Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Harian Neraca
Tipe: Koran
Tanggal: 1990-01-09
Halaman: 06

Konten


Selasa, 9 Januari 1990 Untuk memperlancar pemasukan pajak itu, aparat pajak di seluruh Indonesia telah dipersiapkan melayani para wajib pajak dengan sebaik mungkin. Karenanya para wajib pajak dihimbau untuk segera memasukan SPT (Surat PemberiTahuan Pajaknya) ke kantor-kantor pelayanan pajak terdekat. Diharapkan para - wajib pajak juga mengisi pajaknya dengan benar. Bagi pelaya- -nan pajak itu, kantor-kantor pelayanan pajak pada bulan Maret 1990, akan buka pada hari-hari Minggu dan hari libur lainnya. Kiranya dengan kesibukan masyarakat memenuhi kewajiban pajaknya itu, perputaran uang perusahaanpun mungkin, akan terpengaruh. Artinya perusahaan-perusahaan akan lebih ba- Enyak memerlukan uang kontan, untuk pembayaran pajak- pajaknya. Di sini dunia perbankan pun, akan ikut repot di mana deposan bank giro maupun penabung, akan menarik sebagian uangnya untuk keperluan pajak. Paling tidak untuk PPH atau pajak penghasilan saja sekitar Rp 4,9 triliun dana akan masuk kas negara. Belum lagi pajak lainnya seperti PPN dan PPN barang mewah lainnya. Komentar S. P.T. PAJAK MULAI sekarang atau di awal tahun baru 1990, hampir semua wajib pajak, sibuk menghitung pajaknya sendiri. Tidak terhitung perseorangan, tapi juga perusahaan-perusahaan, harus mengisi dan melaporkan sendiri pajak penghasilannya, dengan SPT yang dikirimkan Kantor-kantor pelayanan pajak, atau di- ambil sendiri kekantor pelayanan pajak. 17 Dirjen Pajak Mari' ie Muhammad dipenghujung tahun 1989 menyatakan optimismenya bahwa target pemasukan pajak se- besar Rp 14,9 triliun pada APBN/1989/1990 akan dapat dicapai dengan baik. Per Desember 1989, sebagian besar dari pajak itu telah masuk. Dan kini tinggal menunggu pemasukan pajak peng- hasilan serta pajak-pajak lainnya, yang pemasukannya akan berakhir pada 30 Maret 1990 nanti. Namun begitu, dengan masuknya uang pajak yang besar itu, pemerintah menyalurkannya kembali kepada masyarakat, yakni melalui pembayaran gaji pegawai negeri, ABRI dan lain-lain. Ataupun melalui pembiayaan pemerintah lainnya, termasuk be- lanja negara dan pembangunan berbagai sarana kepentingan gumum. Kemanfaatan uang pajak yang dirasakan langsung oleh rpemerintah, juga membawa dampak yang besar pada kegiatan Jekonomi masyarakat. Paling tidak tingkat konsumesi pemerin- tah bertambah besar. Dengan begitu produksi yang meningkat dibarengi penyerapan tenaga kerja yang bertambah, akan membawa kemakmuran yang berarti bagi masyarakat banyak. Di lihat dari perkembangan penerimaan pajak, tiap tahunnya terus bertambah. Misalnya pada tahun 1988, pembayar pajak Indonesia hanyalah 9% saja dari jumlah penduduk. Sekarang di akhir tahun 1989 pembayar pajak Indonesia telah meningkat jadi 11%. Ini menunjukan kesadaran masyarakat membayar pajak sudah semakin besar. Dan ditahun-tahun mendatang pen- ingkatan pembayar pajak ini, tentu akan bertambah banyak pula. £ C b Ini terkait dengan meningkatnya RAPBN, dari Rp 36,5 triliun menjadi Rp 42,8 triliun pada 1990/1991. Porsi penerimaan pajak pada APBN sedang berjalan adalah Rp 14,9 triliun, yang pada RAPBN 1990/1991 naikmenjadi Rp 18,2 triliun. Sungguh luar biasa peranan pajak kita. Artinya dengan penerimaan pajak yang semakin besar, itu struktur penerimaan dalam negeri, yang selama ini diandalkan pada migas, kini beralih pada penerimaan pajak yang terus membesar. Sungguh berat dan besar beban Direktorat Jenderal Pajak kita ini, di mana pada RAPBN 1990/1991, harus mampu meng- himpun pajak sebesar Rp 18,2 triliun. Kiranya beban berat ini, perlu pula disadari oleh masyarakat. Terlebih para tokoh masya- rakat baik di bidang bisnis maupun kemasyarakatan lainnya. Andalan penerimaan pajak terbesar, pada PPN, PPN BM dan PPH serta pajak-pajak lainnya. Untuk itu, dunia usaha yang berkembang dan maju, jelas andalan utama untuk pemasukan pajak. Perusahaan swasta yang maju pesat dan berkembang, baik dalam grup maupun konglomerat, memang wajar menularkan keberhasilannya membantu pengusaha kecil dan menengah se- Scara terkait. Tidak hanya dalam bentuk Bapak Angkat, yang sering membebani anak angkatnya dengan iklan-iklan gabu- ngan, tapi juga dalam bagaimana perusahaan kecil dan menen- gah itu bisa berjalan secara integrated dengan perusahaan besar. Jadi penularan keberhasilan perusahaan besar kepada perusahaan kecil dan menengah baik dalam rangkaian produksi, pemasaran dan transprotasi, tentu akan dapat menumbuhkan timbulnya perusahaan besar baru lainnya. Dengan begitu, akan lebih banyak perusahaan-perusahaan negeri kita yang tumbuh dan berkembang. Banyaknya peru- rsahaan yang tumbuh sehat itu, jelas akan membawa pengaruh pada penerimaan pajak yang lebih besar. Dampak dari RAPBN 1990/1991 yang naik 17% lebih, jelas akan membuka peluang bagi kegairahan ekonomi masyarakat. Apalagi pemerintah dengan RAPBN itu, terus membangun prasarana yang diper- lukan bagi kegiatan ekonomi masyarakat. Mudah-mudahan dengan gambaran ini, Dirjen Pajak Mar'ie Muhammad bersama aparatnya, akan lebih siap lagi memberi- kan pelayanan pajak kepada masyarakat. Termasuk pula pem- berian penyuluhan yang terus menerus, sehingga wajib pajak -dapat membayar pajaknya dengan mudah, tanpa prosedur dan formulir yang bertele-tele. Ini berarti pelayanan aparatur pajak, harus lebih ditingkatkan bagi masyarakat. Dan masyarakat tak perlu ditakut-takuti, tapi bina dan bimbinglah mereka, sehingga akhirnya timbul rasa" bahwa membayar pajak adalah kewajiban, dan bukan beban," . Mudah-mudahan dan selamat bekerja keras aparat pajak.** HARIAN NERACA Ekonomi untuk Kesejahteraan dan Keadilan Sosial Perusahaan Penerbit Pers PT. PERSINDOTAMA ANTAR NUSA Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, No. 002/Menpen/ SIUPP/A7 1985 Tanggal 14 Agustus 1985 Bank Terbit Pagi Harga Langganan Tarif Iklan :. BDN Cabang Gambir Jl. Ir. Haji Juanda Rekening Nomor : 01316.2.2.11.01.5 BNI 1946 Cabang Kramat Jl. Kramat Raya Rekening Nomor : 002890001 BRI Cabang Khusus Jl. Sudirman Rekening Nomor : 314568235 • Bank Umum Koperasi Indonesia Jl. Letjen S. Parman Rekening Nomor : 041508 • Giro Pos: A. 13350 Pengasuh Pemimpin Umum & Pemimpin Redaksi : Zulhammans Pemimpin Perusahaan: Azwirman Noersal Redaktur Staf Ahli : Azwar Bhakti, Ferik Chehab, Drs. Peter Tomasoa. : Dr. Anwar Nasution, Dr. Alfian, Drs. Abdul Latief, Tanri Abeng MBA, Sanjoto, : 6 X seminggu : dalam kota DKI Jakarta Rp 6.500/ bulan Luar kota tambah ongkos kirim :* Display Rp 3.000 per mm/kolom * Keluarga Rp 2.000 per mm/kolom *Baris Rp 3.000 per baris, minimal 3 baris Alamat Redaksi/ Tata Usaha/Iklan Telepon Fax Telex Setting/Cetak Isi diluar tanggungan percetakan Surat kabar Ini dicetak di atas kertas produksi dalam negerl ISSN 02 531 81 : Jalan Jambrut No. 2- 4 Kramat Raya, Jakarta 10430. : 323969, 337441, 332676 Tromol Pos No. 386 : (021) 3101873 : 46000 NERACA IA Jakarta : P.T. Agrapress FORUM - OPINI Konglomerasi di Korea Sebuah Pelajaran Kata Pengantar DI TENGAH hiruk pikuk pembahasan konglomerat di In- donesia, ada baiknya kita menilik juga perkembangan masalah yang sama, yang sedang berlangsung di negara tetangga kita. Dengan demikian akan dapat diperoleh suatu gambaran kasus bandingan. Untuk itu, gambaran Korea dan permasalahan konglomerat- nya diapungkan kepermukaan. Umumnya kita selalu berpan- dangan bahwa pertumbuhan ekonomi Korea yang men- takjubkan bersumber dari kedig- dayaan konglomeratnya (Chaebol). Yang tak banyak diketahui; ternyata dibalik ke- besaran Chaebol ini adalah kiat pemerintahnya. Dan kini Chaebol yang tidak lagi populer di tengah masyarakat Korea, sedang me- ngalami koreksi total. Perkembangan besar di negara Industri Baru yang sedang mem- persiapkan diri untuk lompat ke tahapan negara maju ini memang menarik untuk disimak. Kini te- lah semakin disadari bahwa pe- ranan Big businesses bukan satu- satunya tumpuan harapan untuk mencapai sukses. Phonomena di Korea membuktikannya, tulis Business News. KOREA memang lain dari yang lain. Negara Asia yang warganya terkenal ulet ini mampu mencapai prestasi tertinggi dalam percaturan ekonomi dunia. Ne- gara kecil berpenduduk 42,3 juta jiwa dengan pendapatan per ka- pita sekitar 3.728 dollar AS ini, dalam tiga tahun terakhir ini mampu mencapai laju pertum- buhan ekonomi sekitar 12% per tahun. Dibandingkan dengan negara-negara maju seperti AS, Jepang dan MEE yang pereko- nomiannya hanya mampu tum- buh rata-rata dibawah 5%. Nera- ca perdagangannya juga mulai mencatat surplus dari sekitar 2,6 milyar dolar AS pada 1986 yang melonjak menjadi 11,4 milyar dollar AS pada 1989. Sebuah babakan baru dalam sejarah modern Korea. Prestasi Korea memang unik. Ditengah sukses besar yang dica- painya, Korea justru mengambil strategi lain. Pemerataan dan sta- bilitas, kini menjadi prioritas utama dalam pembangunan eko- nomi Korea, sedang pertumbuh- an untuk sementara ini dikesam- pingkan. Kalau pada tiga tahun terakhir ini ekonominya sudah terbiasa tumbuh rata-rata dua digit (12%), maka pada 1989 ini dan beberapa tahun mendatang per- tumbuhan ekonomi diperkirakan hanya satu digit saja (7-8%). Demikian pula ekspor dipro- yeksikan menurun dari sekitar 26,8% pada 1988 menjadi sekitar 16,7% pada 1989. Dewasa ini Korea sedang melaksanakan penyesuaian besar- besaran. Korea kini sedang mempersiapkan sebuah landas pacuh menuju lepas landas ke dua, internasionalisasi ekonomi Korea. Friksi dagang dengan mitra dan- gan utama, khususnya AS dan MEE, tekanan-tekanan dari ne- gara, meningkatnya proteksion- isme dan persaingan di pasar dunia, serta meningkatnya nilai tukar won, mendorong Korea untuk mengadakan penyesuaian- penyesuaian mendasar, guna semakin meningkatnya keunggu- lan kompetitif perusahaan-peru- sahaan Korea di pasar interna- sional. Berbarengan dengan itu, pro- gram pemerataan kemakmuran mulai digalakkan. Dalam hubung- an itu, tampaknya ada tiga arah kebijaksanaan yang ditempuh, yakni: (1) penyesuaian kesenja- ngan kemakmuran antara kong- lomerat Korea dengan peru- sahaan-perusahaan skala kecil dan menengah, (2) perbaikan upah buruh, (3) pemerataan kemakmu- ran antara daerah dengan menggalakkan program pemba- ngunan wilayah Pantai Barat tidak terdapat perubahan kebijak- sanaan yang menonjol, yang ber- pengaruh besar bagi perkem- bangan konglomerat di Korea. Konglomerasi Pada Periode Konglomerat DI balik kekuatan ekonomi Korsel adalah konglomerat-kong- lomerat Korsel, yang dikenal dengan sebutan Chaebol. Dewasa ini ada sekitar 200-an Chaebol di Korsel. Namun demikian, kon- sentrasi kekuatan ekonomi teru- tama berada di tangan beberapa chaebol, seperti; Samsung Group, Hyundai, Lucky Goldstar, Daewo, Sunkyong, Ssangyong, Hanjin, Korea Explosive, Hyo- sung, Dongkuk Stel Mil, Kia, Doosan Lotte, Kolon, Hanil, Kumho, Dongbu, Sammi, Hitai, Tongyang Chemical, dan HS Corp sekitar 30% dari total nilai ekspor Korea dikuasai oleh ekspor dari dua puluh Chaebol Korea ini. Perkembangan Konglomerasi Korea PERKEMBANGAN Kong- lomerasi di Korea dapat ditinjau dalam tiga tahapan yang meliputi : (1) Konglomerasi pada periode pemerintahan Syngnam Rhee (1948-1960), (2) Periode Park Chung hee sampai dengan Chun Doo Hwan (1963-1988), dan (3) Periode Roh Tae Wo (1988 sam- pai dewasa ini). Meski Korea sempat mengalami enam kali penggantian pimpinan pemerin- tahan, namun periode-periode pimpinan (Yun Po Son dan Choi Kyu Hah) relatif sangat ringkas sehingga selama periode mereka Pemerintah Rhee BERMULA pada adanya pemikiran perlunya pemusatan kekuatan ekonomi untuk dapat meningkatkan kemampuan usaha, maka pada periode peme- rintahan Rhee, mulailah potensi bisnis para Chaebol secara sadar dikembangkan. Menurut semen- tara pengamat di Korea kerja sama yang erat antara pemerin- tah Rhee dan Chaebol pada masa lalu merupakan unsur penting yang menunjang perkembangan bisnis Chaebol sehingga mampu mencapai skala bisnis yang besar. Kebijaksanaan-kebijaksanaan periode Rhee, berupa pemberian proteksi bagi industri para Chaebol, kemudahan fasilitas, subsidi, peluang untuk berpar- tisipasi dalam proyek-proyek bantuan luar negeri dan pinja- man murah bagi para Chaebol telah melahirkan konsentrasi kekuatan ekonomi pada para Chaebol ini. Oleh: Bermand Hutagalung Pada periode Rhee, para Chaebol hanya menghasilkan apa yang disebut oleh Leibenstein sebagai Zero-sum activity. Para Wirausaha menggunakan waktu dan tenaganya dengan berbagai cara sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kemakmuran dan pendapatan pribadinya namun hanya menyumbang sedikit atau sama sekali tidak mendatangkan peningkatan kapasitas produktif bagi perekonomian secara keseluruhan. Waktu dan tenaga Wirausaha ini digunakan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas; a) Trading & non trading, diper- lukan dalam upaya menga- mankan kepentingan mereka dalam memperoleh posisi mo- nopolistic yang lebih besar, meningkatkan kekuatan poli- tis dan prestise pribadi, b) spekulasi; c) aktivitas investasi yang "so- cial valuenya" rendah. Periode Park Sampai Dengan Chun PADA periode Park, upaya- upaya untuk meningkatkan pro- duktivitas dunia usaha Korea mulai digalakkan. Demikian pula ikhtiar untuk mendorong pe- ningkatan keunggulan kompetitif di pasar internasional yang ditem- puh melalui upaya mendorong peningkatan status Chaebol menjadi General Trading Com- panies (GTC). Dalam kaitan ini, maka pada 1975 dikeluarkan kebijaksanaan kredit dan perdagangan internasional guna mendorong peningkatan pro- duktivitas dan daya saing ini. Perusahaan yang memperoleh status GTC mendapatkan pe- rangsang, misalnya berupa : a) prioritas untuk dapat meng- ikuti tender internasional, b) pembebasan pembatasan pem- bukaan kantor cabang luar negeri, c) fasilitas kredit murah dengan pelonggaran batasan kredit, d) kemudahan dalam lalu lintas devisa. Namun persyaratan untuk mencapai status GTC cukup berat, misalnya; a) Perusahaan memiliki lebih dari 10 buah cabang di luar negeri, b) mampu mencapai nilai ekspor di atas 50 dollar AS per juta tahun dan mampu mengekspor ke 10 negara, untuk sekurang- kurangnya 7 jenis produk, c) perusahaan harus sudah Go Public. HARIAN NERACA Selain itu, guna mendukung peningkatan aktifitas ekspor para GTC ini dalam rangka meningkatkan hubungan kerja sama internasional, maka pada 1976 pemerintah Korea mendiri- Bank Ekspor-Impor Korea. kan sebuah Bank khusus, yakni Dukungan finansiil yang diberi- kan lewat Bank ini tercermin dalam bentuk penyaluran kredit skala besar, bersuku bunga ren- terbagi atas 2 katagori: (a) Kredit dah dan berjangka panjang, yang suplier, dan (b) Kredit pembeli. Kredit Suplier diperuntukkan bagi para GTC Korea yang men- cakup; kredit ekspor, kredit dukungan jasa teknis, kredit un- tuk membiayai investasi luar negeri, kredit untuk membiayai pelaksanaan proyek-proyek di luar negeri dan kredit pengem- bangan sumber daya. Sedang kredit untuk pembeli meliputi; jaminan langsung dan fasilitas pinjaman ulang. Di bawah ara- han Park, produktivitas Chacbol memang meningkat, sehingga mencapai kondisi yang dikate- gorikan oleh Leibenstein sebagai Positivesum Activity. Jika pada 1975 nilai ekspor Korea baru tercatat sebesar 5 milyar dollar AS maka pada 1976 nilai ekspor menjadi 7,7 milyar dollar. Sum- meningkat sekitar 1,5 kali lipat bangan sektor non pertanian dalam GDP dan 302,% sumbang an sektor manufaktur dalam GDP, berasal dari 20 Chaebol terbesar saja. Peranan para Chaeboldalam perekonomian kian meningkat. Belakangan ini porsi para Chaebol ini dalam GDP Korea diperkirakan sudah berkisar 15%. Park juga berupaya mengen- dalikan arah perkembangan Chaebol. Senjata ampuhnya adalah kebijaksanaan penyaluran kredit kepada para Chaebol. Hal ini dimungkinkan karena Chaebol tidak memiliki Bank sendiri (pada periode itu perusahaan konglo- merat tidak diperkenankan memilik Bank), sehingga harus bergantung kepada kemudahan perolehan kredit dari pemerintah dan mau tak mau mengikuti arah kebijaksanaan pemerintah. Namun pada periode Chun (1980-1988) terjadi perubahan besar, khususnya dalam rangka reformasi struktur finansiil. Pada 1981, pemerintah Chun melepas- kan sebagian besar kepemilikan sahamnya di lima Bank utamanya. Sejak itu sekitar 80% dari saham Bank-bank ini dikuasai swasta yang sebagian besar adalah kon- glomerat. Konsentrasi kekuatan finansiil ditangan Chaebol terus meningkat. Misalnya saja, sekitar 70% dari penyaluran pinjaman lunak (soft Loans) untuk mem- biayai kegiatan investasi luar negeri dari Bank Ekspor-Impor Korea disedot oleh para konglo- merat Korea. Sebenarnya sejak periode Chun (awal dekade 1980-an) berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi Korea dan mengen- dalikan perkembangan chaebol. Kebijaksanaan industrialisasi juga ditinjau kembali yang pada gilirannya melahirkan Undang- undang Industri pada 1986. Bahkan juga berhasil ditelorkan Undang-undang Anti Mono- poli dan Fair Trade Act pada 1983. Untuk mengontrol pelak- sanaan ketentuan tersebut, diben- tuk komisi Fair Trade di bawah kendali Badan Perencana Eko- nomi Korea. Akan tetapi, praktek- praktek bisnis yang oleh semen- tara pengamat di Korea dianggap sebagai tidak fair, masih juga berlangsung. Dampak negatif konglomerasi, seperti mening- katnya kesenjangan kemakmuran antara konglomerat dengan kelompok usaha skala kecil, berkembangnya spekulasi harga tanah, kenaikan harga barang penting yang jalur produksi dan pemasarannya dikuasai Chaebol dan eksploitasi buruh, masih saja berlangsung. Periode Roh PADA periode Roh, de- mokrasi mulai ditegakkan. Bu- ruh misalnya, memiliki peluang besar untuk dapat melakukan unjuk rasa. Rupanya semakin disadari bahwa selama ini bukan mensubsidi pertumbuhan kong- hanya pemerintah Korea yang lomerat, tapi juga kaum buruh dalam bentuk upah yang relatif rendah. Karenanya buruh pun mulai unjuk rasa menuntut ke- naikan upah dan pengurangan jam kerja. gerakan kaum buruh yang de- mikian tidak mesti dipadamkan. Meski disadari bahwa kenaikan upah buruh dewasa ini merupakan salah satu unsur yang me- nurunkan daya saing Korea di pasar internasional, selain dari kenaikan nilai mata uang won dan kenaikan tingkat inflasi. Tingkat rata-rata upah buruh Korea dewasa ini sudah di atas rata-rata tingkat upah buruh Tai- wan dan hampir dengan tingkat upah buruh di Australia. Untuk pemecahannya, pemerintah ber- upaya menjadi penengah dan dalam Labor dispute. Selain itu, industri-industri yang kehilangan daya saing ka- rena kenaikan upah dianjurkan untuk merelokasi pabriknya ke negara-negara ASEAN yang masih rendah. tingkat upah buruhnya relatif kesenjangan kemakmuran antara Sementara meningkatnya telah mendorong berkembangnya Chaebol dengan pengusaha kecil sentimen anti konglomerat di Korea. Dewasa ini, sejumlah konglomerat Korea sedang diperiksa oleh pemerintahnya spekulasi yang menyebabkan karena diduga melakukan kenaikan harga tanah dan harga kebutuhan bahan pokok. bidang usaha tertentu yang padat modal, dan bernilai tambah dan berteknologi tinggi, seperti indus- tri automotive, elektronika, instru- men presisi, informasi (komputer dan semikonduktor), telekomu- nikasi (misalnya, microwave) dan industri antariksa. Upaya untuk merasionalisasi struktur bisnis Chaebol dilakukan secara serius. Pemerintahan Ko- rea kini tampaknya cenderung membatasi dan menseleksi pe- nyaluran kredit kepada para Chaebol. Daewo yang mengalami kesulitan finansiil akibat kenaik- an upah buruh yang memukul bisnis galangan kapalnya, terpaksa menelan pil pahit. Pemerintah akan memberikan bantuan finan- siil hanya bila Daewo bersedia melepaskan lima perusahaan af- filiasinya dan melepaskan se- bagian pemilikan sahamnya di Daewo Securities, salah satu pe- rusahaan tumpuan bisnis Daewo Group. Di samping itu, konglomerat Korsel yang memiliki usaha yang sangat terdifersifikasi secara luas kaitan satu sama lain, baik kaitan dan umumnya tidak memiliki dalam hal teknologi maupun jalur distribusi, dipaksa untuk melepas kurang relevan. Jenis-jenis bisnis kan jenis-jenis bisnisnya yang yang sepantasnya dilaksanakan ngah harus segera dilepaskan, oleh pengusaha kecil dan mene- dijual kepada pemerintah atau kepada pengusaha kecil dan menengah. Penyaluran kredit untuk kong- lomerat secara selektif dan ter- batas ini sempat menimbulkan aneka ragam kesulitan. Hyundai yang mengalami masalah pem- bayaran hutang jangka pendek juga terperangkap dalam skenario kebijaksanaan tersebut sehingga menghadapi masalah yang serius dalam chas flow. Bahkan Hyun- daisempat terpaksa harus menunda pembayaran gaji karyawannya. lebih banyak dicurahkan pada pengembangan usaha skala kecil dan menengah. Dewasa ini pemerintah menyediakan dana khusus un- tuk membantu pengembangan usaha skala kecil dan menengah dalam bentuk penyaluran kredit murah dan pemberian bantuan teknis lainnya, baik dalam rangka mendorong business start up dari usaha-usaha skala kecil yang baru muncul, maupun pengembangan bisnis interna- sional dari usaha skala kecil dan menengah yang sudah mapan. Porsi usaha skala kecil dan menengah dalam total ekspor Korea direncanakan untuk meningkat dari sekitar 37% pada dewasa ini menjadi 4%5 pada 1991. Upaya pengembangan po- tensi usaha skala kecil dan menengah ini memang sangat beralasan. Dibanding dengan ekspor Taiwan yang mayoritas dilakukan oleh perusahaan-pe- rusahaan skala kecil dan menen- gah, prestasi ekspor Korea yang banyak bertumpu pada kekua- tan konglomerat raksasa, ter- nyata masih berada di bawah Taiwan. Pada 1987, misalnya, nilai ekspor Taiwan mampu mencapai 59,8 milyar dollar. Sedang ekspor Korea (sekitar 47 milyar dollar AS) jelas masih berada di bawah Taiwan. Antisipasi Konglomerat PERIODE Roh memang di- tandai dengan upaya untuk memeratakan kemakmuran, namun tidak berarti bahwa pe- ranan konglomerat disingkirkan atau dikurangi. Konglomerat justru dipacuh untuk memper- siapkan proses internasionalisasi dan meningkatnya daya saing dengan merasionalkan dan me- Di sisi lain, Korea dewasa ini restrukturisasi struktur bisnis yang digelutinya. Untuk itu, para Chaebol diarahkan untuk me- ngembangkan strategi fokus pada bidang-bidang usaha yang tidak relevan. sedang berupaya keras untuk meningkatkan peranan dan jum- lah pengusaha kecil dan menen- gahnya, baik dalam hal penyera- pan tenaga kerja, maupun dalam sumbangannya terhadap peneri- maan ekspor. Jika dalam periode Park dan Chun sebagian besar dana pemerintah lebih banyak terpakai untuk mendorong perkembangan bisnis dalam periode Roh perhatian skala besar, maka tujuan utamanya. Namun sejauh mana wujud nyata tersebut mendekati harapan, juga belum jelas. Sebab, selama ini peranan yang diberikan koperasi dalam perekonomian masih diukur dari sumbangannya terhadap PDB. Jika ukuran sumbangan ter- hadap PDB yang diberikan ko- perasikan dipakai, maka kita harus memperhatikan tiga hal penting yaitu: 1. Apakah penilaian yang hanya mendasarkan pada sumbangan langsung pada PDB cukup pas untuk menilai peran koperasi ? 2. Apakah dalam perjalanan kurun waktu selama dua dasawarsa sejak dikeluarkannya UU No 12/1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, gerakan ko- perasi telah mengalami kema- juan yang cukup mengesankan di tengah-tengah pembangunan kita? 3. Dengan berbagai ke- mungkinan, bagaimana prospek perkembangan gerakan kope- rasi ke depan sejalan dengan proyeksi kemajuan ekonomi kita, serta persyaratan apa yang diperlukan agar koperasi tetap hidup dan mampu berkembang ? Dengan melihat item-item di atas, diharapkan kita mampu memberikan jawaban tentang persoalan-persoalan dan peranan koperasi di tengah usaha pemba- ngunan ekonomi yang diarahkan nomian, ke arah yang lebih seim- untuk mengubah struktur percko- bang antara sektor pertanian dan meningkatkan taraf hidup masya- industri serta mampu rakat secara nyata Bung Hatta, maka koperasi adalah Kedudukan koperasi menurut memang wadah aparat produksi satu-satunya sebagai jawaban positif terhadap penolakan kita berspesialisasi pada bidang dan Marxisme/Komunisme. Jika Konglomerat diarahkan untuk terhadap kapitalisme-liberalisme Demikian pula kontribusinya dalam perekonomian nasional diharapkan semakin mantap, dengan menyumbang dalam 40% pembentukan GDP, dan 63% dalam penciptaan lapan- gan kerja. Demikian pula, sumber-sum- ber kekuatan pertumbuhan Chaebol seperti subsidi, proteksi dan privilage dari pemerintah ini dihilangkan secara bertahap. Di satu pihak, dalam rangka mendorong tumbuhnya kemam- Jika diperhatikan dengan seksama, maka sejak Pelita I, yang didalamnya tersirat berbagai hara- pan yang segera ingin melihat kehadiran koperasi sebagai suatu soko guru perekonomian dan memiliki peran yang besar se- bagaimana diisyaratkan dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 1,2 dan 3 M Dawam Rahardjo (1986) telah mengungkapkan bahwa koperasi kita pada saat ini baru berupa alam cita-cita dan belum merupakan Mereka ingin turut merasakan kemakmuran para konglomerat yang membukit berkat jerih payah mereka. Maka dalam dua tahun terakhir ini upah buruhpun me- lejit naik rata-rata sekitar 70% per tahun. Dalam periode Roh, wujudnyata untuk mencerminkan embagaan serta pembinaan Maka bertitik-tolak dari hakekat kekuatan koperasi, te- lah diusahakan melalui pera- turan, perundangan, kebijak- sanaan dan pembangunan kel- usaha koperasi untuk : dilihat masih banyaknya modal asing yang bergentangan itu, memang disengaja. Karena ko- perasi sebagai pengorganisasian unit-unit produksi rakyat belum mempunyai dan mampu menggantikan posisi mereka. Salah satu unsur terpenting aktifnya dalam kegiatan pereko- agar koperasi memberikan peran nomian adalah menjadikan ko- perasi itu mandiri dan pro- fesional. Untuk mewujudkan harapan yang demikain sakral ini, maka gerakan koperasi harus berusaha dan mampu berdiri di atas kaki sendiri dan kekuatan sendiri, yang hakekatnya terle- tak pada : Mengukur Prestasi Koperasi Kita UNTUK mengukur peranan koperasi dengan hanya menilai sumbangan langsungnya pada produk domestik bruto (PDB) tampaknya belum pas benar, mengingat koperasi tidak me- maksimalkan nilai tambah kegia- tannya tetapi lebih kepada anggotanya. Maka fungsi ko- perasi sebagai pelayanan, lebih sesuai dengan kegiatan tersier. Karena itu, penting tidaknya kehadiran koperasi perlu dilihat dalam sektor lebih terbatas, yang terbuka buat koperasi dan sesuai dengan fungsinya. Namun de- mikian perlu dilihat pula tolok ukur yang lain seperti koperasi sebagai gerakan, apakah melibatkan anggota masyarakat yang makin besar? organisasi dan manajemen ko- perasi, baik koperasi individu sebagai badan usaha ekonomi maupun sebagai gerakan ko- perasi dalam rangka memba ngun sektor koperasi sebagai usaha "coperative net-work", yang berarti juga membangun organisasi Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) 5. Meningkatkan usaha penyuluhan/penerangan ko- perasi sebagai usaha untuk me- masyarakatkan koperasi yang harus dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu : Intruksi Menteri Pertanian No 4/ Ins/DL350/7/84 dan Intruksi Menteri Dalam Negeri No 27/ 1984 dan Intruksi Menteri Dalam Negeri No 27/84. Sementara itu, Tap MPR No II/MPR/1988 ten- tang GBHN memutuskan bahwa koperasi sebagai gerakan eko- nomi rakyat perlu terus didorong pengembangannya dalam rangka mewujudkan demokrasi eko- nomi. 1. Kekuatan anggota dan peran aktif anggota gerakan koperasi 2. Kekuatan dan kemampuan usaha gerakan koperasi 3. Kekuatan permodalan sendiri gerakan koperasi 4. Kekuatan organisasi dan manajemen gerakan koperasi itu sendiri. puan mandiri bagi para konglom- erat, di lain pihak untuk mengu- rangi intensitas friksi dagang dengan negara maju yang mengh- endaki penghapusan subsidi dan 2 Perkembangan Korea memang hambatan perdagangan di Korsel. Arahan ini secara sadar diikuti oleh Chaebol dengan melakukan penyesuaian diri. Antisipasi konglomerat Korea terhadap pe- rubahan situasi lingkungan peru- sahaannya ini berlangsung de- ngan cepat dan positif. Samsung Group, misalnya, berupaya mem- fokuskan diri pada bidang usaha industri elektronika, semikon- duktor dan pengembangan mate- rial baru. Hyundai pada automa- tive. Dan Daewo mencoba me- ngembangkan industri robotisasi dan kendaraan ringan. menarik untuk disimak. Ne gara tetangga kita satu ini perkembangannya banyak dia- mati oleh berbagai kalangan di negara berkembang, teru- tama yang berkaitan dengan succes story Korea dalam mengembangkan industrial- isasi dan mencapai pertum- buhan ekono-mi yang tinggi dengan meng-andalkan pada kekuatan dunia usaha (khususnya swasta) dan pengembangan strategi "Ex- port Led Growth". Cukup banyak karakteristik dasar yang menonjol yang khas milik Korea. Di antaranya adalah populasi penduduk yang rela- tip tidak besar, tingkat pendidikan rata-rata yang su- dah cukup tinggi dan kondisi geografis yang tidak terlalu luas. Hal ini merupakan faktor- faktor penting yang menunjang keberhasilan Ko- rea, terutama dalam hal kemampuan penyesuaian se- cara cepat apabila terdapat kesenjangan-kesenjangan Kesadaran Chaebol untuk menyesuaikan dari terhadap si- tuasi yang berkembang juga dapat disimak dari pandangan Lee Byung Chul, pendiri Samsung Group, yang ditulis dalam auto- biographynya; "an industry has to change its structure constantly. In recent years, the trend is form heavy, thick, long and big to light, thin, short and small" Penutup 1 Konglomerasi di Korsel me- mang telah menyebabkan ter- jadinya konsentrasi sebagian besar kekuatan ekonomi ke ta- ngan perusahaan-perusahaan konglomerat milik keluarga. Akibatnya, jurang kemakmu- ran antara kelompok konglo- merat dengan kelompok usaha skala kecil semakin melebar. Kebijaksanaan pemerintah Korea untuk mengkoreksi kesenjangan itu, merasionalkan dan merestrukturisasi struktur bisnis konglomerat serta meningkatkan peranan dan jumlah usaha skala kecil dan menengah, membawa kon- sekwensi setidaknya berupa menurunnyá pertumbuhan ekonomi dan munculnya pe- ngangguran, sekalipun kere- sahan sosial dapat diredam. Namun demikian, kelak (dan hampir dapat dipastikan) upaya ini akan mempercepat penca- paian tinggal landas tahap ke dua, menuju internasionalisasi ekonomi Korea yang tidak hanya akan dinikmati oleh kelompok Big Business, tapi juga oleh kelompok usaha skala kecil dan menengah. Korea dalam waktu yang relatip singkat akan mencapai taraf negara maju dengan industri yang mapan. Chaebol dan pe- 1. Meningkatkan peran-serta aktif anggota dalam kegiatan usaha koperasi dengan pe- ningkatan rasa pemilikan anggota atas koperasinya, melalui pemasukan penger- tian saham kedalam penger- tian simpanan anggota ko- perasi. Juga dengan jalan meningkatkan kemampuan anggota koperasi dalam pengambilan keputusan ko- perasi melalui sistem perwa- kilan anggota dan sistem kelompok anggota koperasi. Meningkatkan kemampuan anggota koperasi dalam me- ngawasi jalannya usaha ko- perasi melalui sistem penga- wasan koperasi oleh koperasi dan pembentukan koperasi jasa audit sebagai sistem pe- ngawasan koperasi a. Pendekatan terhadap masya- rakat sebagai target group yang akan dikoperasikan. b. Pendekatan terhadap Pemerin- tah dan cerdik cendekia yang akan mengelola koperasi. c. Pendekatan terhadap sistem ekonomi kita sendiri sebagai jembatan/mediator yang menghubungkan Pemerintah dengan masyarakat. Memperhatikan usaha-usaha yang dilakukan agar terciptanya suatu koperasi yang mandiri dan profesional, maka berdasarkan Intruksi Presiden No 4 Tahun 1984 tentang Pembinaan dan Oleh Entang Sastraatmadja Halaman VI rusahaan kecil Korea lainnya akan berkembang menjadi perusahaan multinasional yang andal. SEORANG hakim di India Selatan tetap bersikeras akan menjatuhkan hukuman mati ter- hadap seekor monyet, dalam menghadapi himbauan pencinta binatang, demikian dilaporkan. sosial-ekonomi. 3 Succes story Korea juga di- tunjang oleh adanya faktor penting lainnya, yang menjadi ciri khas bangsa Korea. Jiwa dan semangat confiusianisme, rasa nasionalisme dan inte graitas nasional yang tinggi, menyebabkan konsep hard statenya-nya Myrdal dapat berjalan di Korea. Artinya ke- bijaksanaan negara mampu mengarahkan dan bahkan merubah perilaku dunia usahanya (dalam hal ini kon- glomerat), sehingga selaras dengan arah kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah. Bagi konglomerat Korea, kepentingan negara adalah berada di atas kepentingan pe- rusahaan. Investasi luar negeri dan relokasi pabrik ke negara lain, misalnya, dapat dipasti- kan bukan merupakan suatu bentuk pelarian modal. Semua ini merupakan manifestasi penyesuaian diri terhadap perubahan situasi lingkungan perusahaan, yang masih berada dalam jangkauan arahan pemerintah. (*) Penulis adalah peminat masalah-masalah strategi dan ekonomi bisnis. badan Kalangan pencinta binatang meminta hewan itu segera di- serahkan ke suatu perlindungan binatang liar. Mo- nyet ini hanya dikatakan sebagai "monyet yang nakal" yang "jatuh Pengembangan KUD, diberikan arah agar koperasi, khususnya KUD terwujud menjadi wahana penghimpun potensi ekonomi masyarakat, dalam rangka pelak- sanaan pembangunan dibidang ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar peranan dan tanggungjawab masyarakat dapat berperan-serta secara nyata dalam pembangunan serta memetik dan menimati hasil pembangunan guna me- ningkatkan taraf hidup. Intruksi Presiden tersebut merupakan modal dasar untuk lebih meningkatkan keberhasilan gerak langkah koperasi di Indo- nesia, khususnya KUD dan Ko- perasi Primer Non KUD lainnya. Banyak peraturan dan pedoman pelaksanaan yang mendorong untuk suksesnya Intruksi Presiden tersebut, antara lain adalah Surat yang harus kita tuju. Bukan yang Arah yang semacam inilah Keputusan Menteri Koperasi No lain? 84/M/kpts/VI/84 tertanggal 15 Juni 1984 Intruksi Menteri 2. Meningkatkan kekuatan dan Penulis staf dan kemampuan usaha koperasi dengan cara meningkatkan pendekatan terhadap koperasi sebagai badan usaha ekonomi, selanjutnya melalui perluasan kesempatan usaha koperasi Koperasi No 5/M/Inst VI/84; ngajar FE Uninus Bandung. dengan mengusahakan pasaran yang terjamin (secu- rity market) dan skala usaha yang ekonomis melalui inte- grasi antara koperasi, serta sistem pengkaitan usaha an- tara koperasi dengan badan usaha non koperasi. 3. Meningkatkan kekuatan per- modalan sendiri dengan jalan membangun sistem per- bankan dan perkreditan ko- perasi antara lain dengan membangun kembali Bank umum Koperasi Indonesia dalam rangka pembangunan sistem perbankan dengan keuangan koperasi tersebut. 4. Meningkatkan kemampuan Koperasi merupakan orga- nisasi ekonomi yang otonom yang dimiliki oleh para anggotanya dan ditugaskan un- tuk menunjang para anggotanya dalam peranannya sebagai pelanggan koperasi. Jadi koperasi adalah suatu organisasi sosial ekonomi yang pemilikannya pada waktu yang sama adalah juga sebagai pelanggan. Koperasi juga memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengadakan kerja-sama. Adanya kerja-sama koperasi! dengan pihak lain, yaitu segenap anggota masyarakat pada umum- nya, akan membuka kesempatan bagi koperasi untuk dapat berkembang lebih baik, sehingga terdorong untuk dapat berkem- bang lebih baik, sehingga ter- dorong untuk dapat lebih berakar di masyarakat. Dengan kata lain, perwujudan demokrasi ekonomi akan lebih mantap dan dengan berkembang menjadi lembaga demikian koperasi akan dapat ekonomi rakyat yang mandiri dan profesional. Monyet India Dijatuhi Hukuman Mati di- Dalam Pelita V ini prestasi gerakan koperasi harus dapat ditingkatkan, dengan tujuan agar dapat mempercepat terciptanya keseimbangan aktivitas yang lakukan oleh koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya, yaitu usaha swasta (private stock.com- pany) dan usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dengan meningkatnya prestasi tersebut, maka akan meningkat pula kesejahteraan masyarakat pede- saan dan dengan demikian akan meningkatkan pula kesejahteraan sebagian besar bangsa Indone- sia. bakan polisi". Tanpa alasan lain yang jelas. laporkan menteror siswa sekolah, Hewan monyet seringkali di- merebut kotak makanan mereka dan bahkan merampok rumah- rumah untuk mencari makanan. Hukuman mati bagi seekor monyet ini sedianya akan dilakukan Jum'at pekan lalu, ari mendatang (AP) namun ditunda sampai 11 Janu-