Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-10-04
Halaman: 06

Konten


4cm Halaman 6 GEBYAR Bali Post Minggu Paing 4 Oktober 1998 Ketika Dua Film Sejenis Adu Kekuatan MEMBUAT film sejenis dalam tenggang waktu tak ter- lalu jauh, seringkali dianggap berisiko. Acapkali film yang be- lakangan mendapat apresiasi lebih jelek. Begitupun dalam GELAR SENI MUSIK FILM TELEVISI peredarannya, tak lagi menda Marena Kebebasan TAMPIL di layar televisi yang lebih sem- pit dari layar lebar bioskop bukan lagi hal tabu bagi pekerja industri hiburan terma- suk bintang film, sutradara, dan penulis cerita berkelas dunia. Di Hollywood, hal itu juga terjadi. Mi- salnya pengalaman John Litgow, pemain teater dan film terkemuka. Aktor berkar- akter itu beberapa tahun lalu melihat media televisi sebagai hal "menjijikkan". Sampai kemudian dua orang teman la- manya yang juga penulis cerita terkenal Bonny dan Terry Turner datang menyo- dorkan naskah film seri komedi "3rd Rock From the Sun" yang sekarang populer di AS. Bonny dan Terry membujuk Litgow de- ngan mengatakan bahwa naskah tersebut lain dari yang lain. Ceritanya tentang suka-duka perjuangan sosok mahluk asing untuk menjadi manusia. "Ketika saya katakan bahwa saya tertarik untuk main dalam seri televisi itu, agen saya ter- tawa dan memandang saya sepertinya saya sudah tidak waras lagi," kata Litgow. Tetapi sekarang, berkat film itu, Litgow sudah mengantongi dua piala Emmy, peng- hargaan tertinggi pertelevisian di AS. Film itu sendiri sudah memasuki tahun keem- pat dan Litgow kembali dinominasikan se- bagai aktor komedi terbaik dalam pemili- han "Emmy Award" 1998. Dari segi peng- hasilan, bermain di layar televisi tidak kalah basah di- banding di film layar lebar. Lit- gow dibayar 150 ribu dolar AS per satu episode. John Litgow tidak sendiri. Pe- main film dan teater yang se- dang naik daun, sutradara dan penulis naskah kenamaan, yang memulai karier mereka di film layar lebar sekarang ber- bondong-bon- dong tampil di televisi, layar yang dahulu. mereka caci- maki. Yang juga penting, pintu gerbang studio film akhirnya terbuka lebar buat para bintang dan sutradara televisi yang sebelumnya tidak terlalu ramah. "Dahulu main di televisi benar-benar noda," kata aktris peraih Oscar dua kali Sally Field, yang memulai aktingnya pada dekade 1960-an dan 1970-an lewat serial televisi "Gidget and The Flying Nun". Teta- pi sekarang tidak lagi. Karena alasan keuangan, demografi, dan artistik, "dind- ing Hollywood" itu runtuh, diganti dunia mega-hiburan yang lebih universal, di mana para aktor, sutradara, dan pekerja film lainnya bolak-balik masuk ke dalam dunia yang tidak terpikirkan lima atau enam tahun yang lalu. *** Para pengamat berpendapat bahwa ban- yak serial televisi yang "membodohi" pen- ontonnya, opera sabunnya terlalu dibuat- buat. Tetapi banyak pula serial televisi yang mendapat pujian para kritisi seperti serial "Homecide" (yang antara lain dis- utradarai Barry Levinson) serial "ER", "NYPD Blue", dan "Frasier". Tentu ada alasan mengapa bisa lahir karya berkualitas di layar televisi. Para penulis berbakat di serial-serial terbaik itu konon memiliki lebih banyak kebebasan dan "kekuasaan" dibanding rekan-rekan SENISANASINI LUKIS TANGKAS- Memeriahkan pame- ran Hapsak 1998, Kalangan Kembang Jepun mereka di film, sehingga lahir naskah film berkualitas. Sutradara terkemuka seperti Sidney Pol- lack, Bary Levinson, dan James Brook, penulis naskah Kevin Williamson, Aaron Sorkin, John Lee Hancock, produser Jer- ry Bruckheimer dan Mark Jonshon tetap berkarya baik di televisi maupun film kare- na alasan tertentu. "Saya tidak percaya betapa cepat proses bekerja di televisi, kata Mark Jonshon, produser film "Rain Man", "Donnie Brasco", dan "Bugsy". Berkolaborasi dengan penulis naskah Hancock, Jonshon menggarap film televi- si tentang kehidupan tiga dokter setengah baya di Los Angeles. Stasiun CBS minta naskah ini selesai dalam tiga minggu. Be- berapa jam setelah direktur CBS Leslie Moonves membacanya, Jonshon menda- pat lampu hijau untuk segera menggarap film tersebut. "Dalam dunia film layar le- bar, perlu cham minggu hanya untuk men- capai kesepakatan di antara mereka yang terlibat," kata Jonshon. Selain itu, berbeda dengan karakter film bioskop yang relatif berbiaya mahal kare- na diwarnai dengan hal bombastis dan kesan serba wah, film televisi dinilai lebih murah. Biaya produksinya bisa sepuluh kali lebih murah karena ceritanya realis- tis, bertutur tentang kehidupan sehari- hari atau sekadar menyinggung isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan masyarakat. Sebagian be- sar serial dra- ma produksi HBO yang mendapat banyak pujian seperti "Citi- zen Cohn", "Barbarians", "Don King: Only In Amer- ica" berbiaya produksi me- nengah, yang sama dengan harga film Hollywood de- kade 1970-an. Kegairahan berkarya di la- yar televisi juga disebab- kan rasa frustrasi terhadap sistem film pada masa depan yang kabarnya meng- hantui sebagian besar pekerja film layar lebar. "Film sinema menginginkan segala sesuatu yang serba wah, mereka ingin se- orang bintang, sementara televisi ber- hubungan dengan masyarakat di mana kita tinggal," kata Levinson, sutradara film "Sphere" itu. *** Akhir kata, film televisi memang meng- hasilkan untung yang banyak. Keuntun- gan tidak hanya dari iklan, tetapi juga pen- jualan hak siar. Para produser seperti Marcy Carsey dan Tom Warner (yang memproduksi "The Cosby Show", "Rose- anne"), Steven Bocho ("LA Law", "NYPD Blue"), Jerry Seinfield dan Larry David ("Seinfield") jauh lebih makmur ketimbang produser dan sutradara Hollywood James Cameron yang naik daun karena film "Ti- tanic". Bintang televisi juga tidak kalah kaya dengan bintang film sinema. Helen Hunt dan Paul Reiser, bintang serial "Mad about You" baru saja menandatangani kontrak baru mereka di film tersebut dengan ba- yaran satu juta dolar AS per episode. Itu di AS, bagaimana di Indonesia? Oanspek/tin di Bali dan India. Warna lukisannya cerah dan berani, bahkan ada sentuhan karikatur kocak tentang masa transisi masyarakat Bali. Davina menggelar pameran "Manifold Changes" di Ganesha Gallery Four Season Resort Jimbaran, 21 September sampai 28 Oktober. Bali (KKJB) menggelar pameran lukisan karya TIGA PELUKIS - Bambang Pramudiyan- I Ketut Tangkas, 1-7 Oktober, di Negara. Pe- to, Faizal dan Heri Kris adalah tiga pelukis yang bermukim di Yogyakarta, memamerkan kar- yanya di Kinnara Galleries, Nusa Dua Beach Hotel selama sebulan mulai 4 September. Keti- ga pelukis alumnus ISI Yogyakarta ini memili- ki aliran yang berbeda. lukis pensiunan guru SD yang belajar melukis secara otodidak ini tercatat sebagai anggota Sanggar Ijogading yang berdiri di negara pada tahun 1970-an. GELAR KARYA - Dua puluh lima pelukis menggelar pameran bertajuk "Gelar Karya Anak Bangsa Merdeka '98" di Shini Art Gallery, Cam- puhan Ubud. Pameran yang diprakarsai Kalpika Art Studio ini berlangsung 6 September hingga 6 Oktober 1998, dibuka tiap hari pukul 10.00-17.00. FESTIVAL BAND - Festival band untuk siswa SMU se-Bali akan digelar di Taman Fes- tival Bali (TVB) 11-12 November (penyisihan) dan 21-22 November (final) mendatang. Festi- val ini memperebutkan piala dan hadiah me- narik lainnya. Peserta diharapkan mendaftar kan diri kepada panitia penyelenggara di TVB, Padanggalak. LEGONG SURAPATI - Legong yang ber- lakon Untung Surapati akan dipentaskan di Ksirarnawa Taman Budaya Denpasar. Legong garapan Guruh Soekarnoputra itu dipentaskan pada 11 Oktobe mulai pukul 20.00 atas kerja sama Taman Budaya dengan Win's Modelling Denpasar. LUKIS SUPENA - Pelukis muda Made Supena menggelar pameran tunggal di Galleri Chedi, Melinggih Kelod, Payangan, Gianyar. Pameran bercorak abstrak ekspresionis ini ber- langsung 23 Agustus sampai 22 Oktober 1998. LUKIS DAVINA - Wanita pelukis kelahi- ran New Zealand, Davina Stephens lama hidup WIANTA TOKYO- Perupa Bali I Made Wianta akan berpameran tunggal bertema Evolusi Made Wianta" di Tokyo Station Gal- lery, 10 Oktober s.d. 23 November. Wianta jadi seniman Indonesia pertama yang berkesem- patan tampil di gedung yang prestisius itu. Selain lukisan, Wianta juga akan menampil- kan puisi-puisinya. (ita/tin/osi/wan/adn) Guruh Soekarnoputra akan tampilkan Legong Surapati pat respons sebagus film yang lebih dulu beredar. Boleh jadi keduanya sama-sama sukses. Hanya film yang lebih dulu be- redar cenderung lebih berhasil dalam menangguk untung. Hal itu pernah dialami "Dante's Peak". Film yang di- bintangi Pierce Brosnan dan Lin- da Hamilton itu mengambil la- tar bencana alam meletusnya Gunung Dante, yang mengubur desa di kaki gunung itu. Selang beberapa saat, Tommy Lee Jones muncul dengan "Volcano". Meski tak sama persis, jalan ce- ritanya hampir mirip. Hanya "Volcano" bercerita soal ledakan lahar dari perut bumi yang me- luluhlantakkan sebuah kota. Lalu apa bedanya? "Dante's Peak yang diproduksi UIP men- catat box office dan menjadi hits di mana-mana. "Volcano" sendi- Film "Armagedon" dan "Deep Impact" LTM unggul. "Armageddon" juga sebetuln- ya memiliki nuansa dramatis yang tak kalah memikat. Ini di- wakili oleh kisah asamara ant- ara AJ Frost dan Jenny. Bahkan lebih romantis ada lagu 'I Don't Want Miss A Thing" yang men- giringi kisah percitaan mereka. Namun arahan Micahel Bay ini lebih condong memamerkan teknologi visual untuk lebih ban- yak adegan mencekam seperti saat sejumlah astronot dadakan berusaha menanamkan nuklir pada sebongkah asteroid. Saat ini, Deep Impact" dan "Armageddon" masih bersaing di BPM/ist bioskop-bioskop seluruh dunia, termasuk Denpasar. Hanya be- ri yang diproduksi Twentieth Jakarta Post, film ini memiliki kasa yang besarnya luar biasa. decak kagum. Satu-satunya ade- lum ketahuan mana yang lebih Century Fox beredar belakang- kasus yang sama dengan conoh Media massa dalam dan luar gan luar biasa yang ia tampil- banyak mengumpulkan penon- an, memang lumayan sukses. di atas. Dalam waktu yang ber- negeri pun kemudian memban- kan saat penghujung film, keti- ton. Satu hal yang pasti, seper- Hanya hasil box office-nya himpitan, juga ada "Deep Im- ding-bandingkan kedua film ka badai raksasa menenggelam- tinya saat ini Hollywood sedang kurang atau tidak sebagus pact" yang lebi dulu beredar. yang serupa tapi tak sama ini. kan sejumlah kota di Amerika. dilanda demam membuat film "Dante's Peak". Keduanya sama-sama berkisah Ada beberapa kekurangan dan Selebihnya, Mimi menekankan soal kiamat-tentunya dengan Tak heran kekhawatiran dan soal kekhawatiran umat manu- kelebihan 'Armageddon" diban- pada aspek dramatis dengan tetap menempatkan bangsa tanda tanya yang sama muncul sia (khususnya di Amerika yang dingkan dengan "Deep Impact". mengemukakan hubungan Amerika sebagai pahlawan dari kalangan media massa ter- menjadi setting cerita) akan ki- Dalam "Deep Impact", Mimi antar tokoh dalam film itu. Den- penyelamat. Setelah ini entah hadap film "Armageddon". amat. Ini lantaran bumi teran- Leder tak banyak menyuguhkan gan kata lain dari segi drama- apa lagi yang akan mereka Pasalnya, seperti diulas The cam ditabrak batuan luar ang- adegan fantastis yang membuat tis, 'Deep Impact" dinilai lebih tampilkan. Film "Seven Years In Tibet" (adn) Karya Indah yang Gagal Rebut Pasar BRAD Pitt, sempat mencuat sebagai bintang muda yang be- gitu dikagumi terutama oleh remaja putri. Itu lantaran "In- terview With Vampire" dan "Legends Of The Fall" yang suk- ses di pasaran. Namun kiran- ya Pitt bukanlah bintang yang puas hanya dengan popularitas. Ia pun mencoba memperbaiki dan meningkatkan kualitas aktingnya. Dengan kata lain, ia tak mau terjebak menjual keg- antengan saja. Sayangnya, seiring dengan upaya Pitt untuk tampil lebih serius, justru sejumlah filmnya flop alias kurang sukses mere- but pasar. Itu kalau tak mau dibilang gagal. Kecuali kisah detektif bernuansa suram "Sev- en" yang lumayan diminati, film-film Pitt berikutnya seper- ti tak mampu mencetak box of fice seperti yang diharapkan. Misalnya saja "Sleepers" (bersa- ma Robert DeNiro), "Devils Own" (bersama Harrison Ford), juga "Twelve Monkeys" (bersa- ma Bruce Willis) yang menga- ntarkannya sebagai nominator pemeran pembantu terbaik pria Academy Awards 1996. Bukan hanya untuk peredaran domes- tik Amerika, di luar negeri pun film-film itu hasilnya biasa-bi- asa saja. Padahal justru dalam film itulah Pitt mulai mengasah penampilannya. Toh akting yang baik tak selamanya seir- sutradara Prancis Jean Jacques sama sekali, hasil peredaran- rilis, ia harus berhadapan den- ing dengan selera pasar. Arnaund ini. Misalnya saja nya ternyata kurang memuas- gan film kuat seperti "Titanic", Dalam "Seven Years In Tibet dalam beberapa adegan, Pitt kan. Entah kurang promosi Tomorrow Never Dies", (SYIT), sekali lagi Pitt me- tampak melakukannya realis- atau karena agak serius, sep- "Mouse Hunt" dan sederet film nampilkan akting yang cemer- tis sekali. Namun sekali lagi ertinya film ini tak begitu me- komersial lain. Praktis, "Seven lang. Banyak kritikus yang Pitt kurang beruntung. narik minat orang berduyun- Years In Tibet" gagal bersaing memuji perannya sebagai Hei- Sekalipun produksi Mandalay duyun ke bioskop. Apalagi pada untuk merebut pasar. nrich Harier dalam garapan Entertainment ini tlak jatuh saat yang berdekatan ketika di- SYIT boleh dibilang proyek ACARA TV & RRI Minggu, 4 Oktober 1998 SCTV SURYA CITRA TELEVISI 06.30 Di Ambang Fajar 07.00 Liputan 6 Pagi 08.00 Enno Ceria 6 09.00 FC Two Bits & Pepper 11.00 Video Hits 12.00 FS Xena II 13.00 Liputan 6 Siang 14.00 FC Forced Nigtmare 16.00 Gema Rohani Kristen 16.30 Acara anak-anak 18.00 Komedi Sop Kambing 18.30 Derap Hukum 19.00 Liputan 6 Petang 20.30 Pidato Pangab & Kilas Balik ABRI 21.00 Sinetron Cintailah Daku 22.30 FC Single White Female KETI BARA CAVCONDA 06.30 Hikmah Fajar 07.00 Nuansa Pagi 08.30 Kuis Ensiklopedia Bangsaku H.D. 09.00 FS anak-anak 11.00 FS Hercules 12.30 Sinetron Wiro Sableng 13.30 Wanita gaya 13.30 Buletin Sanyo Indonesia Open 1998 14.00 Boom Basket 14.30 Highlights Liga Italia 15.30 Penyegaran Rohani Agama Kristen 16.00 FC Crasy Boys 18.00 Kuis Kontak 18.30 FS The Adventure of Sinbad 19.30 Seputar Indonesia 20.30 Sinetron Istri-Istri 21.30 Komedi Reaksi 22.00 FC Network AN teve 06.30 Mutiara Subuh 07.00 Bursa Musik Indonesia 07.30 Prima Raga 08.00 FS anak-anak 10.00 Musik Mingguan Film "Seven Years In Tibet" 11.00 FS Full House 11.30 Just The 10 Of Us 12.00 MTV Classic 13.00 Gema Rohani 13.30 Majalah Olah Raga 14.30 Sirkuit Dunia: Superbike 15.30 Sepak Bola Dunia 16.00 Lensa Sepak Bola Nasional 16.30 Prestasi 17.30 Bincang Olah Raga 18.00 Bincang Lapangan 18.30 Cakrawala Minggu 19.00 Arliss 19.30 MTV Sports 20.00 Siaran Berita TVRI 20.30 Asia Sports 21.00 Asian Football Show 22.30 FIM ARRC'98 Seri 2 (Thailand Circuit) 23.30 Sport Program 00.00 Atlit Profil 00.30 View of Golf INDOSIAR 07.00 Acara Anak-anak 11.00 Sinetron Olga 2 11.30 FC The Big Score 13.30 Penyejuk Iman Kristen 14.00 Dangdut Ria 15.00 FC Bahoon Mein FM BALISH PURI CANDRA ASRI BY PASS TOHPATI TELP. (0361) 463 524, 463 525 PEMASARAN: JL. GATOT SUBROTO 98X TELP. (0361) 262 118, 262121,262 123 FAX. (0361) 262 116 DENPASAR BALI B. 100 18.00 Ekspresi 19.00 Pesta 20.30 FC Benyamin Cukong Bloon 22.30 Tembang Kenangan 23.00 Gelar Liga Inggris 01.00 KeagunganMu (Katolik) TELEVISI PENDIDIKAN INDONESIA 06.00 Kúljah Subuh 07.00 Selamat Pagi Indonesia 08.00 FS Anak-anak 10.00 AB Three 11.00 FS Little House On The Praire 12.00 Komedi F-2 13.00 Sinetron Laga Saur Sepuh 14.00 Dangdut Minggu Pilihan 15.00 Bimbingan Rohani 15.30 DRTV Indonesia 16.00 Football Feva 17.00 FS USA High 17.30 FS California Dreams 18.00 Lintas 5 18.30 Sisi-Sisi Selebriti 19.00 September (Sepuluh Tembang Bergengsi) 20.30 Spektakuler 21.30 Komedi Ngelaba 22.30 FS Profiler 23.30 DRTV Indonesia bagian besar adegan tak bisa dilakukan di tempat aslinya di Nepal, lantaran beberapa per- soalan politis. Toh penonton tak begitu hirau kalau film ini tern- yata dibuat di pegunungan Andes di perbatasan Argentina dan Chili. Begitupun adegan di Lhasa, ibukota Tibet, dilakukan di kota Uspallata, Argentina yang alamnya memang mirip. Dalai Lama Kisah bermula pada 1939, saat pendaki gunung Heinrich Harrier bertekad mencapai puncak tertinggi Himalaya. Bahkan ia meninggalkan Ing- grid, sang istri yang tengah hamil tua. Bersama rekannya Peter dan beberapa anggota tim, Hairrier menyadari per- jalanan tak semulus yang diperkirakan. Tak hanya tan- tangan alam, meletusnya per- ang dunia II sempat membuat Harrier ditangkap dan dijeblos- kan ke penjara oleh tentara Ig- gris yang menguasai India. Per- soalan Harrier bertambah manakala Inggrid memutuskan minta cerai karena akan meni- kah dengan Host, sahabat Har- rier. Beberapa kali buron, Harrier dan Peter sampai di kota suci Lasha. Di sinilah Harrier berte- mu dengan Dalai Lama ke-14 BPM/ist yang ketika itu masih bocah. Persahabatan antara Harrier idealisnya Pitt dan Arnaund. dan Dalai Lama menjadi fokus Sutradara yang sempat menga- cerita berikutnya. Sampai saat rahkan Sean Connery untuk Cina melakukan agresi ke Tibet, "The Name Of The Rose" ini Harrier meninggalkan sahabat- berusaha menuangkan kisah nya untuk pulang ke Austria. nyata yang dialami pendaki Tujuannya hanya satu, menda- Himalaya Heinrich Harier se- patkan putranya yang sudah realistis mungkin. Sekalipun se menjadi bocah. •Adnyana TRI TVRI Denpasar 15.00 Berita 14 15.30 Musik Video Klip Daerah 15.35 Film Seri Rin Valley 16.05 Kiat Manajemen 16.30 Gita Krida 17.00 Siaran Berita TVRI 17.30 Karya Kita 18.00 Puja Trisandya 18.06 Balivision 18.26 Selingan Musik 18.30 Berita Daerah 19.00 Lintasan Berita 19.05 Rona Nusantara 19.15 Monitor Olah Raga 19.30 TVRI News 20.00 Siaran Berita TVRI 20.30 Gita Remaja 21.30 Mengenal Seniman 22.00 Dunia Dalam Berita 22.30 Siaran Olah Raga 23.30 Siaran Berita Terakhir 23.40 Film Cerita RRI DENPASAR 06.00 Warta Berita 06.10 Canangsari P. Dewata 06.30 Berita Daerah 07.00 Warta Berita 07.05 Laporan 07.11 Forum Negara Pancasila 07.35 Canangsari P. Dewata 08.00 Warta Berita 08.30 Album Kita 09.00 Siaran Kebaktian Minggu 10.00 Hidangan Arja 11.00 Berita Kota 11.05 Pengumuman 11.10 Hidangan Arja 12.00 Berita Olah Raga 12.11 Salam Muhibah/RTM 13.00 Varia Nusantara 13.11 Puja Trisandya 14.00 Warta Berita 14.05 Ulasan Pers 14.30 Berita Daerah 15.20 Pilihan Pendengar 17.30 Puja Trisandya 17.35 Dunia Olah Raga 18.00 Berita Berbahasa Inggris 18.45 Forum Negara Pancasila 20.30 R. Seni Budaya 21.00 Berita Ekonomi & Industri 22.15 Di Jenjang Malam 23.00 Aneka Berita 23.11 Pengantar ke Peraduan ACARA INI SEWAKTU-WAKTU BISA BERUBAH NOVA CASSANOVA CASSANOVA CASS CASSANOVAC CASSANOV ASSANOVA SAR SANOVA CASSANA CHA CASSANOVA CASSANYA CASVA CANOVA CASSANG CASSANOV O CPBANOVA ASSANOVA CASSAN Radionya kawula muda NOVA CASSANOVASSANOVO CASSANOVA Jl. Jend. Gatot Subroto No. 98X Telp. 262118-262121-262123 Fax. 262116, Denpasar - Bali H.D. B. 80 Musik T tradisional Indonesia Kalangan pemerhati musik me Se In ka Indonesia ka menilai musik Pe In th pada masa mendatang kr ha bu berpeluang besar menjadi komoditi ekspor Indonesia dan menjadi ka In ta se m m da duta bangsa. m se II Girang Digelo KONSER musik bertajuk "Girang Musik A Sasih" (GMAS) akan dise- lenggarakan sebu- lan penuh di pang- gung terbuka Ta- man Budaya Den- Konser pasar. yang akan digelar tiap Sabtu pada November menda- tang atas prakarsa Diwyaguna Enter- prise Denpasar ini, di samping sebagai sarana penyalur kreativitas ber- musik para rema- ja, juga dimaksud- kanan) be kan sebagai kon- "Girang M ser amal. "Hasil dari konser GMAS-9 ini akan kami sumbangkan kepac panti asuhan atau yayasan sosial d kata Surya Cakra Bawa, manajer Enterprise, kepada Bali Post Sab marin. Menurut Surya, GMAS akan m Soal C Ria Mem ARTIS Ria Irawan membant nya, Yuma Wirahadikusumah. kabar santer yang dimuat bebe kota belakangan ini-soal per benar berita itu. Daya khayal w Ria Irawan jang. Kalau lagi kepanasan, Yum ranjang juga namanya. Bicara perihal Ria dan isu, ini s sudah kesekian kalinya bagi Ria Yuma, ia pernah digosipkan seb kai". Isu ini mencuat setelah R liburan ke Bali seusai manggun 2cm Color Rendition Chart