Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2001-05-04
Halaman: 10

Konten


4cm MASYARAKAT kita biasa tersosialisasi untuk pelit akan pujian, dan sebaliknya amat royal menerapkan hukuman sebagai upaya mengendalikan perilaku. Karena itu, dapat dipahami kalau perilaku taat hukum lebih sering dimotivasi untuk menghindarkan diri dari an- caman hukuman, seperti denda, tilang, tertangkap polisi, penjara, cap buruk dan bahkan mungkin eksekusi. WASPADA JUMAT, 4 MEI 2001 Hukuman, Relevankah Dalam Pendidikan? Pemberdayaan Pendidikan Pada Era Otda Di Sumut Oleh Sumaharja Ritonga benang kusut, harus hati-hati dan juga dipertanyakan dari mana dimulai... Mungkin tulisan sing- kat ini hanya dapat merangkum sebagian kecil saja dari perma- salahan yang muncul di permu- kaan yang dapat dilihat secara nyata dalam keseharian kita. dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya". Ayat 2 menyatakan "belajar di sekolah agama yang telah men- dapat pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar". Di dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III pasal (5) menyebutkan "Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan". Pasal (6) menyebut- kan: "Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas- luasnya untuk mengikuti pendidi- kan agar memperoleh pengeta- huan, kemampuan dan keteram- pilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar". Pasal (7) menyebutkan "Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap meng- indahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan. Beberapa diktum di atas perlu dikutip untuk dapat dimaklumi betapa semangat perundang- undangan kita untuk menyahuti pemerataan pendidikan, akan tetapi kenyataannya hal itu. belum bisa diujudkan. Ada berapa faktor penyebabnya: a. Faktor Ekonomi Begitu pula dalam dunia pendidikan. Disadari atau tidak, juga mereproduksikan personal- personal yang pelit pujian. Terdengar lazim di telinga, ungkapan yang menyatakan, hukuman perlu asalkan bertujuan mendidik. Ungkapan ini sering ditafsirkan secara miopik atau me- nyempit menjadi: pendidikan adalah hukuman. Fenomena penafsiran miopik ini bisa ditemu- kan bukan hanya terjadi pada anak-anak didik, tapi juga personal-personal yang terlibat dalam pendidikan. Pada anak-anak didik, bisa disimak misalnya, ketika liburan tibaanak-anak seperti terbebas dari hukuman. Sebaliknya, ketika liburan usai, tak jarang keluar keluhan seperti "Aduh, sekolah lagi. Tak Perlu Terjadi Penafsiran miopik di antara personal pendidikan, misalnya dapat dilihat pada kasus seorang anak didik yang tak pakai seragam sekolah atau tak mengerjakan pekerjaan rumah, lalu dihukum pus up. Kasus tersebut tak perlu terjadi kalau pihak pendidik bersedia melihat "sesuatu yang lebih jauh lagi di balik perilaku anak didik yang tak pakai seragam itu, lalu diupayakan pemecahan yang tepat. Melalui penelitian-penelitian empiris maupun kajian-kajian teoritis, dunia pendidikan mela- hirkan berbagai perspektif dalam menghadapi manusia. Mulai dari perspektif kognitif yang mengkaji kemampuan berpikir manusia, yang kemudian melahirkan teori-teori tentang cara belajar menerima informasi seluas-luasnya lawan teori-teori tentang cara belajar untuk mengolah informasi sedalam-dalamnya. Perspektif behavioristik melahirkan teori-. teori tentang cara-cara membentuk dan meme- lihara perilaku yang baik atau benar, serta melenyapkan perilaku yang tidak baik atau salah. Perspektif psikoanalisis yang melihat bagian- bagian gelap yang tak disadari oleh manusia, dan melahirkan teori-teori tentang cara-cara menggalinya ke alam kesadaran agar manusia menjadi benar-benar dewasa. Sampai dengan perspektif humanistik yang mencoba lebih empatis dalam menanggapi dunia efeksi dan berorientasi pada aktualisasi diri melalui pengembangan potensi-potensi manusia. Penerapan hukuman hanyalah merupakan salah satu cara dari banyak pendekatan yang dikaji secara mendalam oleh perspektif behavioristik. Ditentang Sebetulnya penerapan hukuman dalam pendidikan telah ditentang sejak awal lahirnya psikologi behavioristik, bahkan oleh pencetus teorinya sendiri, Thorndikte, dalam revisi teorinya. Pada perkembangan selanjutnya muncul alasan- alasan makin bervariasi yang menentang penerapan hukuman dalam pendidikan. Pertama, hukuman menimbulkan ketakutan yang bisa meluas pada objek-objek lain. Misalnya, SEKOLAH Tinggi Agama Is- lam (STAI) Al Ishlahiyah Binjai akan menggelar Seminar Pendi- dikan dan Otonomi Daerah di Pendopo Umar Bakti Binjai Sela- sa (8/5), pukul 08:00. Ketua STAI Al Ishlahiyah Drs. Mansurdin menyampaikan kepada Waspda di Medan Kamis (3/5), seminar tersebut dalam rangkaian memperingati Hari Pnedidikan Nasional dan Wisuda Sarjana sekolah tinggi tersebut. Menurut Drs Mansurdin, seminar tersebut bertujuan untuk memberikan informasi kepada peserta seminar khususnya dan masyarakat awam-umumnya tentang keterkaitan pendidikan dengan otonomi daerah. Selain itu, menyangkut pola kebijakan Pemerintah Kota Binjai bidang Pendidikan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Tujuan lain untuk menemukan model peran pendidikan dalam pelaksanaan otonomi daerah dan sebagai bahan masukan kepada instansi/ lembaga terkait. Penyaji terdiri dari Walikota Binjai HM.Ali Umri, SH, yang akan menyampaikan makalah bertajuk "Pola Kebijakan Pemerintah Kota Binjai Bidang Pendidikan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah". Pembicara lain Guru Besar Fakultas Hukum USU Prof H. Syamsul Arifin, SH, takut pada guru matematika, berkembang menjadi takut kepada semua yang berkaitan dengan sekolah. Kedua, menimbulkan perasaan serba salah, karena hukuman memang dihadirkan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang salah, sama sekali tak ada informasi tentang perilaku yang benar. Judul Buku Penulis Editor Ketiga, hukuman mengajarkan, menyakiti orang lain itu benar, sehingga dalam situasi tertentu ia boleh juga menyakiti orang lain. Keempat, perilaku ditekan pada saat dihukum, tapi mungiin muncul lagi di saat atau situasi lain. Dengan kata lain, tujuan melenyapkan perilaku yang salah, hanyalah bersifat temporer. Penerbit Cetakan Tebal Contohnya, ketika murid-murid yang gaduh di dalam ruang kelas dibentak oleh guru supaya diam, mereka akan langsung mengkeret dan diam. Tapi begitu sang pengendali perilaku ke luar ruang kelas, murid kembali gaduh. Kelima, hukuman melahirkan dendam atau perilaku agresif bukan hanya pada pihak terhu- kum, tapi juga pada pihak-pihak lain yang terkait. Keenam, dapat menimbulkan perilaku lain yang juga bermasalah. Misalnya, anak yang dipukul karena tak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), mungkin menangis mengunci diiri di kamar ketimbang mengerjakan PR-nya, atau pencuri yang dihukum mungkin jadi agresif, bahkan kemudian menjadi lebih mantap untuk komitmen terhadap tindakan jahat lainnya. Ketujuh, pihak terhukum menjadi makin kebal terhadap hukuman, sehingga pihak pemberi hukuman harus memberikan hukuman yang lebih keras lagi. Dengan demikiaan menimbulkan situasi yang semakin menegangkan, baik pada pihak terhukum maupun pengendali perilaku, atau penghukum. Meski telah banyak ditentang, dalam kenyata- annya penerapan hukuman tetap saja populer, bukan hanya dalam khazanah pendidikan formal, tapi bahkan meluas dan menembus ke seluruh lapisan masyarakat. Mengapa hukuman yang menjadi momok, dan dihindari ketika kita yang tengah jadi objek pembentukan perilaku, berubah fungsi menjadi didekati kalau kita tengah berperan sebagai pengendali perilaku? Glover dan Brunning mengumpulkan berba- gai hasil penelitian yang dapat menjelaskan feno- mena tersebut. Pertama, adanya kecenderungan mengabaikan alternatif-alternatif selain hukuman. Editor ALi Noer Za Kedua, hukuman memberikan efek langsung, meski hanya temporer. Ketiga, ada semacam harapan sosial, orang dewasa harus menghukum anak (nakal). Keempat, perilaku bermasalah begitu kasat mata dan menjengkelkan sehingga harus segera ditekan. Efek langsung yanfg didapat dari menghu- kum perilaku bermasalah, berfungsi sebagai reinforcer negatif bagi si pemberi hukuman. Artinya, dengan langsung mengkeret"-nya atau ditekannya perilaku bermasalah tersebut (meski hanya temporer) oleh hukuman, efeknya bagi penghukum ialah berkurangnya (mengaktifkan) rasa jengkel. Rasa jengkel yang berkurang ini melegakan si pemberi hukuman, karenanya cenderung akan diulang kalau di saat lain ia menghadapi situasi yang sama.* DALAM perkembangan ke Negeri Belanda, beliau mem- sejarah pendidikan Indonesia, pelajari soal-soal pendidikan tidak terlepas daripada pera- dengan mendalam. nanan okoh pendidikan, yaitu Ki Hajar Dewantara (1889-1959). Beliau aca.ah salah seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Taman Siswa (1922), dan nama beliau sudah tersebar ke pelosok tanah air, di samping itu pula, Cita-cita pendidikannya Menurut Ki Hajar Dewan- tara, pendidikan bagi tiap-tiap bangsa merupakan hal yang terpenting. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan penerus dari STAI Al Ishlahiyah Binaji Gelar Seminar Pendidikan Dan Otonomi Daerah Perguruan Taman Siswa yang bangsa itu, agar dapat sehat lahir sudah berbagai wilayah Indonesia. Sejauh ini kita sering men- dengar keberadaan Perguruan Taman Siswa, akan tetapi jarang sekali orang memperbincangkan konsep dasar pendidikan yang dibangun dan diwariskannya kepada Taman Siswa kepada dan batin. Untuk itulah, setiap individu harus dikembangkan jiwa raganya, dengan memper- gunakan segala alat pendidikan yang berdasar kepada adat- istiadat masyarakat setempat. Pendidikan yang kita terima dari orang Barat tidak sesuai dengan tuntutan kita, karena pendidikan Kolonial itu tidak berdasarkan kepada kebutuhan kita. Pendidikan itu hanya untuk kepentingan Kolonial saja. Tarbiyah Islamiyah Utus bangsa Indonesia. Padahal, bi- Tiga Peserta ke Munas dang inilah yang mendapat prio- ritas dalam kegiatan Taman Siswa, baik ketika beliau masih hidup maupun setelah Taman Siswa diteruskan oleh penerusnya. Ki Hajar Dewantara meng- anggap, bahwa pendidikan Kolo- nial itu tidak dapat mengadakan perikehidupan bersama, sehingga selalu kita bergantung kepada para penjajah. Pendidikan Kolo- nial itu tidak dapat menjadikan kita manusia yang merdeka. Keadaan ini tidak akan lenyap, jika hanya dilawan dengan per- gerakan politik saja. Tetapi harus juga diutamakan penyebaran benih hidup merdeka di kalangan rakyat dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional. Dengan diadakannya pendi- dikan nasional berarti menguta- makan pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan kita sendiri demi kepentingan MH, akan menyampaikan ma- kalah berjudul "Konsep Pendidik- an Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah". Pembicara ketiga, Guru Besar IAIN Sumatera Utara Prof Dr H.M. Ridwan Lubis, dengan judul makalah "Peran Perguruan Tinggi Dalam Pelaksanaan Otda" DEWAN Pimpinan Daerah dan Sekretaris Umum Drs H. (DPD) Tarbiyah Islamiyah Syafri Hutauruk, Munas kali ini Sumatera Utara akan mengutus akan membicarakan rencana tiga orang pengurusnya untuk penyatuan Persatuan Tarbiyah mengikuti Musyawarah Nasional Islamiyah (Perti) yang dulu (Munas) III di Asrama Haji mendukung Partai Persatuan Pondok Gede Jakarta dari 19 s.d Pembangunan dan Tarbiyah Islamiyah yang dulu mendukung 21 Mei mendatang. Golkar. Selain penyatuan orga- nisasi yang terpecah itu juga akan membicarakan prioritas untuk pembangunan organisasi dan menyikapi perkembangan perpolitikan dewasa ini. Ketua Umum DPR Tabiyah Islamiyah Sumut Dr H. Hasan Mansur Nasution, MA menyam- paikan kepada Waspada di Me- dan Kamis (3/5), tiga orang yang akan diutus tersebut dirinya sen- diri, Sekretaris Umum Ir Hamzah Lubis, SH dan wakil ketua Dra Hj. Nurgaya Hasbi dan kalau memungkinkan ditambah pengurus lain. Menurut surat Dewan Pim- pinan Pusat Tarbiyah Islamiyah Ketua Umum Ir. H. Azwar Anas Oleh Kusmin Munsyi, S.Pd Alumnus FPBS IKIP Medan U N'T U K MANUSIA Fazlur Rahman W.C. Smith Hans Kung Abdulaziz Sachedina Ewert H. Cousins. K.R. Sundararajan. Gunaseela Vitanage Jacques Waardenburgh. D.H.W. Gensichen Sedangkan peserta terdiri dari dosen, mahasiswa, pejabat ins- tansi, Kepala Sekolah/Guru SMU sederjat, SLTP sederjat, SD dan tenaga pendidikan lainnya serta pemerhati pendidikan di Kota Binjai dan sekitarnya yang diper- kirakan sebanyak 350 orang. (m13) : Agama Untuk Manusia : Fazlur Rahman (dkk) : Ali Noer Zaman : Pustaka Pelajar, Yogyakarta : Pertama, Desember 2000 : xii + 278 Halaman Dr H. Hasan Mansur Nasu- tion juga mengungkapkan sikap DPD Sumatera Utara adalah mendukung penyatuan dua organisasi tersebut secara nasio- nal dan akan memberi masukan tentang sikap organisasi terhadap perkembangan perpolitikan dewasa ini. (m13) PENDIDIKAN SALAH satu tuntutan refor- masi adalah adanya otonomi daerah. Berkenaan dengan itu lahirlah Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerin- tahan Daerah dan Undang-Un- dang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah. Selanjutnya diiringi pula dengan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan provinsi Seba- gai Daerah Otonom. Arus dari tuntutan otonomi ini adalah de- mokratisasi. Suara dari seluruh penjuru dunia termasuk Indone- sia sangat gencar saat sekarang ini untuk menyuarakan demokra- tisasi terlebih-lebih setelah reformasi. Oleh Haidar P. Daulay Mahasiswa Pasca Sarjana Unimed REALITAS keagamaan sudah pasti dalam pluralitas. Itu terjadi di mana; di belahan bumi ini. Dan pluralitas itu hidup seiring dan sejalan, bah- kan semenjak lahirnya agama- agama primitif (yang hanya dimiliki/dianut oleh sekelomok kecil komunitas manusia). Plu- ralitas itu pada hakikatnya me- nunjukkan jalan wahyu Tuhan melalui perantaraNya. Peran- tara itu tidak lain dan tidak bukan adalah para nabi dan manusia yang 'dilebihkan' da- lam urusan spiritual. Sungguh pun pada tataran ideal, kelahiran agama mena- warkan sebuah jalan kesela- matan dan menghindarkan umatnya dari kesengsaraan, namun realitas yang muncul menampakkan sosok yang mencekam. Seolah kehadiran agama yang satu berarti peng- hilangan terhadap agama yang lainnya. Klaim-klaim itu mun- cul seiring dengan pemahaman yang masih dangkal akan nilai hidup kebersamaan di bawah rahmat Tuhan. Karena me- mang, keberbedaan agama itu sering dipolitisir untuk kepen- tingan tertentu. Ekses dari politisasi agama itu adalah, agama sebagai sebuah wahana 'pembantaian' terhadap penganut yang lain nya. Benarkah itu merupakan tujuan agama? Rasanya bukan- lah itu. Pertikaian, peperangan, perselisihan, dan permusuhan gung jawab daerah, antara lain misalnya pendidikan. Oleh kare- na Pemerintah Daerah Kabupa- ten dan Kota bukan bawahan dari Pemerintahan. Provinsi, maka bupati dan walikota bertanggung jawab kepada DPRD setempat, karena itu alokasi pendanaan setempat ditentukan oleh peme- rintah daerah bersama DPRD setempat. Pendidikan adalah salah satu bidang yang diotonomikan dari sekian banyak bidang lainnya. Gelombang demokratisasi dalam pendidikan menuntut adanya de- sentralisasi pengelolaan pendi- dikan. Beberapa dampak dari sentralisasi pendidikan telah muncul di Indonesia uniforomitas. Uniforomitas ini mematikan inisiatif dan kreatifisme serta inovasi perorangan maupun ma- syarakat. (Tilaar, 1999:89). Di tengah-tengah masyarakat yang majemuk seperti Indonesia sa- ngat perlu pula dihargai adanya sisi perbedaan yang tidak mesti seragam, karena keberadaan masyarakat majemuk itu menun- tut untuk adanya berbagai perbe- daan yang merangsang untuk tumbuhnya kreatifitas dan inovasi. Dengan dilaksanakannya otonomi daerah di bidang pendi- dikan ini, bisa dicapai tiga tujuan, seperti yang dikutip oleh Imam Prihadiyoko dari Inspektur Jen- deral Departemen Pendidikan Nasional, ketika menjelaskan tentang Dewan Sekolah: (1) untuk mendorong melakukan pember- dayaan masyarakat, (2) me- numbuhkan prakarsa dan krea- tifitas, dan (3) peningkatan peran serta masyarakat serta mengem- bangkan peran dan fungsi DPRD (Imam Prihadiyoko, Kompas 17- 10,2000). Permasalahan pendidikan Berbicara tentang perma- salahan pendidikan di Indonesia sungguh kompleks sekali, tidak obahnya seperti menyelesaikan Riwayat hidupnya Ki Hajar Dewantara dilahir- kan di Jogyakarta pada tanggal 18 1889. Beliau adalah putra dari KPH Suryaningrat dan cucu dari Pakualam III. Nama aslinya adalah R.M Suwardi Suryaning- rat. Beliau adalah pencetus Per- guruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada tahun 1922. Adapun pendidikan Ki Hajar Dewantara, beliau adalah sekolah di ELS. Setelah menamatkan ELS, beliau melanjutkan pelajar- an ke Stovia. Sekolah ini diting- galkannya, lalu beliau memasuki dunia politik. Selama dieksternir Tinjauan Kedamaian Dalam Pluralitas Agama Inggris tidak berhak untuk itu. Wilfred Cantell Smith-Frof Perbandingan Agama di McGill University, Montreal, Canada- meminta agar pengiriman misionaris ke luar negeri untuk dipertimbangkan kembali (h.46-52). Sebab hal itu, saat ini bisa dianggap menyalahi aturan internasional. Smith mendesak para teolog untuk memikirkan teologi baru kerja sama dengan penganut lainnya (h.71-73). Sedangkan Ewert Cousins-pengajar di Fordham University-menyoroti masalah dialog agama sebagai wahana berbagai dan memperdalam pe- ngalaman keagamaan. Ini me- niru model passing over and coming back dari John Dunne (h.82). 1. Kualitas pendidikan Indonesia tergolong negara yang kualitas manusianya masih tergolong rendah. Ada beberapa indikasi tentang ini, antara lain peringkat Human Development Index (UNDP 2000) Indonesia berada pada peringkat ke-109. Demikian juga indikasi pergu- ruan tinggi yang juga berada di bawah negara tetangga Malaysia Laporan Asia Week (30 Juni. 2000). Dari 39 Perguruan terbaik di Asia dan Australia dalam bi- dang iptek (science and technol- ogy), ITB pada urutan ke-21. Se- dangkan dari 77 perguruan tinggi terbaik dalam multi bidang (mul- tidisciplinary university), tercatat UI urutan ke-61, UGM ke-68, UNDIP ke-73, Unair ke-75, (Kom- pas, 21-8-2000) dan tentu juga banyak indikasi lain. Dari ung- kapan tersebut dapat dimaklumi betapa kualitas pendidikan kita belum menggembirakan. Banyak faktor yang menyebabkan ren- dahnya mutu pendidikan terse- but, di antaranya raw inputnya sendiri, yaitu manusia yang akan diproses di dunia pendidikan, in- strumental inputnya, baik ber- kenaan dengan guru, kurikulum sarana fasilitas, buku daras, dan lain sebagainya, selanjutnya en- vironmental inputnya, ling- kungannya, terutama di sini ada- lah lingkungan sosial budayanya, termasuk sikap kita terhadap pendidikan, sistemnya dan tentu tidak ketinggalan pengalokasian dana yang amat sedikit untuk sektor pendidikan. Menurut Ki Supriyoko Ketua Pendidikan dan Kebudayaan Majelis Luhur Taman Siswa, bah- wa dalam kurun tiga atau empat tahun terakhir ini pemerintah hanya mengalokasikan dana pen- selalu mengemuka di bawah hatan dan keburukan. Dengan politisasi agama. Ditambah lagi dengan umat yang taklid dari masing-masing agama. Ter- nyata, kondisi miring seperti itu bukan hanya tervirtualisasi di bumi Indonesia, tetapi ter- nyata itu terjadi juga di negara lain. Ironisnya, itu juga telah terjadi dalam kurun waktu yang lalu. Sehingga sejarah hitam kerukunan keagamaan terpapar dengan jelas. Padahal tidaklah seperti itu yang diya- kini oleh nilai-nilai agama. begitu, lalu apa sesungguhnya yang terjadi pada daerah-dae- rah yang selalu bentrok dalam soal keagamaan yang plurali- tas? Sesungguhnya apa yang terjadi itu bukanlah persoalan agama, tetapi sesungguhnya hal itu telah merambah pada aspek kepentingan orang (atau kelompok) tertentu. Untuk kepentingan itulah kehadiran buku ini. Buku yang ditulis oleh sembilan tokoh agama yang berbeda dari berba- gai belahan bumi serta kapasi- tas intelektualnya tidak diragu- kan lagi. Uraian dalam Dasar Pemikir- an tentang Undang-Undang No.22 tahun 1999 diungkapkan beberapa hal yang relevan dengan pembahasan ini, yaitu penyeleng- garaan otonomi daerah dilaksa- nakan dengan memberi kewe- nangan yang luas, nyata dan ber- tanggung jawab kepada daerah secara proporsional yang diujud- kan dalam peraturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Diuraikan juga bah- wa pelaksanaan otonomi daerah itu dilaksanakan dengan prinsip- prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keaneka ragaman daerah. Di sini sangat dituntut adanya upaya untuk memberda- yakan masyarakat, menumbuh- kan prakarsa dan kreativitas peran masyarakat. Daerah otonomi mempunyai kewenangan luas, mulai dari perencanaan, pengaturan, pelak- sanaan serta evaluasi dalam hal penetapan anggaran dana berda- sarkan aset yang dimiliki daerah. Bidang-bidang yang menjadi cakupan daerah menjadi tang- Peranan Ki Hajar Dewantara Terhadap Pendidikan Oleh A. Hasan Nst, S.Ag Banyak ditemukan "kata kunci" untuk berbuat bagi manusia lain adalah kebaikan semata: bukan pemaksaan terhadap pemeluk agama yang lainnya. Kata kunci' itu antara lain, tak seorang pun di antara kamu yang beriman sepanjang tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (Islam); apa pun yang Kau Inginkan pada orang lain untuk dilakukan padamu, lakukan pada mereka (Kristen); Siapapun tidak boleh memper- lakukan orang lain dalam cara yang tidak menyenangkan bagi mereka sendiri (Hindu); Keada- an yang tidak menyenangkan bagiku, akan demikian juga bagi dia (Budha); dan Jangan lah lakukan pada orang lain apa yang Kamu tidak ingin orang lain lakukan padamu (Yahudi). Dengan begitu tampaklah bahwa semua agama mengan- jurkan kebaikan. Tidak ada aga- ma yang menganjurkan keja- masyarakat. Dalam pada itu, "intelektualisme" harus dijauhi, dan harus dipraktekkan sistem mengajar yang dinamai sistem among yang menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan perintah-paksaan, tetapi dengan tuntunan, agar berkem- banglah hidup lahir dan batin anak menurut kodratnya sendiri. Sistem Among itu mengemu- kakan dua dasar, yaitu: 1. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin, hingga dapat hidup merdeka. 2. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan men- capai kemajuan dengan secepat- cepatnya dan sebaik-baiknya. Untuk dapat mempraktek- kan pendidikan nasional itu haruslah ada kemerdekaan yang seluas-luasnya. Karena itu haruslah ada kemerdekaan yang seluas-luasnya. Karena itu ja- nganlah suka menerima bantuan yang dapat mengikat diri, se- dangkan untuk dapat berdiri langsung haruslah dijalankan "cara berbelanja sendiri" dengan bersendi atas "kekuatan sendiri (prinsip non-cooperation dan prinsip self-help). Selain daripada itu, pendidik- an harus tersebar di kalangan rakyat banyak, jangan hanya diberikan kepada lapisan yang tertinggi saja. Kekuatan bangsa tidak akan berkembang, jika hanya kaum elite saja yang meru- pakan kaum terpelajar. Usaha Ki Hajar Dewantara Terhadap Pendidikan didikan sekitar 1,4 persen dari GNP, dan ini terlalu rendah kare- na rata-rata negara berkembang sudah 3,8 persen dan untuk nega- ra maju 5,1 persen. (Kompas, 28- 8-2000). Abdulaziz Sachedina mem- buka buku ini dengan memper- tanyakan apakah kehadiran agama akan menghilangkan agama yang lainnya. Juga ia memetakan buah pikir para usafir dalam hal ini (h. 13-14) yang pada intinya bukanlah pe- kakan sikap acuh-tak-acuh aga- Sundararjan (dari Hindu) membicarakan potensi dialog dari agamanya. Dia mengemu- nghapusan (naskh) secara total. ma Hindu terhadap keanekara- Kemudian Fazlur Rahman gaman agama (closed border) -Muslim Suni kelahiran Pakis- (h.95-97), namun dijumpai juga tan yang menetap di Amerika sikap yang mengintegrasikan - mengurangi hubungan yang beberapa tokoh dan ajaran aga- serasi antara Islam dan Yahudi ma lain ke dalam dirinya mela- sejak dahulu, dengan memper- lui proses indegenisasi (pribumi- hatikan ayat-ahat Alquran. sasi). Modal ini disebut melintas Hubungan untuk bersama kini batas (border-crossing) (h. 104). telah terkoyak-moyak oleh ke- Dengan begitu, akan terjadi pentingan politik Inggris -Lord keterbukaan kepada pemeluk Balfour- yang menjanjikan agama. 'tanah air' bagi zionis (h.37). Kondisi ini memicu migrasi be- sar-besaran bangsa Yahudi untuk merebut tanah air' yang dijanjikan itu (h.41-42), padahal Kualitas hasil pendidikan tidak hanya diukur dari kema -juan intelektualnya saja tetapi juga harus ditinjau dari segi mental, misalnya etos kerja, disiplin, semangat belajar, kemandirian, dan sebagainya, yang juga dari sudut ini out put pendidikan kita juga lemah. Tilaar berpendapat kunci utama di dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah mutu gurunya. (Tilaar, 1999:14). Untuk meningkatkan mutu guru banyak pula aspek yang terkait antara lain tingkat pendidikan guru, kemampuan mengkomunika- sikan ilmunya kepada peserta didik, moralitas dan loyalitas terhadap tugas yang kesemuanya ini telah dikemas dalam kom- petensi keguruan, dan selan- jutnya last but not least adalah kesejahteraan guru. 2. Pemerataan Pendidikan Dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu tujuan negara Repu- blik Indonesia adalah "mencer- daskan kehidupan bangsa". Dalam batang tubuh Undang Undang Dasar 1945, dijelaskan pula bahwa tiap warga negara berhak memperoleh pengajaran. Selanjutnya berkenaan dengan itu dituangkan pula di dalam Undang-Undang No.4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada Bab XI pasal 17 berbunyi: "Tiap-tiap warga negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan penga- jaran pada sekolah itu dipenuhi". Dalam kaitannya dengan wajib belajar bab VI pasal 10 ayat 1 disebutkan "semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak Untuk melaksanakan cita- cita pendidikannya, maka pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Pergu- ruan Kebangsaan Taman Siswa" di Yogyakarta. Sesuai dengan sifat pendidik- annya, maka Taman Siswa seba- gai organisasi pendidikan ber- bentuk: 1. Perguruan Perguruan merupakan tem- pat berguru, tempat murid-murid mendapat pendidikan dan tempat kediaman para guru. Sedangkan gedung perguruan tidak hanya digunakan untuk keperluan mengajar, melainkan juga tempat anak-anak berkumpul dengan gurunya sehabis berguru. Maka rapatlah hubungan batin antara pendidik dengan yang dididik (murid). Adapun semboyan atau lam- bang-lambang yang diperguna- kan untuk memperlengkap peng- ajaran dan pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Lawan Sastra Ngesti Mulia Inilah semboyan Taman Siswa yang pertama dan yang eksklusif dan tidak toleran. Bahkan agama Budhalah yang sangat sedikit terlibat konflik dengan agama lain. Bagian akhir memuat dua tulisan. Gensichen-guru besar University Heidelberg-meng- uraikan perang dan perda- maian dalam agama. Banyak perang diatasnamakan aga- ma, sehingga agama tampak- nya pemicu onar (h.216) dari pada menciptakan kedamai- an. Di bagian akhirnya dia menguraikan hal pokok yang menjadi konsensus bersama demi terwujudnya kedamaian dalam pluralitas agama (h.238-240). Hans Kung memaparkan sumbangan agama dalam menciptakan etika global bagi terselenggaranya kehidupan yang damai (h.246-248). Sungguh pun perang dan de- humanisasi karena persoalan agama yang dipolitisir tetapi tidaklah selayaknya meng- abaikan agama dalam realitas kehidupan (h.260). Sehingga yang tidak kalah pentingnya adalah mengedepankan budaya anti-kekerasan (h.263- 267). Buku ini sangat cocok bagi bangsa Indonesia yang plu- ralistik dalam hal keagamaan rakyatnya. Dengan begitu, ini merupakan buku wajib' bagi tokoh agama dan masyarakat awam yang peduli akan ter- wujudnya kedamaian di Masih banyaknya masya- rakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan, se- hingga pendidikan menjadi "barang mahal" bagi mereka. Ketidakmampuan mereka me- nyekolahkan anaknya sehingga membuat anak tidak bersekolah maupun dropt out. Selain dari itu dampak dari faktor ekonomi ini juga pada saat sekarang di berbagai kota telah muncul sekolah-sekolah unggulan yang hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang memiliki ke- Gunaseela Vitanage (tokoh agama Budha) memperhatikan wejangan Sang Budha (h. 125- 129) yang pada intinya menga- takan bahwa agama bukanlah tengah pluralitas keagamaan. menjelaskan maksud berdirinya Taman Siswa pada tahun 1922, yang maksudnya adalah "dengan kecerdasan jiwa menuju ke arah kesejahteraan". 2. Suci Tata Ngesti Tunggal Menjelaskan terjadinya persatuan Taman Siswa pada tahun 1923, yang maksudnya adalah "dengan kesucian batin dan teraturnya hidup lahir, kita mengejar kesempurnaan. 3. Tut Wuri Andayani Maksudnya adalah "meng- ikuti di belakang sambil memberi pengaruh". Jangan menarik- narik anak dari depan. Biarkan- lah mereka mencari jalan sendiri. 4. Kita berhamba kepada Sang Anak Maksudnya adalah pendidik dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga mendekati si terdidik untuk mengorbankan diri kepadanya. Jadi bukan murid untuk guru, tetapi sebaliknya. 5. Rawe-rawe Rantas, Malang- malang Putung 10 kuatan keuangan. b. Sosial Kultural Segalanya yang menghalangi akan hancur. Semboyan ini dipa- kai untuk memperteguh kemauan. 2. Asrama Selain guru-guru, juga murid- murid yang berasal dari tempat lain, berdiam di perguruan yang sudah bersifat asrama. Asrama ini menjadi salah satu alat pendi- dikan di Taman Siswa. Asrama untuk anak laki-laki disebut "wisma-priya" dan untuk Pesantren Abdurrahman Bin 'Auf Akan Wisuda 10 Hafiz Quran anak-anak perempuan disebut "wisma-Rini". Asrama itu selalu berada di bawah pengawasan para guru dan sifat kekeluargaan tetap dipelihara. Kondisi sosial kultural seba- gian orang tua juga sangat ber- pengaruh untuk tidak menyeko- lahkan anaknya, disebabkan karena sekolah menurut anggap- an mereka tidak banyak memberi harapan untuk kecerahan masa depan anak. Dengan demikian hal ini memperlemah semangat orang tua dan anak untuk mema- suki sekolah. Dalam kesempatan itu, YP. Nur Azizi juga akan menampil- kan drumbandnya untuk me- meriahkan milad tersebut. Sua Gita Pratama Nur Azizi (SGPNA) adalah kelompok drumband YP. Nur Azizi yang sudah beberapa kali menunjuk- kan prestasinya dalam kompe- tisi drumband tingkat Sumut. Ketua Panitia Milad ke-10 YP. Nur Azizi yang juga pelatih drumband SGPNA, Nirwana Agus Syahputra mengatakan untuk kegiatan bazar selain diisi oleh siswa/i YP Nur Azizi, juga akan diikuti oleh sekolah- sekolah lain yang berada di Tar- jungmorawa dan pameran pendidikan. Sedangkan untuk kegiatan c. Daya Tampung Dan Sarana Yang terbatas Daya tampung yang terbatas pada lembaga-lembaga pendi- dikan juga memberi peluang bagi tidak meratanya pendidikan. Masih ada daerah-daerah yang kekurangan sarana tempat belajar sehingga menjadi kendala bagi peserta didik untuk belajar. Di tingkat perguruan tinggi daya tampung universitas negeri sangat terbatas. Dipandang dari sudut penyebaran guru juga tidak merata, guru baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas terpusat di kota-kota. Banyak desa-desa terpencil sangat keku- rangan guru. 3. Kurikulum Ada beberapa hal yang men- jadi masalah di seputar kuriku- lum. Pertama, terlalu sentralistik, kurang menunjukkan ciri dan spesifik ke daerahan, baik dalam bentuk geografis maupun sosial budaya. Kedua kurikulum terlalu sarat dan padat. Ketiga relevansi kurikulum dengan pasaran kerja, setiap tahun terjadi penumpukan pengangguran dari out put lem- baga pendidikan, hal ini disebab- kan karena out put lebih besar dari kebutuhan. Dalam hal ini berarti Luaran (produksi tenaga kerja [L] lebih besar dari kebutu- han tenaga di lapangan [K], deng- an demikian: L>K(Tirtaraharja, 2000:238). Untuk itu perlu diper- timbangkan konsep link and match yang sangat populer di zaman Wardiman menjadi men- teri Pendidikan dan Kebudayaan. (Bersambung) Penutup Pendidikan bagi tiap-tiap bangsa merupakan hal yang terpenting. Oleh sebab itu, perlu dipersiapkan generasi penerus, agar mereka dapat sehat lahir dan batin, dan dapat memper- gunakan segala alat pendidikan yang berdasar kepada adat- istiadat masyarakat setempat. Pendidikan yang kita terima dari orang Barat tidak sesuai dengan tuntutan kita, karena pendidikan Kolonial itu tidak berdasarkan kepentingan rakyat. Oleh sebab itu, perlu diadakan- nya konsep pendidikan nasional, yang mengutamakan pendidikan yang berdasarkan kepada kebu- dayaan kita sendiri. Selain itu, pendidikan harus memasyarakat, jangan hanya diberikan kepada lapisan masya- rakat yang tinggi saja. Karena bangsa tidak akan dapat berkem- bang, jika hanya kaum elite saja yang merasakan pendidikan atau pengajaran. (Penulis; Alumni Fak. Syari'ah IAIN SU- Medan dan Guru MTs MA Percontohan Tebingtinggi) PESANTREN Abdurrah- fiz juga mengemukakan, bulan man Bin 'Auf Jl. Tritura No.9 Juni ini Pesantren ini akan Titi Kuning Medan akan mele- menerima santri baru, dengan pas 10 Hafiz Quran yang telah syarat pandai membaca Al menyelesaikan hafalannya me- Quran, diutamakan mengeta- lalui acara wisuda Juni mendatang. hui Nahwu/Sharaf, tidak ada kegiatan di luar pesantren, dan kuat himmah (kemauan) belajar. Tidak dipungut biaya, SPP, makan dan asrama gratis. Menurut dia, Pesantren itu Ustaz Anwar Al Ayyubi, S.Ag (Alhafiz) yang memimpin proses belajar di pesantren itu mengatakan, pesantren yang dibuka sejak 1997 itu sudah dua kali melepas lulusan. Jumlah alumni pada dua kali wisuda itu mencapai 10 orang. Mereka telah bertebar di beberapa per- guruan tinggi di Indonesia dan luar negeri, seperti di IAIN Yog- yakarta, dan diterima di Uni- versitas Al Azhar Kairo, Mesir. Dengan wisuda Juni nanti berarti alumninya akan menca- pai 20 orang. Dua orang alumni tahun ini akan melanjutkan studi ke Libia dan Syiria. Anwar Al Ayyubi, S.Ag Alha- Bazar Dan Pameran Pendidikan Akan Warnai Milad YP Nur Azizi Beriman'. BAZAR dan pameran pen- perlombaan, katanya, adalah didikan serta berbagai perlom- gerak jalan, festival tari daerah baan akan mewarnai Milad ke- dan perlombaan lain yang di- 10 Yayasan Pendidikan (YP) ikuti oleh sekolah-sekolah yang Nur Azizi Tanjungmorawa yang ada di Kec. Tanjungmorawa. akan berlangsung mulai 6 Sementara pengurus YP sampai 8 Mei 2001 dengan tema Nur Azizi, Drs Mansyur M.Nst 'Dengan Milad ke-10 Kita mengatakan kegiatan ini meru- Siapkan Generasi Muda Yang pakan ajang kompetisi guna Kreatif, Bertaqwa Dan menggali prestasi juga bakat. dari para siswa/i di Tanjungmo- rawa dalam bidang olahraga dan seni yang untuk selanjut- nya disalurkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Selain itu, katanya, juga dimaksudkan sebagai wadah tukar pengalaman, meningkat- kan rasa persaudaraan dan meningkatkan mutu pendidi- juga memperkenalkan YP. Nur kan dikalangan siswa/i yang Azizi kepada masyarakat. "YP Nur Azizi yang berdiri 10 tahun lalu, sudah banyak melahirkan prestasi bagi siswa/ i diantaranya siswa/i yang ma- suk ke Perguruan Tinggi Negri (PTN) tanpa testing, prestasi olahraga, pramuka dan kegiat- an ekstrakurikuler," lanjut Mansyur. (Aji) pada mulanya merupakan Pan- ti Asuhan dipimpin H. Nahar, Lc. Setelah berjalan selama enam tahun, fungsi panti asu- han itu diubah menjadi Pesan- tren Tahfiz (tempat menghafal) Al Quran,sejak tahun 1997, atas prakarsa H.M. Arifin Nasution dengan donator dermawan Prof Dr H. Aslim D. Sihotang (ahli penyakit mata/mantan Ikan Fakultas Kedokteran USU) dan sebagai ustaznya Anwar Al Ayyubi, S.Ag. (m13) Color Rendition Chart WA JUMA Rupial MEDAN (Waspada): I asing di Medan, Kamis ( penutupan sebelumnya Rupiah dalam perda Rp 11.150 per dolar AS se Rp 11.200. Kecenderunga menguat. Ek Pasifnya pemain pas terus mengalami pengu rupiah berpeluang men Kondisi itu akibat inte positif dari situasi keam mata uang domestik it Fokus pasar sekara bulan ke depan ketika P memperbaiki kinerjany Money changer di M valuta asing kemarin R sesi penutupan. Sedangl dolar Singapura masing-m Rp 2.825, Ke Indeks Harga Saham kemarin naik 9,217 poir Pusat Informasi Pasar M menjadi 371,939. Kenaikan indeks dip unggulan dan saham la broker asing sehingga Secara keseluruhan volume sejumlah 1.487 senilai Rp 640 miliar. Se 59 stagnan. Lima saham teraktif Gudang Garam, Indah K Hidup Satwa, Mas Murn Saham volume terbe Krida Perdana, Telkom Zebra Nusantara, Asur. VALU MEDAN (Waspada): yang tercatat di Bank Ba B Negara Jepang Swiss Jual Australia 5.900 Swiss 7.160 Denmark 5.515 Perancis 1.645 17.600 Inggeris Hongkong 1555 Kanada Jerman Perancis Belanda Italia B 5. 6. 5. Jepang 14 98.70 92 4. Belanda 4.895 Singapura 6.640 6. Malaysia 2.281 Euro Amerika 2. 11.200 10 7946TLLO356 Dolar AS Un Dolar AS umumnya m semua jenis mata uang E berbagai pasar di Eropa Associated Press. Mata uang Euro men dari AS$0,8909 pada sesia Poundsterling Ingge menguat dari AS$1,431- Perbandingan dolar AS SEE DEAD 1. 16 mata uan yen frank dolar mark frank gulden lira Harga Emas Harga emas umum perdagangan di Eropa, m Kamis [3/5], demikian m Para pialang di Lond per troy ounce [31,1035 gr akhir perdagangan Rab Di Zurich, logam mul menguat dari AS$263,6- Perak dibuka di Lor troy ounce, tidak menga MEDAN (Waspada): Ha pedagang emas di Pusat Pas Emas 24 K (99% -99,9%)..... Emas 22 K (91,65%) Emas 18 K (75%) Emas 17 K (70%) Suasa No.1 K Dengan catatan harga terseb pembuatan.(m46) Ride The Next Wave In T KROCODYL MH JAMES ER HICKOK MAJESTIC 1:13.00-15.15-17.30- JON ABRAHAMS CARM SCAR pourse EMPIRE 5:1 W