Tipe: Koran
Tanggal: 1993-09-06
Halaman: 06
Konten
6 Impor Lebih Murah Ketimbang Lokal Upaya mempertahankan swasembadagula impor pada saat ini. pasir dari tebu tidaklah semudah diucapkan. Indonesia memproyeksikan tahun 1993 ini tidak impor gula lagi, karena terjadi peningkatan produksi. Tapi nyatanya proyeksi itu tidak bisa diwujudkan. Kendala yang dihadapi adalah sulitnya memperoleh SUGAR lahan, karena pada daerah-daerah tertentu petani sawah enggan untuk mengusahakan tebu sebab tingkat keuntungan dan likuiditasnya kurang menarik dibanding tanaman padi dan palawija. Selain itu, keberadaan pabrik gula pun ikut menunjang suksesnya swasembada gula. Ada gula ada semut. Se- karang kalau dibalik, bunyi- nya tidak ada gula tidak ada semut. Bagi semut tak ada gula, masih bisa dicari. Tapi di masyarakat kelangkaan bukan tidak ada- gula jadi masalah besar. Konsumsi gula per kapita saat ini 1.314 kg per tahun- nya, sementara produksinya baru mencapai 2,2 juta ton. Total konsumsi gula di Indo- nesia 2,4 juta ton, keku- rangannya harus impor. Harga gula impor di pa- sar internasional saat ini antara Rp 500 hingga Rp 520 per kg. Harga dihitung ber- dasarkan catatan hingga tanggal 25 Agustus 1993. Oleh karena itu jauh-jauh Harga ini relatif rendah, hari pemerintah telah men- sehingga sangat mengun- canangkan swasembada tungkan bila melakukan Setiap tahun tak kurang 300 ribu ton diimpor In- donesia. Jumlah ini mem- boroskan devisa negara, untuk impor pemerintah harus mengeluarkan Rp 200 milyar per tahunnya. Sam- pai Agustus 1993 impor gula telah mencapai 230 ribu ton. Produktivitas produksi gula sangat ditentukan oleh tingkat kualitas tebu dan kinerja pabrik gula. Keiner- ja pabri gula yang menyang- kut keragaan dan kapasitas pabrik, perlu mendapat per- hatian yang cukup dari per- usahaan gula jika akan mengharapkan meningkat nya produktivitas, di sam- ping melakukan upaya pe- ningkatan kualitas tebu. gula. Dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menyetop impor gula. Sebaliknya keragaan pabrik yang mencerminkan faktor rendemen pabrik yang tinggi perlu pula dibarengi dengna upaya memperbesar kapasitas pabrik. Kapasitas pabrik yang besar dan memadai akan produktivitas hablur per ha baru mencapai rata-rata 6,2 ton. Ini berarti, kapasitas pabrik gula di Jawa secara rata-rata belum dapat me- ngimbangi jumlah tebu yang dihasilkan. Atau dengan kata lain, kapasitas pabrik gula di Jawa masih rendah sehingga perlu diupayakan untuk ditingkatkan. Pabrik Gula tak Semanis Rasanya dalam negeri. Alasan ditutupnya pabrik gula karena kapasitas pro- duksinya sangat jauh dari harapan. Hal ini berkaitan dengan kesulitan yang diha- dapi oleh pabrik gula milik pemerintah yang kebanyak- an umumnya didirikan seki- tar tahun 1950-an, sehingga sudah ketinggalan teknologi. Salah satu pabrik gula dari 13 pabrik gula PTP XV. XVI yang memiliki 13 unit pabrik gula di Jawa Tengah sering mengalami kesulitan yang disebabkan memban- jirnya stok gula pasir di gudang karena kesulitan dalam pemasaran. Sampai saat ini di Pulau Jawa terdapat 61 pabrik gula tebu, sedangkan 11 pabrik gula lainnya terdapat di luar pulau Jawa. Sebagian besar pabrik gula merupakan mi- lik negara di bawah penge- lolaan PTP. membuat hari giling pabrik menjadi singkat. Singkatnya masa giling pa-brik tersebut akan berakibat sebua tebu yang berada di wilayah kerja pabrik gula tersebut akan di- giling pada tingkat kemasak- an yang optimal. Akhir-akhir ini ada ren- cana Departemen Pertanian untuk menutup sepuluh pabrik gula milik PTP yang dinilai tidak produktif. Ren- cananya penutupan pabrik gula tersebut akan dilak- sanakan secara bertahap, walaupun demikian ada rencana untuk membangun pabrik gula baru karena dengan adanya penutupan pabrik gula dikhawatirkan akan menghambat tercapai- nya swasembada gula dan menngurangi produksi gula Data yang terekam di Sekretariat Dewan Gula Indoesia rata-rata hari giling pabrik gula di Jawa tahun 1992 telah mencapai 207hari (hampir 7 bulan) dengan HARIAN EKONOMI NERACA Terbit pagi, Enam Kali seminggu, 12 halaman Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Zulharmans Pimpinan Perusahaan Azwirman Noersal, MBA Staf Ahli Dr. Anwar Nasution, Drs. Abdul Latief, Tanri Abeng MBA, Sanjoto Redaksi/Tata Usaha/Iklan JI. Jambrut No. 2-4 Jakarta 10430 Telepon 323-969, 337-441,332-676 Facsimile (021) 310-1873 Telex 46000 NERACA IA Jakarta P.O. Box. 1386 Jakarta 10013 Bank BDN Cabang Gambir Jl. Ir. H. Juanda Rekening Nomor 01316.2.211.01.5 Bank BNI Cabang Kramat Jl. Kramat Raya Rekening Nomor 002890001 BRI Cabang Khusus JI. Sudirman Rekening Nomor 314568235 Bank Umum Koperasi Indonesia JI.M.T. Haryono Rekening Nomor 041508 Giro Pos A 13350 Harga Langganan per Bulan DKI Jakarta Rp 11.000 Luar Jakarta Rp 11.000 ditambah ongkos kirim Tarif Iklan Display Rp 4.500 per mm kolom Keluarga Rp 3.000 per mm kolom Iklan Baris (minimal 3 baris) Tiga baris pertama Rp 15.000 kk Baris berikutnya Rp 3.000 per baris Dicetak oleh PT Agrapress Isi di luar tanggungjawab percetakan Anda dapat berlangganan HARIAN EKONOMI NERACA di tempat-tempat berikut ini. Sedangkan harga gula di dalam negeri cukup tinggi. Harga provenue -harga yang dibayar Bulog kepada pabrik sampai gula dan petani Oktober 1992 mencapai Rp 790 per kg. Tingginya harga provenue menyebabkan me- ningkatnya arus gula impor. JAKARTA JAKARTA PUSAT: TARUNA AGENCY Jl. Panca Marga No. 10 Telp. 581622, DARJO AGENCY Jl. Panca Marga No. 18 Telp. 548995, SINAR AGENCY Jl. Baturaja No. 17 Telp. 330139, ANAGHO AGENCY JI. Perumnas T. Abang Blok 23 Lt. 1/4 Telp. 310512, SARTONO AGENCY JI. Taruna IX/34 Kemayoran Telp. 4209340, ANACO AGENCY JL. Krida VI Rt 06/01 No. 17 Kemayoran Telp. 4203128, MENTENG AGENCY Jl. Kebun Sirih Timur Dalam No. 12A Telp. 325929, SANGGAN AGENCY Jl. Sam Ratulangi No. 25 Menteng Telp. 327 576, MEDIA AGE Y Jl. Kali Pasir No.17C Telp. 376491, 326506, DAMAI AGENCY Jl. Gunung ahari X/46 Telp. 6394680. JAKARTA TIMUR:RIA AGNCY Jl. Penegak 1/12 Mantraman Telp. 8580806, WITANAKO AGENCY JI. Shan Muria No. 7 Rawamangun Telp. 4890647, ETIKA JAYAAGENCY Jl.Kay Putih LNo.30 Telp. 4898368,DJASMINAGENCY JI. SMEA No. 38 Cililitan Telp. 8090306, LILY AGENCY JL. Pondok Bambu Permal Blko AO No. 12 Telp. 8616872, THIO KIM HOK AGENCY JI. Pintu Pasar Timur No. 9 Jatinegara Telp. 8506275, CIKUNIR AGENCY JI. H. Keneng No. 3 RT. 01/13 (Palm Raya) Kel. Jaka Setia Kali Malang, ALDITYA AGENCY Jl. Binayasa A III/2 Komplek Binalindung Jatiwaringin. Sementara itu, beberapa kalangan menilai bahwa harga provenue perlu diting- katkan lagi. Pertimbangan- nya perbandingan hargapro- venue tak sebanding dengan kenaikan harga BBM, biaya transportasi, biaya pengelo- laan dan upah buruh. Harga gula impor yang murah ternyata tak dapat dinikmati oleh konsumen dalam negeri. Harga prove- nue ditambah komponen lain, seperti cukai, pajak, biaya bank dan lain-lainnya jadi patokan harga untuk konsumen. Artinya konsumen men- dapat harga setelah diperhi- tungkan dengan harga di atas, ditambah tarif trans- portasi, susut berat dan keuntungan bagi penyalur, Sementara itu mutu la- han pertanian tebu untuk suplai pabrik gula di pulau Jawa tidak juga meningkat termasuk kadar gula yang dihasilkan oleh tebu sangat jauh di bawah mutu standar sehingga gula yang dihasil- kan tidaklah terlalu baik. Industri gula memang berkembang relatif lama. Pemerintah dalam memper. cepat tercapainya swasem- bada gula telah membuka peluang bagi swasta untuk Pencanangan swasemba- da gula telah dirintis sejak pelita I Namun hingga kini Indonesia masih terus me- ngimpor gula 300.000 ton tiap tahunnya atau setara Rp 200 miliar. Rincian ken- dala yang umum dihadapi dalam menggenjot produksi gula antar lain, penggunaan bibit tebu bervarietas yang kemampuan produksinya grosir dan pengecer. Sementara konsumen menikmati harga gulaimpor yang disesuaikan dengan harga di dalam negeri. Tidak mengherankan bila terdapat selisih yang cukup besar, antara harga gula impor dengan gula lokal. Selisih harga impor diban- ding dengan harga lokal, hanya ada di tangan Bulog. Bila selisihnya mencapai Rp 270, maka jumlah selisih yang diperoleh Bulog bisa mencapai Rp 81 juta, untuk gula impornya. Pola pengembangan swasembada Pola pengembangan swa- sembada gula hendaknya diarahkan pada perkem- bangan kebutuhan dalam negeri. Sehingga besarnya selisih harga antara gula lokal dengan gula impor tidak terlalu jauh. Efeknya bila tidak segera diperbaiki, tingkat penyelundupan akan makin tinggi. Sehingga petani merasa- kan menanam tebu kurang menguntungkan bila diban- ding komoditi lain. Dampak lainnya menciutnya areal tebu sawah, merupakan konsekuensi dari swasemba- da beras. Bahkan areal tebu di P.Jawa yang dapat diper- tahankan hanya 120.000 ha. Bila impor lebih mengun- tungkan dari pada membeli produksi di dalam negeri, Berdasarkan hasil pene- litian Pusat Pengembangan Agribisnis 1985, tingkat pen- dapatan bruto usaha petani tebulahan sawah untuk satu membagun pabrik gula, khususnya di Indonesia di IBT dan di Sumatera. Pabrik gula yang diba- ngun swasta nasional ber- skala besar seperti PT Gu- nung Madu Plantation, PT Gula Putih Mataram, dan PT Naga Manis Plantation te- lah mampu mengurangi impor gula bagi Indonesia, walaupun masih dirasakan kurang untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Kendala yang dihadapi adalah mahalnya dana yang dibutuhkan untuk memba- ngun suatu pabrik gula. Investasi membangun pabrik gula bisa menelan sebesar Rp 300 miliar. Sebagai con- toh untuk membeli sebuah mesin baru pembuat gula harganya adalah Rp 15 mi- liar per unit. Selain itu faktor sumber daya manusia dirasakan masih kurang. Apalagi pa- brik-pabrik gula yang di- bangun terkonsentrasi di luar pulau Jawa yang me- mang masyarakatnya belum terbiasa menghadapi masa- lah pertanian tebu. Bron (Nia SS) 1992 budidaya tanian, yang membea per. petani untuk memilih ta- naman yang dianggap paling menguntungkan. Tataniaga Gula di Beberapa Negara Asia Filipina dan Muangthai serta sebagian India tebu di- usahakan di lahan kering yang tidak berkompetisi de- ngan tanaman padi dan palawija. Sementara di sebagian besar India, Pakistan dan Taiwan terjadi kompetisi de- ngan tanaman lain. di Filipina dan Taiwan sistem bagi hasil diberlakukan seperti di Indonesia, yakni petani hanya menerima 55% hasil gula dan hasil samping menjadi milik pabrik gula (Taiwan). Sementara untuk Filipina, baik gula maupun hasil samping ditetapkan 65% untuk petani dan 35% pabrik gula. Sedangkan di Malaysia, India, Muangthai dan Pakistan, petani menjual tebu kepada pabrik gula dengna ketetapan harga tertentu. Jika di Indonesia koperasi juga mempunyai peran besar untuk mensukseskan swasembada gula, demikian pula halnya di beberapa negara Asia. Di negara bagian Maharastra India, misalnya, peranan koperasi sangat besar, bahkan pabrik gula umumnya dimiliki oleh koperasi. Sehingga, di samping hasil pen- jualan tebunya, petani juga memperoleh sisa hasil usaha dari kegiatan pengolahan tebu dan hasil sampingannya oleh pabrik gula. India dan Pakistan, meskipun memiliki produksi yang besar tapi pada tahun ini diperkirakan memerlukan impor tambahan untuk menutup kebutuhan konsumsinya. Voras Sementara Filipina, Muangthai dan Taiwan masih dapat mengekspor terutama ke pasaran kuota Amerika Serikat. Walaupun demikian, ketiga negara tersebut tingkat pro- duksi dan ekspornya merosot dibanding sebelum 1985. Hanya Muangthai yang juga mempunyai ekspor yang cukup besar ke pasaran di luar pasar kuota. Tingkat konsumsi gula pasir yang telah mapan terjadi Produk gula kelapa yang persaingan produksinya tidak kalah dengan gula pasir. Gambar diambil pada salah satu kebun PTP XXVI. (Ist) maka jalan pintasnya hanyalah impor. Tapi bagai- mana dengan nasib para petani tebu kita? Mereka akan sangat terpukul. Persoalannya adalah bagaimana memberikan subsidi bagi para petani, Terwujudnya swasemba- da gula tidak saja diupaya- kan melalui perluasan areal, peningkatan pendapatan petani tapi juga pemba- ngunan pabrik gula. Dilihat dari areal tanam- an tebu di Indonesia dari tahun ke tahun tampaknya perkebunan rakyat hingga kini masih mendominasi, terutama di pulau Jawa. Pada 1985 dari luas areal tebu nasional seluas 340.229 sehingga harga pupuk menjadi murah. Biaya pro- duksi masih dapat dijangkau dan dukungan teknologi yang baik, sehingga cukup menguntungkan bagi petani. Swasembada gula diarah- kan agar mengikuti perkem- 1993: tak Impor Gula Produksi gula Indonesia hektar dengan produksi tahun 1993 diperkirakan 1.898.809 ton hablur, 66% di mencapai 2,6 juta ton, atau antaranya merupakan per- naik sekitar 2,3 juta ton. kebunan tebu rakyat dengan Dengan Kenaikan sebesar areal seluas 225.787 hektar. ini, maka diperkirakan In- Sisanya masing-masing se- donesia tidak perlu lagi luas 95.079 hektar dan mengimpor gula. Karena 19.363 hektar merupakan produksi sebanyak itu naik perkebunan besar negara sekitar 250 - 300 ribu ton dan perkebunan besar swas- dari tahun lalu. ta. Kenaikan produksi ter- sebut disebabkan luas areal tanam yang meningkat. Menurut data Neraca luas areal tanaman tebu yang sudah ditebang sampai Ok- tober 1992 mencapai 348.027 ha atau 86,9% dari taksasi maret 1992. Selanjutnya dominasi perkebunan tebu rakyat masih bertahan hingga ta- hun 1986 dengan luas areal sebesar 238.509 hektar dari total areal seluas 325.703 hektar atau memiliki kon- tribusi 73% dari total areal tebu nasional. Program swasembada gula perlu bercermin atas sukses program swasemba- da beras, yaitu perlu diberi perlakuan khusus seperti pada awal pencanangan swasembada beras, dianta- ranya penyediaan dana ter- masuk subsidi cukup besar. Investasi pendirian pa- lut menyusutnya lahan tebu, Dalam mengatasi keme- akibat rendahnya pendapat- an petani tebu. PT Perke- bunan XX (PTP) di Jawa Timur sejak 1989/90 telah menciptakan Kerja Sama Operasional (KSO). Tujuan KSO menumbuhkan saling ketergantungan antara per- usahaan dengan petani. Jalan raya yang rusak itu, persisnya terletak di dekat lokasi TPU (Tempat Pema- kaman Umum) Koja Utara terletak pada perem- yang brik gula cukup mahal, mi- sal untuk sebuah mesin di- perlukan Rp 10 miliar, itu- pun harus ímpor. Sehingga perlu dirangsang swasta bekerjasama dengan pabrik gula yang dinyatakan ideal di P. Jawa. Atau Pemerintah kukan beberapa percobaan Sementara itu telah dila- menggiring investor baru tumpangsari dengan tanam- untuk menanamkan modal nya mendirikan pabrik gula an palawija dan berhasil patan Jl. Jepara. Jalan raya di luar pulau Jawa. KSO mengacu pada In- cukup baik. Sehingga dengan ini, telah lama dikeluhkan pres No.5/1988 tentang pe- memasyarakatnya pola oleh masyarakat setempat. Selama belas dan pe- di kebun tebu Tadinya Jl. Dobo tersebut jenis TRIS (Tebu Rakyat 1975, khususnya pemba- lik Negara dan SK Menkeu pendapatan petani disam- hektar pada tiap tahunnya sejak ditetapkan Inpres No.9/ ngelolaan Badan Usaha Mi- dapat memberi tambahan Intensifikasi Sawah) I Rp ngunan industri gula, memi- No.740/KMK.00/1989 ten- ping tebu. 618.601 TRIS II Rp 963.525. liki sasaran ideal yaitu ingin tang peningkatan efisiensi Sedang Petani Padi-Ba- menempatkan petani seba- wang Merah sebesar Rp gai sebyek pembangunan. dan produktivitas Badan Usaha Milik Negara. Me- 4.781.320, berdasar kenya- Namun kondisi peng- kanismenya merupakan taan ini niat petani semakin amatan Selo Soemarjan da- modifikasi dan penyempu- enggan menanam tebu. lam bukunya "Petani Tebu" rnaan dari sistem yang per- Apalagi adanya UU No.12/ telah timbul goneangan so- nah diatur dalam SK No.3 - program KSO Sukses melalui terciptanya petani- petani yang "mau dan mam- pu" maka cita-cita menuju swasembada gula nasional dapat terwujud. an ringan yaitu berlubang hanya mengalami kerusak lubang sebagaimana keru- sakan jalan raya lainnya. Sekarang, jalan raya terse- dilewati oleh kendaraan je- but sama sekali tidak dapat nis apapun. Bahkan jalan kakipun tidak bisa. (Pudji Lelono) Ini disebabkan, karena kerusakan jalan raya terse- but selama bertahun-tahun tidak mendapat perhatian untuk diperbaiki. Sehingga, Jl. Dobo telah berubah men- jadi kubangan air laut yang mengakibatkan hubungan komunikasi menjadi terpu- tus. Laporan demi laporan telah disampaikan kepada Pemda setempat atau Wali- kota Jakarta Utara. Baik yang datangnya dari warga dan RW Kelurahan Koja 1980. sial, karena pelaksanaan No.4/1963 dan sistem TRI Program (Tebu Rakyat Int- esifikasi) TRI di pulau Jawa (1983) kurang diminati pe- tani. Walau tujuan akhir TRI meningkatkan kesejahtera- an petani. Hal ini tercermin semakin menyusutnya areal TRI terutama di lahan sa- wah. Dalam kurun 1983 1989 telah susut areal TRIS dari 18.000 ha menjadi 12.000 ha, dan berlanjut pada tahun berikutnya. Senin 6 September 1993 HARIAN EKONOMI NERACA Sedangkan sebaliknya yang terjadi pada lahan sawah yang mengalami pe- nurunan setiap tahunnya, pada 1990/1991 terdapat 29,094, dan 1991/1992 ha- nya terdapat 23.875, sedang setahun kemudian terjadi penurunan kembali yang menjadi 20.668 ha. Kedudukan ini terus ber- tahan hingga tahun 1989, di mana perkebunan tebu rak- yat dengan areal seluas 264.668 hektar dari total areal seluas 355.708 hektar. Agar pemanfaatan lahan kering terus meningkat maka tanaman lahan kering Diperkirakan peranan haruslah mempunyai ke- perkebunan tebu rakyat unggulan komparatif yang dalam beberapa tahun men- cukup nyata terhadap ber- datang arel cukup dominan bagai komoditis petani. hingga akhir pelita V ini diperkirakan dari total areal perkebunan tebu sebesar (Purwasiyanti) Dilema Petani Tebu di Indonesia SURAT PEMBACA Redaksi hanya akan memuat surat yang dilengkapi identitas diri atau foto copy KTP Sistem KSO memberi kebebasan petani menentu- kan pilihan dengan memu- tuskan untuk menanam tebu terwujud dalam kontrak kerjasama dengan pabrik gula. Jugajaminan memper- oleh penghasilan tertentu diwujudkan dalam jaminan minimum yang diberikan pabrik gula. bangan harga dalam tempo yang panjang. Sehingga akan menguntung-kan bila harga pasaran gula di dunia sedang tinggi, tetapi bila rendah diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. (Satria Wicaksono) di Malaysia, Filipina, Muangthai berada antara 18-25kg/ kapita setiap tahun, di mana permintaan untuk kon- sumsi minuman memegang peranan semakin besar. Kebijaksanaan Distribusi Malaysia pada dasarnya menerapkan sistem peng- baku bagi industri pemurnian gula yang dijamin oleh awasan melalui lisensi perdagangan dan penyediaan bahan pemerintah dengan kontrak jangka panjang yang relatif stabil harganya. Perdagangan gula (ekspor/impor) dila- kukan dengan izin pemerintah dan tidak dikenakan pa- jak. 401.000 hektar, 67% di an- taranya merupakan perke- bunan tebu rakyat. Dilihat dari perkem- bangan lahan, maka lahan kering selalu mengalami peningkatan ini terlihat dari setiap tahunnya. Terbukti pada 1990/1991 hanya 36,318 ha, sedang pada 1991/ 1992 terdapat 41.693 ha, dan tahun berikutnya 1992/1993 sudah mencapai 45.672 ha. dengan tujuan penggunaan yang dibedakan menjadi empat Di Filipinan menggunakan pengaturan alokasi sesuai macam, gula A (10%) untuk ek spor kuota AS, gula B (55%) untuk alokasi konsumsi dalam negeri, gula C (8%) untuk cadangan dalam negeri dan gula D (27%) untuk ekspor ke pasar bebas. Taiwan sebagai negara industri yang pendapatan per kapitanya mendekati US$ 5000 memberikan proteksi yang besar kepada petani. Harga didukung ditetapkan gulanya kepada Taiwan Sugar Corporation (TSC). Ke- pemerintah sebesar Rp 1.482/kg dan petani wajib menjual lebihan harga di atas harga dasar aka dibayarkan ke- pada petani, sementara dana yang unakan untuk mensubsidi petani sebagian dikumpulkan melalui pene- rimaan sebagian keuntungan ekspor gula. Harga eceran diberlakukan bebas dan perdagangan gula terbuka untuk siapa saja tanpa lisensi. Marjin distribusi di luar pajak mencapai 18,18% dari harga eceran. Pajak terhadap gula pasir sangat bervariasi. Namun pada umumnya tidak ada cukai yang khusus dikenakan kepada gula pasri. Malaysia sama sekali tidak memungut pajak. Filipina hanya 0,6% termasuk dana stabilisasi. Muangthai (10%), India 15,6%, Pakistan 20,5% dan Taiwan sebesar 9,1%. Indonesia merupakan negara yang berulangkali untuk jenis pajak yang berbeda. (13) memungut pajak dan cukai sangat tinggi dan dilakukan Jalan Dobo Jakarta Utara Dibiarkan Tetap Rusak Utara. Namun selalu tidak mendapat perhatian dari instansi terkait. Kenaikan 'Provenue' Gula Gairahkan Petani Tebu Banyak kendaraan ber- motor dari arah pantai laut Sampur terjebak, karena setelah tiba di perempatan Jl. Dobo menjadi buntu. Kendaraan menjadi terha- lang oleh lubang besar yang telah merupakan saluran air laut di tengah jalan. Para pengemudi kendara- an terpaksa mencari jala pintas daripada harus be- balik arah ke pantai Sam- pur. Sebagian besar petani DPRRI,H.Imam Churmen sekitar bulan April lalu tebu saat ini terus berha- yang menilai sudah wakt- rap agar pemerintah me- ngubah kebijaksanaan unya harga provenue gula harga provenue gula sebe- baik yang diterima petani sar Rp 792,00/kg yang maupun pabrik gula (PG) sudah berlangsung sejak dinaikkan. Oktober 1992. Alasannya, peningkatan kebutuhan dan biaya menjadikan ni lai yang diterima petani semakin kecil. roto. Keinginan petani ini terungkap ketika warta- wan Neraca bersama war- tawan Ibukota lainnya yang tergabung dalam PWI Jaya Unit Deptan melaku- kan kunjungan jurnalistik ke Jawa Timur baru-baru ini. "Harga gula di pasaran saat ini sudah mencapai Rp 1.300,00/kg, kok provenue (nilai yang diterima peta- ni) tidak naik-naik," ujar seorang petani tebu di Jati- Dia bisa memahami, besarnya selisih harga yang diterima petani dengan harga jual di pasar karena ada biaya-biaya serta ke- untungan yang harus dite- rima pedagang, baik di tingkat grosir maupun pengecer. Tapi kok jumlah nya bisa hampir separuh dari jumlah yang diterima para petani tebu. Para pe- tani juga bisa memahami bahwa harga eceran gula ditetapkan pemerintah, agar harga bisa dijangkau oleh semua lapisan masya- rakat. Jalan alternatif tersebut Seperti diketahui, struk- tur harga eceran gula sete- lah diperhitungkan dengan berbagai biaya yang terdiri dari Harga Produsen (pro- venue + premi mutu), Pe- nerimaan Pemerintah (PPN, Cukai, BMD, PPN Produksi), Biaya Eksploi- tasi Barang (Karung, Bia- ya Gudang, Biaya Modal Bunga Bank, Asurani), Management Fee (Bulog Fee, KUD Fee ), Dana Tambahan, Harga Tebus Penyalur Af Pabrik. Basri Mustofa, Ketua Kelompok Tani Polorejo di Desa Babatan, Ponorogo, Jawa Timur, sempat me- nyampaikan keluhannya. Kalau saja truktur yang menjadikan harga eceran gula dikembalikan kepada petani, maka provenue gula bisa ditingkatkan. "Dengan demikian maka petani tebu akan lebih bergairah," begitu alasannya. Aspirasi para petani tebu itu sebenarnya per- nah dilontarkan oleh Áng- Komisi gota VI yaitu Lorong 52. Dari lorong ini, kendaraan bisa ke luar menuju Jl. Jepara. Akibat- nya kondisi jalan di lorong tersebut ikut pula menjadi rusak, karena sering dilalui kendaraan berat. Menurut beberapa lapor- an warga Koja Utara, ham- Penduduk dan bangunan sebanyak itu, terdiri dari 13 Redaksi Neraca Yth: Mungkin di daerah DKI/ Jakarta, baru di Kelurahan Koja Utara saja terdapat pir semua jalan raya di dae- RW (Rukun Warga) dan 199 jalan raya yang dibiarkan Evaluasi hasil panen PTP rusak selama bertahun-ta- menunjukkan keunggulan yaitu Jl. Dobo dalam wila- XX melalui sistem KSO hun. Jalan raya dimaksud adanya selisih pendapatan yah Walikota Jakarta Uta- petani sebesar Rp 225.880 ra. (1990) dan Rp 403.000 (1991) atau terjadi peningkatan penghasilan 78,4%. nya sekarang sangat mem- jalan proyek MHT yang te- prihatinkan. Bahkan bekas lah dibangun di tiap lorong sekolah, pasar, dan lain-lain RT (Rukun Pen- dataan penduduk dan sara- na banggunan umum seper- ti mesjid, musholla, gereja, jalan tidak luput dari keru- sakan. sudah selesai dilaksanakan. Tetapi sampai saat ini ren- cana tersebut seolah-olah hanya merupakan kabar burung. Masalahnya sama dengan nasib Jl. Dobo yaitu didiam- kan tetap rusak. Padahal, pihak Pemda DKI Jakarta tidak sedikit mengeluarkan dana untuk perbaikan ling- kungan di daerah tersebut. Bila diamati, memang sekarangg ini kondisinya bagi penduduk yang tinggal di Mau pindah rumah tidak sangat memprihatinkan. bisa, sementara untuk memperbaiki kerusakan rumah diliputi keraguan karena kawatir sewaktu- waktu digusur. Akan Dibangun Pelabuhan Petikemas UTPK III Apakah kejadian tersebut, ada kaitannya dengan ren- cana perluasan pembangun- an pelabuhan petikemas UTPKIII oleh PT Pelabuhan II di Koja Utara belum dike- tahui pasti. Yang pasti, pen- duduk Koja Utara sekarang 'cuek' saja dengan rencana pembangunan yang akan dilakukan di Koja Utara. Pihak Direksi PT Pela- buhan II yang telah meng- ikat kerjasama dengan un- sur swasta sampai saat ini diam seribu bahasa tidak menyatakan kepastian akan embangunan proyek terse- but. Menurut Imam yang sangat vokal membela petani ini, selama ini telah disepakati rumus harga gula adalah 2,4 x harga gabah kering giling. De- ngan demikian harga pro- venue gula hendaknya ti. dak lagi Rp 792,00/kg tapi Rp 860,00/kg. Selain itu selama harga provenue gula ditetapkan telah ter- jadi kenaikan harga seper- ti BBM yang otomatis ber- pengaruh pada biaya trans- portasi, biaya pengelolaan, upah buruh dan kenaikan harga pupuk. Bila kenaikan harga provenue gula ini bisa di- laksanakan, maka secara psikologis akan mening- katkan gairah petani, memmbantu tersedianya lahan yang diperlukan PG- PG dan yang paling pen- ting adalah menunjang program pemerintah men- jelang PJPT II ini, yakni mengentaskan kemiskin- Kebetulan di dekat lokasi jalan buntu itu, terdapat tikungan jalan yang merupakan alternatif ke luar lan Juli 1993. dari Jl. Dobo. an. Pihak PG sendiri ada yang khawatir, kalau har- ga provenue gula tidak dinaikkan upaya mening- katkan perluasan areal sehubungan dengan pe- ningkatan kapasitas giling tidak akan tercapai. Seba- gai contoh, di Probolinggo, petani lebih tertarik me- nanam bawang merah dibanding tebu. Akibatnya PG Wonolangan kekurang- an bahan baku, sehingga harus mengambil dari daerah lain. Sedikitnya 37.400 jiwa yang menghuni sebanyak Salah seorang direktur PG yang enggan disebut namanya mengatakan, kalau tata niaga gula tidak diubah dan struktur harga tetap dipertahankan seper- ti sekarang, pihaknya sa- ngat pesimistis mengha- dapi persaingan harga gula di era globalisasi. "Hampir seluruh PG sekarang ini melakukan renovasi mesin untuk meningkatkan ka- pasitas giling, tapi kalau gula yang sudah dibuat akhirnya tidak laku kare- na kalah bersaing dengan gula luar yang masuk ke Indonesia maka bukan mustahil PG-PG yang bisa bangkrut. ges(Adhi Wargono) 6.984 buah bangunan akan direlokasi ke luar Koja Uta- ra, karena seluas 110 hektar tanah di kelurahan ini akan dibangun proyek perluasan pelabuhan petikemas UTPK III. Pembangunan proyek dan relokasi penduduk, serta pembebasan sejumlah ba- ngunan di Kelurahan Koja Utara belum juga direalisa- II menjanjikan akan mem- sikan. Meskipun demikian, pihak PT Pelabuhan cing, Nagrak, dan Sukapu- bangun perumahan di Cilin- ra. Meskipun demikian, selu- ruh warga Kelurahan Koja Utara tetap patuh memba- yar PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) kepada pemerin- Proyek perluasan pemba- tah, ditambah pembayaran ngunan pelabuhan petike- mas UTPK III di Koja Utara buhan II dan kewajiban sewa tanah kepada PT Pela- tersebut menurut rencana lainnya sebagaimana layak- akan dikerjakan setelah Pemilu yaitu persisnya bu- nya warga DKI lainnya. bernur KDKI/Jakarta dan Menteri Perumahan Rakyat Bahkan, tak kurang Gu- juga telah menyatakan per- setujuannya bagi relokasi penduduk Koja Utara di tiga tempat tersebut. Namun, kenyataannya masih terka- tung-katung. Direksi PT Pelabuhan II pernah menyatakan, pendu- duk Kelurahan Koja Utara hendaknyya jangan terpan- cing isu yang menyesatkan dengan terjadinya penunda- an proyek pembangunan perluasan pelabuhan petike- mas di daerahnya. Sementara itu, penduduk setempat terpaksa harus menanggung beban harapan sambil merasakan kondisi lingku gen dan daerahnya dibi kan terbengkalai tan- dilakukan perbaikan sa- rana untuk kepentingan umum seperti jalan raya dan lain sebagainya. Sardja Warga RW 04 Kelurahan Koja Utara
