagaimana pemer- intah bersikap terhadap Mega? Harus menjadi guru wisesa (orang tua-red). Jangan dia saja ditekan, yang lain bebas. Jadi pemerintah harus tut wuri handayani. Sekarang kan banyak partai, kalau tidak salah sekitar 80. Biarkan saja, nanti toh akan lebur Bukan gugur, tetapi bisa saja jadi gurem. Kalau tentang PDI-Perjuangan, bagaimana pandangan Anda? PDI itu kan memperjuangkan demokrasi, jadi saya angkat topi un- tuk perjuangan mereka. Bahkan bila laut, kepalanya dipancung dipisahkan dari badannya. perlu saya juga ingin memberi bantu- an sesuai dengan kemampuan yang ada. Rumornya Anda ikut menyokong kongres PDI di Bali? Ya, secara moral. Dana belum, ha- hahaha..., krismon begini. Bantuan moral itu modelnya seper- ti apa? Kalau PDI memerlukan pendapat saya, saya akan senang sekali. Ada yang khawatir kongres PDI akan membuat Bali rusuh. Menurut Anda? Saya pikir, selama masyarakat Bali masih memiliki sistem banjar, tidak mungkin. Buktinya isu kerusu- han yang akan menghancurkan Bali juga dengan sigap masyarakat ban- jar mengambil alih dengan berjaga di lingkungan masing-masing. Lihat saja, di Bali tidak ada penjarahan coklat, atau hasil pertanian atau perkebunan. Harga sembako yang melambung juga tidak membuat masyarakat Bali melakukan pencu- rian hasil pertanian, atau keresahan lain seperti di luar Bali. Jadi saya percaya kongres akan aman dan tidak mengganggu. Sistem banjar telah mengajarkan masyarakat Bali arti demokrasi. Ini menyentuh sampai ke desa-desa terpencil. Inilah kekuatan masyarakat Bali untuk tetap bersatu. Inilah yang dipercaya para wisatawan asing di sini. Beberapa wisatawan justru menyiapkan kamera dan film untuk mengabadikan acara (kongres- red) tersebut. Mereka menganggapn- ya peristiwa besar dan bersejarah. Mungkinkah PDI-Perjuangan akan jadi partai terbesar? Begini, ini bukan ramalan ya? Saya bicara secara umum saja. Partai yang akan mendapat simpati adalah par- tai nasional yang demokratis dan tidak mengkotakkan agama, sehing- ga partai tersebut netral untuk peme- luk atau penganut agama apa pun. Ini bisa dilihat pada partai Mega dan Gus Dur. Syarat terakhir partai tersebut berdasarkan Pancasila. Bung Karno gagal dalam pemerintahan, karena nilai Pancasila diambil untuk negara saja, kramanya tidak. Kalau mau di- hayati Pancasila itu digali dari nilai- nilai luhur bangsa Indonesia yang di- ambil dari Sutasoma. ●Pewawancara: Oka Rusmini BPM sujena pemuus atau sabda Batara yang ber-stana di Pura Besakih melalui orang-orang suci, bahwa upacara di Pura Besakih harus dipimpin/dipu- put oleh sulinggih tertentu? Kalau "Ciwa Sasana" sebagai dasar acuan untuk menentukan sulinggih yang murni, apa- 2. Sastra-sastra mana saja yang memuat kah relevan dengan kondisi sekarang, di samp- ing itu, apakah "Ciwa Sesana" itu tidak berten- ketentuan atau tolok ukur murni tidaknya seor- tangan dengan weda atau dengan sastra-sastra ang sulinggih? Sebagai umat Hindu, saya ber- suci lainnya. Selama ini saya belum mendengar harap di dalam melaksanakan agama hendakn- ataupun membaca kitab-kitab suci yang mem- ya berpedoman kepada kemurnian weda, yang bolehkan orang menghukum mati/pancung ses- kata ahli weda kita, Dr. I Made Titib, weda rel- ama manusia, sebesar apa pun dosa yang ber- evan sepanjang zaman. sangkutan. Jro Mangku Pasek Putra Wijaya Br/Lingkungan Pande Bangli Terima Kasih Pemilik Kafe Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepa- da ketiga sulinggih di atas dan kepada Bapak Drs. Ida Bagus Agastia saya bertanya apakah hanya 3 orang sulinggih (pedanda) tersebut yang betul-betul murni dan kuat kualitasnya? Bagi Dibongkarnya kafe-kafe di pantai Kuta oleh saya yang dimaksud murni belum tentu suci, pemiliknya sendiri merupakan kesadaran ting- yang suci sudah pastilah murni. Sebagai umat Hindu seharusnya ikut mera- gi dalam menegakkan keputusan Bupati Ba- sa memiliki semua sulinggih, apakah itu ida dung yang batas akhirnya 30 September 1998. pandita yang bergelar empu, rsi, begawan, Kerja sama yang baik ini kita tingkatkan lagi pedanda dll.-nya. Kita akan merasa berdosa dalam rangka memelihara keasrian dan keles- apabila menilai seorang sulinggih yang satu leb- tarian pantai Kuta dengan mengadakan peng- ih murni dan kuat kualitasnya daripada suling- hijauan pantai; pada bekas pendirian kafe itu gih lainnya atau sulinggih yang satu lebih tinggi dengan menanam pohon-pohon yang tahan dari yang lainnya, kecuali hubungan nabe den- panas seperti pohon plendo, pogob camplung, gan muridnya. Hendaknya kita merenungi, pohon waru atau lainnya yang dapat membuat meresapi, serta mengamalkan di dalam kehidu- pantai berpasir putih itu tahan dari abrasi pan di dunia ini, syair-syair kitab suci gelombang laut. Pada akhirnya Kuta yang sudah Bhagawadgita sehingga mempunyai jiwa besar terkenal dengan SEA, SUN, SAND, SAIL dan untuk menghargai sesama ciptaan Tuhan Yang WAVE tetap terjaga dan makin apik. Saya ucapkan terima kasih kepada pemilik kafe serta instansi terkait. Maha Esa. Izinkanlah pula saya bertanya/berharap ke- pada Pengurus PHDI Pusat: 1. Apakah ada sastra suci yang menyatakan bahwa upacara di Pura Besakih harus di-puput oleh para sulinggih yang murni, ataukah ada Musna Jalan Singosari, Gg. Teratai 2 Kuta Damp Izin Kongres PDI Perjuangan akhirnya dikeluarkan Polri. Dengan demikian, kelompok Megawati bisa menggelar kongres dengan harapan, bisa berjalan sesuai misi organisasi. Setelah beberapa saat, fungsionaris PDI Perjuangan disibukkan dengan aparat keamanan guna memperjuangkan izin pelaksanaan kongres, agenda yang kini mereka siapkan adalah program kerja partai dan pemilihan pengurus yang bisa melaksanakan program itu. IA Leam ENGLISH Pendaftaran: 5- GENERAL ENGLISH 9 tingkat untuk dewasa Pengajar Penutur Asli dan Indonesia Fasilitas lengkap SD ENGLISH TE B 190 Tersedia untuk siswa-siswi kelas 5 dan 6 IALF yan IALF Bali, Jalan Ka Tel: 221782, PT. N CARE OPPORTUNI PT. Newmont Nusa Tenggara a joint venture company now stages of developing the Bat and copper project on the Sumbawa in the eastern In archipelago. The Batu Hijau Project is one greenfield mine currently under in the world. PT. NNT is committed to the of its workforce. A world class Program has been implement maximum employment opport local communities and to ensu of suitably skilled work Should you be interested in jo class mining operation, please application letter, CV plus recer (including contact telephone references to us latest 10 day of this advertiseme By Fax to: (0370) or by mail to: PT. NEWMONT NUSA TE Human Resources De JI. Pendidikan No Mataram, Lomb NTB Indonesi 2cm Color Rendition Chart
