Tipe: Koran
Tanggal: 1994-02-19
Halaman: 12
Konten
ANGGOTA REDAKSI Djoko Susanto, Jasidi Iskandar, Nardi Sahib, Harkam Effendi, Bob Silitonga, Nurmimy Tjunty Velley's, Taty Permadi, Diding Kussuwardjo, H.Azwir Tanjung, Gusnadi S, Cosmas Sumono, Tri Atmadi, H. Tri Mulya, Oce SudiotoSH, Munadjat Cader, Sumardi, H. Sugiyanto, H.M.Mangoul. BERITA YUDHA - SABTU, 19 PEBRUARI 1994 Resepsi perkawinan adat Aceh, putera keluarga Dubes RI, Hassan Alaydrus, Aries Yusuf Hassan dengan Pia Syafira Joesoef, tanggal 27 Januari 1994 di gedung Budaya Nusantara KBRI Islamabad, Pakistan. Tahun 1993 yang baru lalu telah dikumandangkan sebagai Tahun Internasional untuk Suku-suku Bangsa Asli (International Year of the World's Indigenous People). Namun, betapapun kelompok masyarakat yang kian menipis jumlahnya ini diperhatikan melalui pencanangan tahun khusus tersebut, ternyata kita menyaksikan suatu kenyataan yang amat pedih. Cukup gamblang kelihatan bahwa daya tahan internal me- reka semakin lemah, sifat mu- dah terlukanya (secara fisik, kultural, dan mental psikologis) kian meningkat pula. Problem ini sebenarnya mesti dipandang dengan serius, karena eksistensi mereka layak dan harus dihormati, dijamin dan ditopang secara manusiawi. Asing di Negeri Sendiri Bila kita memiliki nuran. yang masih cukup bening, nis- caya kita yang cenderung mengklaim diri "modern" ini - lebih peka dan mendalam memahami penderitaan sesama suku-suku bangsa asli, yang dari ke hari kian menyusut dalam jumlah dan spirit hidupnya (spirit of survival). Mereka kini hidup dalam situasi yang penuh dengan kege- lisahan, kecemasan, ketakutan dan perasaan tidak menentu. Betapa tidak! Tanah nenek mo- yang mereka yang selalu di- banggakan, dicintai dan dihor- mati, dengan begitu mudah dan seringkali kasar direnggut tanpa mereka kehendaki. Para pendatang dan orang-orang "modern" (yang kerapkali ma- - lah lebih biadab dari suku pri- mitif!) merampas bumi pertiwi mereka, sementara mereka sen- diri diperlakukan sebagai rum- pun manusia "aneh" yang tidak memiliki hak-hak, peradaban, sistem nilai dan citarasa kema- nusiaan yang sama. Dosa Manusia Modern: Punahnya Suku-Suku Asli TV Swasta Saat Ini Paling Tidak Memudarkan TVRI Nilai pengorbanan atau lebih tepat perampasan tanah air me- reka, bukannya ditimpali de- ngan perilaku yang positif dan pengakuan yang sehat akan martabat mereka. Melainkan justru dikobarkan lagi oleh tin- dakan-tindakan sadis yang tidak terkendali, penuh nafsu membu- nuh, sarat dengan banjir darah, yang merupakan akibat keji per- buatan semena-mena dari ma- nusia-manusia yang mengang- gap dirinya "lebih baik", "lebih beradab", "lebih beragama", dan segala sifat "lebih" lainnya. Padahal betapa ironis dan semunya segala "kelebihan" itu... Bukankah mereka menggu- gurkan atribut "beradab" yang disandangnya, tatkala dengan penuh angkara jahat mengejar- ngejar suku bangsa asli dan membasminya, seolah mereka tidak lebih dari tingkatan hama wereng? Bukankah mereka Tipu Sultan" 21.00 Dunia Dalam Berita Stasiun 21.30 Pengajian Bulan Ramadhan PUSAT 21.40 Feature "Masjid-masjid Ber- sejarah di Indonesia JAKARTA 21.55 Aneka Ria Safari 23.00 Berita Terakhir 23.10 Film Cerita Akhir Pekan TRI SABTU, 19 FEBRUARI 1994 14.00 Olahraga: "Sumo" 15.30 Film Seri Unsolved Myste- ries 18.15 Siaran Pedesaan 18.30 Dian Rana 16.30 Drama Remaja "Yang Ter- gugah" 17.00 Berita Nusantara 17.30 Film "Abdurrahman Al Gha- fiqi" 18.00 Negeri Tercinta Nusantara "Kalimantan Tengah" SMA DI BATAS ISOLASI BUDAYA: Seorang gembala dari suku Taureg bersama anak-anaknya di Mali Utara. (gambar kiri) dan masih seperti dulu (gambar kanan) Pemuda suku Yanomani menjalani ritus melukis tubuh di Brasilia. (Foto: Ist). Berita Yudha menyangkal sendiri nilai kema- nusiaan yang dibangga-bang- gakannya, ketika tanpa rasa ber- salah dan perasaan menyesal - apalagi cinta-mereka menyem- belih orang-orang asli, suku In- dian di Amerika misalnya? Lalu, di manakah kualitas kebu- dayaan mereka yang diklaim modern dan "civilized' itu, sementara mereka menindas dan terus menekan kehidupan suku-suku bangsa asli, yang se- benarnya telah amat rapuh, tak berdaya lagi sedikitpun...? SABTU, 19 FEBRUARI 1994 05.30 Kuliah Subuh: "Hal Ikhwal" 06.00 Selamat Pagi Indonesia 06.45 Bisnis Hari Ini 07.00 Berita Pagi 07.30 FK. Thunder Birds 19.00 Berita Nasonal 19.30 Film Komedi "Anything For 08.00 Pendidikan SMPT "Personal Laugh" Needs" 08.30 Pendidikan SMTA "It's Up 20.00 Film Seri "The Sword Of Kontradiksi Irasional Itulah kontradiksi besar yang musykil diterima dan dipahami secara rasional, apalagi dila- kukan oleh orang-orang mo- dern yang mengaku beradab. Kita memaksakan cara dan gaya hidup yang sedang kita nikmati kepada mereka yang secara kultural, politis, ekonomis dan - apalagi - teknologis, samase- kali belum siap beradaptasi. De- ngan itu, sebenarnya bangsa- bangsa modern secara diam-di- am dan tanpa disadari (mungkin juga disadari) membunuh mere- ka secara perlahan tapi pasti. Mungkin sukar dipastikan, berapa jumlah warga suku-suku bangsa asli, namun dapat diper- kirakan sekitar 300 juta di 70 negara. Lembaga Amnesti In- ternasional menyatakan, mere- ka ini termasuk di antara "kor- ban-korban pemerkosaan hak- hak azasi manusia yang paling tidak berdaya, tak sanggup mempertahankan diri." To You" 09.00 Kosa Budaya Wayang Dita- ngan Dalang 09.30 Parameda SMAN Pacis Regina 10.00 Sinetron: Satu Kuharap Dua Kudapat 11.00 Film Seri Chanakya (9) 12.00 Bahasa Perancis 12.30 Siaran Ulang Pendidikan SLTP 13.00 Siaran Ulang Pendidikan SLTA 16.00 Ketrampilan/Ilmu Pengeta- huan: Olahraga Hight Light 4 16.30 Dunia Anak Jalan Kita 17.00 Puspa Ragam Lawak 17.30 Sepekan FS Jamaluddin Afghani Al 18.00 Adzan Maghrib/Lazuardi Imani 18.30 Serbaneka 19.00 Berita Malam TVRI 19.30 Kuis Insan Cita Terutama di negeri-negen yang mengalami permasalahan akut dalam kehidupan ekono- mis, mereka lebih sering men- jadi dan "lebih suka dijadikan" korban oleh para penguasa. Ma- syarakat asli memang kerapkali dalam sejarah dijadikan tumbal serta dianggap sebagai "korban yang perlu ada" dalam proses pembangunan ekonomi, khu- susnya dalam aktus/tindakan eksploatasi sumber daya alam dan manusia. Sebagai contoh, perilaku dan tindakan rasialis bangsa Barat terhadap bangsa Indian di Ame- rika. Pada abad ke-19, bangsa Barat malah disemangati oleh slogan kotor: "Orang Indian yang baik hanyalah yang telah mati!" Bangsa Indian diper- lakukan sebagai objek penindas- an dan penganiayaan politis dan kultural; mereka dipaksa men- jalani gaya hidup yang mereka tidak inginkan. Begitu kata Dr. David Maybury-Lewis, profe- sor anthropologi di Universitas Harvard AS, yang mendirikan lembaga "Cultural Survival, sebuah kelompok advokasi hak- hak suku bangsa asli yang berbasis di Cambridge, Mass. AS. Tindakan brutal terhadap ma- syarakat asli juga berlangsung di Brasilia. Orang-orang Indian terdesak dan akhirnya hengkang dari tanah mereka yang sentosa, akibat ulah orang-orang penda- tang yang membuka "ranch- ranch" (tanah-tanah pertanian/ perkebunan serta peternakan) dan pemukiman baru. Aktivitas ekonomis itu sendiri tidaklah bernilai buruk, namun perilaku dan cara-cara yang menyer- tainya, itulah yang sungguh di- sesalkan karena tidak manu- siawi. Tragedi-tragedi kemanu- siaan yang serupa terjadi pula di berbagai negara lain, baik yang terungkap maupun yang belum sempat terungkap. Menurut laporan Amnesti Internasional, 90 dari 270 suku bangsa Indian telah dinyatakan punah samasekali. Itu baru satu contoh dari sisi gelap fenomena peradaban manusia modern, yang dapat dinilai sebagai "maju tetapi tidak seimbang". Artinya, banyak dimensi yang tercecer dari beranjak majunya "kereta" peradaban dan kebu- dayaan manusia. Sebagai bahan refleksi, saya tawarkan kata-kata "bertuah" dari filsuf besar Socrates, "Gnotti Seauton!" - Kenalilah dirimu sendiri! Dan, lihatlah, akan banyak luka yang tersibak dari dimensi kemanusiaanmu... (Valens Daki Soo) Penyalur/Agen "BY" SDR. M. SOLEH Ji Perniagaan No 17 SUKABUMI 20.00 BLITZ 20.30 Tutur Kata Berkamna 21.00 Dunia Dalam Berita 21.30 Layar Kemilau: "Penung- gang Kuda Dari Cimande" 230.30 Lintasan Malam 23.45 FS. WKRP In Cincinnati 00.15 Berita Terakhir SABTU, 19 FEBRUARI 1994 05.30 Hikmah Fajar 06.00 Nuansa Pagi 08.00 Seri Delta 08.30 FSThe Incredible Hulk 09.30 FLM Greatest American Hero 10.30 Lucy Show 11.00 Film Seri "Beyond 2000" Menurut Djathi Koesoemo dari F-PDI, gaya hidup hedonistik, materalistik dan individualistik tidak akan menggejala jika penanaman materi nilai-nilai bangsa diberikan dalam suatu sistem pendidikan yang tepat, disamping faktor-faktor kebijakan pemban- gunan dan adanya "tokoh panutan". "Hedonisme" Menggejala Karena Belum Mantapnya Pewarisan Nilai Hedonisme - gaya hidup yang mengagungkan kenikmatan diri menggejala di masyarakat termasuk generasi muda, karena belum mantapnya pewarisan nilai yang semestinya menjadi falsafah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, kata dua anggota DPR di Jakarta, Kamis. "Sementara nilai-nilai yang merupakan produk pemikiran para Bapak Pendiri Bangsa be- lum sepenuhnya menjelma menjadi jiwa dan watak generasi penerus, sementara arus trans- formasi informasi dari luar yang membawa nilai-nilai baru masuk dengan derasnya, "kata anggota Komisi IX DPR-RI, Drs, Djathi Koesoemo. "Berbeda dengan generasi muda kita, karena pewarisan nilai belum mantap dan mereka juga tidak terlatih kritis sejak dini, sehingga mereka salah mengarti- kan apa itu ciri manusia modern. "Akamnya pada sistem pendi- Gejala gaya hidup hedoisme dan Mass media cetak, radio dan televisi kini berangsur-angsur di- ambil alih pihak swasta, sementa- ra pemerintah mulai mengurangi subsidi, bahkan Koran Masuk Desa dikelola oleh koran-koran besar seperti Jawa Pos dan Piki- ran Rakyat. Begitu juga televisi, kini tidak lagi sendiri, karena sejak terbitnya SK Menpen no. 111 tahun 1990, sistem televisi di Indonesia yang selama 27 tahun bersifat mono- polistis akhirnya terbuka bagi swasta. SK itu paling tidak memudar- kan TVRI yang dahulu berperan sebagai lembaga satu-satunya yang mengelola televisi di Indo- nesia, kata pakar komunikasi Drs Ishadi SK baru-baru ini. "Sekarang zaman telah beru- bah dan musim telah berganti, paling tidak komposisi pemilikan stasiun televisi dan radio secara umum telah bergeser ke sektor swasta", katanya. Lantas, mengapa televisi khu- susnya televisi swasta perlu ditata lewat serangkaian peraturan per- undangan termasuk kode etik per- televisian? Sejauhmana pengaruh televisi swasta sebagai "tamu" bagi pemirsanya sehingga perlu diatur lewat peraturan rumit? Menurut pakar psikologi UI, Prof. Dr. Sarlito Wirawan, televi- si adalah media massa tercanggih dan menarik perhatian karena se- lain menampilkan warna dan tata cahaya yang memukau mata, juga didukung audio yang enak dide- ngar. Etika, katanya, dengan demi- kian sangat diperlukan untuk membatasi "gerak" televisi swa- sta agar tidak begitu saja menam- pilkan tayangan yang bisa meru- sak perkembangan kepribadian anak-anak. Menurut pakar komunikasi Dr. MAlwi Dahlan yang juga Wakil Kepala BP-7, kode etik adalah seperangkat aturan moral yang didasarkan pada nilai-nilai yang telah diterima suatu masyarakat sebagai norma kehidupan bersa- ma. "Norma-norma inilah, yang membuat suatu perilaku yang di- anggap baik dan buruk bagi mas- yarakat yang bersangkutan tetapi belum tentu sesuai dengan nilai- nilai yang berlaku dalam masyara- kat lain", katanya. Alwi Dahlan menegaskan, te- levisi swasta pun memerlukan kode etik agar apa yang ditayang- kan tidak menimbulkan hal-hal negatif. Tayangannya harus se- suai dengan rambu-rambu yang ditegakkan sendiri oleh kalangan masyarakat pertelevisian Indone- sia. Mudah dimanipulasi Sementara itu, Ketua Dewan 12.00 National Football Ligue 13.00 Review World Cup 13.30 Seputar Olahraga 14.00 Film The Million Dolar Face 16.00- Cinema-Cinema 16.30 Gara-Gara 17.00 Stories From Al-Qur'an 18.00 Sanurihim Ayatuna 18.30 Seputar Indonesia 19.00 Berita Malam 19.30 America's Funnies Home Video dikan kita, jika generasi muda di sekolah didasarkan tentang pentingnya' sejarah perjuangan bangsa serta apa dan bagaimana tujuannya kita berbangsa dan bernegara, maka jiwa dan watak mereka dibentuk untuk tidak mudah goyah terhadap nilai-nilai luar yang bertentangan dengan kepribadian bangsa," ucapnya. Sistem pendidikan di Indo- nesia, katanya, seharusnya juga menjadi wahana persemaian, dimana para generasi muda men- jadi pribadi-pribadi yang kritis, mandiri, berani dan kreatif. 20.00 ungfu: 21.00 Dunia Dalam Berita 21.30 Salam Canda 22.30 Film Seri Lighting Force 23.00 In The rieat Of The Night 00.00 Film Reasonable Doubts 00.30 FS Murphy Brown 01.30 Muhammad Rasul Allah 02.30 Pengajian Al-Qur'an 03.30 Berita Terakhir Kehormatan PWI, Syamsul Bas- ri mengatakan, televisi meng- emban tanggung jawab etis yang makin berat di tengah era keterbu- kaan dan globalisasi dewasa ini. Siaran televisi, dapat dilihat dan didengar oleh setiap anggota keluarga mulai dari kakek, nenek hingga kepada anak-anak dari se- gala golongan suku etnis dan jenis kelamin. Dengan semakin cerdasnya masyarakat Indonesia dan gen- camya tuntutan terhadap keterbu- kaan dan meningkatnya peranan media massa, khususnya televisi, maka pekerja televisi mengemban tanggung jawab etis yang makin berat. Mengapa televisi mengemban tanggung jawab etis yang makin berat? Drs. Baruno Sudirman, seorang pemerhati televisi mem- punyai jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Baruno, jurnalistik foto atau gambar termasuk jurna- listik televisi yang semula di- anggap dapat berbicara lebih ba- nyak ketimbang sebuah artikel, kini mulai dipertanyakan keabsa- hannya. "Televisi dengan kemampuan teknologinya, dapat menipu atau memanipulasi suatu fakta dan me- nampilkan sesuatu yang bertenta- ngan sama sekali dengan kenya- taan", katanya. Dengan kecanggihan teknolo- gi editing dan visualisasi teknik- teknik kameranya, gambar dapat disiapkan sedemikian rupa untuk mendukung alur cerita bahkan sebaliknya dapat memanipulasi suatu fakta. Meminjam pendapat Andrew Boyd (1988), Baruno mengata- kan, gambar televisi dapat dire- kayasa sedemikian rupa Di beberapa negara seperti di Malaysia, Pilipina, Ghana dan negara-negara Afrika, kata alumni FISIF Unibraw Malang itu, sikap kritis telah ditanamkan sejak sekolah dasar, sehingga ketika mereka terjun ke masyara- kat, mereka telah memahami, apa dan bagaimana itu ciri-ciri orang Jenis Makanan Indonesia Asli Bergizi "Televisi dapat pula mengubah suatu gambar atau fakta yang se- belumnya dramatis menjadi ber- kurang, misalnya gambar pem- bunuhan sadis dapat lebih lunak kesannya bila diambil lewat tek- nik-teknik tertentu", katanya. Apakah perekayasaan gambar itu etis atau tidak, sangatlah ber- gantung kepada nilai etika dan moral yang dianut wartawan atau redaksi televisi. Staf ahli TVRI Dr Sumita To- bing mengakui, bahwa pekerja televisi bisa memanipulasi fakta melalui komposisi kamera di- samping rekayasa melalui teknik editing (Ant/Indiwan & Adri Yuniar) P.T. HARRY PRINTING KONPEKSI, SABLON, PERCETAKAN SHOWROOM JL. MASJID CIDODOL NO 27 KEB. LAMA JAKARTA 12230-PHONE 7221057 AN teve SABTU, 19 FEBRUARI 1994 16.00 Gelar Layar House Call 18.00 Religious Programme 18.20 Adzan Maghrib 18.25 Musik Anda 18.30 Planet Fashion 19.00 Berita Malam 19.30 FS: Mann and Machine 20.30 FS: Sledge Hammer 21.00 Dunia Dalam Berita 21.30 Gelar Layar Honor Bound sebagainya itulah contohnya," ujamya. 23.00 Bursa Musik 23.30 FS: Anything But Love 24.00 Laporan Antene Mengenai kebijakan pemban- gunan, menurut anggota komisi yang membidangi pendidikan, pemuda dan olahraaga itu, terlalu menekankan pada aspek pemban- gunan fisik saja, sehingga aspek pembangunan batiniah tertinggal Oleh karena selalu mengukur keberhasilan pembangunan dan modernisasi dari ukuran angka- anaka saja, katanya, kalangan masyarakatpun melihat ukuran status dan keberhasilan dari "kacamata" yang telah menjadi wacana ekonomi, dan ini kemu- dian menjadi nilai yang mem- budaya. Panutan la juga melihat faktor panutan Sesuai dengan kondisi saat ini, banyak orang yang sudah tidak suka lagi dengan makanan Indonesia asli yaitu kuwe-kuwe, dan minuman yang dibuat dengan cara tradisional. Semua itu dianggap sudah kuno, tidak layak lagi untuk disuguhkan kepada tamu-tamu yang datang kerumah. Padahal, makanan dan minu- man asli Indonesia itu paling baik, bergizi dan mempermudah orang buang air. Tapi yang pa- ling penting adalah makanan dan minuman asli tersebut sangat baik untuk kesehatan manusia, karena tidak menggunakan zat kimia, warna dalam makanan asli Indonesia cukup menggunakan tumbuh-tumbuhanyang banyak tumbuh dinegara kita seperti kunyit, daun suji dan daun pandan, batang merang yang dibakar, gula merah. Semua ini tidak menggunakan zat pewarna dari bahan kimia yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia. Karena itu, Ibu Tien Suharto pada hari Pangan yang jatuh pada tanggal 16 Oktober 1993 yang lalu di Jakarta mengajak rakyat Indonesia untuk memasya- rakatkan "Aku Cinta Makanan Indonesia/ACMI. Tujuan dari menggerakkan ACMI adalah mendorong peran serta masyarakat untuk mencintai makanan Indonesia yang berkua- litas tinggi dan mendorong ber- kembangnya makanan Indonesia secara meluas, baik ditingkat Nasional maupun Internasional. Dengan demikian ACMI itu tidak mungkin bertanding dengan makanan impor, malah sebaiknya harus bersanding dengan maka- nan impor. Dengan gerakan ACMI ini diharapkan dapat mengarahkan masyarat untuk makan-makanan yang sehat bergizi dan halal, sehingga bagi Ummat Islam tidak perlu ragu untuk memakannya, karena yakin seyakin yakinnya bahwa makanan asli Indonesia itu baik dan tidak bercampur dengan campuran lain yang tidak halal. Pengertian makanan Indonesia adalah makanan yang dikem- bangkan dari resep-resep yang berasal dari wilayah Nunantara, termasuk bahan baku utamanya. Pendapat dari para ahli Gizi Indonesia, makanan Indonesia dan Minuman Indonesia asli, didalamnya terdapat keseimba- ngan antara zat gizi yaitu karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, dengan zat non yaitu serat. Zat gizi diperlukan untuk membangun sel-sel pertumbuhan dan cadangan energi untuk melakukan suatu aktivitas. Sementara zat non gizi diperlu- kan sebagai pengikat sisa-sisa pencernaan yang tidak terpakai oleh tubuh, sehingga kemudian dapat dengan mudah dikeluarkan dari tubuh kita. Ketidak seimbangan dari zat gizi dan zat non gizi, dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Kekurangan atau ke- lebihan zat gizi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kecerdasan anak, sementara kekurangan zat non gizi sering SABTU, 19 FEBRUARI 1994 05.00 Ambang Fajar 05.30 Buletin Malam (Ulangan) 06.00 Nuansa Pagi 08.00 Entertainment This Week 09.00 Sinetron Bunga Bunga Tersayang 10.00 Pagu Pilihan "Giliran Saya Mana" Penerbit: Yayasan PARIKESIT Jakarta ALAMAT TATAUSAHA: J.Taman Tanah Abang III No.23 Jakarta Pusat-10160. No. Telp.3457338, 3452158, 3853759 ● Izin Terbit: No.041/SK/Menpen/SIUPP/A-7/1986 Tgl.15 Pebruari 1986. Bank BRI Kebayoran Baru, Bank Bumi Daya Kebayoran Baru, BNI-1946 Keb.Baru. Giro Pos: No.12770. No.Telex: 47174. Yudha. ia. 12.00 Tabitha 12.30 Day By Day 13.00 Dukes Of Hazard 14.30 NBA Action 16.00 Tales From Imaginations 16.30 Mom PI Harga Iklan: Iklan Umum Rp.6.000 mm kolom. Iklan Dukacita Rp.3.000,- Iklan keluarga Rp.4.000,-/mm, kolom. Iklan Mini Rp.3.000,-/tiap baris maksimum 10 baris, Iklan Kuping halaman muka (1 kolom x 60 mm) Rp.720.000,- Iklan berwana (full color) Rp.12.000/mmkolom. - Iklan 2 warna Rp.8.000.-/mm kolom. Harga tsb belum termasuk Ppn. Harga eceran dalam kota-Rp.400,-/Ekspl. Harga eceran luar kota ditambah ongkos kirim. Dicetak oleh Percetakan PT. Golden Web Jakarta. 17.00 Dunia Bintang 17.30 Sinetron Special Ramadhan 18.00 Dakwah & Doa Buka Puasa sebagai hal lain yang menjadi sebab. "Generasi muda memer- lukan tokoh panutan, mereka akan mengalami 'split personali ty' (kepribadian yang terpecah), seandainya ada tokoh yang berpidato tentang pola hidup sederhana, sementara mereka sendiri melihat ada pesta perni- kahan seorang keluarga tokoh lainnya dengan biaya yang besar," katanya. Senada dengan Djathi Koesoe- mo, anggota Komisi IX lainnya, Asep R, Sudjana mengatakan, gejala hedoisme, perkelahian massal dan penyalahgunaan obat terlarang dikalangan remaja, terjadi karena belum mantapnya pewarisan nilai dan kurangnya tokoh yang dijadikan panutan. Menurut dia, pewarisan nilai- menimbulkan masalah pada saluran pencernaan dan anus yaitu berupa luka yang mudah terkena infeksi. Jadi berbagai makanan asli masyarakat Indonesia yang berasal dari daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan daerah- daerah lainnya, pada umumnya kaya dengan zat zat yang diper- lukan oleh tubuh manusia, apalagi disajikan dalam citra-rasa dan penampilan yang menarik. Dengan demikian dari segi kesehatan, makanan Indonesia sudah dapat memenuhi persya- ratan bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, sehingga kita tidak perlu lagi bersusah payah untuk menghidangkan makanan impor yang ternyata menarik tapi kurang bergizi. Kita ketahui bahwa sekarang ini terutama dikota-kota besar sudah dilanda oleh arus masuk- nya budaya luar termasuk budaya makan melalui makanan yang dikhawatirkan akan menggeser kedudukan makanan khas Indonesia, yang tentu kurang menguntungkan bagi perkem- bangan makanan kita. Padahal belum tentu semua itu baik un- tuk kesehatan. Oleh karena itu, agar makanan Indonesia tidak kalah dengan makanan Impor, perlu ditingkat- kan pengelolaannya terutama dalam menggunakan teknologi tinggi, sehingga menjadi populer dikalangan masyarakat kita sendiri. Untuk meningkatkan makanan Indonesia, maka Kantor Menteri Isi diluar tanggungjawab Percetakan. 18.30 Seputar Indonesia 19.00 Berita Malam 19.30 Saladin 20.30 Cerpen Metropolitan 21.00 Dunia Dalam Berita 21.30 So Pasti 22.00 Siaran Langsung Sepakbola FA Cup 24.00 Midnight Show: The Jose- phine Baker Story 02.00 Gema Ramadhan 02.00 Berita Terakhir. HALAMAN XII ACARA BUDAYA SABTU, 19 FEBRUARI 1994 Teater Imax Keong Emas, TMII Film Indonesia Indah Film Anak-anak Indonesia nilai, termasuk penerapan ajaran agama, dapat diterima generasi muda seandainya diikuti dengan adanya panutan yang bisa dicontoh. "Dalam era globalisasi, tidak terhindarkan masuknya nilai-nilai baru yang belum tentu pantas bagi bangsa Indonesia, karena itu menjadi tugas bersama seluruh unsur masyarakat, apakah para guru, agamawan, orang tua, dan pejabat untuk memberi pemaha- man tentang yang baik dan buruk bagi generasi muda," katanya. Caranya yang tepat, tentu para orang tua harus menjadi tokoh panutan yang benar, kata Asep R. Sudjana yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Putra-putri ABRI dan Purnawi- rawan (FKPPI) itu. Negara Urusan Pangan/Bulog mencoba sedapat mungkin untuk membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap makanan khas negeri sendiri. Makanan dari bahan singkong yang dapat dijadikan berbagai jenis makanan yang menarik asal pengolahannya baik dan menarik. Menurut arah jarum Jam: kuwe Awug Singkong, Getuk Putih, Getuk Merah, Cendil, Sawut dan Ciwal. (gambar atas) dan (gambar bawah) dari kiri kekanan Talem Udang, Kuwe Bugis, Kuwe mangkok Krak Telor, rujak serut, skoteng yang kesemuanya dibuat dari singkong. (Foto: Ist). Untuk mencapai tujuan ter- sebut salah satu program Kantor Menpangan/Bulog pada Pelita VI ini adalah membina "GE- RAKAN MEMASYARAKAT- KAN AKU CINTA MAKA- NAN INDONESIA. Gerakan ini pada dasarnya untuk mengimbagi pergeseran pola konsumsi pangan masya- rakat yang mengarah pada makanan yang berselera impor khususnya di kota-kota besar, sebagai akibat dari pengaruh lingkungan dan promosi yang begitu hebatnya. Salah satu langkah kongkrit untuk mewujudkan Gema ACMI adalah bekerja sama dengan Sarinah Food Court mengadakan Lomba dan Festival makanan khas daerah. Disamping itu para ahli diharapkan dapat memberikan dorongan dalam pengolahan bahan-bahan baku makanan Indonesia dengan menggunakan teknologi yang tinggi, Sehingga transfer pengetahuan dari makanan impor kepada makanan asli Indonesia dapat berkembang. sekaligus dapat menggairahkan masyarakat didaerah-daerah un- tuk membuatnya, sehingga ba- nyak tenaga kerja yang tertam- pung dipedesaan/daerah dan akhimya minat untuk melaksana- kan Urbanisasi ke kota kota besar akan berkurang. (hanast).- Film Untaian Manikam Pasar Seni Ancol Pagelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk menampilkan Dalang Ki Sunamo Aji (Yogyakarta), didukung para pesinden & Nayaga dari Pepadi Pusat Jakarta. Gambang Keromong Komedi bersama Group Sinar Jaya Pp.H. Nasir T. Pemain: Pak Tile, Mpok Nori, Onah dkk. (19/2). Pagelaran Gabungan Lawak Ibukota bersama Dian Group, Trio Stock On You. (20/2). Ruang Pamer Utama, TIM Pameran patung tunggal "Yang Hilang" karya Ibnu Nurwanto Galeri Cipta, TIM Pameran lukisan "Empat Pelukis Jakarta" karya Sukriyal Sadin, Andi Suandi, Yahya Ts, Anwar. (BL). D ta ca ba SC SU fa se
