Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-02-19
Halaman: 04

Konten


B TAJUK RENCANA Berita Yudha SABTU, 19 FEBRUARI 1994 Sengketa Perdagangan Amerika Serikat - Jepang Sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dengan Jepang se- makin menajam minggu ini. Kegagalan pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS Bill Clinton dengan PM Jepang Morihiro Hosokawa pekan lalu menjadi awal timbulnya sengketa tersebut. Pernyataan Presiden Clinton menyusul pertemuan gagal tersebut, bahwa fihaknya menolak untuk menghapuskan kemungkinan perang total dengan Jepang, semakin mempertajam konfrontasi kedua negara. Pemerintah AS bahkan telah melemparkan ultimatum agar dalam tempo 30 hari Jepang mengubah pasar telekomunikasinya bila tidak ingin mendapatkan sanksi-sanksi berat. Di Tokyo dan New York serta-merta terjadi goncangan pada bursa saham, dimana nilai dollar AS terhadap yen dan indeks saham di kedua kota besar itu merosot dengan tajam. Secara pasti pemerintah AS membantah bahwa tidak ada kemungkinan fihaknya melakukan sanksi ekonomi terhadap Jepang. Hal itu telah membuat fihak Jepang men- jadi khawatir juga. Kegagalan perundingan Clinton-Hosokawa oleh fihak Jepang ditimpakan kesalahannya pada fihak perunding AS yang berusaha merampungkan perundingan menjelang pertemuan kedua Kepala Pemerintahan. Para perunding AS itu berusaha memaksakan berbagai sasaran dagang dan menciptakan sejenis kerangka perdagangan. Itu tentu saja dianggap Jepang sebagai hal yang tidak patut ditempuh. Sebagai contoh mengenai perdagangan produk industri mobil. AS dapat menjual lebih banyak mobil sebesar 37.000 buah lagi jika timbul keadaan mandeg dalam hubungan antara kalangan pabrik dan pihak pedagang Jepang. Perkiraan kalangan pengamat ekonomi dunia, bahwa sengketa kedua negara industri raksasa itu memberi dampak meluas pada bidang lain, memang benar. 6 Dalam pada itu fihak AS mengemukakan, bahwa Jepang terus- menerus melanggar perjanjian di bidang komunikasi yang sudah berlaku sejak lima tahun. Perusahaan telpon raksasa AS, Motorola mengeluh bahwa perusahaannya tidak mendapat akses terbuka ke pasaran Jepang. Padahal lima tahun lalu Jepang setuju membuka akses s pemasaran bagi Motorola antara sepertiga sampai separuh pasar telpon Tokyo pada Motorola. Perdagangan AS dengan Jepang meng- alami defisit 60 Milyuar dollar AS. Karenanyaseharusnya perusahaan- perusahaan AS mendapat peluang yang sama di pasaran utama Jepang sebagaimana yang diperoleh perusahaan-perusahaan Jepang di Ame- B rika Serikat. Sekarang ini muncul masalah yang menyangkut kesepakatan Pu- taran Uruguay (Uruguay Round) dari Kesepakatan mengenai Tarip dan Perdagangan (GATT). Sebagai balasan atas ultimatum AS, fihak Jepang balik menuduh bahwa AS mengkhianati Putaran Uruguay. AS telah menarik kembali tawaran pemotongan tarif, yang membuka jalan bagi keberhasilan Putaran Uruguay tersebut pada akhir De- sember 1993 lalu. Meskipun fihak Jepang menyatakan pernyataan itu tidak berkaitan dengan sengketanya dengan AS, tetapi tentu saja bantahan semacam itu sulit untuk bisa diterima. JAMORAM BA24 WIMUMOM ATHANAMUZ Jepang tampaknya berusaha juga untuk mencari jalan memperkecil terjadi perang dagang dengan AS. PM Hosokawa sedang mempertimbangkan langkah sukarela berupa paket empat point guna mencari jalan penyelesaian. Keempat point itu meliputi langkah deregulasi, promosi impor dan investasi asing, kompetisi dan pemerintahan. Dalam pada itu Presiden Clinton sebaliknya malah sedang merencanakan untuk mengaktifkan apa yang disebut sebagai Super 301, yaitu provisi perdagangan yang mengizinkan Presiden menyebut negara yang dinilai tidak fair dalam berdagang dan menuntut negara bersangkutan melakukan perbaikan pada sektor-sektor tertentu dengan batas waktu yang pasti dengan dukungan ancaman sanksi dagang AS. Bagaimanapun juga sengketa dagang AS dengan Jepang pasti mem- berikan dampak terhadap perdagangan internasional dan situasi eko- nomi dunia. Kedua negara industri besar ini telah menguasai dan mempengaruhi perekonomian dunia, sehingga apapun yang menimpa kedua negara akan memberi dampak pada dunia. Bila terjadi sanksi ekonomi AS terhadap Jepang, maka bisa dipastikan bukan hanya Jepang yang mengalami pukulan. Juga AS sendiri akan merasakan pukulan itu. Semua fihak diluar AS dan Jepang tentu sekarang ini sedang mengikuti secara seksama perkembangan yang terjadi.*** Pojok Yudha. PETASAN Perdagangan petasan di wilayah Kabupaten Bogor dilarang,kata berita. *** Yang berwajib seyogyanya memburu ke pusat pembuatannya. Jangan tunggu jatuhnya korban! BOSNIA Kabarnya pihak Serbia sudah menarik mundur pasukan beserta senjata beratnya dari Bosnia-Herzegovina. ***Lebih baik begitu daripada menyebar maut. Mudah-mudahan bukan mundur sekedar taktik untuk maju! TIKUS "Tikus-tikus" besar maupun kecil di Bapindo harus disikat, kata berita. ***Tidak hanya di Bapindo, di mana ada "tikus" yang menggerogoti uang rakyat harus disikat! 量 Tirana ANALISA/KOMENTAR Relevansi LSM Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Dari angka-angka perban- dingan tersebut di atas kita tahu bahwa perbandingan antara Puskesmas dengan LSM yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan langsung kepada ma- syarakat, adalah dua berbanding satu. Peranan LSM menjadi se- makin penting karena kepelopo- konsep pelayanan, khususnya rannya dalam pengembangan pelayan kesehatan yang berori- entasi pada masyarakat miskin. banyak program kesehatan pemerintah yang dikklaim se- bagai adopsi program-program LSM (Wijayanta, 1991) seperti: Beberapa saat setelah diben- tuknya Kabinet Pembangunan VI, masalah kemiskinan dan upaya penanganannya, menjadi suatu topik hangat yang selalu dibicarakan di berbagai forum. Hal ini terjadi karena adanya tekad politik dari pemerintah untuk menangani kemiskinan secara lebih intensif. Tulisan ini mencoba untuk mengungkap potensi LSM dan relevansinya dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Tinjauaan Historis Lembaga Swadaya Masya- rakat merupakan terjemahan kreatif dari Non Governmental Organization (NGO), yaitu ter- minologi PBB yang dipergu- nakan untuk membahas "organi- sasi organisasi kemasyarakat- an". Mulanya NGO diterjemah- kan secara langsung sebagai "Organisasi Non Pemerintah (ORŇOP)". Dalam arti yang sangat umum ini, ORNOP men- yangkut semua organisasi ma- syarakat yang berada di luar struktur dan jalur pemerintahan, dan tidak dibentuk atau meru- pakan bagian dari birokrasi pemerintahan (Hadad, 1983; 11- 12) Cakupan pengertian ORNOP tersebut di atas sangat luas, se- hingga sering membingungkan dan mengaburkan pengertian organisasi atau kelompok ma- syarakat yang semata mata bergerak dalam rangka pemba- ngunan sosial ekonomi masya- rakat tingkat bawah. Sejalan dengan ini Mangun Pranoto (1981) yang tidak setuju dengan penggunaan istilah ORNOP, lebih senang menggunakan is- tilah Lembaga Pembina Swada- ya Masyarakat (LPSM), karena pengertian bukan hanya sebuah organisasi melainkan lebih men- cerminkan gerakan kemanusiaan yang membina swadaya masya- rakat dengan pola dasar "mem- bangun sumberdaya manusia' Selanjutnya untuk menghindari pengertian yang terlalu luas dan bisa membingungkan itu, sejak tahun 1978 organisasi organi- sasi kemasyarakatan yang ber- gerak dalam pembangunan sosial ekonomi, khususnya dalam pe- ngembangan masyarakat pede- saan di Indonesia, mereka tidak lagi menggunakan istilah OR- NOP melainkan menerapkan istilah LSM LPSM yang dianggap lebih sesuai dengan citra dan corak kegiatan mereka yang sebenarnya (Hadad, 1983: 13). Kemudian dalam seminar nasional tentang peranan organi- sasi organisasi tersebut (LPSM) dalam pembangunan dan pe- ngembangan masyarakat yang diselenggarakan oleh Sekretariat Bina Desa dan Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) pada bulan Oktober 1981, istilah OR- NOP secara resmi diganti men- jadi Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM). Sedang Lembaga Swadaya Ma- syarakat (LSM) diartikan se- bagai kelompok sasaran LPSM atau sasaran pembinaan OR- NOP. Sementara itu di tahun 1982, dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH), istilah LSM diartikan sebagai lembaga swadaya yang bergerak dalam hal hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Lem- baga Swadaya Masyarakat adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginan sendiri, di tengah masyarakat, dan berminat serta bergerak dalam bidang ling- kungan hidup (UULH, pasal 19). Sejak saat itu batas batas antara LSM dan LPSM menjadi kabur, dan bahkan pengertian LSM dan LPSM cenderung disamakan. Kekacauan ini semakin nyata dengan munculnya istilah Kelompok Swadaya Masya- rakat (KSM), yaitu kelompok masyarakat akar rumput yang menjadi sasaran garap LSM. Dalam perkembangan yang kemudian terjadi istilah LSM dan LPSM kemudian sering disatukan dan disamakan pe- ngertiannya menjadi LSM (Sa- sono, 1989: 11) Di tahun 1990, dengan dike- luarkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990 tentang Pembinaan Lem- baga Swadaya Masyarakat, se- cara resmi istilah Lembaga Swadaya Masyarakat dipakai untuk menggambarkan organi- sasi atau lembaga swadaya, baik dalam pengertian LSM maupun LPSM. Pengertian selengkapnya tentang Lembaga Swadaya Ma- syarakat (INMENDAGRI No. 8/1990) adalah organisasi Lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga ne- gara Republik Indonesia secara sukarela atas kehendak sendiri dan berminat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lem- baga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya me- ningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengab- dian secara swadaya. cam pula. Sejalan dengan ini, Billah dan Nusantara (1988:17) mengemukakan bahwa LSM- LSM di Indonesia berkembang sejajar dan sebagai tanggapan terhadap tahapan pembangunan, artinya "bentuk" LSM sedikit banyak dipengaruhi oleh "ben- tuk" pembangunan itu sendiri. Dalam hal ini dibedakan adanya empat tipe LSM, yaitu : 1. Organisasi primordial gras- sroots. LSM jenis ini mengacu ke- pada kepentingan kelompok kecil (miskin); dan dilandasi kepentingan bersama (afiliasi keagamaan atau kekerabatan dekat); serta merupakan organi- sasi rakyat dengan struktur or- ganisasi yang longgar, berukur- an kecil, bersifat lokal, terpen- car, kurang terorganisasi, dan mengacu pada kelangsungan hidupnya. Rasa kebersamaan dikalangan anggota bersifat mekanistik dengan sifat kepe- mimpinan yang tradisional. 2. Organisasi amal. LSM jenis ini kebanyakan dibentuk untuk tujuan mengum- pulkan dana dari masyarakat untuk kemudian disumbangkan untuk menolong kaum miskin, penyandang cacad. Strategi ke- giatannya langsung menangani kasus kasus seperti kekurangan pangan, kemiskinan dan kela- paran. Dibandingkan dengan organisasi primordial, LSM jenis organisasi amal jauh lebih besar, lebih berstruktur dan lebih beragam kegiatannya. Keanggo- taan dan kepemimpinan meru- pakan campuran antara rasa kebersamaan anggota yang lebih terorganisasi dan mekanistik, serta kepemimpinan bergaya tradisional yang penuh kharisma dan bersifat formal. 3. Organisasi pembangunan setempat. LSM jenis ini biasanya dike- lola oleh kelas menengah, mene- kankan program program ter- padu berskala kecil (bukan sektoral) melalui berbagai pra- karsa di bidang kesehatan, pertanian, industri kecil, dan teknologi tepat guna. Strategi kegiatannya dilandasi upaya untuk memajukan kemandirian dan keswadayaan masyarakat. 4. Organisasi kemasyarakatan berorientasi perubahan struktur. LSM jenis ini hampir mirip dengan organisasi pembangunan setempat. Perbedaannya terletak pada tujuannya. Tujuan jangka pendek organisasi ini adalah menciptakan perubahan struk- tural dan kelembagaan di bidang ekonomi, politik dan sosial. Sementara itu, David C. Korten (1987) mengemukakan adanya berbagai jenis orientasi LSM, dan sesuai dengan jenis orientasinya, LSM dapat dibeda- kan menjadi beberapa generasi, yaitu: LSM generasi pertama, LSM generasi kedua, LSM generasi ketiga dan LSM ge- nerasi keempat. LSM generasi pertama meru- pakan lembaga sukarela untuk memberi bantuan dan santunan sosial, serta menjamin penyam- paian jasa jasa pokok bagi ma- syarakat kelompok miskin. Oleh karena itu LSM generasi per- tama ini banyak dikritik sebagai lembaga penyantunan yang tidak memikirkan kemandirian ma- syarakat miskin. Kritik ini selanjutnya melahirkan LSM generasi kedua yang bertujuan memperkuat keswadayaan lokal agar tidak terjadi ketergan- tungan. Semboyan mereka ada- lah memberi kail, bukan seke- dar ikan" (Mahasin, 1989: 10) Pada gilirannya LSM generasi kedua juga menerima banyak kritik. Adi Sasono (1989: 12) mengkritik proyek proyek yang dilaksanakan LSM generasi kedua sebagai proyek yang tersebar dan terserak tanpa kaitan vertikal maupun horizon- tal, juga dipertanyakan dimensi politiknya yang dikhawatirkan Redaksi Yth, Untuk meluruskan berita yang dimuat pada Harian Berita Yudha tangggal 8 Februai 1994 yang berjudul: Pengusaha Bong- kar Besi Bekas Menjerit, de- ini perlu kami jelaskan sebagai berikut: ngan 1.Rencana kerjasama dengan PT Jasindo tidak akan menyam- pingkan kerjasama yang telah terbina selama ini dengan PT Duta Bandar Purnadharma (DP- Saya mulai membaca Harian Berita Yudha, sejak koran ini ditunjuk sebagai koran untuk desa (SKUD) untuk desa-desa di Sumatera Utara yang pengi- rimannya lewat Jupen kecamat- an setempat. Kala itu sebagai istri seorang pengurus LKMD, secara rutin saya bisa mengikuti harian ini. Sampai sekarang inipun saya terus mengikutinya berkat suami saya berlangganan dengan harian BERITA YU- DHA. Terus terang, dalam usianya yang ke 28 tahun, akhir-akhir Tipologi LSM ini wajah saya akui makin Pengertian LSM tersebut di meningkat dan penyajiannya di- atas sangat umum sifatnya ka- rasakan makin menarik dan ha- rena LSM memang memiliki ngat. Apalagi untuk terbitan hari berbagai corak kegiatan yang Sabtu, adanya kolom "Humor sangat bermacam macam, Sabtu" yang ditulis Oce Sudioto disamping corak dan jenis LSM SH benar-benar menyegarkan. yang memang bermacam ma- Saya mohon agar gaya seperti Oleh: Drs.Ratmanto justru akan memberikan "kesa- daran palsu" pada masyarakat bawah tentang hakekat sebab musabab dari kemiskinan yang memerangkapnya. Oleh karena itu, para pemikir LSM generasi ketiga mengaju- kan tesis tentang elemen pokok dari gerakan swadaya, yang berintikan upaya 'membangun posisi tawar kolektif dari ma- syarakat bawah'. Tugas para aktivitas LSM generasi III adalah untuk membantu yang lemah. Di satu pihak mereka berperan sebagai 'pembantu teknis' dan di pihak lain sebagai 'katalis' untuk menggalang sumberdaya finansial maupun keahlian teknis yang dibutuhkan kaum miskin untuk perubahan nasibnya. Pada generasi III ini, perhatian khusus diberikan ke- pada kebijaksanaan dan kerang- ka kelembagaan pembangunan. Orientasinya pada perjuangan perubahan kebijaksanaan dan kelembagaan guna menunjang inisiatif serta kontrol lokal. Untuk lebih jelasnya, karakte- ristik LSM generasi I, II, dan III kami sajikan dalam tabel 1. Se- mentara itu pada tahun 1988 David C. Korten mengetengah- kan konsep tentang LSM gene- rasi IV yang menjadi fasilitator gerakan kemasyarakatan. Secara ringkas, LSM generasi keempat adalah organisasi yang mengar- tikulasikan gagasan yang ber- gerak dalam sanubari orang ba- nyak, atau dengan kata lain, suatu gagasan yang waktunya sudah tepat (Korten, 1988:64) Korten mengemukakan bah- wa contoh awal yang baik dari gerakan kemasyarakatan adalah James Yen (pelopor gerakan rekonstruksi pedesaan di Asia) di Cina tahun 1930-an, yang mengembangkan suatu metode untuk melawan kebutahurufan masyarakat dengan memper- kenalkan sistem karakter yang lebih sederhana. Demikian efektif Yen meng- komunikasikan gagasannya, se- hingga suatu gerakan yang mem- perjuangkan kebebasan dari kebutahurufan secara spontan segera berkembang. Dalam mendorong perluasan gerakan ini, tidak ada anggaran atau or- ganisasi yang tersentralisasi. HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH D tahun 1989, Philip Eldridge mengemukakan tentang adanya tiga jenis pendekatan atau model yang bisa dilakukan oleh LSM dalam hal menjalin hubungan dengan pemerintah. Adapun ketiga model tersebut adalah (Eldridge, 1989: 40-45) sebagai berikut : 1. Kerjasama tingkat tinggi: pembangunan akarrumput. Da- lam pendekatan ini ditekankan pentingnya dengan menyusup- kan pengaruh terhadap rancang- an atau implementasi program tersebut sehingga bergerak ke arah yang lebih partisipatoris. Disini LSM tidak tertarik untuk merambah ke dalam proses politik, mereka membatasi diri pada upaya untuk mempenga- ruhi kebijakan melalui badan- badan pemerintah yang secara langsung berkepentingan. LSM model ini umumnya berangkat dari kelompok-kelompok kecil model ini umumnya berangkat dri kelompok-kelompok kecil berorientasi lokal yang perkem- bangannya menjadi organisasi besar cenderung tercipta secara kebetulan dan tanpa terencana. 2. Politik tingkat tinggi: mobilisasi akarrumput. Disini LSM tidak melibatkan diri da- lam program-program pemba- ngunan pemerintah, walaupun sebagian menjalankan penelitian atas nama pemerintah. Mereka berperan sebagai pembela BERITA YUDHA - SABTU, 19 FEBRUARI 1994 HALAMAN IV B) yang telah ditunjuk selaku mitra usaha pelaksana kegiatan bongkar muat besi bekas 2. Perluasan kerjasama de- ngan PT Jasindo disamping PT DBP dimaksudkan untuk meng- op-timalkan pelayanan bongkar muat besi bekas, khususnya di Pelabuhan Tanjung Priok. rakyat, baik dalam mengupa- yakan perlindungan dan ruang gerak bagi mobilisasi lokal, maupun pada saat bereaksi ter- hadap issue-issue kebijaksanaan yang berkaitan dengan wilayah perhatian mereka. Mereka juga memiliki hubungan baik kalau tidak bisa disebut pengaruh de- ngan jaringan militer dan birokrasi, serta memantau se- cara seksama perkembangan politik di Jakarta. 3. Penguatan akarrumput. Fokus kegiatan model ini lebih berada di tingkat lokal daripada nasional. Konsep mobilisasinya lebih menekankan peningkatan kesadaran akan hak daripada upaya mengubah kebi- jaksanaan. Disini perubahan sosial dan politik kurang ber- gantung pada 'persuasi dan perubahan kebijaksanaan oleh pemerintah, tapi lebih bergan- tung pada hadírnya kelompok- kelompok mandiri dengan keya- kinan pada suatu saat kelompok- kelompok ini akan melahirkan gerakan kemasyarakatan yang kuat. Mereka memiliki orientasi yang lebih konsisten untuk memperkuat kelompok-kelom- pok mandiri tersebut sambil meminimalkan peran penengah mereka. Melihat perkembangan hari- an BY sekarang ini, sebenarnya saya berharap sekali, agar harian ini dapat ditunjuk kembali seba- gai jatah SKUD untuk desa-de- sa di Sumatera Utara seperti ta- hun-tahun yang silam. Saya yakin, warga desa di Sumut ma- sih merindukan "kopral Be-Ye" yang masih terus menggelitik dengan gaya humor. Satu hal yang ingin saya sa- rankan, bagaimana kalau BY itu setiap harinya untui halaman depan dan belakang dicetak warna seperti terbitan hari Sab POTENSI DAN PERANAN LSM Secara kuantitatif, potensi dan peranan LSM dalam upaya pengentasan kemiskinan dapa ditinjau dari jumlah LSM yang dari tahun ke tahun selalu ber- kembang. Dengan demikian be- sarnya jumlah LSM menunjuk- kan betapa pentingnya peranan LSM ditinjau dari sudut kuan- titas. Sedangkan bila ditinjau dari sudut kualitas, pentingnya peranan LSM dapat kita lihat dari kiprah mereka dalam pem- bangunan. Misalnya dalam pro- yek-proyek yang dibiayai oleh Bank Dunia, Proyek-proyek ter- sebut sudah melibatkan LSM dalam pelaksanaannya. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa saat ini ada tiga kelompok besar yang penting di Indone- sia, yaitu Pemerintah dengan birokrasinya, Partai-partai Poli- tik, dan Lembaga Swadaya Ma- syarakat atau Lembaga Pengem- bangan Swadaya Masyarakat. Sekedar untuk memberikan ilustrasi tentang kontribusi LSM, berikut ini kami sajikan data perbandingan pelayanan kese- hatan yang diberikan oleh Peme- rintah dan yang diberikan oleh LSM. sampai dengan akhir ta- hun 1990, di Indonesia tercatat adanya 5631 Puskesmas; 14850 Puskesmas Pembantu; 3867 Puskesmas keliling roda empat; dan 546 buah Puskesmas Keli- ling perahu motor (wijayanta, 1991). Pada tahun yang sama UNICEF mencatat, bahwa di Indonesia terdapat 3000 LSM yang mempunyai kemampuan motivasional, penunjang teknis dan pelayanan kesehatan lang- sung kepada masyarakat. UNI- CEF juga menyampaikan bahwa sampai dengan tahun 1989 UNICEF telah membina LSM- LSM keagamaan yang telah melaksanakan immunisasi. Sambung Rasa Penjelasan PT. Pelabuhan II 4. MOU yang ditandatangani baru mencakup aspek penyusu- nan studi kelayakan bersama dan tidak akan menjadi ancaman bagi keberadaan PTDBP. ma- lahan akan dapat memberikan 3. Sebelum penandatanganan nilai tambah bagi semua pi- MOU dimaksud, telah diadakan hak yang berkepentingan. koordinasi dan pembicaraan awal dengan pihak PT DBP bersama PT Jasindo. 1. Program Puskesmas lahir atas dasar uji coba suatu LSM di Banjarnegara. Salut BY Makin Menarik ini terus dipertahankan BY, tu 22 Januari 1994. Saya yakin saya yakin pak Oce Sudioto dan deh, bila hal ini ditempuh, pasti redaktur lain di BYmasih punya harian BY tidak kalah dengan segudang cerita humor yang harian lain seperti Kompas dan intelek terutama di kalangan sebagainya. Mengenai naiknya elite. ongkos percetakan, saya yakin masih bisa ditutupi dari biaya iklan sehingga tidak mengganggu harga eceran yang telah dite- tapkan. Demikian juga untuk Yudha Minggu, jika dicetak terbit dengan 12 halaman se- perti harian, tentu akan lebih menarik. Mengenai rubrik tambahan untuk Yudha Minggu saya yakin om daktur lebih pakar dalam masalah ini. 2. Program Kader Kesehatan Desa (KKD) dipelopori oleh sebuah LSM di Jawa Tengah. 3. Program dana sehat dipelo- pori oleh sebuah LSM di Solo. Oke deh Kopral Be Ye, se- moga kamu makin berjaya da- lam menerobos pangsa pasar, dan selamat untuk Pak Oce Sudioto SH, semoga terus aktif dalam mengggali pengalaman- Sejumlah studi juga sampai pada kesimpulan bahwa LSM memiliki kemampuan-kemam- puan tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain (Peme- rintah).Hyden menyatakan bah- wa dibandingkan dengan organi- sasi-organisasi lain, LSM mem- punyai banyak keunggulan, yaitu : 1. LSM dekat dengan kaum miskin dan mempunyai organi- sasi terbuka yang memudahkan penyaluran informasi ke atas. 2. LSM mempunyai staff yang motivasinya tinggi. 3. LSM da- pat beroperasi secara lebih eko- nomis dan bebas dari polusi. 4. LSM cukup kecil, terdesen- tralisasi, luwes dan mampu menangkap umpan balik dari proyek yang ditanganinya. 5. LSM lebih independen. Sementara itu Sommer (1977 ) dan Coombs (1981) juga menyatakan bahw dibandingkan dengan organisasi Pemerintah, LSM memiliki banyak keung- gulan dalam hal : 1. Karena skalanya yang kecil dan pendekatannya yang lebih menekankan proses daripada hasil, LSM lebih mampu men- jangkau lapisan penduduk miskin. 2. Lebih mampu melibatkan partisipasi lapisan penduduk miskin di dalam proses pengam- bilan keputusan. Apa yang anda cari dari sebuah koran I Berita Yudha 3. Tekanannya yang lebih me- mentingkan proses daripada hasil hasil pembangunan juga lebih memungkinkan lapisan penduduk miskin belajar mem- peroleh kemampuan mengenda- likan kehidupan mereka sendiri. 4. Disebabkan oleh skalanya yang kecil dan tidak menjadi bagian dari birokrasi Peme- rintah, mereka pada umumnya lebih fleksibel dan ekspe- rimental. 5. Lebih mampu menyalurkan sumberdaya yang tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah. Bacalah dan pasanglah iklan di HARIAN UMUM BERITA YUDHA dan YUDHA MINGGU SPORT & FILM yang tersebar di seluruh Indonesia Hubungilah Bagian Iklan Bagian Sirkulasi Jalan Taman Tanah Abang III/No 23 Jak-Pus 10160 Telp. 3457338, 3452158. 3853759 Telex 47174 Yudha ia 6. Lebih mampu bekerja de- ngan lembaga-lembaga lokal. 7. Leibh mampu mencapai sasaran dengan biaya yang leibh murah. atau pada perwakilan-perwakilan dan penyalur-penyalur BERITA YUDHA di daerah Sedangkan menurut Zulkar- naen dan Sambodo (1989: 8-9), peran LSM sebagai pengembang keswadayaan masyarakat adalah sebagi berikut: 1. Sebagai pelaku pemba- ngunan. memberikannya buat anda 5. Demikian penjelasan ini kami sampaikan untuk melurus- kan informasi yang keliru, dan terima kasih atas dimuatnya surat kami ini dalam rubrik Surat Pem- baca pada kesempatan pertama penerbitan berikutnya. DIREKSI PT(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA II DIREKTUR UTAMA A. HARBANI NIP. 120031295 nya yang lucu dari kalangan elite. Kepada segenap pengasuh Yayasan Parikesit, Pemimpin Redaksi, Staf Redaksi dan ang- gota redaksi baik yang mangkal di Jl. Taman Tanah Abang mau- pun JI.MT Haryono, saya ucapkan DIRGAHAYU Hari Jadi Berita Yudha tanggal 9 FEBRUARI 1994. Semoga da- lam memasuki usianya yang ke 29 tahun, BY semakin menarik dan menggiurkan, serta konsis- ten dengan motonya "Memper- tinggi Ketahanan dan Perjuang- an Nasional Indonesia". Terima kasih atas pemuatan surat pembaca ini.*** Dari: SUDARSIH Jl. Bandar Rejo Dusun XI Desa Bandar Senembbah Kec. Binjai Barat KODYA BINJAI 20719 Disini LSM melaksanakan kegiatan yang tidak digarap atau belum masuk dalam program pemeritnah. Peran ini sifatnya komplementer, yang berarti mengisi ke- kosongan yang ada dan kreatif menciptakan peluang 2. Sebagai pendukung pemba- Dalam peran ini LSM mem- berikan dukungan, menunjang ngunan. atau melaksanakan program yang telah diprogramkan oleh pemerintah. Dalam era yang demikian kemungkinan besar LSM bisa terkooptasi menjadi bagian dari birokrasi, yang tidak mustahil menjelma menjadi se kedar perpanjangan tangap pemerintah. 3. Sebagai penghubung pem- bangunan. Disini LSM tampil menghu- bungkan masyarakat dengan pemerintah, dalam hal ini, jika pembangunan tidak menjangkau mereka dan suaranya tidak bergema ke atas LSM secara aktif menjaring aspirasi masya- rakat bawah guna disampaikan kepada pemerintah. Tidak hanya menyangkut kebutuhan mereka, tetapi juga aspirasi tentang ber- bagai dampak pembangunan atas mereka. LSM menjadi mitra kerja yang efektif dalam me ningkatkan kesejahteraan dan memecahkan masalah kemis- kinan yang melilit masyarakat bawah. KESIMPULAN Sebagai lembaga yang peduli dan banyak terlibat dengan upa- ya penanganan kemiskinan, se mangat dan komitmen LSM ter- hadap persoalan kemiskinar tidak perlu disangsikan lagi. Ber bagai studi atau penelitian yang dilakukan juga sampai pad: kesimpulan bahwa LSM me mang memiliki potensi untul menangani kemiskinan. Dengan demikian sudah sepantasnya lal kalau kita memberikan kepad LSM peranan yang lebih banyal lagi dalam upaya pengentasai kemiskinan. Akan tetapi, sampa saat ini LSM belum dapat mem berikan kontribusi secara mak simal. Hal ini terjadi karena Pemerintah masih bersikap ragu- ragu. Di satu sisi pemerintal ingin menjalin kerjasama yang lebih erat dengan LSM. In terjadi karena adanya tekanar dari luar yaitu lembaga dono atau pemberi dana. Juga karens semakin terbatasnya sumber daya yang dimiliki Pemerintah Sedangkan di sisi yang lainnya, Pemerintah ingin membatasi ruang gerak LSM. Ini terjadi karena program-program Peme- rintah dan program-program LSM sering berbenturan.Di sisi ini LSM dianggap sebagai saingan dan kadang secara politis dianggap sebagai oposisi. REFERENSI Billah, M.M. Dan Abdul Hakim G.Nusantara 1988 "Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia: Per- kembangan dan Prospeknya". Prisma, IV: 15-22. Eldridge, Philip 1983 "LSM dan Negara". Prisma, VII: 33-55. Hyden, Goran 1983 No Shortcuts to Progress. Barkeley, California, University of California Press Korten, David C. dan Rudi Klaus (editor) 1984 People Centered De- velopment. West Hartford, Kumarian Press. Korten, David C. 1988 "LSM Generasi Keempat: Fasilitator Gerakan Kemasyarakatan". Prisma, IV: 62-66. Mahasin, Aswab 1989 "Ngos and Political Al- ternatives: Awaiting Surprises". Background paper untuk Semi- nar Dies Pembangunan Masya- rakat Desa yang Berorientasi Kerakyatan antara dan realitas. FISIPOL UGM Yog- yakarta, tanggal 16 September. 1989a "Pola Gerakan Ping- giran", Prisma. VII: 3-11. Mangunpranoto, Sarino 1981 "Hubungan Antara Ornop/LPSM dengan Masya- rakat, Ornop/LPSM lain, Peme rintah dan Lembaga Pemberi Bantuan". Makalah disampai- kan pada Seminar Peranan LPSM Dalam Pembangunan, dan Pengembangan Masyara- kat, Bina Desa YTKI, Jakarta, Oktober. Sasono, Adi 1989 "Pembangunan Kerak- yatan: Pokok Permasalahan dan Pilihan Kebijakan". Makalah disampaikan pada Seminar Dies Pembangunan Masyarakat Desa yang Berorientasi Kerakyatan Antara Mitos dan Realita, FISIPOL UGM, Yogyakarta, tanggal 16 September. - Instruksi MENDAGRI Nomor 8 Tahun 1990 tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.