Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bernas
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-01-12
Halaman: 04

Konten


Color Rendition Chart 2cm 4. MINGGU KLIWON, 12 JANUARI 1992 BUDAYA Maaf HARI Kamis itu, selesai membaca berita utama Bernas, Lik Kupingan segera sesengrukan, tersedu-sedu. Bu Lik yang sejak tadi memperhatikan ulah sang suami tak juga paham, apa gerangan yang telah terjadi. Karena itu, ia segera mrepegi sang suami dan bertanya ada apa. Lik Kupingan tidak menjawab, hanya menunjukkan berita utama itu yang mengatakan, Jendral Sintong Panjaitan mengatakan bahwa beliau sangat menyesalkan peristiwa di Dili dan ABRI minta maaf kepada rakyat Timtim. Bu Lik tak juga paham, bagaimana bisa berita demikian bisa membuat Lik Kupingan sesenggrukan, tersedu-sedu. Lik Kupingan menatap istrinya dalam-dalam, menghapus air matanya, lalu mengatakan bahwa ia sangat terharu atas ketulusan hati ABRI. Lha wong ABRI kok sampai minta maaf pada rakyat, itu kan sungguh luar biasa. Bagi Lik Kupingan, ABRI itu kan manusia istimewa, punya bedil, pistol, granat, tank, kapal selam, helikopter, baju anti peluru, pokoknya memiliki alat-alat yang orang lain tidak bisa punya... Coba, itu kan hebat sekali. Menurut Lik Kupingan, sikap ini sungguh-sungguh terpuji. Ini menunjukkan bahwa ABRI sungguh-sungguh berjiwa ksatria; memiliki kebesaran jiwa. Menurut Lik Kupingan, sikap kebesaran jiwa seperti itulah yang mampu menyentuh ke dalaman, karena di sana membayangkan tingginya peradaban. Mendengar kata-kata Lik Kupingan. Bu Lik segeral termenung la teringat pertengkaran yang sering terjadi di kalangan keluarga, juga yang sering ia saksikan di sekitarnya. Dari berbagai pengalaman yang ia saksikan, ternyata, manusia cenderung tinggi hati. Dengan hidung yang mendongak, manusia gampang merasa dirinya paling top; dan, meminta maaf atas kesalahan yang dia lakukan cenderung menimbulkan kesan kalah, hancur gengsi. Karena itulah Bu Lik segera paham mengapa Lik Kupingan sangat terharu membaca kesediaan ABRI minta maaf kepada rakyat. Bu Lik ingat kasus kemenakannya yang pernah mendorong pot keramik antik itu hingga pecah. Ia tidak menuntut ganti, cuma minta agar kemenakannya mengakui kekurang hati-hatiannya dan minta maaf pada Lik Kupingan. Tetapi sang kemenakan malah menjerit-njerit sangat mengerikan, sehingga mengundang tetangganya berdatangan. Dikatakanlah oleh sang kemenakan bahwa orang tuanya yang di Jakarta tokoh terkemuka dan tidak pernah menyuruh dia minta maaf, karena ia adalah sang primadona. Yang dikerjakannya, apapun wujudnya, selalu benar. Karena itu, jika ada pot keramik sampai terdorong dan pecah, bukan salah dia; pasti salahnya si pot itu, atau, salahnya yang meletakkannya. Akibat dari tingkah laku si kemenakan, Lik Kupingan jadi benci dengan kemenakan Bu Lik. Hubungan menjadi tegang; suasana damai tidak terjadi. Tatkala Hari Raya Idulfitri datang, maaf memaafkan itu hanya menjadi basa-basi, hanya upacara, dan tidak pernah muncul dari hati yang tulus. Yang menyedihkan, setiap kali seluruh Trab Kupingan kumpul, maka kumpulnya keluarga besar Kupingan itu bisa berubah menjadi neraka bagi Lik Kupingan, Bu Lik dan sang kemenakan. Untunglah kemudian Mas Marto Lenga berhasil membujuk sang kemenakan yang keras kepala itu. Hanya dengan maaf yang tulus, maka mendung bisa tersingkir, api neraka langsung tersiram oleh air sorgawi, dan alam semesta kembali damai seperti sediakala. Dengan maaf, manusia kembali kepada fitrahnya. Manusia kembali menjadi bayi, murni lagi. Dan yang lebih penting, kesediaan minta maaf itu pertanda keterbukaan sejati, keterbukaan jiwa untuk menerima Sang Cahay sendiri, yang memberikan terang jalan kehidupan di awal tahun. Bu Lik menatap Lik Kupingan. Keduanya berpandangan. Keduanya terharu. Sebab kesediaan meminta maaf berarti makin kuatnya harapan akan masa depan yang lebih baik.. *** (Bakdi Soemanto) Ismet NM Haris Aku Semakin Takut Menjengukmu tak ada yang tersisa selain bara. aku sempurna singgahi pinggiran hulu, gang-gang becek, kursi bar serta ranjang-ranjang hotel, mesjid dan rumah bordil tapi kau tak mati-mati juga menyelam di kolam bathinku menghelus ini muka penuh luka, dengan senyum dan kerling mata yang purnama! o, seraviena, kekasih yang didulang senja berabad lama kurangkai kamboja bersama kabut dan mega menyumpahi rupa dunia yang gaduh oleh lomba gencat- an senjata bangsa-bangsa. bising suara elektronika atau sekian jeritku saja yang enggan mampir di telaga jiwa hingga aku semakin takut menjengukmu, sebelum di rumah berkibar bendera! Arifin Brandan Catatan Sehabis Pertempuran aku kabarkan kepadamu tentang ribuan senjata dan topi baja, yang terkubur bersama serdadu di bukit berdarah -asap mestu dan rumah-rumah penduduk hangus terbakar maut bagai mengunjungi pesta besar dan berita kematian menjalar ke ujung dunia Belum jelas benar pihak mana yang menang, atau siapa menyerah kepada siapa --segala yang ada jadi serba tak pasti. dan anak-anak mengerang di barak-barak darurat: salah siapa? yogya, 5/12/91 Di sini, kawan langit bagai dipenuhi gagak-gagak hitam, lalu terbang melintasi cakrawala antara cuaca biru dan kelabu-- adakah kau tangkap batasnya? Catat, kawan untuk sekali ini saja, catatlah: desau angin pada dahan-dahan gundul, dan para perempuan termangu antara doa dan meradang! SERI DEMANG Dendam 16 Kemarahan Panuju sama se- kali tidak mampu mengalahkan Mandaya. Serangan-serangan Mandaya yang cepat, telah be- berapa kali mengenai Panuju, sehingga Panuju semakin terde- sak. Tangan Mandaya yang ter- julur lurus mengenai pundak, BERNAS D unia film dan sinetron Indonesia beberapa waktu belakangan ini memperlihatkan perkem- bangan menarik yang menyiratkan harapan. Penjelajahan estetis, tema, teknik cinematografis dan munculnya sineas muda dari ka langan akademis dengan gagas- an segar, serta tumbuhnya ke- lompok-kelompok diskusi film adalah beberapa contoh dari perkembangan tersebut di bi- dang perfilman. Sedangkan di bidang sinetron, gagasan men- transformasikan novel-novel. klasik ke layar kaca yang diser- tai upaya penyempurnaan tek- nis dan para pekerja yang terli- bat di dalam proses tersebut, mencapai puncaknya melalui pe nayangan Sitti Nurbaya dan Sengsara Membawa Nikmat Usaha TVRI menyajikan ben- tuk hiburan baru yang lebih bermutu nampak mendapat res pon pemirsanya. Kedua sinetron itu mendapat perhatian, ditung- gu dan melekat di hati pemirsa- nya, seperti terlihat melalui komentar, penggunaan singka- tan dan idiom yang diambil dari sinetron tersebut. Di tengah gemuruh penjelaja- han berbagai bidang, perhatian pada aspek kultural dalam ke- dua media audio-visual itu tidak begitu mendapat perhatian. Terhuyung-huyung Panuju berusaha bangkit. Demikian ia berdiri, ia melihat Mandaya ber- diri di tanggul sambil bertolak pinggang. Jarak Karya Sastra spek Kultural dalam Film dan Sinetron dan Warta Sastra BINCANGAN susastra meli- mencecap keberuntungan di za- batkan sekian tokoh seni yang man kemerdekaan, lantaran ori- hakiki, seperti kritikus, analis entasinya yang dinamis. Kiblat hingga penulis esay bersangkut- pengacuan pada relegi, sebe- an. Diantara ini, ada jarak masih narnya sudah menjadi kondisi menganga, yaitu antara kurun- mapan pada era stabilitas. Kalau waktu terbitnya suatu buku, je- penulis mengkritiknya sebagai nis penerbit yang mempubli- antiklimaks dari kultur Jawa dan secara antitesis mencoba men- kasikannya, dan tanggapan u- mum. Jarak bisa diperpendek jungkirbalikkan moral kemapa- hingga limit teralit, apabila be- nan, maka sastralah sumbu- dah-buku berbicara tentang peletupnya. makna dibalik publikasi. Alhasil, JARAK wawasan literer de suatu resensi menopang makna- nilai yang dipikulnya. Barang- ngan publiknya, acapkali jadi tentu, soal bisnis penerbitan fokus budaya sepanjang masa. sebagai pelengkap, setelah o- Rakyat yang semakin cerdas, rang berbicara tentang kualitas punya tuntutan makin akbar ju- kitab dalam kancah budaya in- ga. Mereka berkeinginan, sastra- Demikian juga faedah wan punya logika situasional memvisualkan nilai-nilai sosial yang tidak sempit, tetapi sejalan dengan aplikasi pribadi nan dalam bidang-garap literer. sehat. sani. Karya sastra Indonesia, se- Sekiranya orang melihat bo- batas ia dijadikan kontribusi buat pengembangan sumber da- bot sastra sebagai tuntutan (atau ya manusia, ia bisa melebarkan kah tantangan, yang terpacu sayap-sayapnya, terlebih jika oleh logika sastrawi?) -- tentu- pengarang ada di atas rel yang nya buku karya Pandir Kelana, konsekuen. Karya sastra dapat seperti Bu Sinder dan Tangisan menjadi sumber lahirnya gagas- Burung Kedasih sudah sinkron an besar, sudah gamblang. Ka- dengan kemelut zaman, saat ki- rena ia dilahirkan dari wawasan tab ditulis. yang cukup aktual, bahkan aku- rat. Keterkaitan sastra dengan media komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik, malahan dewasa ini ibarat meng himbau pembukaan horison yang lebih jembar. Ivan Adilla "Selanjutnya tergantung kepa- damu Panuju," berkata Manda- ya. Sebagai kisah yang meng- gambarkan kehidupan manusia dengan berbagai persoalan ke hidupan di lingkungan kultural dan sosial, film dan sinetron tak mungkin melepaskan penggam- baran aspek kultural. Penggam- baran itu mencakup tata nilai, pola hubungan dan tingkah-la ku, sistem sosial, pemakaian simbol-simbol serta berbagai aspek kultural lainnya. Menggarap kisah tentang ke hidupan manusia, dengan demi- kian, juga bermakna sebagai usaha memahami tatanan kultu- ral dengan segala aspek dan persoalannya dalam masyarakat tersebut. Meski kaitan antara media audio-visual dengan aspek kultural cukup erat na- mun sejauh ini terkesan tidak banyak sineas kita yang secara sungguh-sungguh berusaha mendalami dan memahami per soalan tersebut. Penggambaran aspek kultural lebih banyak sekadar pajangan atau mendu- kung kepentingan estetis dan literer belaka. Akibatnya, kekeli- ruan penggambaran aspek kul- tural dari etnis yang menjadi setting cerita seringkali terjadi. Tulisan ini mencoba mendes: kripsikan beberapa kekeliruan 1991 telah tergun- pat dikalahkannya, bahkan ber- S.H.MINTARDJA: cang. Belum lagi Panuju sempat tiga dengan dua orang kawan- memperbaiki keadaannya, maka nya. tangan Mandaya yang lain telah menyambar keningnya. Panuju terhuyung-huyung. Mandaya meloncat dengan ce- pat mendekatinya. Tetapi ketika ia mengangkat kakinya, maka lan itu tidak akan sampai ke serangan itu diurungkannya. Ia rumah. Selama ini ibu selalu melihat Panuju kehilangan kese- berpesan, jika aku pergi ke ru- imbangannya dan jatuh tergu- mah Wening, aku harus pulang ling ke dalam parit yang menga- sebelum senja turun." lir. Meksipun aliran airnya tidak MASS begitu deras, namun tubuh Pa- nuju telah menjadi basah ku- yup. ALI ini isu yang beredar di Pedukuhan Sumber Sa ri bukan lagi tentang Kang Karyo yang men- dapat hadiah SDSB sepu- luh juta lantas ia memba- gikan rezekinya kepada seluruh penduduk pedukuhan dua ribu rupiah tiap kepala, persis seperti waktu pemilihan Kepala Desa setahun yang lalu. Juga bukan tentang kabar ma- hasiswa-mahasiswa dari kota yang katanya mau KKN selama dua bulan di pedukuhan ini. Bukan itu. Tetapi kali ini ten- tang kepulangan Narti dari Ja- karta. Seperti pada obrolan pengu- sir kantuk para peronda di gardu ronda atau gosip yang berkembang di antara ibu-ibu yang lagi beli sayuran di wa- rung Bu Kadir, semuanya mem- bicarakan kepulangan Narti. Bukan ia pulang dengan mem- bawa televisi atau video seperti yang dibawa Yu Surti setiap kali pulang waktu lebaran. Aku sendiri tidak begitu tahu tentang persoalan itu karena aku kerja di kota kabupaten yang luma- yan jauh jaraknya, lagi pula aku jarang pulang. Paling seminggu sekali atau bahkan dua minggu baru pulang. Aku baru tahu kepulangan Narti ketika iseng ikut ronda bersama penduduk pedukuhan malam minggu. "Kang Hadi, sudah tahu Narti anaknya Kang Slamet yang rumahnya di pojok desa itu, pulang?" kata Kang Gino mem- buka percakapan. Kang Hadi yang diajak bicara hanya meng- geleng lemah. "Aku sudah terlalu lama terta- han di sini Panuju. Ibuku tentu sudah menunggu aku. Karena itu, aku akan pulang. Aku tidak mau berbelok ke kiri, karena ja- Gambaran Datuk Maringgih sebagai seorang penghulu yang memakai pakaian kebesaran adat setiap dan sepanjang hari dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dalam SN adalah gambaran keliru. Kekalahan Mandaya tidak menunggu ja- waban. Panuju sendiri masih berdiri gontai. Kedua kakinya terendam air parit yang menga- lir gemericik. penggambaran aspek kultural dalam film dan sinetron Indone- sia, yang dapat menjadi indika- tor untuk menakar kedalaman pemahaman serta kesungguhan perhatian orang-orang yang terlibat dalam dunia itu terha- dap aspek kultural. Dalam pembicaraan ini di- ambil tiga aspek kultural yang nampak dalam sinetron Sitti Nurbaya (SN) Sengsara Memba- wa Nikmat (SMN) serta film Coet Nya' Dien (CND). Malam telah turun. Di langit bintang sudah terhambur tanpa dapat dihitung. Angin yang di- ngin berhembus menyentuh ku- lit. Simbol kultural Dalam lingkungan kultural, simbol adalah salah satu aspek yang penting untuk berlang- sungnya interaksi sosial. Simbol merupakan ungkapan dari nilai dan pikiran masyarakat pencip- tanya mengenai aspek kehidu- pannya. Simbol-simbol kultural seperti itu dapat berwujud ben- da, gambar, senjata atau pakai- an dan peralatan. Simbol me- nunjukkan identitas orang yang memakai simbol tersebut. Mela- lui pakaian yang digunakan se seorang, kita dapat mengetahui kedudukan sosial dan fungsi seseorang dalam masyarakat nya. Dengan mengetahui identi- tas orang lain, baru komunikasi dapat berlangsung. SN dan SMN adalah dua si- netron dengan setting budaya Minangkabau yang menggam- barkan pemakaian simbol kultu- ral secara keliru. Sebagaimana pakaian adat di tempat lain, pakaian penghulu yang terdiri dari saluak (penutup kepala), baju, celana panjang, selendang leher, tongkat dan keris seperti yang dipakai oleh Datuk Mar- inggih dalam SN, adalah pakai an kebesaran adat yang hanya digunakan dalam upacara-upa- cara adat. Ia tidak digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Penggunaan pakaian kebesaran adat untuk pakaian sehari-hari bakal mengurangi makna pakai- an tersebut sebagai pakaian kebesaran adat. Setiap lembar pakaian tersebut memiliki dan diberi makna tertentu oleh ma- syarakat pendukungnya. Itulah sebabnya hingga hari ini kita tak bakal menemukan seorang penghulu (pimpinan adat) di Minangkabau memakai pakaian seperti itu untuk berbelanja atau berjualan di pasar, beribadat ke masjid atau mengcangkul di ladangnya. "Ah, Dik Dito ini kayak nggak tahu saja. Apa kalau belum kawin nggak bisa hamil? Makanya, sering-seringlah pu- lang,biar tahu perkembangan pedukuhan". Aku tersipu. Memang selama ini pekerjaan selalu menumpuk sehingga aku jarang pulang. Tapi aku jadi tak mengerti men- dengar kehamilan mBak Narti. Aku tak percaya. Tak ada secuil pun dalam otakku mengatakan mBak Narti melakukan perbuat- an noda itu. ti. Ada kesangsian menyelimuti. Kutatap lekat-lekat wajah ibu - wanita yang begitu mengasihi- ku dengan pandangan tak percaya. Dari kedua sorot mata- nya terpancar kebenaran kata- katanya. Ibu memang tak per- nah sekali pun membohongiku, juga pada ayah, Mas Tono dan Reni -kakak dan adikku- dan mungkin juga pada setiap o- rang. Kekeliruan juga terjadi pada posisi keris yang dipakai Tuan- ku Lareh dalam SMN. Keris yang tersisip' di pinggang tokoh itu diperlihatkan miring ke ka- nan. Posisi seharusnya miring ke kiri. Posisi keris --yang keli- hatannya kecil dan sepele-- bagi pendukung budaya Minangka- bau memiliki makna simbolis. Dalam keadaan biasa, keris yang miring ke kiri bermakna bahwa keris itu berada dalam posisi damai. Ia akan digeser menjadi miring ke kanan untuk menunjukkan bahwa pemakai keris itu dalam keadaan marah dan bakal menggunakan keris untuk menyelesaikan persoalan. Posisi keris seperti situasi yang digambarkan untuk - Tuanku Lareh, dengan demikian tidak tepat. Cerpen Budi Baskoro "Ada apa sih. Kok sepertinya walau pun terasa pahit. Ironi ada sesuatu di balik kepulangan yang kurasakan, kenyataan mBak Narti," kataku. Aku jadi yang jauh dari angan. antusias menanggapinya. "Dia pulang kemarin, tapi perutnya sudah berisi". "Ah, masak. Nggak mungkin. Aku tahu betul siapa mBak Narti itu. Dan lagi dia belum kawin". mBak Narti bagiku adalah wanita kedua setelah ibu yang begitu mengasihiku layaknya sebagai kakak kepada adiknya. Umumnya tiga tahun lebih tua dariku. Dia banyak mempenga- ruhi jalan hidupku. Darinya banyak kuketahui tentang kehi- dupan, dan dunianya sebagai seorang wanita serta membim- bingku menghadapi masalah. Bila ada masalah aku lebih suka mengutarakan persoalan pada mBak Narti dan dia selalu mem- beriku jalan keluar. Sebenarnya dia hanya tetanggaku. Tapi kami akrab, bahkan kelewat akrab. Dia gadis supel, aku kagum pada keluwesannya. menghadapi keadaan. Pernah suatu ketika di benakku untuk menjodohkannya dengan Mas Ketika hal itu kutanyakan Tono, kakakku. Tentunya aku pada ibu, beliau pun mengiya- sangat senang mBak Narti jadi kan. Aku semakin tidak menger kakakku yang sebenarnya. Ke- pada ibu kuutarakan hal itu. Ibu hanya tersenyum. "Biarlah Tono memilih jodoh- nya sendiri," kata ibu arif. Aku sendiri memakluminya. Tapi aku tak begitu saja menye- rah. Lalu kubeberkan kelebihan mBak Narti kepada Mas Tono, tentang kesupelannya dan ten- tang kekagumanku padanya. Tapi Mas Tono tidak menang- gapinya. Dia lebih suka mene- kuni buku-buku sampai tebal kacamatanya daripada bicara soal wanita. Dan mBak Narti sudah berpacaran dengan Ardi, teman sekelasku waktu SMP dulu. Aku gagal. Lalu mBak yakin bahwa tatanan pergaulan dan paugeran di Kademangan ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang seharusnya." Ragapati sempat tertawa. Bahkan bertanya, "Apakah kau meragukannya?" "Mas Demang. Aku tidak da- pat mengingkari kenyataan, bahwa di tempat lain kadang- kadang kita jumpai bahwa ta- tanan dan paugeran tidak lebih dari hiasan bibir saja." "Bahkan dia sudah berceri- tera pada ibu," kata ibu menco- ba meyakinkanku. Dan aku segera sadar. Manusia berubah setiap saat. Tapi bagaimana pun kenyataan ini harus aku terima mulutku, sehingga jika kemudi- an Panuju menyebar desas-de- sus yang tidak benar, Mas De- mang dapat menilainya," berka- ta Mandaya di dalam hatinya. Kebetulan bahwa Ragapati berada di rumahnya. Ketika ia menerima Mandaya dan mem- persilakannya duduk, Ragapati segera melihat, bahwa sesuatu telah terjadi. Mandaya mengangguk kecil. Ragapati menarik nafas da- lam-dalam. Katanya, "Aku me- ngira bahwa persoalanmu de- ngan Panuju tidak akan berhenti sampai disini. Seperti yang dika- takan, orang tua Panuju me- Sambil membenahi pakaian- nya, Mandaya berjalan tergesa- Panuju memandang wajah Mandaya dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan yang membakar isi dadanya. Tetapi ia tidak dapat berbuat lain. Ia harus mengakui kenya- "Terima kasih, Mas Demang. taan, bahwa Mandaya tidak da- mendengarnya langsung dari Aku mohon perlindungan. Aku gesa ke padukuhan induk. Anak mang orang yang berpengaruh muda itu tidak langsung pulang, tetapi Mandaya telah singgah le- bih dahulu di rumah Ragapati. "Aku harus melaporkan peris- tiwa ini. Mas Demang, harus di Kademangan ini. Tetapi itu bukan berarti bahwa ia dapat berbuat apa saja tanpa terken- dali." Contoh kasus di atas mem- perlihatkan bagaimana gambar- an yang keliru mengenai aspek kultural disebabkan kedangka- lan pemahaman dari orang- orang yang terlibat dalam sine- tron tersebut mengenai simbol kultural dari etnis yang digam- barkannya. Dalam kasus Datuk Maringgih, simbol identitasnya sebagai penghulu sebenarnya bisa mengikuti realitas obyektif yang ada dalam masyarakat. Dalam keadaan sehari-hari, penghulu di Minangkabau di- tandai dari peci yang sebagai- mana ditempel dengan kain lipitan. Kain yang terlihat seperti garis di bidang peci itu berbeda dengan peci yang digunakan masyarakat biasa yang polos. Namun glamur dan kemegahan pakaian adat nampaknya me- rangsang romantisme para pen- dukung sinetron ini sehingga mereka menggambarkan Datuk Maringgih sebagai penghulu yang memakai pakaian adat ke mana saja. "Aku terpaksa membela diri," berkata Mandaya kemudian. Ragapati mengangguk-ang- guk. Dengan nada berat ia ber- kata, "Jadi kalian telah berke- lahi?" Barangkali saja kekeliruan itu memang berawal dari ketidak- mengertian. Nampak kekeliruan seperti itu bukan saja ironis dan menggelikan untuk karya seni, tapi masalahnya dapat menjadi sensitif secara budaya. Penampilan HIM Damsyik se- bagai latar dalam sebuah lagu untuk acara musik di TVRI de- ngan pakaian penghulu seperti yang digunakannya ketika me- merankan Datuk Maringgih da lam SN dapat ditafsirkan pemir- sa dari etnis tertentu secara negatif. Memperlakukan pakai- an adat sebagai pajangan dan di luar konteks dapat dianggap sebagai hal yang kurang pantas oleh pemilik simbol budaya tersebut. Hubungan dan status sosial Status, peran, fungsi dan tata nilai yang mengaturnya adalah hal penting dalam menentukan "Mudah-mudahan di sini ke- adaannya lebih baik, Mandaya." "Aku percaya kepada Mas Demang dan para bebahu di si- ni," jawab Mandaya. "Baiklah. Aku akan memper- hatikan dan mengikuti perkem- bangan persoalanmu dengan Panuju," berkata Ragapati kemu- dian. Namun ia pun kemudian bertanya, "Apakah kau sudah melaporkan peristiwa ini kepa- da Ki Jagabaya?" "Belum, Mas Demang." "Baiklah. Marilah kita pergi ke rumah Ki Jagabaya. Mudah- mudahan Ki Jagabaya belum pergi." posisi individu dalam masyara- kat. Individu dengan status tertentu diberi peran sesuai nilai budaya dan diharuskan menja- lankan fungsi sesuai dengan tata nilai tersebut dan status yang dimilikinya. Status, peran, fungsi dan tata nilai harus dilihat seba- gai unsur yang berkait erat. Melihat unsur-unsur itu seba- gai bagian yang terpisah-pisah dapat menimbulkan gambaran keliru tentang fungsi dan peran serta status individu tertentu dalam masyarakatnya. Melihat fungsi penyair terpi- sah dari peran, status dan tata nilai budaya masyarakat Aceh menyebabkan terjadinya keke- liruan dalam menggambarkan sosok penyair dalam CND. Ke- keliruan dengan sebab serupa juga terjadi pada penggambaran bentuk hubungan ayah dan anak wanita dalam film yang sama. Sosok penyair sebagai peng- hibur di antara ketegangan suasana peperangan seperti digambarkan dalam CND- mungkin memang berlaku un- tuk etnis lain, tapi tidak untuk Aceh. Penyair Aceh yang mem- bacakan syair-syair dari berba- gai hikayat di medan perang adalah ulama yang berfungsi sebagai pimpinan spiritual, agitator dan seringkali juga panglima perang. Pembacaan syair-syair yang berasal dari hikayat oleh seo- rang ulama dimaksudkan dan di yakini mampu memompa sema- ngat juang para prajurit dalam menghadang musuh. Itulah se babnya hikayat yang dipilih biasanya hikayat yang menceri- takan kegagahan dan keperka- saan pahlawan Islam seperti Amir Hamzah dan Ali Hanafi- yah. Dengan membaca kisah pah- lawan seperti itu di medan pe- rang, diharapkan semangat para pahlawan yang dikisahkan ber- transformasi ke jiwa orang yang mendengarnya. Dengan demiki- an, penyair sebagaimana digam- barkan dalam CND tidak meru- pakan sosok penyair dalam budaya Aceh. Penggambaran sosok yang berbeda seperti itu berkaitar. dengan ketidakmengertian para pekerja film terhadap aspek- aspek sosial masyarakat Aceh. Sutradara film tersebut meng- gambarkan sosok penyair dari etnis lain untuk menggambar kan sosok penyair dalam ma- syarakat Aceh, karena mungkin sosok penyair di luar etnis Aceh itu lebih dikenalnya. Dalam kasus ini telah terjadi transfor- masi nilai budaya etnis tertentu dalam menggambarkan etnis Aceh, yang menjadi latar film tersebut. TOYO Narti pergi ke Jakarta, mencari pekerjaan. Surat-surat pun lan- car antara Sumber Sari-Jakarta. Dari suratnya kuketahui dia bekerja di sebuah pabrik tekstil. Sehingga aku terkejut mende- ngarnya sekarang ini.Dia tak pernah cerita hal itu dan aku menyadari dia berhak menyim- pannya. Kemudian ibu banyak cerita tentang mBak Narti, tentang pengakuannya kepada ibu, tentang Wawan -lelaki yang menghamilinya dan keterkuci- lannya dari masyarakat sekitar. *** "KAPAN pulangnya?" sambut mBak Narti ketika aku sengaja datang ke rumahnya. Masih seperti dulu, riang. Tetapi ada keganjilan di balik sorot mata- Mandaya tidak mengelak. Bersama Ragapati, maka kedua- nya telah pergi ke rumah Ki Jagabaya untuk melaporkan peristiwa yang baru saja terjadi. "Besok aku akan memanggil Panuju. Mungkin aku memerlu- kan kehadiranmu juga Manda- ya. Karena itu, sebaiknya besok kau tidak pergi." "Baik, Ki Jagabaya." "Mudah-mudahan persoalan- mu dapat diselesaikan dengan baik. Transformasi serupa juga terjadi dalam penggambaran hubungan ayah-anak wanita. Dalam CND digambarkan hu- bungan agak akrab seperti terli- hat dari diskusi dan dialog yang dilakukan keduanya. Gambaran seperti itu memang gambaran umum yang bisa diterima, apa- lagi jika menggunakan teori Fred sebagai dasar, maka gam- baran itu bisa lebih akrab lagi. Namun, tata hubungan ayah- anak wanita di Aceh memiliki gambaran berbeda. Sebagaima- na uniknya posisi penyair yang membacakan syair-syair di me- dan perang, tata hubungan ayah-anak wanita di Aceh oleh suatu nilai yang mengharuskan ayah dan anak wanita menjaga jarak, menghindari pertemuan langsung kecuali untuk hal-hal teramat penting dan menghin- dari keakraban. Nilai itu hidup dan diwariskan melalui sebuah cerita rakyat yang populer dan dijadikan pegangan hingga kini dalam masyarakat Aceh. Menurut kisah yang populer- -hingga dikutip dalam berbagai cerita dan naskah yang ada di Aceh itu, pada masa lalu ada seorang raja yang memiliki pu tri yang amat cantik. Raja terse- but amat menyayanginya, begi- tu pun anak pada ayahnya. Hu- bungan mereka semula berjalan wajar dalam.. suasana yang akrab. Tapi dalam rentang wak- tu kemudian hubungan kedua- nya bertransformasi menjadi cinta dua anak manusia. Anak gadis itu amat menyenangi a yahnya karena ia mengagumi- nya, sedangkan ayah menyukai anaknya yang cantik dan tidak mau anaknya menikah dengan orang lain. Mereka sepakat untuk hidup sebagai suami istri. Untuk maksud tersebut, raja mendatangi ulama. Namun ka rena bertentangan dan dilarang menurut ajaran agama, para ulama melarang niat raja dan tak mau menikahkan keduanya. Karena ulama menentang kei- nginannya, raja membunuh para ulama dan ia hidup sebagai suami-istri dengan anaknya. Nilai dalam cerita itu membe- ri peringatan bagi ayah dan anak wanita agar tidak menga- lami hal yang sama. Nilai demi- kian hingga kini melekat kuat dalam keluarga di Aceh; dan dipahami dalam interpretasi yang keras yaitu dengan menja- ga jarak. Yang terpapar ini mencoba menggugah pengamat dan pe- kerja film serta sinetron untuk memperluas sudut pandang, me ngasah kepekaan agar lebih tajam dan lebih melihat manusia sebagai sesuatu yang kompleks. *** "Kemarin siang, mBak". Aku tergagap ketika dia mengu- langi pertanyaannya. Kucoba tersenyum lalu ngobrol sana- sini. "Kau mau dengan keadaan- ku?" Dia malah balik bertanya, ketika kutanyakan kebenaran kabar yang beredar selama ini tentang dirinya. Aku cuma terdi- am. Kutahu dia tak membutuh- kan jawabanku. Sebenarnya aku tak tega menanyakan langsung angguk. Sementara Ragapati berkata, "Besok, wayah pasar temawon, aku juga akan datang kemari, Ki Jagabaya." "Baiklah. Besok pagi-pagi biarlah Panuju dan Mandaya itu dipanggil." Dalam pada itu, setelah ber- kelahi dengan Mandaya, Panuju memang tidak segera pulang. Mereka bertiga duduk di gubug di sudut ladang Panuju. Sekali sekali mereka bertiga masih mengerang kesakitan. Seorang punggungnya seakan-akan pa- tah, seorang lagi dadanya bagai- kan ditindih batu, sedangkan Panuju sendiri merasa sekujur tubuhnya nyeri. "Gila anak itu," geram Pa- Mandaya pun kemudian telah minta diri sementara Ragapati masih akan tinggal sebentar di rumah Ki Jagabaya. "Sebaiknya kedua-duanya memang kita panggil besok, Ki Jagabaya," berkata Ragapati nuju. kemudian. Roman-roman yang ditulis oleh Usmar Ismail dalam wujud sandiwara, seperti Citra, Baya- ngan Waktu Fajar dan Liburan Seniman, yang berkurun revo- lusi hingga fase konsolidasi (tahun limapuluhan), niscaya menerbitkan kegelian, manakala kita cuma berfikir dari sudut "bagaimana warta sastra berhasil memperkaya batin pengkaji sas- tra". Tetapi, kalau secara arif ditekankan, libido sastrawan kadang kurang dari pretensi publik, dan adapula terjadi MORALITAS kisah, jadi upaya pembenaran suatu kasus. Ingat- bahwa mereka punya jangka- kah kita akan suatu pelarangan uan yang seabad lebih maju terhadap karya sastra Bumi Ma- katimbang kawula awam seza- man, itulah argumen yang baik. nusia-nya Pramudya Ananta - Toer yang diterbitkan oleh Sebab, kalau dinalar, sanjak- Hasta Mitra Jakarta, tahun 1980? sanjak Chairil Anwar yang berte- Mungkin bukan karena alasan makan perjuangan bersenjata, politik, lantaran si pengarang sepertinya hanya cocok buat era kurang "bersih lingkungan". empatpuluhlima, dan bukan Namun juga karena pertimbang- empatpuluhtahun kemudian. an, bahwa sudah kadaluarsa Namun, apabila kita berfikir untuk menonjolkan seorang tentang keabadian warta sastra, tokoh vrijdenker alias pemikir disitulah wawasan terangkum maha bebas di negeri kita kini, adil. Pesan humaniter lebih pada saat misi kemerdekaan la- lestari, lebih langgeng. hir-batin dipakemkan dalam konsep ideologis yang jelas, bukan suatu pancangan tiba- tiba. Bukankah demikian? Dari segi kerohanian, pan- tulan ide-ide dari sang karya, niscaya memberikan getaran yang panjang lontarannya, gele- tar-vibrasinya, hingga sekian masa yang jauh nanti. *** Cara demikianlah yang bisa kita padankan dengan umpama- nya, buku Boris Pasternak, Dok- tor Zhivago, yang sekalipun Seperti halnya buku Generasi ditulis pada awal-awal pemben- yang Hilang karya Suparto Bra- tukan Sovyet yang populis, ta, terbitan Femina Group, 1982 namun masih bisa terasa lezat terungkap, dua tebing karakter buat kaum globalis yang rewel insani yang berseberangan. Mi- kini. Apakah karena buku terse- salnya, tokoh ningrat klasik, but dihadiahi Nobel dulukala? Pangeran Suryoprobo, yang ce- Bukan. Tetapi lantaran gema ria di masa muda, tetapi tragis yang mewartakan sastra sebagai di hari tua, dibuang karena padang perburuan manusia; se- pengkhianatan di Kraton Solo baliknya manusia sebagai kan- tahun 1936. Sementara itu, Dar- cah pengejawantahan kultural- mirin, selir Suryoprobo yang nya, disini kita menyambutnya. ternista di masa gadisnya, toh (Suryanto S) padanya, tapi tak kuasa hatiku mencegah keinginan untuk mendengarkan sendiri. "Atau kau marah?" "Aku tak punya hak untuk marah. Semuanya sudah terjadi, tak ada yang perlu ditangisi. Kadang manusia memang khi- laf". nya. Ada sembunyi yang meng- geliat dan aku merasakannya. Dari sudut kelopak matanya kutemui luka hati yang menga- Aku tersipu, sepertinya sebu- nga, penderitaan yang amat ah tamparan bagiku sebagai dalam. Dan ketika mataku ter- seorang lelaki. tumbuk pada perutnya yang membesar, dia tersipu. "Mungkin kau sudah menge- tahui hal ini dari orang-orang atau dari ibumu sendiri". Dia mulai menjawab pertanyaan. "Seperti kutulis dalam surat- ku, Wawan, dia mengejar cinta- ku. Tapi aku menepisnya. Dia menghancurkan hidupku. Dia mencoba menyeretku dan mem perkosaku di losmen. Aku tak kuasa". Tiba-tiba saja rasa sesal me- lingkupi hatiku. Seharusnya aku tak mengajukan pertanyaan itu. Dari surat-suratnya padaku, dapat kuketahui Wawan, teman sekerjanya, tergila-gila pada mBak Narti. Tapi mBak Narti menolaknya. Dia sudah beristri. Kutahu cintanya hanya untuk Ardi, pacarnya. "Tapi kemarin Wawan kema- ri, melamar. Dan mBak Narti menolaknya". "Apa itu sebuah tanggungja- wab?" "Tanggungjawab yang salah tempat. Aku tak mau jadi istri- nya. Aku tak mau perkawinan berlandasakan kebencian, ter- lanjur aku benci dengan sikap- nya," lanjutnya tandas. Kulihat ketegaran dari kata-katanya. Dia memang selalu begitu, tegar pada prinsipnya. Dan mBak membiarkan har- ga diri terinjak-injak norma dan adat sehingga terkucil dari ma- syarakat?" "Inilah awal kekalahanku. Aku merasa kalah. Sebagai wanita aku lupa pada kodrat, mengalahkannya, kita akan me- ngajak kawan lebih banyak la- gi." *** sambil berkata, "Baiklah. Biarlah seorang pembantuku sekarang pergi menemui Panuju." Kedua orang kawannya tidak Ki Jagabaya mengangguk segera menyahut. Yang terde- ngar mereka justru berdesah "Tetapi, apakah akibatnya tidak akan menyulitkanmu, Pa- menahan sakit. nuju. Ki Jagabaya akan dapat mengusut persoalan ini selanjut- nya." "Aku kira sekarang Panuju belum ada di rumahnya. Besok saja pagi-pagi Ki Jagabaya me- manggilnya." "Aku tidak akan berdiam diri," berkata Panuju kemudian. Seorang di antara kawannya itu bertanya di antara desahnya, "Apa yang akan kita lakukan?" Ki Jagabaya mengangguk- "Jika kita bertiga tidak dapat aku harus mengandung. Dan aku tak berdaya menghadapi- nya". "Kau memang bodoh," ben- tak Panuju, "ayahku orang ber- pengaruh di Kademangan ini. Kulihat ketegarannya mulai runtuh dan merasa kalah, tak mampu menghadapi masyarakat yang masih teguh memegang norma dan agama. "Dan Ardi meninggalkanku. Dia tak mau menerima keadaan ini dan memang salahku. Seha- rusnya aku tak berharap banyak darinya". Ketegarannya hancur berke- ping-keping. Dan tiba-tiba saja tangisnya memecah, terisak- isak. Kini di hadapanku duduk seorang wanita yang terasa asing di hatiku. Tak lagi kute- mui mBak Narti yang dulu sela- lu tegar menghadapi kenyataan Sekarang kuhadapi Narti yang seperti wanita biasa, yang selalu menangis menghadapi kenyata- an. Tak kuasa aku meninggal- kannya dalam kekalahan. Tapi aku tak tahu apa yang harus kuperbuat. Hanya dapat kurasa- kan penderitaan. Penderitaan menghadapi aib yang mengucil- kannya dari masyarakat sekitar- nya. Bagiku mBak Narti seka- rang adalah wanita yang sakit, tak tahu obat tapi aku yang dapat menyembuhkannya. Sebulan kemudian Peduku- han Sumber Sari lagi-lagi heboh. Aku sendiri begitu kaget men- dengarnya. "mBak Narti bunuh diri". Tiba-tiba saja aku terkulai lemas mendengar berita itu, seolah seluruh tulang terlepas dari badan. Lengkaplah sudah kekalahan mBak Narti. Kalau dulu ia kalah menghadapi ma- syarakat, sekarang dia kalah menghadapi dirinya sendiri. Dalam samar pandang mata kulihat seekor merpati terbang tinggi menjauh. Jauh.... Kedua kawannya saling ber- pandangan. Tetapi mereka ragu- ragu, apakah ada di antara ka- wan-kawan mereka yang berse- dia melakukannya. Sedangkan bahwa kedua orang kawan Panuju itu- pun melakukannya karena sedi- Kademangan itu. Sedangkan kit terpaksa. Ayah keduanya bekerja pada orang tua Panuju. Sehingga Panuju pun seakan- akan berhak pula memerintah mereka. pamannya memang bekerja di Pajang, apapun kedudukannya. Yogyakarta, November 1991 Pamanku seorang yang berke- dudukan tinggi di Pajang. Jika aku memerlukannya, maka da- lam waktu sehari, paman tentu sudah berada di sini." Kawannya itu tidak bertanya lagi. Mereka memang percaya ayah Panuju adalah Panuju tiba-tiba. "He, kau punya pakaian yang pantas di rumahmu?" bertanya Agaknya Panuju mengerti Kawannya yang bertubuh se- perasaan kedua orang kawan- dang menjawab, "Jika kau mau nya itu. Karena itu, maka ia pun seadanya, aku ada pakaian berkata, "Jika tidak ada kawan sepengadeg di rumah." "Setan itu telah menceburkan kita yang berani melakukannya, maka aku dapat minta orang- aku ke dalam parit. Semakin orang upahan unguk melaku- lama terasa semakin dingin dengan pakaian yang basah ini." kannya." Bertiga mereka pun kemudi- an pergi ke rumah salah seo- rang kawan Panuju. Diam-diam Panuju pergi ke pakiwan untuk berganti pakaian. Ternyata pa- kaian itu sesuai dengan tubuh- nya, meskipun sedikit agak longgar. (bersambung) orang yang berpengaruh di 4cm BER Asuhan: dr Soeliadi Asap Rokok Dokter yth, Saya seorang karyawa tabun lalu saya selalu m perokok berat. Sialnya, m ngan kerja kami yang te ma teman wanita telah Akibatnya, akhir-akhi sering terasa sesak, terute asap rokok. Pertanyaan. menyebabkan kanker pa penyakit tersebut? Terima kasih atas pen rangan dokter dapat san kami. Saya kesal karena teman-teman di kantor. merokok lagi. Ini kan irc Ibu Suprapti, Di dalam rokok atau a karsinogen seperti tar, be bisa menyebabkan kanke bahan yang tidak secara mempunyai efek mempe Senyawa-senyawa ters berbagai cara yaitu bisa l kok pasif. Para perokok berasal dari suami, kakak kok. Bayi juga bisa terser Ada suatu penelitian y merokok kurang dari seb rita kanker paru 2,4 kali nya tidak merokok: Seda lebih dari sebungkus seh tinggi. Gejala kanker paru-pa keganasan dan stadiumn ganas paru tidak menunj selanjutnya bisa muncul batuk disertai darah, atau lagi, muncul gangguan k nya terjadi kegagalan per Ibu Suprapti, terus tera apakah gejala yang ibu a Sekarang ini banyak pen kami informasikan, asap khitis kronik, dengan gej Anjuran kami, sebaikn foto dada dan, jika perlu, untuk melacak sebab-seb alami. Selain itu kami anj sebanyak mungkin.*** Risau Diminta Ta Ibu Mien Uno yang ban Saya adalah seorang dengan dua orang anak saya ingin menyampaik permasalahan saya deng pengasuh dapat mencar saya. Masalah saya berbuba saya, berkenaan dengara bulannya kepada saya yang saya kami. Perlu Ibu ketahui, cabang salah satu perus cabang, gaji yang dia te Hanya saja persoalan it saya untuk ikut aktif di maupun organisasi lain Di dalam mengikuti c agar saya selalu berpena dia. Padabal dalam ber sedikit dana yang barus gaun, atau perlengkapa: katakan pada suami, su mau menambah dana a untuk kebutuban sebari Ibu Tuti yang risau, Jadi seorang istri bisa pada cara kita sebagai is Memang banyak tugas, k anak, sebagai istri juga se Sebagai istri seorang p terlibat dalam berbagai a maupun organisasi sosial juga ketua organisasi wa Ibu, tuntutan suami It wajar saja, mengingat Ibu Setiap gerak dan langkah pedoman bagi Ibu-ibu ya Satu kaidah di dalam berpenampilan prima tid atau penampilan baju ba lakukan dengan kejelian kita punyai dengan meng Ibu luangkan waktu untu yang blouse, yang rok, y= yang kebaya modern, ke aksesori (giwang, bros, ka sendiri betapa banyakny yang Ibu miliki. Yang tidak cukup lagi dimasukkan dalam leman bantuan teman yang ahli yakin Ibu akan bisa tamp mengeluarkan biaya. Yah, sekali-kali Ibu te menyisihkan sedikit-sedi salon kalau ada acara ya acara-acara yang biasa, t dengan belajar dan melih bisa belajar menata busa bagaimana memadukan aksesorisnya. Yogyakarta Minggu, 12 Januari 1992 Dokter Umum buka pukul 09. Van Sasongko, Jl. Suryatmajar Amang, Jl. HOS Cokroaminoto Tjokrominhardjo, Jl. Mlati Barat Sugeng Yuwono Mardi Husode Agung, Klinik RS Ludiro Husod Haryono 54. Dokter gigi buka pukul 09.00- 130; drg Warnan Basiran, Jl. G Dokter gigi buka pukul 16.00 Selatan 16; drg Wahyono, J. Apotek buka biasa pukul 09.C Yogyakarta: apotek Putra, Jl Wirobrajan 20, Apotek Gedon Bantul, Apotek Ardi Farma, J Dahlan 16 Telp 2601, Apotek Apotek Ambarrukmo, Jl Demar P Diponegoro 12 Telp 5620, Ap Apotek Kusuma Indah, Jl Kusu Kentungan, Apotek Ria Husada Deresan 5 CT 57. Rumah Sakit buka pukul 09.0 KHA Dahlan 14 Yogyakarta, Bedah "Patmasun" JL Mayjen hari kerja maupun hari libur sela Ambulans Gawat Darurat 118 Sidobali UH 1V402 telp. 2683. Dongkelan Yogyakarta, buka 24 Yogyakarta, JL Tegalgendu Now hari kerja pukul 14.00-16.0 Yogyakarta Tutup). RS Ludira H Yogyakarta. Buka 24 jam.