Tipe: Koran
Tanggal: 1992-10-18
Halaman: 09
Konten
p Pemilih AS yang pantas menduduki g Putih. Dari sejumlah ian yang dilakukannya, Ranney, editor buku The and Future of Presidential s dan mantan Presiden si Ilmu Politik AS, menya- pemilih AS sesungguhnya anyak memperoleh infor- mengenai para kandidat ebat televisi yang mereka an secara utuh, daripada eritaan media cetak yang g-kadang bias dan tidak mera televisi seakan men- ata yang menyorot tajam hendak menelanjangi andidat yang ada di hada- a. Selain mendengarkan an cemerlang, para pemir- a bisa menilai bagaimana g kandidat mempertahan- in dari serangan lawan. h bisa menilai sejumlah as "manusiawi" kandidat ada. ar komunikasi Marshall an menyatakan, bentuk yang dipakai akan mem- ruhi komunikan yang di- Karena media itu sendiri ebuah pesan yang hendak paikan. (ton) SH 유일 ISH Reuter ge Bush berkampanye, puluhan Bush dan mendukung Bill Clinton, saingan utama Bush. Insiden ini umat (16/10). HARI INI ALAXY 1 MA 1 0-15.00-12.00 0-21.00 Zzama Cutt Sangra AJIAN RATU LAUT KIDUL REGENT HUSUKAN 2 13 30-15 30-17 30 1930-2130 HARI INI DHADY 13.00-15.00-12.00 19.00-21.00 the Shoot Stright ARI INI NUSUKAN 1 MASTER UNIVERS ARI INI RAMA 2 ARI INI 13.00-15.00-12.00 18.00-2:00 MAN In LOve Color Rendition Chart 30-15.30-1730 GALAXY 2 13.30-21.30 13.30-15.30-19.37 FOKUS Perkembangan Kebudayaan Daerah BAHASA adalah soko guru kebudayaan. Bangsa kita yang telah memiliki Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional sejak proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, wajib merasa berbangga hati. Bahkan secara kultural, sosiologis dan politis, peranan Bahasa Indonesia telah lahir 17 tahun sebelum Negara Republik Indonesia merdeka. Yaitu tanggal 28 Oktober 1928, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Adanya aneka bahasa dalam kehidupan orang Indonesia, di samping menunjukkan ragam kekayaan budaya bangsa, juga menimbulkan berbagai masalah. Apalagi jika dilihat kenyataan bahwa bahasa didukung oleh kebudayaan yang hidup dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari padanya. Dipandang dari segi psikologi sosial, kemapanan kedudukan dalam suatu lingkungan budaya tertentu, menciptakan rasa aman, keakraban emosional bagi seseorang, dalam suatu lingkungan masyarakat. Sehingga tidak mungkin daripadanya dituntut untuk membuang kebudayaan daerah. Maka dalam politik bahasa nasional, tercakup pula pengertian adanya pengarahan bagi pengolahan masalah bahasa daerah di samping bahasa asing. Fungsi bahasa daerah sebagai sumber penimba kekayaan untuk melengkapi perbendaharaan Bahasa Indonesia, akan tetap berlangsung terus. Dan untuk keperluan itu pula, bahasa daerah, khususnya bahasa yang memiliki kekayaan bahasa tertulis, wajib diungkapkan dan dikembangkan. Kecenderungan berpikir analitis pada pribadi dan masyarakat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, menjadikan semakin diperlukannya perbendaharaan bahasa daerah lebih banyak digali lagi. Misalnya kata efisiensi yang mengandung pengertian dan nilai manfaat yang didukung sikap hemat dan cermat, akan menjadi lebih lengkap bila diungkapkan dengan gemi, setiti, nastiti, ngati-ati. Peragaan atau penampilan gaya duduk santai dapat diungkapkan dengan leba-leba, leyeh-leyeh, angkling sikil dan lain-lain. Kekayaan bahasa yang memungkin- kan pengungkapan sikap, kejadian atau peristiwa, dalam nuansa suasana yang beragam dan bervariasi ini, memungkinkan ekspresi yang lebih hidup. Barangkali hal ini merupakan salah satu faktor pendukung mengapa ceritera pendek atau puisi bahasa daerah (geguritan) masih tetap punya penggemar. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, untuk menyatakan pikiran dan perasaan terpenuhi dengan baik, dengan pilihan kata yang bebas dan mengena. Gaya bahasa dan pilihan kata beberapa penulis yang tergolong budayawan kenamaan, misalnya Prof DR Umar Khayam dan Drs Bakdi Soemanto SU, dalam kolom rubrik tetap suratkabar Kedaulatan Rakyat dan Bernas, membuktikan hal ini. Berarti pula, bahwa kosa kata Bahasa Indonesia akan menjadi bertambah kaya. Jika kita bicara kebudayaan Jawa dalam arti luas, termasuk adat istiadat dan sopan-santun dalam perilaku, selain penggunaan bahasa ngoko, krama dan krama inggil, ada satu hal yang sangat menarik. Yaitu sikap ngapurancang, meletakkan dua telapak tangan berhimpitan di bagian depan tubuh, pada saat seseorang berpidato, memberikan sambutan pada suatu pertemuan, atau berbicara dengan orang yang pantas dihormati karena usia lebih tua, atau pangkat yang lebih tinggi. Hal seperti ini terjadi hampir pada setiap pertemuan atau perjamuran. Pada upacara adat mau pun acara pertemuan resmi dan setengah resmi. Bahkan dalam acara kenegaraan, kita saksikan lewat layar kaca televisi para pejabat tinggi, perwira dan menteri, berdiri atau berbicara sambil ngapurancang. Bisa jadi di seluruh dunia tidak kita dapati pemandangan sederetan jendral dan menteri, ngapurancang, menunggu kedatangan Presidennya, atau tamu Kepala Negara yang sedang berkunjung di suatu negara, terkecuali di Bandara Soekarno- Hatta atau bandar udara lain di wilayah Indonesia. Terdapat kecenderungan, sikap semacam ini menjadi bentuk kepribadian nasional Indonesia, karena tidak terbatas pada masyarakat suku Jawa. Tentu tidak boleh diartikan bahwa yang tidak ngapuran- cang tidak baik, karena proses kultural tidak bersifat imperatif, sebagai suatu keharusan. Sehingga tidak dapat dinilai dengan ekstrem, harus dan tidak harus melakukan sesuatu. Ngapurancang, merupakan pernyataan sikap hormat, namun penuh harga diri. Dalam pakelilran atau pentas wayang pun, berlaku pula hal semacam ini. Konon, dalam kisah lama, sikap ngapurancang justru punya makna kesiagaan. Melindungi bagian tubuh yang paling lemah dan dengan cepat siap mencabut senjata keris, yang terselip di bagian depan tubuh sebelah kiri, jika sewaktu-waktu diperlukan. Maka, jika Gubernur Jawa Tengah HM Ismail berkata: Mengapa mesti malu berbahasa Jawa --saya juga ingin mengatakan: Jangan malu melestarikan budaya Jawa, yang banyak memiliki nilai-nilai luhur. Tentu saja yang selaras dengan perkembangan zaman, yang justru akan memperkaya khazanah budaya nasional Bangsa Indonesia. Membangun kebudayaan nasional, bersamaan dengan itu, mengembangkan kebudayaan daerah yang selaras dengan kemajuan zaman, menjadi tugas kita semua. Dinamika kehidupan bangsa akan tumbuh dan berkembang dengan arah yang mantap, jika memiliki akar budaya yang kuat. Suatu bangsa akan kuat, jika memiliki kepribadian nasional yang tangguh. (Subadhi) Dari Dua Tongkol Jagung ke Masyarakat Tani Seutuhnya PADA Hari Pangan Sedunia (HPS) XII bertema Pangan dan Gizi di Desa Selat, Lombok Barat, NTB, Presiden Soeharto mengemukakan, tidak cukup makan hanya asal wareg (asal kenyang) saja, tapi harus makan makanan yang bergizi. "Makan- an bergizi itu tidak harus dari luar negeri, tapi makanan yang sederhana pun banyak yang bergizi," katanya. Dalam upaya memperoleh makanan bergizi, lanjut Kepala Negara, dapat ditempuh antara lain dengan memanfaatkan pekarangan menjadi pasar hi- dup maupun apotik hidup. "Dari sini, peranan wanita, dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga perlu ditingkatkan. Agar senantiasa memanfaatkan peka- rangannya menjadi pasar hidup dan apotik hidup. Di samping dalam meningkatkan Posyandu, KB, dan lainnya," katanya. (Bernas, 16 Oktober 1992). Buku Dua Tongkol Jagung yang judul aslinya Two Ears of Corn dan ditulis oleh Roland Bunch ini membahas masalah pembangunan pertanian di negara yang sedang berkem- bang. Pengarang melihat bahwa kegagalan pembangunan perta- nian bukan disebabkan oleh Redaksi Bernas menerima kiriman buku dari Gramedia sbb: 1. Pengantar Hukum Indonesia (Buku Panduan Mahasiswa) 2. Mikrobiologi Pangan 1 3. Sosiologi Dunia Ketiga - Kesen- jangan dan Pembangunan - edisi Kedua-JF Goldthorpe 4. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur Editor Helen Hughes. 5. Suro Buldog, Orang Buangan Ta- nah Merah, Boven Digoel Pandir Kelana 6. Sidney Sheldon - Konspirasi Hari Kiamat 1 dan 2. 7. Sukses Menambah Hasil (Seri Pengembangan Diri) 8. Teknik Melamar Pekerjaan (Seri Pengembangn Diri) 9. Teknik Mengatasi Penolakan (Seri Pengembangan Diri) 10. Kiat Sukses Menjual (Seri Pe- ngembangan Diri) Joe Setiawan (buku saku) Buku Baru dari Gramedia 11, Kado Istimewa ketidaksiapan petani menerima program pembaruan namun salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan perencana program pembangunan pertani- an menyesuaikan programnya dengan kondisi setempat. Ada contoh kasus proyek Intensifikasi Kapas Rakyat di Kabupaten Sika, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Cerpen Pilihan Kompas 1992 12. Pengantar Ilmu Ekonomi II (Buku Panduan Mahasiswa) Drs Th Gieles Gilarso 13. Pengantar Ilmu Ekonomi (Buku Panduan Mahasiswa) Dra Carla Poli benag kapas, Pemerintah Indo- nesia menciptakan proyek In- tensifikasi Kapas di Kabupaten Sika. Dalam proyek ini pemerin- tah meminta petani di kabupa- ten tersebut untuk menanam tanaman kapas di samping ta- naman pangan mereka. Dari segi perencanaan, proyek itu telah direncanakan secara baik oleh para perencana. Kredit te- lah tersedia bagi para petani, disediakan pula semua kebutuh- an sarana produksi lain seperti pupuk dan obat pembasmi ha- ma, bahkan pabrik prosesing kapas yang akan menampung hasil tanaman kapas. Dalam perkembangannya, proyek itu terus mengalami penurunan. Ternyata masalah- nya cukup serius yakni petani secara diam-diam menolak proyek itu karena petani memi- 14. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indo- nesia untuk Umum - Mustakim 15. Masyarakat Jurnal Sosiologi: Etika dan Profesi Andi Hakim Nasution; Juwono Sudarsono; HR Purwoto S Ganda- subrata; Imam Prasodjo; Indera Ratna Irawati. 16. Jurnal Ilmu Politik 11 Miriam Budiardjo, Alfian; M Riza Suhbudi; Yazuo Fukao dan Herma- wan Sulistyo. 17. James Watt (Kisah tentang Per- kembangan Motor Uap serta Penga-ruhnya dalam Pembentukan Masyarakat Industri). 18. Catatan Ringan (Olahraga). Sumohadi Marsis. 19. H Rosihan Anwar, Wartawan dengan Aneka Citra Penyunting Tribuana Said 20. Kiat Apik Menjadi Sehat dan Cantik Petunjuk Praktis Perawatan Kulit dan Penggunaan Kosmetika bagi Remaja Retno IS Tranggono, 21. Pemikiran, Pelaksanaan dan Pe- rintisan Pembangunan Ekonomi Editor M Arsyad Anwar, Thee Kian Wie; Iwan Jaya Azis. 22. Teknik Penulisan Feature (karangan khas) Drs Andi Baso Mappatoto MA BERNAS Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur DALAM urusan sehari-hari, orang Inggris, yang tidak mengi- nginkan orang lain campur ta- ngan dalam urusannya, cukup mengatakan, It's Non Your Bu- siness. Idiom itu sering dipakai para pengusaha (businessman), yang menganggap segala yang dilakukan termasuk bisnis ada- lah urusan pribadi. Tak satu orang lain pun boleh mencam- purinya kecuali partner bisnis- nya. Lalu yang terjadi adalah, kepedulian terhadap sesama- nya, lingkungan, kompetitor, pekerja terlupakan. Sering kali yang terjadi adalah, segala ma- cam cara dihalalkan untuk digu- nakan agar tujuan tercapai, tak peduli apakah tindakannya me- rugikan orang lain. Sepertinya, para pelaku bis- nis sering terjebak dengan ang- gapan yang keliru, bisnis seba- gai kegiatan tipu menipu. Hal ini dikarenakan mereka terka- burkan dengan dua istilah yang kata dasarnya sama, profit ma- king dan profiteering yang bera- sal dari profit (untung). Profit making berarti menga- dakan kegiatan bisnis untuk mendapatkan untung. Sementa- ra profiteering dapat diartikan sebagai kegiatan mengambil ke- untungan secara berlebih-lebih- an. Istilah kedua itu kasarnya bisa disebut sebagai "tu- kang catut". Seperti pro- fesi-profesi lain, dokter misalnya, ke- giatan bisnis pun memerlu- kan perangkat ker-ja tuntun- an moral atau etika bisnis. Bisnis perlu dijalankan secara etis, karena bagaimanapun juga bisnis menyangkut kepentingan siapa saja dalam masyarakat. Entah dia sebagai produsen, penjual. distributor, agen atau- pun owner, kegiatannya selalu menyangkut orang lain dan lingkungan di tempat mereka bekerja. Berbisnis secara etis inilah yang sebenarnya diharapkan dapat berkembang di Indonesia. Bagaimanapun juga, bomo bo- mini lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya) tidak mungkin diterapkan lagi. Hanya saja, bagaimana berbisnis secara etis itu merupakan masalah sen- diri. Menyadari kebutuhan yang mendesak di dunia perbisnisan Indonesia, A. Sonny Keraf, staf Pengembangan Etika Atma Jaya dan sekaligus dosen Universitas Atma Jaya, Jakarta, mencoba mengeluarkan gagasannya un- tuk menjadikan bisnis sebagai profesi luhur. Gagasannya itu termuat dalam Etika Bisnis. Untuk mendekati dunia yang berlimpah dengan uang itu pe- nulis menggunakan pendekatan filosofis. Ia memulai pembahas- an dengan mengupas kata Eti- ka. Ia juga menyinggung masa- lah bisnis sebagai profesi yang etis, tanggung jawab sosial per- usahaan, hak milik dan keun- Judul: Etika Bisnis Pengarang : A Sonny Keraf Penerbit: Kanisius, Yogyakarta (1991) Tebal: 172 halaman liki prioritas tersendiri yakni kecukupan pangan. Loekman Soetrisno dalam kata pengantar- nya mengemukakan, partisipasi memang suatu konsep pemba- ngunan yang mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan. Menciptakan manusia tani yang utuh menuntut pemba- ngunan pertanian untuk mena- ikkan harkat politik ekonomi manusia tani melalui terciptanya Judul buku: E DUA Dua Tongkol TONGKOL JAGUNG Jagung PORAN PENCANGAN PANDAN Pengarang Roland Bunch Pengantar: Loekman Soetrisno Penerbit: KANDAN Yayasan Obor Indonesia untuk World Neighbors (1991) Tebal buku: xix+ 309 halaman suatu organisasi petani dan buruh tani yang mau dan mam- pu melindungi kepentingan anggotanya. Menurut Loekman, organisasi petani di Indonesia pada hakekatnya hanyalah me- rupakan organisasi penyuluhan guna mencapai kenaikan pro- duksi tetapi bukan merupakan teman petani yang mau dan mampu memperjuangkan dan melindungi kepentingan petani. Dengan kata lain, pembangun- an pertanian harus mampu mendorong terciptanya demo- kratisasi dalam masyarakat pe- desaan. Terdiri empat bagian -- orien- tasi umum, mulai bekerja, me- milih dan menggunakan tekno- logi, administrasi -- buku ini KADAL BUNTUNG TEKEK ELEK KAYAKNYA SUARA SETAN KOBAR.. tungan, dimensi etis dari iklan dan yang terakhir adalah sistem ekonomi alternatif. AGAK JAUH DARI TEMPAT INI... HMH, COBA KUTENGOK.. Pemilihan topik-topik dida- sarkan pada pertimbangan bah- wa topik-topik itu paling ba- nyak dipersoalkan dan dibicara- kan dunia bisnis saat ini. Bisnis sebagai profesi luhur sangat di- tunjang oleh tanggung jawab sosial perusahaan, keadilan so- sial yang ditegakkan oleh dunia bisnis, terpenuhinya hak-hak pekerja, keuntungan sebagai imbalan kegiatan bisnis yang berguna bagi operasi selanjut- nya dan bukan sebagai tujuan bisnis serta iklan sebagai pem- beri informasi yang benar. Yang perlu mendapat catatan khusus dari buku ini adalah Dimensi Etis dari Iklan yang termuat dalam Bab 7. Sebagai pemberi informasi bagi konsu- men dan ujung tombak lakunya sebuah produk, iklan memang menjadi sangat penting. Hanya saja yang menjadi persoalan sejauh mana iklan dianggap wajar dan bukan sebagai akal muslihat memperdaya konsu- men. Sebenarnya jawabannya tidak begitu sulit, karena jika iklan dianggap sebagai sumber infor- masi, tentu apa yang diumum- kan, ditulis kepada konsumen haruslah benar. Jika iklan dika- takan sebagai media bujukan dapat diterima etika sejauh bujukan itu dilakukan secara persuasi rasional. secara Hanya saja yang sering kita jumpai dalam bisnis, kebenaran merupakan faktor kedua. Kare- na iklan-iklan yang diajukan kepada masyarakat lebih bersi- fat persuasi non-rasional, yaitu memanfaatkan aspek psikologis (kelemahan) manusia untuk membuat konsumen bisa terta- rik membeli sebuah produk. Lebih jauh lagi, daya persuasi- nya tidak terletak pada isi argu- men yang bersifat rasional, melainkan pada cara yang di- tampilkan (manipulatif). ETIKA BISNIS LA SONNY KERA Padahal kalau ditelusuri lebih jauh lagi, ada dua prinsip etika yang harus dihargai, yaitu me- ngatakan yang benar dan meng- hargai otonomi konsumen (kon- sumen bebas untuk menilai dan memutuskan sendiri untuk me- mbeli atau tidak membeli). Jadi, jika ada iklan yang menjelekkan produk lain meskipun secara implisit, apakah hal ini tidak berarti kurang etis? Meskipun menggunakan pen- dekatan filsafat buku ini cukup membantu untuk mengerti ha- kekat berbisnis yang etis. Buku ini termasuk referensi yang ja- rang sekali didapat khususnya di Indonesia. Namun untuk menjembatani kesenjangan an- tara bidang filsafat dan bisnis praktis, penulis buku ini melam- pirkan gaya berbisnis yang etis ala IBM dan Matsushita Inc sebagai ilustrasi. (Putut Prabantoro) selain memandang perlunya partisipasi petani dalam proses pembangunan, juga menekan- kan perlunya diperluas tujuan pembangunan pertanian. Mak- sud Roland Bunch, pembangun- an pertanian haruslah memba- ngun masyarakat tani seutuh- nya. Dua tongkol jagung segera menyadarkan kita tentang skala kecil, yang diharapkan dapat berkembang dan menyejahtera- kan petani. Mengapa buku ini mengajarkan uji coba skala kecil? Jawabannya adalah kare- na memberikan keuntungan pa- da semua pihak yang terlibat, yakni petani kecil, petugas pe- nyuluh pedesaan, dan program. Untuk petani misalnya, uji coba skala kecil mengurangi risiko yang harus dihadapinya, melindunginya dari kegagalan ekonomis yang besar. Itu juga berarti, dengan uji coba skala kecil dapat belajar lebih banyak daripada kalau ia bereksperi- men dengan seluruh tanaman- nya. (hal 178). Dengan membaca buku ini, para peminat masalah pemba- ngunan (khususnya pertanian) akan memperoleh manfaat se- bagian hasil program World Neighbors yang selama 30 ta- hun giat berkecimpung dalam bidang pertanian, kesehatan, dan penanggulangan kemis- kinan di Asia, Afrika dan Ameri- ka Selatan. Buku ini memang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia untuk World Neigh- bors, lembaga swasta kemasya- rakatan yang didirikan di Okla- homa, Amerika Serikat, tahun 1951. (mar) LHO, KENAPA KALIAN, BERBUAT BEGITU? MM. TAPA NGALONG? SIAPA YANG BERBUAT? ORANG YANG MENOLONG KU? PARTISIPASI Siap... dan Pria Itu pun Diarak Bugil PEKERJAAN sambilan sebagai ustad, kini tak lagi dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh MG (51). Sebab, ia sudah terlanjur malu terhadap murid-muridnya, sejak ia terkena tindak arak bugil 3 Februari 1992 lalu. mau diarak itu, saya malah di- tuduh sudah sering tidur sama Ibu Sun. Tuduhan tersebut, bagi saya, memang keterlaluan...." tutur MG pula. Peristiwa tersebut, menurut MG, terjadi pada pukul 20.00 di Dusun Kemacanan, Pandan Lor, Klirong, Kebumen -tempat ting- galnya selama ini. "Waktu itu, saya baru saja hendak makan malam di rumah Ibu Sun, setelah seharian me- ngangkuti padi hasil panenan," ungkap MG. Bapak delapan a- nak dari dua istri ini, saat itu, mengaku sedang tidak berbuat tak senonoh dengan Sun. "Saya kan belum menikahi Sun," kilah MG pula. FOTO PEKAN INI Kirim karya foto Anda, warna atau hitam putih, ukuran minimal 5 R Sun (55), memang, bisa dibi- lang sebagai pangkal mula terja- dinya tindak arak bugil tersebut. Ibu empat anak itu menjanda. sejak ditinggal berpulang suami- nya 1990 lalu. Naluri keibuan- nya kemudian mendorong Sun untuk mencoba mencari "ayah baru" bagi keempat anaknya. Kebetulan, di saat yang sama, MG juga sedang "kosong" batin dan lahimnya, sepeninggal istri pertamanya, Hobsah, serta istri keduanya, Sarmiah. Gayung bersambut. Sun, se- perti wanita yang tengah jatuh cinta, tanpa diminta menjadi se- 1 ka HE! LEPASKAN KAMI !! ring mengantarkan aneka ma- cam lauk pauk ke rumah MG. Tak hanya itu, kepada kedela- pan anak MG, Sun pun mulai kerap membahasakan dirinya sebagai "ibu baru" pendamping MG. Kedelapan anak dari dua ibu itu, seperti diungkapkan oleh salah seorang anaknya, resmi tak punya ibu lagi sejak 1988 lalu. BENDE MATARAM MASER www.de CERITERA: HERMAN PRATIKTO GAMBAR: HASMI HM! SAYA SUDAH MEMENUHI UNDANGAN KALIAN... TAPI KALIAN MALAH ASYIK BERMAIN. YA SUDAH, SEBAIKNYA SAYA PERGI SAJA. SUDAH, YA "Saat itu, bapak menceraikan istrinya yang kedua. Sementara, istri pertama bapak, yakni ibu saya, sudah meninggal 1985 lalu. Kehadiran Ibu Sun ini, memang, bisa dibilang tepat waktunya," tutur anak itu. Jelas, penuturan semacam ini memi- liki banyak arti bagi MG. Seti- daknya, ia bisa betul-betul ya- kin, bahwa pilihannya atas Sun mendapat dukungan anak-anak- nya. "Saya kemudian mulai me- ngurus surat-surat pernikahan dengan Ibu Sun... Saya juga mulai sering datang ke rumah Ibu Sun, untuk menunjukkan tekad saya yang sesungguhnya untuk meminangnya sebagai is- tri ketiga saya," ungkap MG. Tak diduga, seringnya ia datang ke rumah Sun inilah, yang men- jadi awal petaka atas dirinya. "Padahal, sebelum peristiwa itu terjadi, saya selalu tidur di rumah saya sendiri. Tapi, waktu NUSANTORO 92 GUN WE HE, CELENG! BAIKLAH, KAMI MENGAKU KALAH! NAH, TURUNKAN DAN LEPASKAN KAMI (19 la, tanpa diminta, kemudian mengisahkan seluruh rangkaian tindak arak bugil yang teramat memalukan dirinya tersebut. MALAM itu, demikian kisah MG, Sun minta MG datang ke rumahnya untuk santap malam. Sebelumnya, sepanjang pagi sampai siang, MG sibuk bekerja di rumah Sun. la, saat itu, antara lain mendapat tugas mengang- kut dan menjemur padi hasil panen milik Sun. Seluruh peker- jaan yang bersifat sukarela ter- sebut, baru bisa diselesaikan oleh MG sekitar pukul 17.00 pe- tang. Selanjutnya, MG pun pulang ke rumahnya, sebelum kemudi- an berangkat ke masjid guna menunaikan tugas selaku ustad masjid bersangkutan. Di masjid ini, MG bertugas sampai selepas Shalat Isya, pada sekitar pukul 19.30. Setelah itu, MG pun lang- sung pergi ke rumah Sun, untuk santap malam. "Sesampai di ru- mah ini, saya tidak langsung makan, tapi minum kopi dulu," tukas MG. Konon, kopi itu di- seduh secara khusus oleh Sun bagi MG. MINGGU KLIWON, 18 OKTOBER 1992. 9 11 (5 Saat MG sedang minum kopi oleh Nyam dan segenap anak, itulah dari arah luar mendadak buahnya itu. Akhirnya, setelah" terdengar suara pintu diketuk dihujani sejumlah bogem men- keras-keras. Pengetuknya, ter- tah sampai babak belur, MG nyata kepala dusun setempat, pun diizinkan pulang ke rumah- Nyam. Katanya kepada MG, ia nya. sengaja datang pada malam itu untuk mengetahui persiapan pernikahan warganya, Sun, de- ngan MG. TONNY, YOGYAKARTA "Saya langsung memberitahu bahwa pernikahan belum dapat dilaksanakan dalam tempo de- kat, karena surat-surat yang dibutuhkan belum beres uru- sannya... Saya bilang juga, begi- tu surat beres, saya akan lang- sung menikah dengan Ibu Sun," tutur MG. Rupanya, pemberitahuan MG ini tidak dapat dimaklumi oleh Nyam. Ia kemudian memaksa MG keluar dari rumah Sun. "Sa- ya langsung bilang, siap...!!!" tukas MG. Ternyata, di luar, saat itu telah menunggu sejumlah anak buah Nyam. "Mereka ini- lah yang kemudian melucuti seluruh pakaian saya, sekaligus memaksa saya berjalan menuju balai desa...," ungkap MG. Jarak antara balai desa dengan rumah Sun, menurut MG, sekitar 650 meter. •RIYAN KITAWA PRISA 1992 Sesampai di balai desa, ke- dua tangan MG kemudian diikat pada dua tiang utama yang ada di tempat itu. Selanjutnya, ke- maluan MG pun diremas-remas patuhi.(vip) SETIBA di rumah, MG lang- sung menyusun langkah-lang- kah taktis, guna memupus rasa malunya itu. Pertama-tama, ia melaporkan ulah Nyam tersebut kepada petugas berwajib di Mapolsek Klirong, Kebumen. Kemudian, karena laporannya tak kunjung diusut tuntas, MG pun melaporkan kasus memalu- kan yang menimpanya itu ke Lembaga Bantuan Hukum (LB- H) Yogyakarta. Dan, selain itu, MG akhirnya resmi menikahi Sun. *** "Ini untuk membuktikan, saya adalah lelaki yang bertang- gung jawab," ungkap MG. Kini, ia tinggal menanti pemeriksaan akhir atas kasus arak bugil ter- hadapnya itu. Sebuah kasus --menurut An Suzetta SH dari LBH Yogyakar- ta-- yang merupakan wujud pe- lecehan terhadap hukum positif yang berlaku di Indonesia. "Ini, tentu, tidak bisa dibiar- kan begitu saja," tegas Ari. Hu- kum, macam apa pun wujud- nya, memang dibuat untuk di- 3⁰. - IMAM 4cm 2cm
