Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2005-01-29
Halaman: 09

Konten


lus edan WASPADA i CPNS 2004 di an dibutuhkan 2 hap (sarjana per- enyataannya da- uman tidak ada mu ini yang lulus, bangunan yang butuhkan empat adi lulus enam tu juga dengan yang lulus justru atan. an surati BKN nta penjelasan tang berbagai hal rmawasita. an CPNS yang lus seleksi tahun masi Pemko Me Kamis, masih ada lagi yang belum lang. CPNS Pemko Me- nyatakan lulus, NS yang melaku- ran ulang. Satu dipertanyakan a kelulusannya dur. n, keempat CPNS an yang belum ang itu masing- ng untuk SMA, Ümum, 1 orang orang Ekonomi an. Pendaftaran Pemko Medan ngga batas akhir 005. ni belum ada pen- ketentuan baku ang daftar ulang. endengar isu saja mempersiapkan Pengawai (NIP), diketahui. (m46) UMBAN BATU IT A ARITONANG PUTRA HUTAR NALU HUTAPEA EAN UBARA ARAHAP IN SIREGAR ION GGOLAN RAHAP AN N ZAH EL. RDO BUAYA ENDROFA BANUA N ZEBUA ULU 3 E U Tugas Umum) arat mengikuti ITA 2005 sudah angkara No. 303 ari 2005 pukul Hinyatakan lulus n pembentukan Sampali Jl. anggal 2 Februari engarahan dari e Pusdik Brimob ari Kasat Brimob asuk pendidikan olisi tugas umum a bagi lulusan erguruan tinggi semester VII. par. ng asli juga Januari 2005 td -Ilda Sumut) WASPADA 37 Waspada/Zainuddin Abdullah BANGUN TENDA: Sejumlah pasukan Marinir Yonif, Kamis (27/1) sedang membangun tenda darurat untuk ditempati ratusan pengungsi korban tsunami di Kecamatan Tanah Pasir, Aceh Utara. BLANGPIDIE (Waspada): Masalah pemondokan atau tem- pat tinggal menjadi masalah uta- ma bagi 886 mahasiswa asal Ka- bupaten Aceh Barat Daya (Abd- ya) yang selamat dari gempa- tsunami Desember silam. Masa- lah lainnya adalah buku-buku dan peralatan belajar yang turut musnah ditelan gelombang pasang itu. Nasib 886 Mahasiswa Abdya Masih Terkatung-katung Kini para calon pemimpin bangsa itu akan kembali ke Ban- da Aceh guna menimba ilmu di ibukota Nanggroe Aceh Darus- salam yang sudah porak-poran- da. Awal Februari nanti meru- pakan saat pendaftaran ulang dan mulai 1 Maret mendatang merupakan hari pertama kuliah. Namun untuk kembali menja- lani rutinitas di kampus itu, me- reka harus berpikir seribu kali, terlebih Kota Banda Aceh hingga kini masih dipenuhi puing dan mayat. LHOKSEUMAWE, (Was- pada): Warga Gampong (Desa) Meunasah Lhok, Kecamatan Muara Batu (Krueng Mane), Aceh Utara, korban gelombang tsunami kini membangkitkan kemampuan untuk membangun rumah sendiri. Data posko mahasiswa kor- ban tsunami yang dibuka para mahasiswa hingga Kamis (27/ 1) sore, tercatat sebanyak 78 orang rekan mereka meninggal dan hilang. Mereka berasal dari berbagai kampung di Kota Banda Aceh. Prakarsa yang ditunjukkan warga Krueng Mane ini, kiranya perlu ditiru oleh ribuan korban musibah badai tsunami lainnya di kabupaten seluas 3.296,86 ki- lometer persegi tersebut. Sebab, menurut pengamatan Waspada ketika berkunjung ke Krueng Mane, Jumat (28/1), prakarsa warga membangun rumah, tidak sedikit mempunyai dampak positif yang mengandung unsur efisiensi. Data posko mahasiswa ter- sebut juga menyebutkan jumlah mahasiswa baik yang selamat atau sudah meninggal dan yang masih hilang di atas bisa jadi ber- tambah sewaktu-waktu. Pasal- nya, banyak mahasiswa yang tidak atau belum melaporkan pada pokso. Begitu juga halnya para mahasiswa yang masih terus mencari keluarganya yang masih dikabarkan hilang di Kota Banda Aceh dan lokasi lainnya. Evi Susanti mahasiswi Akademi Kebidanan Universitas Muhammadiyah, di posko ter- sebut menyebutkan, saat benca- na tersebut terjadi, semua benda Nanggroe Aceh Darussalam bah gelombang tsunami berlalu, belum ada wacana yang mem- prakarsai pembangunan kembali rumah korban pada lokasi ru- mahnya yang sudah hancur di- sapu ombak. Namun, hal demi- kian dapat dimaklumi karena PASCA gempa-tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam banyak menyimpan kisah- kisah misteri dan sarat makna. Cerita itu berkembang di antara warga yang selamat dari musibah itu. Seperti yang dialami seorang warga Kelurahan Peulanggahan, Kecamatan Kuta Raja, Kota Banda Aceh, setelah tiga hari bencana tsunami. Mimpi warga tersebut disampaikan kepada sejumlah warga lainnya. "Dalam mimpinya itu, diminta untuk diadakan tahlilan di Makam Teungku Di Anjong," sebut Di miliknya hancur dan hanyut ka- rena gelombang itu. Dia berha- rap pemerintah pusat memberi- kan bantuan bagi mereka yang terkena bencana. 112 jas "Waktu itu hanya baju di badan yang penuh lumpur yang saya sempat bawa yang lainnya hanyut dibawa gelombang," ujar Evi yang mengaku hingga kini sama sekali belum menerima bantuan baik dari pemerintah maupun pihak lainnya. Boy Robin salah seorang petugas posko bersama rekan- rekannya, usai bertemu dengan pejabat Dinas Pendidikan di ka- bupaten itu menyebutkan, peme- rintah daerah hanya akan mem- berikan bantuan berupa uang transportasi ditambah uang ma- kan minum selama diperjalanan dari Abdya hingga ke Kota Banda Aceh. Waspada/Muhammad Zairin UTUH: Makam Tgk. Di Anjong di Kelurahan Pelanggahan, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh, tampak masih utuh ditempatnya, Kamis (27/1). Sementara bangunan lainnya di kelurahan itu hancur digulung tsunami yang melanda NAD, 26 Desember lalu. 14 Ditanya soal tempat tinggal rekan-rekannya saat sudah Saat ini saja para pimpinan DPRD sudah seminggu tidak Warga Korban Tsunami Bangun Rumah Sendiri nya sudah menjadi lahan tandus dan kehilangan batas visual. Mereka mengumpulkan dalam tiga bulan pertama, se- di Aceh Utara, keadaan tanah- bahan bekas yang sekarang ter- cecer untuk memakai dan men- daur ulang. Dengan cara demi- kian tentu berbagai hal dapat terhindari, seperti dapat me- mangkas mata rantai korupsi, memicu semangat saudara-sau- daranya yang senasib, menge- liminir masalah pertanahan, setidaknya bisa mencegah dampak komplikasi yang ber- larut-larut dan menumpuk. mua komponen yang bertang- gungjawab tentang penanganan pasca musibah lagi larut dalam tahap tanggap darurat, alias be- lum memikirkan tahapan reha- bilitasi, rekonstruksi dan pemulihan. Sudah sebulan lebih musi- berada di Kota Banda Aceh, Boy Robin mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan pejabat teras di kabu- paten tersebut, para mahasiswa meminta Pemkab setempat menyediakan tempat yang aman serta dekat dengan lokasi perku- liahan. Namun, kata dia pihak pemerintah daerah setempat akan meminta persetujuan DPRD kabupaten terlebih dahulu. "Pak Sekda minta data ten- tang jumlah kami yang selamat dan akan kembali ke Kota Banda Aceh. Namun soal relokasi kami di sana (red-Banda Aceh) pak Sekda akan meminta persetuju- an DPRD," ujar Boy Robin tidak yakin permintaan mereka dipe- nuhi, soalnya untuk meminta persetujuan DPRD harus lewat sidang. Dalam beberapa kali rapat kordinasi di Oproom kantor bupati di Jln.T.Hamzah Benda- masuk kantor. Kabarnya mereka sibuk mengurus pengganti pejabat bupati Kabupaten Aceh Barat Daya yang hingga kini masih dikabarkan hilang. Mimpi Tahlilan Di Makam Tgk. Di Anjong Usman, ketua Posko Kelurahan Peulanggahan saat Waspada berkunjung ke Masjid Tgk. Di Anjong, Peulanggahan, Kamis (27/1), Posko Peulanggahan di halaman Masjid Tgk. Di Anjong itu dibangun tiga hari lalu oleh sejumlah warga yang selamat dari bencana alam itu. Posko tersebut terletak berdampingan dengan Makam Tgh. Di Anjong. Jumlah warga kelurahan Peulanggahan sebelum gempa-tsunami mencapai 3.750 jiwa. "Namun jumlah warga yang selamat pasca gempa-tsunami diperkirakan hanya sekitar 500 orang," ungkap Di Usman. Sementara bangunan makam Tgk. Di Anjong tampak masih kokoh, hanya beberapa tiang beton bangunan saja yang rusak. Sedangkan kuburan Tgk. Di Anjong yang diapit kuburan istrinya di dalam bangunan masih utuh. Disebutkan, makam Tgk. Di Anjong, yang nama aslinya Abubakar Bafagih, merupakan salah satu kuburan tertua di Aceh yang dibangun sekitar tahun 1800-an. Untuk mencari tahu secara pasti tahun berapa situs makam tersebut dibangun, sangat sulit. Selain papan keterangan tentang situs makam itu sudah tidak ada karena digulung tsunami, juga orang-orang tua setempat yang tahu tentang makam tersebut sudah tidak ada lagi. Kadis Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Barat Daya, Drs. H. Ridwan Ada- mi, MM yang ditemui Waspada di kantornya, Kamis (27/1) mengatakan mahasiswa daerah sudah mempersiapkan uang transportasi sebesar Rp 250.000, per mahasiswa. Namun kata Ridwan mereka terlebih dahulu akan menyeleksi penerima uang tersebut. hara Lhokseumawe, ustazd Hus- nan Ibrahim mengakui selalu memaparkan pokok-pokok piki- rannya tentang relokasi peng- ungsi korban tsunami di Aceh Utara, sekaligus pengadaan ru- mah. Harapannya dari pada membangun barak sementara, Sedang masalah yang ber- sistem pendekatan akan lebih munculan di lapangan terus berjibun. Belum lagi berbicara menyentuh dengan cara mem- tentang hal-hal yang berpotensi pertukangan dan upah tenaga bantu bahan bangunan, alat-alat masalah baru. Contohnya masa- tukang plus tenaga kerja. lah tanah yang sudah hilang data administrasinya (surat-surat gilir antar masjid, mengimbau ketua DPRD Aceh Utara, Tgk. Pada kesempatan terpisah, pendukung hak pemilikan-red). Mungkin pertimbangan inilah sehingga warga Krueng Mane (Muara Batu), tidak ingin berlama-lama meninggalkan gampong halaman dan tempat usahanya serta tidak mau ber- jatah hidup (jadup) pengungsi. gantung hidup dari distribusi Apalagi Camat setempat, ustazd Husnan Ibrahim dalam khotbah- nya pada hari Jumat secara ber- warga jangan ketergantungan Satlak-PBP Aceh Utara. Kecenderungan munculnya dengan jadup yang disalurkan masalah penyerobotan tanah yang ditinggalkan korban sangat potensial karena sepanjang pan- tai kawasan bencana tsunami H.Saifuddin Ilyas mengatakan secara pribadi sependapat de- ngan aspirasi yang diendus ca- mat Muara Batu dari masyara- kat korban badai dahsyat tsuna- mi.(b13) Namun sekitar tahun 1970-an, bangunan makam itu pernah dipugar oleh Almarhum Di Murtala, seorang tokoh masyarakat setempat. Bangunan makam yang sebelumnya terbuat dari kayu, diubah menjadi beton dengan tidak merubah bentuk dan arsitektur aslinya. Sekitar 40 warga sejak tiga hari lalu berusaha membersihkan makam dan Masjid Tgk. Di Anjong, Peulanggahan, Banda Aceh, untuk dijadikan posko warga setempat yang selamat dari musibah itu. "Sampai hari ini kita sudah ada beberapa tenda "Kita akan minta minimal rekomendasi dari kepala desa tempat mereka berdomisili, kata ada KTM atau identitas lainnya yang membenarkan mereka mahasiswa, baru bantuan akan kita berikan," demikian Ridwan Adami.(625) bantuan untuk tempat tinggal sementara," kata Di Usman, tokoh pemuda Kelurahan Peulanggahan yang juga koordinator posko. Dia berharap adanya bantuan peralatan masak- memasak sekaligus sembako untuk kebutuhan yang ditampung di posko itu. "Kami ingin bertahan di tempat ini, karena di sinilah tempat kami, kalau ada yang mau membantu kami sangat bersyukur," tandasnya. Selain itu, ia juga mengharapkan dibangunnya barak-barak penampungan yang memadai untuk menampung warganya yang terkena musibah dan kehilangan tempat tinggal. Pantauan Waspada, keseriusan warga membangun posko di tempat itu, diwujudkan dengan bergotong royong mendirikan tenda darurat serta membersihkan makam dan masjid bersejarah itu. Di samping sebuah tenda yang sudah terpasang, juga terlihat sebuah mesin genset sudah terpasang untuk penerangan posko di malam hari. "Kegiatan lain yang kami melakukan di posko ini, kami berupaya menjaga harta-benda milik warga di kelurahan kami ini, sehingga tidak masuk orang luar menjarahnya. Jika ada orang yang mencoba melakukan itu, tetap kami usir. Tidak peduli siapa dia," timpal seorang pemuda setempat. Warga Kelurahan Peulanggahan yang selamat dari gempa bumi dan badai tsunami di Aceh itu, punya hajatan besar untuk melaksanakan tahlilan di makam Tgk. Di Anjong, sebagaimana tersirat dalam mimpi seorang warga kelurahan itu. "Kalau warga Peulang- gahan yang selamat sudah berkumpul kami punya niat untuk melaksanakan tahlilan di makam tersebut," demikian Di Usman. Muhammad Zairin Dirincikan Kecamatan Ban- da Sakti SD/MIN 1.358, SMP/ MTsN 57, SMK 229, Kecamatan Muara Dua SMP/MTSN 9, SMA/ MA 31, SMK 3, Kecamatan Blang Mangat TK 174, SD/MIN 882, SMP/MTSN 341 dan SMA 73 siswa. Status 596 Siswa Ngungsi Tak Jelas LHOKSEUMAWE (Waspada): Seluruh sekolah yang ada di tiap kecamatan Kota Lhokseumawe kini telah menampung sedikitnya 596 siswa-siswi korban tsunami yang mengungsi dari tempat tinggalnya yang hancur akibat musibah tsunami. Musibah tsunami Minggu (26/12) lalu selain menghancur- kan seluruh bangunan rumah dan toko dan kantor pemerin- tahan juga meluluhlantakkan seluruh tingkat derajat gedung sekolah yang ada di Kota Meula- boh dan Banda Aceh khususnya. Akibatnya, puluhan ribu anak-anak terpaksa bereksodus ke daerah lain seperti Kota Lhok- seumawe dan Kabupaten Aceh Utara untuk melanjutkan pendi- dikan sekolahnya. Namun dari jumlah siswa- siswi yang menumpang belajar di sejumlah sekolah Kota Lhok- Demikian hasil pantauan Waspada di Kabupaten Simeulue pasca tsunami. Kepala Puskes- mas Simeulue Timur, dr. Hanif yang dimintai tanggapannya di Sinabang Jumat (28/1) membe- itu. Menurut dr. Hanif yang tam- pak aktif turun ke lapangan seumawe, statusnya masih be- lum jelas dan mereka masih dinyatakan sebagai siswa titipan, bukannya sebagai siswa tetap. Hal ini dapat dilihat anak-anak korban tsunami itu belum memi- liki rapor baru dan hanya me- numpang belajar. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseu- mawe Mursyid Yahya melalui Kabag TU Martono Aboe Amar mengaku status siswa titipan korban tsunami itu, sampai kemarin belum jelas dan belum bisa dipastikan keberadaan nasib pendidikannya. Tetapi pengecualian untuk kelas tiga, lanjut Aboe, masih dapat dipertimbangkan status- nya sebab mereka akan mengha- dapi Ujian Akhir Nasional (UAN) Tahun 2005. "Untuk siswa kelas tiga kita usahakan pengadaan nomor induk baru agar bisa KUTACANE (Waspada): Akibat keterbatasan dana dan minimnya pengadaan, sebagian besar SD dan MI di Kabupaten Aceh Tenggara terpaksa meng- gunakan mobiler produk tahun tujuh puluhan yang tak layak pakai lagi. Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Aceh Tenggara Ali Basrah, SPd, MM kepada Waspada Kamis (27/1) menga- takan, di samping masalah kon- disi gedung yang perlu direhab dan minimnya tenaga pengajar yang tersedia, mobiler Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtida- yah (MI) juga merupakan kebu- tuhan yang perlu segera di- penuhi. Korban Tsunami Di Dari 168 Gedung SD dan MI yang ada di Aceh Tenggara, lan- jut Ali Basrah, baru beberapa unit sekolah yang menggunakan mobiler hasil pengadaan tahun 2003 dan 2004. Selebihnya masih memakai kursi, meja siswa dan dewan guru dari pengadaan ta- hun tujuh puluhan yang kondisi- nya tak laik pakai lagi. Akibatnya, satu meja harus digunakan untuk tiga orang sis- wa, itupun dengan kondisi meja dan kursi yang telah ditambal hang mengikuti ujian akhir. Laporan itu sudah kami kirim ke Dinas Pendidikan Provinsi NAD," ujar Aboe. Oleh karena itu, kata Aboe, nasib status siswa kelas tiga ting- kat STLP dan SLTA itu tergan- tung pada keputusan Dinas Pen- didikan dan Kebudayaan Pro- vinsi NAD. "Status mereka juga tergantung pada walinya. Sebab ada anak korban tsunami yang kehilangan orang tuanya kini tinggal bersama familinya. Jadi, terserah bagaimana keinginan mereka," ungkap Aboe yang di- konfirmasi Kamis (27/1) di ruang kerjanya. Menurut Aboe, kendala yang saat ini dihadapi pihak dinas pendidikan adalah sulit menam- pung anak-anak korban tsunami itu dalam kapasitas mobiler yang tidak mencukupi. sulam. Padahal idealnya satu meja dipakai untuk dua orang siswa, namun karena keterba- tasan mobiler, meskipun mem- buat proses belajar- mengajar di sekolah kurang nyaman, hal tersebut terpaksa dilakukan. Disinggung mengenai lokasi sekolah yang mobiler tak laik pakai lagi dan kondisinya sangat memprihatinkan. Kadis Dikjar mengatakan, umumnya sekolah yang demikian berada di daerah terpencil, seperti di Kecamatan Babul Rahmah, Babul Makmur, Badar dan Darul Hasanah. Sele- bihnya meski jumlahnya terbi- lang minim, ada lagi beberapa sekolah di sekitar kawasan per- kotaan yang perlu tambahan mobiler. Proses penerimaan siswa titi- pan itu sendiri diterima dengan cara disisipkan pada mobiler yang ada, tapi sangat mem- pengaruhi konsentrasi kelang sungan belajar mengajar sebab terkesan berdesak-desakan. Lebih lanjut dijelaskan Ali Basrah, untuk tahun 2005 me- mang ada anggaran bagi peng- adaan mobiler yang digabung dengan rehab gedung sekolah untuk 34 unit sekolah dengan dana sebesar Rp 3,2 miliar, di- tambah pengadaan mobiler dari APBD Aceh Tenggara. Tapi bila dibandingkan dengan jumlah sekolah SD dan MI yang menca- pai 168 unit, dana yang dialoka- sikan itu masih terasa sangat Hal serupa juga diakui Kepala SMA I Kota Lhokseuma- Simeulue Enggan Berobat SIMEULUE (Waspada): Ter- bergabung dengan sejumlah ang- sendatnya perolehan informasi gota tim PMI lainnya, kenyataan di masyarakat pedesaan karena memprihatinkan yang dapat umumnya telah kehilangan mengancam jiwa para korban televisi dan radio menyebabkan yang sakit, banyak dia temui di banyak korban gempa-tsunami tempat pengungsian. di Simeulue enggan berobat ke Puskesmas dan rumah sakit. Tiga kasus di antaranya dite- mukan dr. Hanif di Dusun Sibao Desa Kuala Makmur. Umumnya, mereka takut diminta bayaran. Berkaitan dengan temuan di atas, melalui Waspada pihaknya menginformasikan kepada selu- ruh masyarakat korban gempa dan tsunami khususnya di Kabu- gan untuk berobat ke Puskesmas paten Simeulue agar tidak eng- dan rumah sakit. "Korban gempa dan gelom- bang tsunami gratis untuk bero- bat. Mereka tidak diwajibkan untuk membayar uang perawa- tan dan biaya pembelian obat. Setahu saya tidak hanya di sini, bah seluruh pelosok nusan- tara," jelasnya. Pihaknya menambahkan supaya tokoh-tokoh masyarakat di pedesaan memberikan penger- tian pada korban yang sakit agar tidak sampai jatuh korban karena ketidaktahuan. Terima Kasih Di pihak lain tiga keluarga minim karena baru dua sampai empat ruangan yang mobilernya bisa dipenuhi, sisanya terpaksa menunggu giliran beberapa tahun kemudian. 29 JANUARI 2005 SABTU Waspada/Ali Amran SERBA KEKURANGAN: Akibat kekurangan mobiler, satu meja digunakan tiga orang siswa merupakan pemandangan yang lumrah ditemukan di berbagai SD dan MI di Aceh Tenggara. Karena terbatasnya dana, dalam dua puluh tahun terakhir ratusan sekolah di Aceh Tenggara terpaksa menggunakan mobiler tahun tujuh puluhan yang tak layak pakai. Di Aceh Tenggara Mobiler Sekolah Tak Layak Pakai Senada dengan penjelasan Ali Basrah tersebut, Korwasda Dikjar Aceh Tenggara Drs. Us- man Safri membenarkan minim- ler di berbagai sekolah yang ada nya dan parahnya kondisi mobi- di Aceh Tenggara. Dari hasil eva- luasi ke lapangan, masalah mo- biler tampaknya bukan lagi men- jadi keluhan sekolah di daerah terpencil, tapi sudah merambah ke sekolah yang berada di kawa- san perkotaan. Untuk mengatasi permasa- lahan tersebut, kata Usman Safri, diperlukan tambahan dana lagi baik dari Pemprov NAD maupun dari pemerintah pusat, "Akibat terbatasnya mobiler ada sekolah yang harus bergantian memakai kursi antara siswa dan guru, bahkan dengan menggu- nakan meja yang hampir rubuh," ungkap Korwasda Dikjar Aceh Tenggara. Pantauan Waspada, Rabu (26/1) di sekolah SDN Bornut Kecamatan Babussalam, akibat terbatasnya fasilitas yang terse- we melalui ND. Marzuki Umar mengatakan bahwa mereka kesulitan menampung siswa titipan korban tsunami dari Kota Banda Aceh dan Kota Meulaboh. Sampai kemarin, sebut Umar, SMAI telah menampung siswa korban tsunami dalam rincian, 37 kelas I, 25 kelas dua dan 35 siswa kelas tiga. Karena jumlah itu melebihi angka target, Umar menegaskan, SMA I tidak bisa lagi menerima siswa titipan korban tsunami. 9 "Kapasitas tiap lokal dari 40 kini ada bertambah jadi 43 dan 45 siswa. Jadi kita tidak bisa me- nerima atau menampung siswa titipan lagi. Kami hanya mem- bina siswa yang ada dulu," tan- das Umar serius ketika dikon- firmasi Kamis (27/1). - Sejauh ini pihak dinas ter- kait, tambah Aboe, sedang meng- usahakan pengadaan mobiler baru dengan meminta bantuan pemerintah kota atau pusat agar tersebut. Sehingga sekolah yang bisa mengatasi masalah urgen ada masih terus bisa menam- pung siswa titipan korban tsu- nami yang bereksodus ke Kota Lhokseumawe. (cza) korban di Sibao yang telah diberi informasi serta bantuan uang tunai lima ratus ribu rupiah oleh Hanif untuk biaya beli makan korban dan keluarga yang me- nunggu di rumah sakit meng- ucapkan banyak terima kasih. Tak ada imbalan yang dapat kami berikan sama dokter itu (baca:Hanif) selain doa. Semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepadanya. Saya juga berdoa banyak dokter yang ber- sikap seperti dia," jawab Nur- misa anak dari seorang korban yang kerap dipanggil Amakuat, Jumat (27/1).(crm) dia, satu meja harus digunakan oleh tiga orang siswa dengan kondisi yang berdesak-desakan, bahkan meja guru terlihat de- ngan kondisi reot tak laik pakai tanpa kursi. Menurut salah seorang guru setempat, dari enam lokal dan 120 siswa yang ada di SDN Bor- nut, jumlah mobiler yang ter- sedia memang sangat minim dan kondisinya kian memprihatin- kan, bahkan dari enam lokal ter- sebut hampir semua mobilernya tak laik pakai lagi.(cb07) CUTIET BACUT Mangat jeulaih, sigra lake janji nyan! (Supaya jelas, segera tagih janji itu!) 2cm Color Rendition Chart