Tipe: Koran
Tanggal: 1992-09-25
Halaman: 04
Konten
2cm 4.JUMAT PAHING, 25 SEPTEMBER 1992 OPINI Kembangkan Selalu Titik Temu mela KITA harus dapat mengusahakan dan mengembangkan titik temu yang dap kesadaran dan tanggungjawab bersama dalam menghadapi kebangkitan agama-agama. Sebab kebangkitan ini tidak jarang justru membawa dampak negatif. Timbulnya absolutisme dalam pemikiran, fanatisme dalam sikap yang bermuara pada persaingan tidak sehat dan pertentangan yang merugikan semua pihak, merupakan contoh negatif tadi. Apa yang dimaksud dengan kebangkitan agama-agama mempu- nyai berbagai manifestasi sosio-kultural. Diantaranya munculnya fundamentalisme di kalangan penganut agama. Begitu pendapat yang dikemukakan oleh Menteri agama Munawir Sjadzali waktu memberikan sambutan kala pembukaan seminar internasional "Agama dan Perkembangan Kontemporer" yang dilangsungkan sejak hari Rabu lalu sampai Sabtu, di kota Yogyakarta. Menteri mengatakan pula bahwa di sebagian besar negara penganut, ideologi komunis yang tegas-tegas mencampakkan agama dan rezim pendukung paham atheisme, terlihat akar-akar hajat dan kebutuhan terhadap agama tidak mudah disingkirkan dari kesadaran manusia dan tetap bertahan secara diam-diam. Sedang di negara penganut sekularisme yang menekankan agama sebagai masalah pribadi, akhir-akhir ini gerakan keagamaan mengalami perkembangan yang berarti. Bahkan dalam persaingan merebut simpati dan dukungan massa, termasuk arena politik, isu agama tidak jarang dijadikan sebagai senjata. Apa yang dikemukakan oleh Menag di depan seminar itu, mempunyai arti penting bagi kita. Sebagai bangsa yang religius dan ingin mewujudkan masyarakat yang sosialistik religius. mengkaji kehidupan beragama dalam konteks masyarakat modern merupakan bagian yang penting dalam mengembangkan hidup berbangsa dan bernegara. Kita bisa belajar dari pengalaman dan kecenderungan masyarakat yang terjadi di negara lain. Baik yang maju, modern, maupun berkembang yang menganut sekularisme atau theistis. Sebagai bangsa yang berbudaya pula, yang nilai-nilainya kita miliki sejak berabad-abad yang lalu, letak geografis dan geopolitik negara kita, menjadikan bangsa kita tidak gampang silau melihat apa yang terjadi dan datang dari luar. Sikap dan karakteristik yang kenyal/fleksibel, reseptif dan selektif lebih memudahkan kita guna dapat menyaring apa yang berguna bagi perkembangan hidup kita sebagai bangsa yang beragama. Didasari oleh Pancasila sebagai dasar falsafah dan dasar negara serta ideologi nasional, kita mempunyai dasar berpijak yang kuat. Bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan satu totalitas, satu kesatuan. Baik secara hirarkhis piramidal dan pengertian saling isi- mengisi (mengkualifikasi), aktualisasi nilai-nilai tadi dapat membiasakan kita guna selalu mencari keseimbangan, dan keharmonisan. Hingga dengan sendirinya dapat memilah- milahkan mana yang berguna bagi kepentingan hidup bersanna, jauh dari sifat dan perbuatan yang serba ekstrim. Dalam mengha- dapi perkembangan apa pun, termasuk modernisasi yang tidak jarang disalah artikan dan diterapkan sebagai satu kemajuan. Atau sebaliknya didudukkan sebagai penghambat balikan momok untuk melangkah mencapai yang lebih baik dan berbobot... Hidup beragama, kerukunan hidup antar pemeluk dan agama yang berkembang mantap di tanah air kita ini, merupakan manifestasi, betapa pentingnya agama dalam menanamkan kesadaran dan tanggungjawab dalam menapak kehidupan yang tambah maju. Dari itu titik temu harus selalu kita kembangkan. supaya kemajuan yang kita capai, dalam suatu kehidupan yang modem mempunyai bobot baik jasmaniah dan rokhaniah setiap insan dan seluruh masyarakat. Dan merupakan tameng menolak yang serba ektrim dari kebangkitan agama-agama. Sikap PBB Tidak Konsisten SIDANG Umum Perserikatan Bangsa Bangsa hari Selasa yang lalu memutuskan untuk mengeluarkan Yugoslavia dari keanggota- an dalam badan dunia tersebut. Republik Federasi Sosialis Yugoslavia yang dulu terdiri dari enam republik, kini menyempit tinggal dua republik saja yakni Serbia dan Montenegro. Empat republik lainnya sudah memerdekakan diri dari ikatan federasi tersebut melalui perang saudara. Keempat republik yang memi- sahkan diri itu adalah Croatia, Slovenia, Macedonia, dan Bosnia- Herzegovina. Keputusan SU-PBB itu hanyalah semacam pensahan resolusi Dewan Keamanan PBB No 777 yang diambil tiga hari sebelum- nya, tentang pembatalan keanggotaan Yugoslavia. Pemungutan suara dalam sidang umum itu menunjukkan 127 anggota setuju mencopot Yugoslavia dari keanggotaan PBB, 26 abstain, dan enam menentang. Upaya itu disponsori oleh Inggris. Menurut resolusi Dewan Keamanan PBB, eksistensi negara Federasi Yugoslavia sudah habis dengan adanya pemisahan diri keempat republik tadi. Sehingga Yugoslavia sekarang yang tinggal terdiri dari dua republik, tidak berhak mewarisi keanggotaan Yugoslavia lama di PBB. PERISTIWA yang mirip itu pernah terjadi tahun 1971, terjadi atas Taiwan yang digantikan oleh Republik Rakyat Cina. Taiwan dan RRC semula merupakan satu negara, didirikan oleh Dr Sun Yat Sen tahun 1920. Pada tahun 1945-1949 terjadi perang saudara, dan Cina pecah jadi RRC dan Taiwan. PBB tetap mengakui Taiwan sebagai anggota sah. Tetapi setelah Amerika mengadakan hubungan diplomatik dengan RRC, dan memperhitungkan lebih untung bila bersahabat dengan RRC, maka diupayakanlah pendepakan Taiwan dari PBB, pada 1971. Alasannya, karena RRC lebih sah sebagai wakil Cina. Kasus lainnya mengenai keanggotaan di PBB yang berkaitan dengan perpecahan di dalam negeri, "warisan" Uni Soviet yang dilungsur (digantikan) oleh Republik Rusia. Dalam masalah ini tak satu pun negara di PBB yang mengusik-usik. Dari kasus-kasus tersebut kita rasakan bahwa nasib negara lemah seperti Taiwan dan Yugoslavia, berbeda dengan Rusia yang kuat. Bisa saja Rusia dianggap sah mewarisi keanggotaan Uni Soviet di PBB, karena Rusia memang berpenduduk lebih banyak dibanding dengan republik-republik lainnya di bekas Uni Soviet. Tetapi anehnya, dulu ketika RRC dan Taiwan "bercerai" tahun 1949, negara-negara kuat tetap mendudukkan Taiwan sebagai pewaris Cina, bukan RRC yang berpenduduk lebih banyak. Mereka baru mempersoalkan keanggotaan Taiwan setelah dirasa RRC lebih menguntungkan dari segi politik maupun ekonomi. Sikap PBB memang tidak konsisten. ITULAH kenyataan di PBB. Kita sering merasakan ketidak- adilan badan dunia tersebut tetapi sampai kini belum berhasil menembus dominasi negara-negara kuat. Kita ingat, Taiwan dulu ikut duduk sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, ternyata juga tak berdaya ketika negara-negara kuat menendangnya. Apalagi dalam hal-hal lainnya seperti masalah Palestina versus Israel maupun politik apartheid yang terjadi di Afrika Selatan, kita amat merasakan kelemahan PBB menghadapi negara-negara kuat. Misalnya saja, Bangsa Palestina yang jelas-jelas berhak atas tanah aimya, sampai kini masih harus terus berjuang mengusir Israel yang dibela negara-negara kuat, dan PBB tak mampu memaksa Israel agar mematuhi resolusi DK-PBB. Rasanya, Gerakan Nonblok yang kini dipimpin Indonesia memang harus mempertinggi soliditas organisasi dan solidaritas sesama anggotanya, untuk menghadapi dominansi negara-negara kuat di PBB. Hal ini perlu kita sadari dalam-dalam, supaya Indonesia dalam kedudukan sebagai ketua Gerakan Nonblok dapat berbuat banyak dalam upaya merestrukturisasi PBB. Pemimpin Umum: Kustandi Wakil: Pramono BS BERNAS Pemimpin Redaksl: Abdurrachman Wakil: AM Dewabrata, R. Subadhi Redaktur Pelaksana: Trias Kuncahyono, J. Roestam Afandi Wakil: Bambang Sigap Sumantri, Y.B. Margantoro, Sulaiman Ismail Manajer Produksi : Yusran Pare Sekretaris Redaksi : Ny. Arie Giyarto. Panerbit: PT Bernas ISSN: 0215-3343 SIUPP: SK Menpen No 110/Menperv/SIUPP/A.7/1986, tanggal 22 Maret 1986. Redaktur: Agoes Widhartono, Baskoro Muncar, Giyarno MH, Hari Budiono, Ireng Laras Sari, LB Indrasmawan, Putut Wiryawan, Rs Rudhatan, Sigit Setiono. Staf Redaksi : Anis Suryani, Anggit Nugroho, A. Tavip Pancoro, Basili, Bambang Sukotjo, Daniel Tatag, Dedi H Purwadi, Eddy Hasby, Endah Saptorini, Farid Wahdiono, Handoko Adinugroho, Herry Varia Deriza, Krisno Wibowo, Mantoro FX, Nuruddin, RHR Sarjana BS, Rr. Susilastuti, Suroso, Suryanto Sastroatmodjo, Sugeng Prayitno, Tertiana Kriswahyuni, T. Poerya Langga, Tarko Sudiarno, Wineng Endah Winarni, Yuliana Kusumastuti. BERNAS Maastricht dan Realitas Baru di Eropa Ini yang tidak mungkin diambil Jerman sebelum reunifikasi. Selain itu, lembaga supranasi- onal seperti ME sudah pasti akan menguntungkan negara anggota yang lebih kuat. Atas dasar ini, Jerman akan dominan di bidang ekonomi bila ME mengintensifkan atau "memper- dalam kerja sama ekonominya. Selain itu, jika ME "memper- luas" keanggotaan, misalnya de- ngan memasukkan Austria, Swe- dia, Norwegia, dan Finlandia, maka yang beruntung Jerman juga. Negara-negara calon ang- gola ME ini akan jatuh ke dalam kawasan pengaruh ekonomi Jer- man, dan menjadi pasar besar bagi manufaktur negeri itu. Rizal Panggabean PERANCIS, lewat referendum de 1980-an, keinginan untuk yang diadakan 20 September la- lu, telah meratifikasi Piagam Maastricht tentang penyatuan ekonomi dan politik Eropa, wa- laupun dukungan yang dipero- leh sangat lemah. Hanya 51 persen dari rakyat Perancis yang memberikan suara mendukung, sementara sisanya (49 persen) menolak Bagi Perancis, yang secara tradisional merupakan pendukung utama gagasan pe- nyatuan Eropa, hasil tersebut te- tap mengecewakan kendati re- lah diperkirakan sebelumnya. Sebegitu jauh, dari dua belas anggota Masyarakat Eropa (ME), sebanyak lima negara telah me- nerima piagam tersebut, baik le- wat referendum maupun ratifi- kasi parlemen Kelimanya adá- lah Luxemburg, Yunani, Belgia, Irlandia, dan Perancis. Satu ne- gara, yakni Denmark, telah me- nolak meratifikasi piagam mela- lui referendum yang dilaksana- kan bulan Juni lalu. Enam negara lainnya, yakni Jerman. Spanyol. Inggris. Italia. Belanda dan Portugal akan mengajukan piagam tersebut ke parlemen masing-masing untuk diratifikasi. Diperkirakan, parle- men negara-negara ini akan me- ratifikasinya. Piagam itu menunjukkan ko- mitmen yang kuat terhadap pe- nyatuan politik dan ekonomi Eropa. Keputusan-keputusan yang diambil mencakup penga- daan mata uang bersama, poli- tik luar negeri bersama, kewar- ganegaraan bersama, dan kebi- jakan pertahanan bersama. Dari satu sisi, usaha-usaha ke arah integrasi Eropa yang amat kuat pada pertengahan dan akhir dekade 1980-an dapat di- pahami mengingat adanya ber- bagai insentif ke arah itu. Pada masa ini, liberalisasi perdagang- an dan pembentukan pasar alism). Pada pertengahan deka- tunggal dipandang sebagai pi- *** KENDATI demikian, kasus Maastricht telah dengan jelas mengungkapkan adanya krisis kepercayaan terhadap gagasan federalisme Eropa (Euro-feder- DALAM penggal kedua bulan September ini, digelar dua per- cakapan tentang agama-agama. Yang pertama seminar "Pluralis- me dan Demokrasi, Sorotan Agama-agama", diselenggarakan oleh Badan Litbang Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI). bertempat di Tugu, Bogor, 14- 20 September yang lalu. Dan kedua, seminar internasional, "Agama dan Permasalahan Kon- temporer yang diselenggarakan oleh IAIN Sunan Kalijaga, ber- tempat di Ambarukmo Hotel mulai hari Rabu ini, 23 hingga 26 September. ni Dua seminar tersebut, -se- perti banyak seminar dengan tena serupa, baik di tingkat lokal, nasional maupun interna- sional- menunjukkan kecende- rungan paling kuat diperhitung kannya lagi agama dalam dua dasa warsa terakhir ini. Ambruk- nya komunisme di akhir dekade 80-an yang lalu, kian meyakin- kan semangat untuk meletakkan kembali agama sebagai pers- pektif dan fondasi penting kehi- dupan manusia masa depan. Dari sisi tematik dan subs- tansi dari dua seminar tersebut, terlihat pula terjadinya pergeser- an kuat dalam muatan material dialog antaragama --atau lebih tepat- percakapan kalangan agamawan akhir-akhir ini. Yak- dari memperbandingkan doktrin masing-masing agama ke mempercakapkan bersama-sama berbagai problem riil masyarakat, baik yang ada di tingkat makro maupun mikro. Dan, pada tahapan selanjutnya mencoba mendudukan peran sejatinya yang dimainkan oleh agama-agama. secara mempercepat integrasi Eropa begitu kuat. Penetapan SEA (Single European Act) pada ta- hun 1987 adalah puncak kei- nginan tersebut. Sehingga, ada kecenderungan para pemimpin ME memandang Eropa dalam terma-terma "masa depan", keti- ka Eropa telah menjadi satu unit ekonomi politik, bukan him- punan dua belas negara yang memiliki pilihan dan kepenting- an masing-masing. Hairus Salim HS Yang menarik adalah bahwa berbagai perubahan mendasar di bumi Eropa yang berlang sung sejak 1989, tidak mampu meredam optimisme dan ideal- isme integrasi tersebut. Ini tam- pak ketika para birokrat Brus sels- ibu kota ME merumus kan Piagam Maastricht Desem- ber tahun lalu. Mestinya Bang Soo Hyun Saya salah seorang pembaca setia Bernas, senang dengan berita-berita yang disajikan terutama berita Olahraga. Tetapi dalam terbitan hari Jumat (18/9- 92) halaman 10 judulnya Meilu- awati Tundukkan Heung Soon dan hari Sabtu (19/9-92) hala- man 1 judulnya Yunt Kartika Tundukkan Huang Hua, tertu- lis bahwa Meiluawati tumbang- kan peraih medali perak Olim- piade Barcelona Lee Heung Soon. ambisi serius untuk menghadir- kan kembali agama sebagai mobilisator etik, spritual dan moral, pemberi orientasi, komu- nikator dan sekaligus evaluator bagi perkembangan kehidupan masyarakat di dunia modern. Agama-agama hendak dikemba-- likan pada fitrah awal kelahiran- nya, sebagai kekuatan subversib terhadap bentuk-bentuk dan kecenderungan-kecenderungan destruktif kehidupan. Deskripsi berikut ini, sekadar sebuah lacakan bagaimana pergeseran dialog agama-agama yang semula sekadar bersifat doktrinal dan teologis, ke ha- dapan persoalan yang empiris dan mendesak untuk dielabora- si. Bagaimana agama keluar dari "wilayah eksklusif-internal'nya dan masuk ke pergumulan kemanusiaan konkret. Agama dan masyarakat Dalam suatu masyarakat yang menganut bermacam-macam agama, sesungguhnya terkan dung potensi dan kerawanan konflik antarpemeluk agama- agama berbeda tersebut. Untuk itulah, sejak semula disadari, perlunya dibina dan dibangun suatu mekanisme hubungan yang dialogis dan demokratis antarpemeluk agama-agama Demikianlah, dalam konteks percakapan ini, terlihat suatu DARI ANDA Pengirim rubrik ini harap melampirkan fotokopi KTP atau identitas lainnya Olahraga Bola. Lewat surat ini pula, saya ingin mencari kenalan baik dalam maupun dari luar negeri. Saya tunggu surat Anda. Alamat Redaksi/Tata Usaha: Jl Jend. Sudirman 52, Yogyakarta 55224 Telepon Semua Bagian: 61211 (PABX) Fax: 64062 Arfan Sumaga Pogung Kidul SIA XVI/V Nomor 13 Yogyakarta 55284. Catatan Redaksi: Anda benar. Koreksi serupa juga kami terima dari Saudara Edy Kuncara, Cubluk RT 2 RW 3 Wonogiri. Terimakasih sekali atas koreksinya. Setahu saya, peraih medali Renungan Opspek perak Olimpiade Barcelona adalah Bang Soo Hyun yang dikalahkan Susi Susanti. Karena saya melihat langsung pertan- dingan lewat layar kaca dan juga membacanya di Mingguan berakhir. Mungkin sekarang Opspek yang digelar oleh Raka-Rakanita memang telah usai. Ajang pengenalan kampus dengan lebih mendalam telah Pemimpin Perusahaan: A. Kardjono Wakil: Bimo Sukarno Pelaksana Pemimpin Perusahaan : Bambang Trisno Manajer: Sirkulasi: Sugeng Hari Santoso, Iklan: Bimo Sukarno, Gunawan Wibisono (Wakil), Promosi: Indro Suseno, Keuangan: Daryono, Umum: Gunawan Wibisono, Personalia: Isnu Hardoyo. tersebut. Potret ini pulalah yang terli- hat dalam dunia akademis de- ngan spesifikasi "studi perban- dingan agama". Teologi-teologi dan doktrin-doktrin agama dipe- Secara historis, pada periode- periode awal, inisiasi "dialog antaragama lebih sering datang dari pemerintah, daripada kesa- daran dan kebutuhan yang lajari dan dibandingkan satu datang dari pihak agama-agama sendiri. Hal ini terlihat dari ke- nyataan dialog yang baru me- nyentuh permukaan permasa- lahan Pemerintah berkepen- tingan menggelar dialog dan kerukunan, sebagai suatu upaya sama lain, tanpa lebih jauh mengungkap apa implikasi ideologis dari dianutnya ajaran teologis dan doktrinal itu. Suatu hal yang tampaknya wajar ter- proses, karena studi perban- dingan agama juga telah masuk Tarif Langganan: Rp 9.000/bulan (7 x seminggu) Tarifiklan: Warna Rp 3.000/mmk (minimal 1.215 mmk), Umum Rp 2.000/mmk, Keluarga Rp 1.300/mmk, Kolom Rp 2.000/mmk (minimal 1x30 mm, maksimal 1x150 mm), Mini Rp 1.500/baris (minimal 3 baris, maksimal 15 baris). Semua ditambah PPN 10% BANK: Lippo Bank Sudirman Yogyakarta AC 787.30.0386.5, Bank Niaga AC 211.2078.2 BANK BNI 46 Rek No. 008561001 Yogyakarta, Rekening Dinas & Giro Pos: J 11848 Percetakan: PT Muria Baru Offset Yogyakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan lihan terbaik bagi interdepen- densi ekonomi negara-negara Eropa yang telah berlangsung sejak 1960-an. Meretas Teologi Agama-agama mis. meredam instabilitas yang ditim- dalam biased pengaruh "ilmu. bulkan oleh konflik antaragama, sosial positivistik" yang domi- untuk selanjutnya menjamin nan di lembaga-lembaga akade- kontinyuitas pembangunan yang direncanakan. Dari sinilah timbul kesan ironis, kehidupan agama yang justru diawasi, bukan sebaliknya. Dialog dan kerjasama antar- agama belum menjadi kebutuh- an agama-agama saat itu. Kare- na masing-masing agama, de- ngan ajaran-ajaran dan doktrin- doktrinnya yang eksklusif dan apolegetik, masih memonopoli superiotas kebenaran dan juga mengklaim mampu memecah- kan persoalan umatnya sendiri. Agama-agama secara diametral berhadap-hadapan dalam sebu- ah kompetisi untuk saling me- ngalahkan. Pluralisme dan pe- mecahan komleksitas persoalan kemanusiaan yang ditimbulkan oleh kepesatan industrialisasi dan modernisasi, belum lagi Inilah dialog pada tahapan kedua, yang tanpa membuang kepentingan dialog pada tahap- an pertama, jelas jauh lebih bermakna, universal dan kritis. Di tingkat ini, kehidupan aga- ma-agama bukan lagi yang Teologi Kristen misalnya, seperti kritik Dr Zakaria Ngelow (1992) oleh sebab yang sifatnya historis dan psikologis memiliki beberapa kekurangan. Misalnya, teologi yang dianut masih in- por. Seperti teknologi impor, teologi impor mungkin canggih Dalam perspektif dan wawasan humanistis ini, tentu saja tidak relevan lagi dijaga", tapi justru yang "menja- tapi tidak tepat guna. Kemudi- ga". Dalam konteks dialog ini pulalah, terbuka suatu kemung- kinan kerjasama antaragama, menjadi suatu kesadaran yang perspektif dan kesadaran seperti ini pulalah jauh dari hanya sekadar saling keagamaan. sifatnya aktual menghormati saling meng- hargai. terbuka kemungkinan suatu kerjasama dan dialog yang lebih mendasar dan mampu mengoyak kedok-kedok ideologis dan kepentingan dalam pola hubungan sosial-politik-ekonomi masyarakat, pada Teologi agama-agama Dalam konteks tanggungja- wab dan kesadaran bersama inilah, bisa dipahami gagasan Dr Th Sumartana tentang perlu- nya diretas "teologi agama-aga- ma". Sumartana tidak se- an, teologinya tidak bersifat pro- fetis. Dan, teologinya angkuh serta tertutup pada pluralisme Tidak berbeda dengan dunia Kristen, teologi Islam pun kerap dikritik, karena sifatnya in-deter- ministik, a-sosial, terlalu meta- fisis dan lain-lain. Gugatan-gu- gatan seperti inilah yang kini dikumandangkan intelektual- intelektual muda semacam Mas- dar F Mas'udi, Djohan Effendi. Moeslim Abdurrahman dan lain- lain. saat mana nama agama kerap dimanipulasi dang bermimpi terbentuknya dan dipersalahkan. suatu "agama baru", peleburan dari semua agama-agama terse- but, tapi sedang mengajukan suatu tawaran kepada agama- agama, suatu teologi yang lebih universal, terbuka, humanis sekaligus transenden. Suatu teologi yang lebih terbuka pada probalisme, dan peduli terhadap problem-problem kemanusiaan. Selain itu, prestasi ekonomi negara-negara Eropa Barat yang menurun sejak dekade 1970-an dianggap bisa diperbaiki lewat pembentukan pasar bersama. Sebab, pasar bersama memung- kinkan negara-negara Eropa untuk meningkatkan daya saing dalam pasar internasional dan pada saat yang sama menjadi pelindung bagi industri Eropa. Dari sinilah muncul tuduhan dari Amerika Serikat Jepang. dan negara-negara berkembang, bahwa Eropa sedang memben tuk blok ekonomi atau "ben- teng" (Fortress Europe). Biro Jakarta: J Soetardjo (Koordinator), Marcel Weter Gobang (Sekred), Manuel Kaisiepo, Richardus Satrio Hutomo, Ferdinand Matita, Arief Sofiyanto, Doddy Barnas, Josef Umarhadi, Rochyati, Yosef Suhimno, Alex Palit, Ries Mariana, Herryanto Prabowo, Heroe Baskoro, Budi Purnomo, Ermansyah Rachman, Nanik Ś Deyang, Andy Pribadi, Ratih Prahesti Sudarsono, Drajat Wibawanto, Daryadi Pribadi, Tatang Suherman, Paulus Sulasdi, Victorawan M Sophiaan, Tonnio Irnawan, Sugiyanto, A M Putut Prabantoro, Yan Supriyatna, Agus Setyabudi, Waris S Haroen, Antonius Bramantoro. (Jalan Palmerah Barat 33-35, Jakarta 10270, Telepon: 548363, 5495359, 5483008, 5490666 (ext: 4340-4341), 5494999, 5301991, 5495077, 5495006, (ext: 300-3005). Fax: 5495360 Semarang: Yupratomo Dwi P (Koordinator), Suherdjoko, Heru Prasetya, Yohanes Agus Ismunarno (Jalan Menteri Supeno No. 30 Telp. 319659) Solo: Mulyanto (Koordinator), Joko Syahban Panggih (Jalan Slamet Riyadi No. 284 Telp. 42767) Purwokerto: Sigit Oediarto. Keinginan untuk membentuk pasar bersama kemudian ber- kembang menjadi ambisi men- ciptakan kesatuan ekonomi po- litik Eropa sesegera mungkin. SEA menetapkan bahwa pada akhir tahun ini seluruh rintang- an bagi kebebasan gerak ba- rang, orang, jasa dan modal akan dihapuskan. Piagam Maas- tricht tidak lebih dari kelanjutan dan pelengkap dari apa yang ditetapkan SEA. *** NAMUN, kentjuan yang mengagumkan ke arah perda- gangan bebas dan integrasi ekonomi politik Eropa diredam oleh keputusan rakyat Denmark -- anggota ME yang kecil, tapi memiliki nasionalisme tinggi. dan sangat mengkhawatirkan dominasi Jerman dalam ekono- mi Eropa di masa mendatang. Karakteristik dari dialog an- taragama tahap awal ini adalah sifatnya yang formalistik dan isinya yang memperbandingkan doktrin masing-masing agama. Muaranya adalah upaya untuk saling memahami, saling meng- hargai dan saling menghormati. Suatu modal yang sudah lebih dari cukup untuk sekadar mere- dam--atau lebih mengena-- menunda konflik. Sejak peristiwa ini, berbagai kedaulatan Perancis berkurang, perdebatan menarik, yang sela- sementara EC sendiri akan men- rusnya muncul sebelum perte- jadi suatu negara-super (super- muan Maastricht, mulai menya- state) yang tidak demokratis. darkan Eropa bahwa berbagai Pejabat-pejabat ME di Brus- sels akan menetapkan berbagai asumsi yang melandasi Maas- tricht ternyata masih perlu di- regulasi dan kebijakan yang su- lit dikontrol dan dimintai per- pertanyakan. tanggungjawaban. Di samping itu, budaya dan karakter nasio- nal Perancis, yang selama ini sa- ngat dibangga kan, akan teran- cam juga. Raka-Rakanita sedang berceng- kerama atau ngerumpi tentang kelucuan-kelucuan Gamawan- Gamawati. Tapi saya rasa gema- nya belum usai. Salah satu di antaranya ada- lah anggapan bahwa proses "re- kon siliasi" Eropa telah selesai. Dalam kenyataannya, asumsi ini masih perlu dipertanyakan. Ke- satuan kultural pengalaman ke- sejarahan yang sama, dan sema- ngat federalisme yang melam- paui nasionalisme negara-nega- ra anggota terbukti belum dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang normal dan apa adanya. Bangsa Denmark telah meng- ungkapkan penolakan terhadap hilangnya identitas nasional me- reka seiring dengan terbentuk nya federasi Eropa. Lebih dari itu, Piagam Maastricht memutus- kan bahwa Brussels akan mem- berikan lebih banyak uang ke- pada anggota-anggota yang le- bih miskin, yakni Portugal, Yu- nani, Irlandia, dan Spanyol. Tapi, dengan menolak Piagam, bangsa Denmark juga telah me- nunjukkan ketidaksediaannya 1 merogoh kantung lebih dalam untuk membantu negara-negara tersebut. Tentu saja, Denmark tidak sendirian dalam hal ini. Peran- cis, yang melahirkan Jean Mon- net si penggagas ME, juga demi- kian. Salah satu alasan mengapa 49 persen rakyat Perancis me- nentang Maastricht adalah bah- wa hal itu akan menyebabkan Memang Opspek sangat perlu. Saya juga menyadari bahwa Opspek dapat memberi motivasi bagi mahasiswa baru untuk bertanggungjawab atas kelangsungan masa depan bangsa. Tapi penanaman moti- vasi yang dilaksanakan di ba- wah bentakan-bentakan adalah Kemajuan teknologi dan informasi mengantar kehidupan kemanusiaan ke titik kulminasi kelimpahan material dan dunia- wi. Tapi, kemajuan ini juga me- nyisakan nestapa dan problem kemanusiaan yang tak kalah parahnya. Problem-problem kemiskinan, pelanggaran hak asasi, perusakan ekologi, tirani dominasi, budaya kekerasan, keterasingan dan lain-lainnya justru mencuat di era yang di- anggap maju ini. Kemajuan teknologi dan dampak negatif yang diakibat- kannya, memberikan perspektif, wawasan dan kesadaran baru Secara berhak kebenaran. kepada kalangan agamawan. agamalah yang berurusan de ngan berbagai kemajuan dan debumanisasinya ini. Agama- agama ditantang oleh "agama sekuler yang lebih mendasar- kan pada materi dan menekan- kan pada rasionalitas dan tekno- kagetan" dan tanpa "lembaran- lembaran Kartini" yang raib untuk membeli itu dan ini? suatu monopoli superioritas dan klaim paling berhak atas kebenaran. Dalam Seorang warga Gemawang Sleman, Alihkan ke Tempat yang Membutuhkan Para Gamawan-Gamawati yang "langgamnya telah disa- makan dengan kakak-kakak mereka, tentu masih ingat jelas masa-masa Opspek. Bahkan itu bisa menjadi trauma dan me- numbuhkan rasa dendam kepa- Di sebelah timur RS Bethes- da adik-adiknya kelak. Opspek da, tepatnya perempatan batas yang bertujuan menyelaraskan jalan Urip Sumoharjo dan Jalan "langgam" mahasiswa baru de- Jenderal Sudirman Yogyakarta ngan kakak-kakaknya (Bernas terdapat lampu lalu lintas yang 11/9-92), telah menjadi arena tidak difungsikan. Saya mengira, penyalahgunaan wewenang. Saya mendengar ada Gamawan yang diharuskan mencium keti- ak temannya. Bukankah itu suatu hal yang tidak etis dan tidak ada hubungannya dengan pengenalan kampus? Tugas- tugas yang diberikan pun berke- san mengada-ada meskipun berdalih untuk menegakkan disiplin. lampu lalu lintas tersebut dipa- sang sewaktu jalan masih dua arah. Meski jalan sudah berus bah, lampu itu tetap ada namun tidak difungsikan. Hal ini sangat saya sayang- kan, mengingat banyak tempat masih memerlukan fasilitas serupa. Misalnya saja pertigaan Piyungan Bantul. Saya mengu- sulkan, agar lampu lalu lintas tersebut dipindahkan ke tempat yang memang memerlukan. Keberadaan lampu lalulintas cukup penting. Pemakai jalan yang tertib pasti merasakan manfaat sarana ini. Meskipun harus dengan sedikit pengor- banan waktu, namun keselamat- an terjamin. Apalagi kalau selu- akan fungsi fasilitas itu. Sayang- nya, kesadaran masyarakat terutama pengendara sepeda dan becak masih perlu diting- katkan lagi. sangat sulit untuk diterima. Apa- ruh pemakai jalan sudah sadar kah Raka-Rakanita memang ingin mencari mahasiswa yang sendika dhawuh, penurut tanpa menggunakan rasio mereka. Lalu bagaimana fungsi Mahka- mah Opspek yang malah ada anggotanya yang ikut memben- tak. Apakah kedisiplinan dapat dibentuk dalam waktu empat hari sambil mengenakan tas goni dan topi? Pelanggaran lampu lalu lintas oleh sepeda dan becak cukup banyak, terutama saat tidak dijaga polisi.. Yang terjadi di Denmark dan Perancis sebenarnya selaras de- ngan skeptisisme yang pernah diungkapkan Margaret Thatcher, mantan PM Inggris. Tapi, peng- gantinya, John Major, juga per- nah mengatakan bahwa mem- bela budaya nasional sudah me- rupakan instink" yang telah berurat berakar dalam darah manusia, sehingga tidak dapat dihapuskan oleh retorika dan slogan persatuan. Dengan kata lain, ketika ne- gara-negara ME dihadapkan pa- da Piagam Maastricht yang menghendaki penyatuan ekono- mi, politik, dan sosial, yang muncul justru respon-respon peolakan dan skep usisme. Di tengah tarikan-tarikan sentripe- tal ke arah integrasi dan penya- tuan, tarikan-tarikan sentrifugal muncul bersamaan dengan me- nguatnya nasionalisme negara- negara Eropa. Tampak bahwa asumsi konvensional tentang homogenitas ME telah dibantah oleh kasus Maastricht. *** ASUMSI lainnya menganggap bahwa proses penyatuan Eropa akan berjalan mulus, karena Jer- Karenanya saya mengusulkan agar pihak yang berwajib juga menindak para pengendara kendaraan tanpa mesin yang melanggar aturan. Bisa dengan peringatan atau penggembosan ban. Dengan cara ini diharap- kan mereka menjadi lebih tertib. Marilah Raka-Rakanita yang baik, kita bersama-sama bere- fleksi. Sudah samakah "lang- gam" mereka dengan "langgan" Anda ? Sudah disiplinkah mere- ka? Atau, adakah cara lain yang lebih efektif untuk membentuk Hleri Setiawan mahasiswa yang bertanggung Kelas I B SMA 9 jawab tanpa adanya "wibawa Yogyakarta. logi. Suatu pembenahan, tang- kah antisipatif atau apapun istilahnya yang setengah-tengah dan keliru dari agama, justru akan membuat agama tersuruk dalam dekadensi dan krisis keterasingan. Dalam bahasa yang sederha- na, semua agama-agama pada hakikatnya menghadapi pro- blem eksternal-sekaligus inter- nal- yang kurang lebih sama. Semua problem kemanusiaan itu menuntut penanganan yang etis dan mendasar sesegera mungkin. Dan, agama-agama adalah salah satu kekuatan yang paling diharapkan dari problem solver itu. Dalam perspektif dan wawas- an humanistis ini, tentu saja tidak relevan lagi suatu mono- poli superiotas dan klam Dalam perspektif dan kesadaran seperti ini pulalah, terbuka kemungkin- an suatu kerjasama dan dialog yang lebih mendasar dan mani- pu mengoyak kedok-kedok ideologis dan kepentingan da- lam pola hubungan sosial-poli- KUS692 25 INDARRTO man dan Perancis akan menjadi lokomotif penyatuan. Berbagai rencana integrasi politik dan ekonomi Eropa yang bermun- culan dalam abad ini, seperti Rencana Rathenau (muncul pa- da masa PD 1), Rencana Briand (akhir 1920-an), dan Rencana Schuman (setelah PD II), semu- anya mencakup gagasan bahwa rekonsiliasi dan kemitraan Jer- man-Perancis sangat vital bagi proses tersebut. HOTE Memang, proses integrasi Eropa sampai penyatuan kem- bali Jerman di tahun 1990 dilan- daskan atas kemitraan Jerman- Perancis. Persisnya, Jerman tun- duk kepada keinginan-keingin- an Perancis. Ancaman Uni So- viet, eksistensi Jerman Timur, dan citra agresor selama PD II, menyebabkan Jerman (Barat, ketika itu) tunduk kepada kei- nginan Perancis dan ME. Dalam konteks ini, Jerman adalah "mi- lik Eropa" (Europe's Germany). Tapi, setelah penyatuan Jer- man dan disusul dengan berba- gai perubahan mendasar di Ero- pa Barat dan Timur, berbagai kecenderungan menunjukkan munculnya kemandirian dan su- perioritas Jerman di Eropa. Hu- bungan dengan Perancis, bah- kan dengan ME, seringkali menjadi prioritas kedua bagi Jerman. Ini tampak, misalnya, dalam kaitannya dengan perubahan perubahan di Eropa Timur. Jika ME menekankan adanya politik luar negeri bersama, maka Jer- man mendahului ME dalam mengakui kemerdekaan Slove- nia dan Kroasia dari federasi Yugoslavia, suatu langkah bera- tik-ekonomi masyarakat, pada saat mana nama agama kerap dimanipulasi dan dipersalahkan. Secara internal, masing-ma- sing agama melakukan intros- peksi dan kritik diri terhadap teologi-teologi dan doktrin-dok- trin keagamaan yang dikem- bangkannya. Dan pada tahapan selanjutnya, menumbuhkan suatu teologi-teologi dan dok- trin-doktrin ajaran yang lebih terbuka pada pluralitas dan lebih concern serta kritis pada problem-problem kemanusiaan. Dan kemudian secara eksternal, agama-agama bertemu untuk memberikan kontribusi, evaluasi dan kritik terhadap perkem- bangan masyarakat. Berdasarkan perkiraan di atas, kekhawatiran bahwa di masa mendatang justru Eropa yang menjadi milik Jeman (Germany's Europe) dan bukan sebaliknya, akan menjadi ke- nyataan. Sebagai dampaknya. masa depan Eropa tidak lagi di- dasarkan atas kemitraan Jerman- Perancis, tapi dominasi Jerman. Dengan demikian, realitas ba- ru di Eropa mengharuskan ME untuk memperlambat gerak dan, mengurangi ambisi yang berle- bihan dalam rangka penyatuan ekonomi politik Eropa. Semen- tara itu, ME juga perlu men pertanyakan kembali apakah pilihan kelembagaan bagi ker- ja sama internasional mereka se- suai dengan realitas baru terse- but."** KERATOMUURAKARTA *)Rizal Panggabean, staf pengajar Junisan Hubungan Internasional Fisipol UGM dan berperilaku" dari penganut- penganut agama. Teologi harus diartikan sebagai suatu fungsi dalam kehidupan kelompok, bukan hanya suatu aktivitas intelektual dan metafisis yang memuaskan otak pelaku-pela- kunya. Dalam hubungan dengan persepsi inilah, teologi-teologi yang berkembang di Indonesia seringkali dikritik sebagai tidak bersifat sosial, irrelevan, eksklu- sif dan terlalu metafisis. Aktuali- sasi sifat keberagamaan yang tumbuh lebih dominan bersifat vertikal dan individual, daripada yang bersifat horizontal dan sosial. Percakapan antara agama dan masyarakat seperti yang mencuat dalam dua senunar tersebut di atas, adalah satu bagian dari agenda besar peni- bebasan menyeluruh itu. Aga- akan kesak- sian dan keyakinan urgensi keberadaannya. Terkesan opti mistik, memang Tapi, berharap Pembaruan teologi menjadi boleh bukan? *** titik masuk awal pergumulan agama-agama terhadap persoal-Hairus Salim HS, staf pada an kehidupan, karena teologi Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) Yogyakarta merupakan "kerangka pandang BISN BANK JAKARTA JP. Mangkubumi No. 2 Telp 62 VALUTA A BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta Bil BBI Lippo Bank Danamon Shilling Austria Dolar Australia France Belgia Dolar Brunei Darusalam Dolar Kanada Franc Swiss Mark Jerman Kron Denmark Franc Perancis Poundsterling Inggris Dolar Hongkong Lira Italia (100) Yen Jepang (100) Ringgit Malaysia Gulden Belanda Krone Norwegia Dolar Selandia Baru Peso Filipina Krone Swedia Dolar Singapura Bath Thailand Dolar AS SUKU BU Bank BTN Bank Niaga Bank BNI 46 BCA BTPN Bukopin BON BHS Bapindo BDNI BBD BRI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R BUN BPR Redjo Bhawono BPD TABUNGA Bank Summa Bank Jakarta Bil BBI Bank Niaga Lippo Danamon Color Rendition Chart Daftar Kurs K di Bank Indone Bank BNI 46 Bukopin BTPN В. BCA BDN BHS Bapindo 880 BDNI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R BUN Je Ta Pra Hou Up Te Ta Su Sin Tal Ke: Ker Tab Tab Kes Pric Pro Tab Tah Sup Tah Kes Prin Prin Tab Tab SIA Tab Si k Tab Kes Tab Citra Tah Tap Tab Cen Tab Tab Tab Tab Mitr Tab Jum Tab Kes Dar Tab Tam Tab Tab Tab Tab BUI Bur BPR Redjo Bhawono Tab N alat tulis/ka SAMSU Electronics ENAWARAN KH Portable Electronic T SQ 1200 Rp.290.000+ bonus Garansi 1 Th termasuk Spar juga tersedia ty SQ 3200/SQ 32 SQ 1500 SQ 3 Melayani Harga E DEALER RESMI DI TOKO'SIS Jln. Malioboro 23 24881-25101
