Tipe: Koran
Tanggal: 2017-09-04
Halaman: 01
Konten
реч ио!uy ojo STIEBBANK BUSINESS & BANKING SCHOOL Satu-satunya Kampus Perbankan Di Jogja Terakreditasi B| www.stiebbank.ac.id SENIN PAHING, 4 SEPTEMBER 2017 12 BESAR 1950 JE BERNAS HARI INI POLITIK & HUKUM Kasus Walikota Tegal Memalukan HARIAN BERNAS Berani Jujur dan Kritis Masa kejayaan wayang banyak dipesan para kolektor kulit juga punya korelasi wayang dari luar negeri. dengan perajin wayang kulit. Salah satunya adalah perajin wayangkulitdi Dusun Gendeng, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Para perajin wayang kulit di dusun ini pernah menikmati masa kejayaan pertunjukan wayang kulit. Ketika pertunjukan wayang kulit masih berjaya, konon penghasilan buruh perajin wayang kulit di Dusun Gendeng ini lebih besar dibanding gaji guru pada zamannya. Pembuatan wayang kulit di Dusun Gendeng ini dirintis oleh Walidjo alias Atmo Sukarto, sekitar tahun 1929. Walaupun bernama Atmo Sukarto, tetapi orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pak Pujo. Selain sebagai pembuat wayang kulit, ia juga dikenal sebagai dalang, penari wayang orang dan pengrawit (penabuh gamelan). Kecintaannya pada kesenian wayang kulit membuat Pak Pujo mendirikan sanggarkesenian yang menjadi wadah bagi orang-orang sekitar untuk ikut belajar bagaimana membuat wayang kulit yang berkualitas. Dari sinilah nantinya murid-murid Pak Pujo mampu berkembang dan mandiri memproduksi wayang kulit hingga membentuk lingkungan seni kerajinan yang kemudian dikenal sebagai Sentra Kerajinan Wayang Kulit Gendeng. Dusun Gendeng di Desa Bangunjiwo, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Bantul ini memang dikenal sebagai kawasan perajin wayang kulit. Wayang kulit hasil tangan- tangan terampil warga Dusun Gendeng ini bahkan dinilai sebagai produk terbaik di Yogyakarta dan bahkan Indonesia. Sebab, hasil produksi para perajin di dusun ini tidak hanya tersebar di kota- kota di Indonesia, namu juga Kerajinan wayang kulit di Ki Nartosabdo adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Nama asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo. Hal 2 Ki Nartosabdo dapat dikatakan sebagai pembaharu dunia pedalangan di tahun 80-an. Gebrakannya dalam memasukkan gending-gending ciptaannya membuat banyak dalang senior memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu kota memboikot hasil karyanya. Meskipun demikian dukungan juga mengalir antara lain dari dalang-dalang muda yang menginginkan pembaharuan dimana seni wayang hendaknya lebih luwes dan tidak kaku. Selain sebagai dalang ternama, Ki Nartosabdo juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Melalui grup karawitan Condong Raos yang ia dirikan, lahir sekitar 319 buah judul gendhing. OLAHRAGA Ingin Mengulang Sukses di Piala AFF 2013 Hal 6 Saat itu, aktivitas pembuatan wayang kulit bisa ditemui di hampir seluruh rumah di Dusun Gendeng. Ada ratusan perajin wayangt kulit di Dusun ini. Para perajin itu bahkan mempekerjakan orang-orang dari luar desa, saking banyaknya pesanan wayang kulit. Ironi Wayang Kulit ayang kulit pernah menikmati masa kejayaan. Ia adalah salah satu kebudayaan yang paling mengakar di Jawa, meski wayang kulit sebenarnya juga bisa ditemui di luar Jawa dan bahkan luar Indonesia. Wayang kulit selalu dipertunjukkan, mulai dari tingkat desa hingga keraton. Banyak tokoh negeri ini sengaja mengutip cerita pewayangan untuk menjelaskan sesuatu. Bahkan, wayang kulit juga menjadi media penyiaran agama. Dusun Gendeng ini sempat berjaya di saat Presiden Soeharto berkuasa. Para pengrajin dapat hidup lebih dari cukup dari hasil membuat wayang. Bahkan, upah buruh pengrajin wayang kulit lebih tinggi dari gaji guru pada waktu itu. masih sekolah," katanya. Menurut Sagio, untuk membuat satu sosok tokoh wayang ukuran standar dibutuhkan waktu sekitar 10 hari. Lima hari untuk memmbuat pola dan menatah, kemudian lima hari berikutnya untuk nyungging (memberi warna). tidak lagi menjadi prioritas, terdesak oleh perkembangan jaman. Masyarakat makin memperoleh banyak alternatif hiburan, seiring dengan makin banyaknya stasiun televisi. Apalagi, banyak desa di Jawa yang mulai meninggalkan tradisi petunjukan wayang kulit pada bulan-bulan tertentu dengan alasan yang bermacam-macam. Salah satu faktor pendukung kejayaan wayang kulit produk perajin Dusun Gendeng adalah dukungan pemerintah Orde Baru. Para perajin wayang kuilit Dusun Gendeng sering diikutkan dalam pameran-pameran produk kerajinan dengan biaya pemerintah. Apalagi, Presiden Soeharto selaku penguasa Orde Baru juga dikenal sebagai Para perajin wayang kulit sosok yang menyukai wayang mulai kesulitan melakukan kulit dan ikut mengenalkan regenerasi karena profesi wayang kulit buatan para itu tidak lagi menjanjikan perajin Dusun Gendeng. dari sisi ekonomi. Anak-anak muda lebih memilih pekerjaan lain dibanding meneruskan usaha kerajinan wayang kulit. Diantara perajin wayang kulit yang masih bertahan tersebut adalah Sagio dan Sakino. Situasi tersebut berdampak langsung pada kerajinan wayang kulit di Dusun Gendeng. Jika dulu di sentra kerajinan ini ada ratusan perajin wayang kulit, kini hanya beberapa perajin saja yang masih bertahan. Kepada Bernas yang menemuinya, Sabtu (2/9), Sagio mengaku memulai usaha kerajinan pembuatan Namun, masa kejayaan wayang kulit ini sejak tahun itu tinggal kenangan seiring 1974. "Bapak saya dulu juga dengan makin menyusutnya bisa (membuat wayang), jadi frekuensi petunjukan wayang turunan. Anak laki laki saya kulit. Pentas wayang kulit juga ada yang senang, tapi dia A KOLEKSI MONUMEN PERS NASIONAL mpn.kominfo.go.id Pada tahun 1968, Anom Suroto sudah tampil di RRI (Radio Republik Indonesia), setelah melalui seleksi ketat. Tahun 1978 ia diangkat sebagai abdi dalem Penewu Anon-anon dengan nama Mas Ngabehi Lebdocarito. Tahun 1995 ia memperoleh Satya Lencana Kebudayaan RI dari Pemerintah RI. WISATA Mereka Para Maestro Dalang Beberapa gendhing ciptaan Ki Nartosabdo yang terkenal diantaranya Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci Ucul, Prau Layar, dan Rujak Jeruk. Ki Anom Suroto unia pewayangan tak bisa dilepaskan dari profesi dalang. Para dalang inilah yang mampu "menghidupkan' anak wayang sehingga menjadi sebuah tontonan yang menarik. Berikut ini adalah para maestro dalang atau dalang legendaris yang pernah dimiliki Indonesia, dengan masing-masing keunggulannya. Ki Nartosabdo Hingga saat ini, Anom Suroto adalah satu-satunya yang pernah mendalang di lima benua, antara lain di Amerika Serikat pada tahun 1991, dalam rangka pameran KIAS (Kebudayaan Indonesia di AS). Ia pernah juga mendalang di Jepang, Spanyol, Jerman Barat (waktu itu), Australia, dan banyak negara lainnya. Khusus untuk menambah wawasan pedalangan Gerebeg Besar Rayakan Momentum Idul Adha Hal 9 "Saya membuat yang kualitas standar, artinya ukurannya standar, pekerjaannya juga standar. Standar dalam artian tidak dikurangi. Kadang orang biar cepat selesai kan banyak yang dikurangi," ujarnya. Untuk membuat kerajinan wayang, Sagio mendatangkan bahan baku berupa kulit kerbau dari Makassar. Hanya sedikit bahan baku kulit kerbau dari Jawa seperti Banten dan Pekalongan. Menurut Sagio, bahan baku kulit kerbau dari Makassar memang melimpah karena adanya sejumlah upacara adat di daerah Sulawesi yang mengharuskan menyembelih kerbau. "Kalau (bahan kulit kerbau) yang bagus itu justru yang dari Jawa. Karena kerbau Jawa itu dirawat dengan sebaik. mungkin. Kadang dimandiin, dinaikin sambil digembala, jadi kulitnya bagus," ujarnya kepada Bernas. Ki Anom Suroto adalah seorang dalang Wayang Asep Sunandar Sunarya yang lebih dikenal dengan Kulit Purwa. Ia mulai terkenal sebagai dalang sejak panggilan Asep Sunarya, adalah dalang wayang golek sekitar tahun 1975-an. Ia lahir di Juwiring, Kabupaten yang menciptakan si Cepot. Wayang yang rahang Klaten, Jawa Tengah, Rabu Legi 11 Agustus 1948. Ilmu bawahnya bisa digerak-gerakkan jika berbicara, pedalangan dipelajarinya sejak umur 12 tahun dari juga dapat merentangkan busur dan melepaskan ayahnya sendiri, Ki Sadiyun Harjadarsana. Selain itu anak panah, tanpa bantuan tangan dalang. Dengan secara langsung dan tak langsung ia banyak belajar karyanya itu, dia pantas disebut sebagai pendobrak dari Ki Nartosabdo dan beberapa dalang senior jagat wayang golek di Indonesia. lainnya. mengenai dewa-dewa, Dr. Soedjarwo, Ketua Umum Sena Wangi, pernah mengirim Ki Anom Suroto ke India, Nepal, Thailand, Mesir, dan Yunani. Asep Sunandar Sunarya Dia dipuji dan juga dikritik dengan karya terobosannya itu. Namun, kritikan itu makin memacu semangat dan kreativitasnya. Keuletannya membuahkan hasil, namanya semakin populer. Terutama setelah Asep meraih juara dalang pinilih I Jawa Barat pada 1978 dan 1982. Kemudian pada 1985, ia meraih juara umum dalang tingkat Jawa Barat dan memboyong Bokor Kencana. Pengakuan atas kehandalan dan kreativitasnya mendalang, bukan saja datang dari masyarakat Jawa Barat dan Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Dia pernah menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnete di Charleville Prancis. Dari institut itu dia mendapat gelar profesor. ke hal 7 BERNAS Not Just Media Gebyar Voucher Hal 9 Galeri Oto Bernas Menurut Sagio, bahan baku kulit kerbau asal Jawa selain bagus juga dipengaruhi oleh cara mengulitinya sesudah disembelih. Cara menguliti di Jawa lebih berhati-hati dibanding di luar Jawa. "Disini (Jawa, red) cara Hal 13 NO 230 TH KE-71 TERBIT 16 HAL Rp 3.000 www.bernas.id UMKM Pajak UMKM Jadi 0,25 Persen Hal 12 mengulitinya itu sudah bisa halus, tidak tergores pisau. Cara mengambil kulit juga lebih bagus di sini (Jawa, red). Kalau di luar Jawa, yang terpenting dagingnya, kulit itu sudah tidak terpakai," ujarnya. Sebagai perajin, Sagio selalu mengikuti ► ke hal 7 mataraman Salah Sangka ari Minggu (3/9) kemarin, Lita, 22 tahun, seorang mahasiswa asal Magelang, naik bus menuju Yogyakarta bersama seorang rekannya. Padahal biasanya gadis berambut panjang ini pergi ke Yogyakarta naik sepeda motor. H Saat menaiki bus, Lita dan temannya itu sengaja memilih duduk di bangku belakang karena ingin ngobrol dengan leluasa. Saat mereka memasuki pintu bus, kebetulan ada seorang pengamen yang sedang menyanyikan sebuah lagu.. Karena ingin segera ngobrol, Lita dan temannya itu tak menghiraukan si pengamen. Keduanya lantas sayik ngobrol di bangku belakang. Saat sedang asik-asiknya, tiba-tiba ada yang menyapa Lita dari belakang. "Maaf, mbak," kata pria yang memanggil Lita. "Maaf aja bang...," kata Lita sambil melambaikan tangan. Maksdudnya, Lita tak berniat memberi uang receh kepada pegamen. Tanpa menghiraukan lelaki yang menyapanya, kedua gadis itu tetap asyik ngobrol. "Permisi, mbak," kata pria itu lagi. Kali ini dengan intonasi yang lebih keras. "Duh, kan saya dah bilang maaf," kata Lita ketus. "Maaf mbak, saya bukan pengamen. Saya kondektur. Mana ongkosnya. Pengamennya dah turun dari tadi," kata pria itu. Mendadak obrolan terhenti. Lita tersipu dan segera menyerahkan ongkos naik bus kepada sang kondektur.(jay) 4cm
