Tipe: Koran
Tanggal: 2013-04-02
Halaman: 29
Konten
elasa, 2 April 2013 (21 Jumadil Awal 1434 H) bang Jaya dan Danau ersilaturahmi embang Jaya dan Danau Kembar yang a Solok dan sekitarnya bersilaturahmi, 3) di rumah kediaman Murson Topo di i Selayo, Kecamatan Kubung, Kabupaten ni yang dihadiri para sumando Lembang ar mendapat berbagai masukan untuk anisasi komunitas ke depan. Bahkan n yang diprogramkan, sebagaimana rdin, hendaknya benar-benar menyen- syarakat terutama warga Lembang Jaya- ang tergabung dalam Ikatan Keluarga mau Kembar Kota Solok dan sekitarnya. atan yang dilaksanakan hendaknya Dih dahulu membangun jembatan hati. gun, optimis, Ikatan Keluarga Lembang bar tumbuh subur dan akan lebih pan," ujarnya. n mengurus organisasi komunitas yang memang dituntut keproaktifan bukan tetapi semua tokoh yang memiliki ntara itu, sumando lainnya menyatakan, si komunitas dalam beberapa dekade ti suri'. lantaran, keberadaannya bukan lagi Dankan pembinaan hubungan ukhuyah rkontaminasi perpolitikan. Akibatnya, ntokan individu yang amat merugikan tuan," katanya. Cetua Ikatan Keluarga Lembang Jaya- m mengatakan, warga Lembang Jaya- ang berdomisili di Kota Solok dan h 500 orang lebih dengan menggeluti "Namun warga tersebut belum lagi anen, karena itu ke depan perlu lagi untuk mengiventarisasi dan tempat Harapan para sumando adanya kegia- ar-besaran di salah satu gedung, amat judkan ke depan," tuturnya. (209) RISCAN TEGASKAN u Ada LPI RD Kota Solok Yutriscan mengatakan, embaga Pengawas Indpenden di DPRD nurani anggota DPRD. an wewenang DPRD sebagai legislasi, gawasan telah berpedomana kepada undangan yang berlaku," demikian nggalang pekan lalu. nang DPRD menurut Yutriscan adalah an daerah yang dibahas dengan bupati persetujuan bersama, menetapkan a walikota, melaksanakan pengawasan daerah dan peraturan perundang- Keputusan walikota, APBD, kebijakan dalam melaksanakan progam pem an kerjasama internasional di daerah. usulkan, pengangkatan dan pember- an wakil walikota untuk Kota Solok am Negeri melalui gubernur, memba- pertimbangan kepada pemerintah ko- a perjanjian internasional yang me- gan daerah, meminta laporan kete- gjawaban walikota dalam melaksa- alisasi serta tugas-tugas lain yang di- ang. DPRD sebagai lembaga perwakilan empunyai peran yang penting dalam elola pemerintahan yang baik. Peran m tiga fungsi legislasi, anggaran dan in dalam pelaksanaan ketiga fungsi sih mengalami hambatan, sehingga optimalkan," ujarnya. tan dalam fungsi legislasi disebabkan =, lemahnya penguasaan dalam teknis gnya kemauan, sarana dan prasarana ai, pelaksanaan prolegda yang tidak mya koordinasi, kurangnya sosialisasi rakat. (209) nggarakan 2013 munikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) elajar tahap akhir (Ebta) MDA se-Kota mat (29/3) di tiga lokasi SMPN 1, SDN a ini dibuka Kabag Kesra Sekretaris Usdri Efen di atas nama walikota di Nasril dalam laporannya menyam- ahun 2013 ini diikuti sebanyak 996 al 28-29 Maret 2013. Ke-966 peserta DA. Ebta dibiayai para orangtua murid, hun ini belum mendapatkan bantuan ran penerimaan bantuan sosial dan ermendagri Nomor 32 tahun 2011. m menyikapi aturan tersebut FKDT rbagai persyaratan, sehingga pada an Ebta bukan lagi dipikul 100 persen nya. erikan apresiasi kepada FKDT yang kung pelaksanaan visi dan misi Kota gkatan pembinaan keimanan dan nya, pemerintah Kota Solok pada anggarkan dana bantuan operasional in banyak MDA mempunyai murid, ar mendapatkan dana BOM-nya," arkan Pemko sebesar Rp50.000 per adalah untuk meringankan beban daan buku-buku tartil yang harganya Der buku. Penganggaran dana BOM keluhan orangtua yang mayoritas 11. la Kantor Kementerian Agama Kota nyatakan, Ebta ini bukan icak-icak, engevaluasi kemampuan dari 996 g oleh 308 guru. da orangtua dan guru setelah ta ini, anak-anak tidak berhenti DA yang tidak mengirim muridnya , seperti MDA Masjid An Nur, MDA arah dan MDA lainnya agar ditelu- mereka hadapi. ya, dengan partisipasi SMPN 1, SDN m meminjamkan ruang kegiatan nterian Agama ikut mengucapkan ta Ebta MDA ini, hendaknya dapat an memelihara bunga-bunga yang Kota Solok dalam giat-giatnya mbina lingkungan sekolah hijau, Color Rendition Chart Selasa, 2 April 2013 (21 Jumadil Awal 1434 H) VARIA SOLOK SELATAN Sekda Kantongi Nama Pegawai Jarang Apel & Masuk Kantor SOLSEL-Kehadiran Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Peme rintah Kabupaten Solok Selatan menjadi perhatian Sekretaris Daerah (Sekda) Fachril Murad. Sekda mengaku sudah mengan- tongi nama-nama pegawai yang jarang ikut apel dan masuk kantor. MAM SUAM SUNGAL PAGU BLE Hal itu terungkap saat apel pagi gabungan dengan seluruh pegawai di lingkup kerjanya, di halaman kantor bupati, Senin (25/3) lalu. Fachril menyebutkan, pegawai yang jarang masuk kantor tak hanya staf saja, tetapi juga dari lingkup pejabat eselon. "Saya sudah mengetahui siapa-siapa saja kabid, kasubag. kasubid, maupun kepala dinas yang tak pernah hadir apel dan jarang masuk," ujar Fachril. Fachril mengatakan, anehnya, pejabat eselon yang jarang ikut apel dan masuk kantor itu selalu hadir saat ada proyek atau pekerjaan lain. Ketidakhadiran tersebut akan menjadi pertimbangan saat pengusulan kenaikan pangkat. MASJID MEGAH Nagari Pasia Talang, Kecamatan Sungai Pagu memiliki dua masjid megah dan bersejarah, yakni Masjid Kurang Aso Anampu- luah (kiri) dan Masjid Raya Alam Surambi Sungai Pagu. (charlie ch. legi) AKIBAT PENAMBANGAN EMAS Untuk ketidakhadiran pegawai lingkup staf, Fachril mengatakan, juga telah mendapat laporan yang sama. "Bagaimana staf dapat hadir setiap waktu maupun ketika apel, sedangkan pegawai eselon juga tidak hadir," ujar Fachril. Sekda berharap agar BKD mencermati ketidakhadiran pegawai ini. Selain itu, Fachril berharap agar pegawai selalu memanfaatkan waktu libur dengan keluarga, sehingga nantinya tidak ada lagi pegawai yang tidak ikut apel setelah liburan. (537) Lima Tahun Lagi Solsel Rasakan Dampak Merkuri SOLSEL SINGGALANG TARGET PON 2016 Atlet Wushu Solsel Wakili Sumbar mengurus izin ke pemerintah setempat. Dompeng, kapal keruk dan ekskavator ber- silantas angan mengeruk emas untuk kemudian 'dieks- por' ke luar daerah. kungan Solok Selatan cukup mengkhawatirkan," kata Ke- tua Tim Terpadu Penanganan Illegal Mining dan Illegal Log- ging Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, Fachril Murad, beberapa waktu lalu. lima tahun lagi kita akan me- rasakan dampak pencema- ran lingkungan seperti peng- gunaan merkuri di sungai Ba- tang Hari," kata Fachril Mu- rad. Siapa yang tak tergiur dengan kilau emas? Bahan galian logam yang satu itu memang menjadi incaran siapapun. Bukan saja karena kilau warnanya, tetapi juga karena harganya yang selangit. SOLOK SELATAN - Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 mendatang, rencananya akan ditabuh di Jawa Barat. Sejumlah atlet tengah melakukan persiapan dalam menghadapi helat itu. Termasuk atlet cabang olahraga wushu di Kabupaten Solsel. Ketua Umum Wushu Solok Selatan melalui Ketua Harian, Eko Irawan menuturkan, saat ini sejumlah atlet wushu intens menggelar latihan. Para atlet wushu tersebut bersiap menghadapi sejumlah iven. Diantaranya, Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) 2013, Porprov XIII, dan iven akbar lainnya termasuk PON 2016. "Kami memang tengah membidik target mampu meloloskan atlet kita padain PON 2016 nanti," katanya kepada 19. Singgalang, kemarin. Dompeng, kapal keruk dan ekskavator mengeruk dasar sungai Batang Hari, mencari emas. Bagi yang beruntung, emas bercampur pasir dipe- roleh. Agar pasir dengan emas terpisah, diperlukan air raksa (merkuri/Hg). Penam- bang emas marak meng- gunakan merkuri hingga akhirnya air sungai Batang Hari tercemar dan tentunya cukup membahayakan bagi manusia. "Kerusakan ling- Salah satu dampak ke- sehatan akibat pencemaran merkuri yakni penyakit kan- ker kulit. "Jangan heran jika nanti masyarakat kita ter- kena serangan kanker kulit akibat merkuri," cecar Fach- ril. Di bumi ini, endapan emas hanya terdapat di sejumlah titik. Salah satunya di Kabu- paten Solok Selatan. Endapan emas berada di tiga keca- matan, Sangir Batang Hari, Sangir dan Sungai Pagu. Emas paling banyak di Keca- matan Sangir Batang Hari (SBH). Melihat kondisi penam- bangan emas illegal dan penggunaan merkuri secara serampangan oleh para pe- nambang, Fachril mengkha- watirkan akan berdampak kepada masyarakat sekitar sungai. Mengingat pada umum- nya masyarakat di sekitar sungai mengkonsumsi air untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi dan mencuci. "Dikhawatirkan, Seperti diketahui, merkuri (Hg) merupakan unsur kimia yang sangat beracun. Logam Hg ini dapat terserap ke da- lam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Mer- kuri bersifat racun yang ku- mulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menim- bulkan bahaya. Target tersebut tak muluk- muluk. Sebab, selama ini para atlet wushu memang tengah memper- lihatkan grafik penampilan yang cukup meningkat. Dalam iven Porprov XII lalu, sepuluh medali disumbangkan. Bahkan cabang olahraga wushu satu-satunya cabang penyumbang medali terba- nyak saat itu dibanding cabang lain. Penambangan emas di Kecamatan SBH terjadi sejak saisuak. Masyarakat meng- gunakan alat tradisional berupa dulang untuk me- ngumpulkan emas. Keadaan itu terus berlangsung hingga beberapa waktu lalu, sebe- lum alat bantu seperti dom- peng, kapal keruk dan ek- skavator masuk ke lokasi tambang. Bahaya penyakit yang di- timbulkan oleh senyawa mer- kuri diantaranya adalah ke- rusakan rambut dan gigi, kanker kulit, hilang daya ingat dan terganggunya sis- tem syaraf. Dalam waktu ke depan, wushu Solsel akan mengirimkan sejumlah atlet potensial ke luar daerah. Mereka digodok agar nantinya men- jadi atlet yang membanggakan dan mengharumkan nama Solsel. Ren- cananya, enam atlet akan diki-rim ke Jakarta. Mereka dipersiapkan agar nantinya terpilih mewakili Sumbar dalam ajang PON 2016.(537) Alat berat itu kemudian langsung merajai lokasi tam- bang. Serta merta Kecamatan Sangir Batang Hari menjadi lokasi tambang emas tak berizin. Siapapun bebas men cari emas tanpa terlebih dulu Sisi lain, Fachril meng- imbau kepada seluruh per- sonil Tim Terpadu Pemkab yang bertugas memberantas aksi illegal minning dan log- ging di daerahnya agar selalu mengintensifkan koordinasi. (537) PISAHKAN | Pendulang emas di Lubuk Ulang Aling, Kecamatan Sangir Batang Hari sedang memisahkan antara emas dengan pasir. Masyarakat di daerah itu terancam terkena dampak merkuri karena air di sungai Batang Hari tercemar akibat penambangan emas. (charlie ch. legi) Resonansi Nilai Budaya dari Seribu Rumah Gadang Desi Hariati da ada musibah pada kaum suku tersebut. kan zaman. Seiring dengan perkem- bangan zaman, di era globalisasi ini, bermacam ragam kesenian-ke- senian modern tetapi untuk warisan seni tradisi ini patut kita apre- siasikan. FENOMENAL memang. Ketika kita mendengar kata 'Saribu Rumah Gadang', adalah sebuah kawasan budaya di Solok Selatan. Ketika kita berjalan di Muara Labuh, tepatnya di simpang Kampuang Nan Limo, di samping Masjid Raya Koato Baru, Nagari Koto Baru, ada sebuah persimpangan tempampang tulisan di atas gapura, 'Selamat Datang di Kawasan Seribu Rumah Gadang'. Awal pemberian nama kawasan ini oleh Prof. Dr. Meutia Farida Hatta tahun 2005 sewaktu itu berkunjung ke Solok Selatan. Saat itu beliau masih menjabat sebagai Dirjen Pariwisata dan Kebudayaan. Beliau berkunjung ke kawasan ini dan. melihat begitu banyaknya rumah gadang di sekitar kawasan itu, akhirnya beliau menamai kawasan tersebut sebagai kawasan Saribu Rumah Gadang. dunia Internasional dibuktikan dengan adanya berupa konsep kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu di Museum Denhaag Belanda dite- mukan oleh periset pada tahun 1977". Pada masa itu cerita dari tetua mereka, orang Belanda pernah bilang "Kerajaan Alam Surambil Sungai Pagu adalah kotanya emas". Ini dibuktikan dengan begitu banyak- nya emas yang dihasilkan di iliran Sungai Batang Hari pada daerah Rantau XII Koto yang merupakan teritorial dari Kerajaan Alam Surambi Sungai pagu. Beralih ke pepatah, ada sepeng- gal pepatah yang ada di luar Nagari Koto Baru (kawasan Saribu Rumah Gadang) dan Pasia Talang "Kapa Panjang Tujuah, Muatan Bangko Su- liti", maksudnya banyak orang men- dirikan rumah gadang di luar kedua nagari tersebut karena lahan yang tidak mencukupi di kawasan ini. Melihat data langsung ke lapa- ngan ternyata di kawasan Saribu Rumah Gadang ini terdapat 130 rumah gadang. Rumah gadang tersebut terletak pada 3 (tiga) jorong, Jorong Kampuang Nan Limo, Jorong Lubuak Jaya, dan Jorong Bariang Rao-rao dari 7 jorong di Nagari Koto Baru. Uniknya, rumah gadang di kawasan itu terletak bersuku-suku secara teratur. Ada 9 (sembilan) suku yang mendiami kawasan ini yakni suku Malayu, Bariang, Panai, Si- kumbang, Koto Kaciak, Caniago, Kuti Anyia, Kampai, dan suku Durian, Yang menjadi pertanyaan seka- rang, kenapa terdapat banyak ru- mah gadang di kawasan ini? Nagari Koto Baru merupakan perluasan dari pusat kerajaan dari Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu pada zaman dahulunya. Masyarakat yang hidup di kawasan itu adalah masyarakat heterogen, karena telah terjadinya perkawinan silang antara penduduk pendatang dari berbagai suku de- ngan penduduk pribumi. Untuk daerah perluasan kerajaan (menjadi perluasan pusat kota kerajaan) pada masa dulu tentu perlu sebuah tatanan kota yang baik. Maka dari itu diaturlah bagaimana sebuah tatanan kota yang baik. Pasia terdapat sebuah pelabuhan untuk penyeberangan dengan tran- sportasi 'biduak'. Ketika kita melihat rumah gadang dari sungai Batang Bangko ini, jika lebih diperhatikan secara seksama, setiap rumah gadang yang terletak di pinggiran sungai, bagian depan rumah gadang tersebut akan terlihat menghadap ke sungai. Ini mengandung makna agar turun dari rumah langsung ke pelabuhan untuk menyeberang tanpa memakan waktu lama. Dapat dilihat dari beberapa paparan infor- man, diantaranya ada sebuah me- nara yang terletak di Surau Gadang pada waktu itu, ada pelabuhan yang terletak di Batang Labuah, ada ke- teraturan bangunan-bangunannya yaitu rumah gadang, inilah yang me- nandakan sebuah kota (perluasan dari pusat kerajaan) pada waktu itu. Jika kita lihat lagi historis kera- jaannya, pada masa itu kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu memiliki 2 (dua) sistem pemerintahan, yakni sistem pemerintahan Datuak Katu- manggungan, Titiak dari langik. Artinya, semua perintah raja harus dijalankan oleh semua bawahannya (keputusan tertinggi ada pada raja), sedangkan untuk yang mengelola kota (pusat kerajaan) itu memakai sistem pemerintahan Datuak Par- patih Nan Sabatang, Tagak samo tinggi, duduak samo randah. Artinya, keputusan tertingginya ada pada hasil musyawarah. Untuk wilayah teritorial pusat kota harus mematuhi sebuah hasil musyawarah berlaku untuk semua yang tinggal di sana. Ketika diberlakukan tatanan kota harus teratur, maka terpaculah Di kawasan ini dulunya memiliki masyarakat untuk mendirikan ru- sebuah menara yang angat tinggi. mah gadang. Rumah gadang ini didirikan oleh setiap suku dengan sehingga dari atas menara itu terlihatlah rumah-rumah penduduk cara bergotong royong. Beberapa dari jorong-jorong. Jikok ado kaba pertanyaan untuk menggali fakta baiak baimbauan, itulah fungsi kita lontarkan kepada informan, menara yaitu menyampaikan infor- beberapa dari informan ada yang masi kepada masyarakat. Di Batang mengatakan, "Kerajaan Alam Suram- Labuah, dahulunya bernama Ujuang bi Sungai Pagu sudah dikenal di Akankah resonansi nilai-nilai budaya pada masa dahulu kita endapkan begitu saja seiring lapuk- nya rumah gadang yang tinggal tanpa penghuni? Nah, inilah per- tanyaan mendasar yang perlu kita renungkan. Sebuah kawasan ber- potensi yang bisa kita perlihatkan pada dunia nasional maupun inter- nasional. Contohnya saja, beberapa tahun lalu, Kawasan Saribu Rumah Gadang ini menjadi kawasan favorit dikala sore bagi masyarakat Alam Surambi Sungai Pagu khususnya maupun masyarakat Solok Selatan pada umumnya. Bagaimana tidak, sebuah novel 'Di Bawah Lindungan Ka'bah' karya Hamka difilmkan dan memilih Solok Selatan sebagai setting (latar) tempat diantara latar yang mereka pilih. Latar tempat ini ada beberapa di Solok Selatan, pertamanya kawasan Saribu Rumah Gadang, dan latar tempat kedua, Jembatan Kuning, jembatan yang menghubungkan Nagari Kotobaru dan Nagari BOMAS (Bangko, Mato Aia, Sungai Durian). Akankah kita sia- siakan? Sebenarnya, ini perlu kerja- sama erat antara niniak mamak kaum setempat dengan pemerintah daerah untuk menjadikan kawasan itu sebagai kawasan berbudaya un- tuk daerah Solok Selatan dan diper- kenalkan hingga ke mancanegara. Sayangnya, untuk mengembali- kan warisan budaya asli itu kembali merupakan pekerjaan tidak mudah. Rumah gadang pada era dahulu dibandingkan dengan era sekarang sudah mengalami pergeseran nilai. Banyak penyebab untuk hal ini, diantaranya kurangnya pemahaman tentang tujuan dan fungsi rumah gadang tersebut. Ada pada sebuah kaum tidak ada memiliki rumah gadang. Itu karena perawatan dan pemanfaatan rumah gadang yang tidak efektif. Rumah gadang dibiar- kan tanpa penghuni. Ada juga yang Bayangkan saja, jika ada tanah pusako yang luas setiap sukunya, bisa diperkirakan rumah gadang di sini akan mencapai 1000 rumah gadang sesuai dengan julukan tempatnya, "Kawasan Saribu Rumah Gadang". Spesifiknya lagi, per- hatikan ketika kita berdiri di luar rumah gadang sepanjang kawasan ini, maka akan terlihat rumah ga- dang dengan puncak 2 (dua) sampai dengan puncak 9 (sembilan). Rumah gadang yang memiliki puncak 9 (sembilan) yaitu rumah gadang suku panai. Kebiasaan yang membuming pada masa itu seperti di dalam rumah gadang terdapat beberapa keluarga. Setiap kamarnya dihuni oleh satu keluarga. Ada namanya ande bapak (pendatang dalam rumah gadang) juga mendidik anak yang yang ada di dalam rumah gadang tersebut diperlakukan seba- gal anak kandung sendiri. Ada nilai budaya yang perlu kita teladani, misalnya saja di setiap rumah gadang suku terdapat sebuah surau yang memiliki bedug (tabuah). Bedug ini berfungsi untuk memberi- tahu kaum suku lain bahwa ada musibah pada kaum yang mum- bunyikan bedug tersebut. Dampak dari terbiasanya masyarakat setem- pat dengan bunyi bedug, maka mereka dengan sendirinya akan mengetahui kaum dari suku mana Rumah gadang suku Bariang lebih mendominasi (lebih banyak jumlahnya dari rumah gadang suku lainnya). Kalau masuk ke beberapa rumah gadang, dalam rumah ga- dang tersebut ada yang memiliki 20 tonggak di dalamnya. Masyarakat kaum dari 9 (sembilan) suku ini bermatapencaharian bertani dan berdagang zaman dahulunya. Seni tradisional yang biasa dilakukan masyarakat sekitar dari dahulunya adalah seni bela diri (silek luncu), randai, gandang sarunai, dan zikia rabana (zikir rebana). Warisan ke- senian tradisional tersebut adalah warisan masyarakat yang patut dilestarikan oleh generasi pene- rusnya. Sebagai generasi muda, kita harus mempertahankan agar kese- nian yang menjadi tradisi dari dahulunya agar tidak lekang dima- yang membunyikan bedug, pertan- SINGGALANG B-17 Temuan Tim Terpadu Pemkab Ekskavator Sengaja Dikubur SOLSEL-Meski Pemerintah Kabupaten (Pemkab) sudah menyatakan 'perang' terhadap illegal minning (tambang liar) dan illegal logging (pembabatan hutan secara liar) di daerahnya, akan tetapi aksi tersebut masih tetap terjadi. Penambang 'madar masih tetap berop- erasi. Meskipun begitu, Tim Terpadu Pemkab Solsel terus menggelar operasi ke lokasi tambang emas. Fachril Murad Dalam beberapa kali operasi ke lokasi tambang emas di Kecamatan Sangir Batang Hari (SBH), Tim Terpadu Pemkab Solsel mendapati sejumlah temuan di lapangan. Diantaranya, masih banyak ditemukan alat berat yang melakukan pengerukan di lokasi tambang. Bahkan ada pula yang sengaja mengelabui Tim Terpadu dengan berbagai cara agar tak diketahui keberadaan mereka. Salah satunya sengaja mengubur alat berat ekskavator. Hal itu diutarakan langsung oleh Ketua Tim Terpadu Pemkab Solsel, Fachril Murad di depan seluruh pegawai di lingkup Pemkab Solsel, Senin (25/ lalu. Menurut Fachril, saat melakukan penertiban tambang di salah satu lokasi tambang di Kecamatan Sangir Batang Hari, dirinya mendapati satu unit ekskavator yang tengah berhenti beroperasi karena mengalami kerusakan. Bahkan adu pula yang sengaja menimbun ekskavator untuk mengelabui Tim Terpadu. "Nampaknya aktifitas penambangan emas liar masih terus terjadi," kata lelaki yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Solok Selatan itu. Fachril menuturkan, selain mendapati keadaan demikian, dirinya juga melihat masih banyak kendaraan yang keluar masuk lokasi tambang. Kendaraan seperti roda empat terlihat lalu lalang melangsir Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Disinyalir, solar tersebut untuk ope- rasional alat berat ekskavator mengeruk emas. Fachril juga mengaku bahwa dirinya banyak mendapat laporan tentang operasi tambang emas secara illegal di Kecamatan Sangir Batang Hari yang hingga detik ini masih terus terjadi. Laporan-laporan tersebut diperoleh dari masyarakat setempat. Tak hanya dari masyarakat se- tempat, Fachril juga mengakui banyak mendapat informasi dari mantan atau bekas operator ekskavator. (537) Normalisasi Dua Sungai Cukup Mendesak SOLSEL - Kabupaten Solok Selatan terletak di kawasan pegunungan Bukit Barisan. Keadaan ini menjadikan kabupaten tersebut sebagai kawasan hulu sungai. Tercatat, sebanyak 71 sungai membentang di daerah yang dipimpin oleh pasangan Bupati Muzni Zakaria dan Wabup Abdul Rahman itu. Pada umumnya, sungai-sungai di Solok Selatan berarus deras. Hal ini tidak memungkinkan untuk dijadikan sebagai sarana transportasi. Terkecuali di bagian hilir sungai Batang Hari sana, dijadikan sebagai sarana transportasi karena tak memiliki akses jalan darat untuk mencapai dae- rah Lubuk Ulang Aling. Derasnya arus sungai dan jamaknya masyarakat membangun hunian di pinggiran sungai merupakan kon- disi yang harus menjadi perhatian oleh sejumlah pihak. Bagaimana caranya agar arus sungai cukup deras tidak membahayakan masyarakat yang berada di tepian. Hal ini-lah yang kemudian dilakukan oleh dua kenagarian, yakni meng- gagas normalisasi sungai di daerahnya masing-masing. Dua nagari tersebut yakni, Nagari Pulakek Koto Baru dan Nagari Pasia Talang di Kecamatan Sungai Pagu. Di Nagari Pulakek Koto Baru, Batang Pulakek yang mengaliri daerah tersebut akan dapat membahayakan perumahan dan persawahan penduduk, apalagi jika hujan deras. "De- rasnya Batang Pulakek saat hujan lebat terlalu mem- bahayakan bagi perumahan warga dan persawahan," kata Wali Nagari Pulakek Koto Baru, Munasri Umar Dt. Rajo Imam kepada Singgalang, kemarin. Munasri mengatakan, sejumlah perumahan penduduk dan persawahan berada di sepanjang Batang Pulakek. Oleh karena itu sudah saatnya Batang Pulakek dinormalisasi dengan melakukan pelurusan. "Rencana itu sudah diajukan pada Musrenbang Kecamatan terintegrasi 2014, meng- gunakan biaya APBD Provinsi dengan estimasi Rp 2 miliar. Sebelumnya pada tahun 2009 lalu juga pernah diajukan," kata Munasri. (537) mengatakan, jika kita tinggal di ru mah gadang itu kesannya kita belum berhasil (masih berekonomi lemah) di mata masyarakat. Padahal, ini se buah perspektif yang keliru. Se- orang ninik mamak bertanggungja- wab atas rumah gadang untuk ting- gal bagi dunsanak dan kemenakan dikaumnya. Biasanya yang berhak tinggal di rumah gadang ini adalah perempuan, karena di adat Mi-nang kabau menganut paham mat-rilineal (menurut garis keturunan ibu). sekarang direnovasi dengan me- nambah bangunan permanen yang mewah, itu sebenarnya akan memu- darkan konsep rumah gadang se- utuhnya. Ditinjau lagi, kalau kita bahas ciri keminangkabauan seke- lompok orang (kaum) itu ditandakan dengan adanya rumah gadang. Yang tidak akan pernah ada di tempat lain (di luar daerah Minangkabau). Hal inilah yang patut kita genggam. Bagaimana gema atau getaran budaya itu berangsur-angsur pulih. Tentunya dengan memberikan pe- mahaman (pola pikir/mindset) yang tidak keliru kepada anak cucu kita. Jangan enggan bertanya kepada para tetua kita ketika keragu-raguan itu menghampiri. Rumah gadang biasa berfungsi untuk mengamankan kaum perem- puan (limpapeh rumah nan gadang) dan keturunannya, sedangkan laki- laki hulunya tidur di surau. Sean- dainya rumah gadang itu rusak, seharusnya cepat diperbaiki karena ada harta pusaka peninggalan nenek moyang yang bisa digadai atau dijual untuk memperbaikinya. Patut diketahui beberapa hal yang membuat harta pusaka (tinggi) itu terjual/tergadai diantaranya mayik tabujua di tangah rumah, gadih gadang indak balaki, rumah gadang katirisan. Yang menjadi masalah ketika terjadi penyim- pangan dalam pemanfaatan harta pusaka baik bagi pihak ninik mamak maupun bagi pihak kaum yang lain. Rumah gadang yang lapuk, tidak ada biaya untuk merenovasi, maka hancurlah rumah gadang tersebut. Dahulunya, rumah gadang di- ibaratkan istana. Bangunannya yang megah melebihi bangunan-ba- ngunan rumah biasa disekitarnya. Maka dari itu, orang ingin sekali tinggal di rumah gadang hingga mencapai beberapa keluarga di dalamnya. Namun, seiring perkem- bangan zaman, bangunan-bangun- an rumah permanen semakin me- gah, hasrat inilah menjadi penyebab memudarnya keinginan orang untuk tinggal di rumah gadang. Mewahnya rumah pribadi masing-masing me- nyebabkan rumah gadang tak ber- penghuni. Banyak rumah gadang Perlu diingat, kawasan saribu rumah gadang ini adalah aset buda- ya masa lampau yang takkan pernah kembali wujudnya seperti semula seketika kita terus menerus lengah. Sangat diharapkan kepada generasi muda untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana resepsi transformatif yang terjadi di kawasan tersebut pada masa dahulunya dan masa sekarang. Bagaimana budaya asli masyarakat yang diwariskan nenek moyang mereka dahulunya mulai dari aturan-aturan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan tata krama masyarakatnya. Yakinlah, ini merupakan cita-cita fundamental bagi mereka yang masih menyadari budaya itu mesti dipertahankan, tapi sangat dibutuh- kan tim kerja yang memiliki komit- men dan loyalitas yang tinggi, bisa dengan mendatangkan ahli sejarah, ahli linguistik, ahli hukum dan lain sebagainya. Ironis memang, ketika sebuah daerah berpotensi tidak kita kem- bangkan, yang memiliki dampak positif nya seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan per-ce patan pertumbuhan ekonomi ma syarakat dalam perspektif secara umum. (dosen STKIP Widyaswara Indonesia) 4cm
