Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bernas
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-10-17
Halaman: 04

Konten


Color Rendition Chart 4cm 4 Selasa Kliwon, 17 Oktober 2017 TAJUK RENCANA Balada Komunikasi H Densus Antiq Korupsi Tipikor Politik Karangan Bunga Jika jadi berjalan sesuai dengan rencana, maka team Oleh: Irene Santika Vididari ini akan menjadi tulang punggung polisi dalam membasmi korupsi di Indonesia. Bayangkan, dengan jumlah personil sekitar 3.500 lebih yang berasal dari polisi yang terpilih, dan dipimpin oleh seorang jendral bintang dua, dapat dibayangkan gerak leluasa mereka dalam memberantas masalah rasuah di negeri ini. Secara teknis mereka me- miliki kamampuan dalam melakukan itu semua. Apalagi ditunjang dengan dana tiga kali lipat dibanding dengan anggaran KPK, tentu hasilnya diharapkan juga akan lebih mangkus. Tapi apakah latar belakang dibentuknya Densus Tipikor ini? Kenapa tiba-tiba dibentuk? Apakah KPK kurang mampu dalam menjalankan tugasnya sehingga pihak kepolisian merasa perlu membentuk detasemen khusus tindak pidana korupsi ini? Kalau kita runut ke belakang, bukankah KPK diben- tuk karena ketidak mampuan polisi dan jaksa dalam memberantas korupsi? Pada waktu itu, semua kecewa dengan kinerja kepolisian dan kejaksaan. Atas amanah Undang-Undang, maka kemudian dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi. Lembaga independen yang ber- tugas menjalankanmisi mulya untuk membasmi korupsi di negeri ini. Lantas mengapa tiba-tiba polisi membuat densus tipikor? Apa sebenarnya yang terjadi? Apakah karena polisi sudah merasa mampu dalam memberantas korupsi? Siapa yang menilai kemampuan polisi dalam memberan- tas korupsi tersebut, sehingga tiba-tiba muncul Densus Tipikor ini? Kalau sekarang Polisi sudah membentuk densus, besok-besok jangan heran kalau kemudian jaksa juga akan ikut-ikutan membentuk densus versi mereka. Belakangan muncul kabar, bahwa polisi hanya akan menangani kasus korupsi yang kecil-kecil saja. Di mana nilainya tidak lebih dari 1 milyar. Sementara itu KPK akan menangani kasus yang lebih besar. Kalau benar demikian, mengapa jumlah anggarannya hampir tiga kali lipat dibanding dengan anggaran KPK. Apakah kasus korupsi yang kecil-kecil itu secara kuantitas lebih banyak dari kasus korupsi di atas 1 milyar? Ada yang sinis memandang pembentukan Densus Tipikor ini. Tapi ada juga yang merasa senang. Bagi mereka yang memandang dengan sinis beranggapan, bagaimana mungkin sapu kotor dapat membersihkan lantai dengan baik. Apa mungkin bintang dua itu berani menegur atasannya karena tersangkut dugaan perkara korupsi, misalnya? Selain itu, jangan-jangan ini adalah salah satu bentuk kamuflase pelemahan KPK secara halus. Pada akhirnya nanti tugas penindakan dan penuntutan KPK itu berangsur-angsur akan beralih dan dihilangkan. Dalam hal ini DPR, khususnya Panitia Angket bermain mata dengan pihak Kepolisian untuk memperlemah KPK. Bagi yang optimis berpendapat, pembentukan tim khusus ini akan membantu KPK dalam memberantas ko- rupsi. Apalagi kalau mereka berhasil membuktikan bahwa team ini mampu menyeret atau kembali membuka kasus rekening gendut para jendral polisi yang sempat hangat beberapa tahun lalu. Kasus ini menguap begitu saja, ketika polisi menyatakan bahwa rekening gendut itu sebenarnya tidak ada. Kalaupun ada itu didapatkan cara yang wajar. Dengan demikian maka kasus tersebut ditutup sendiri oleh pihak kepolisian. Jeruk makan jeruk. Mudah-mudahan saja Kepolisian dan DPR tidak bermain mata. SURAT PEMBACA Himbauan Yang Tidak Lagi Dihiraukan Seperti kita tahu bahwa masalah sampah adalah per- masalahan yang tak kunjung ada habisnya. Terutama sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Tidak kita sadari biarpun sedikit tetapi rumah tangga menghasilkan sampah setiap hari, jika tidak ada pengelolaan yang baik maka akan terjadi masalah baru yang berdampak pada kesehatan lingkungan. Seperti yang terjadi di kawasan jalan Dukuh-Patu- kan, persis dipinggir jalan masyarakat membuang sam- pah karena tidak memiliki tampungan dan tidak ada yang mengelola dengan baik. jalan terlihat kumuh, padahal dengan jelas disitu sudah dipasang himbauan Dilarang Membuang Sampah, tetapi justru masyarakat mem- buang tepat dibawahnya. Hal ini menimbulkan keprihatinan orang yang melewati jalan ini, harus ada peringatan yang tegas agar tidak ada lagi yang berani membuanng sampah ditem- pat tersebut. Margareta Vivi R Mahasiswa Prodi Publik Relation ASMI ST Maria Yogyakarta Usulan Rubrik Citizen Journalism Saya melihat di Harian an Bernas makin dekat de- Bernas belum ada rubrik ngan pembacanya. Jurnalistik Warga (Citizen Journalism). Padahal di Jogja sangat banyak komunitas dan kegiatan yang dilak- sanakan setiap hari. Saya usul, bagaimana kalau Harian Bernas membuka rubrikasi Jurnalistik Warga, agar kami bisa memberikan informasi setiap kegiatan komunitas atau organisasi melalui Hari- an Bernas. Semoga dengan adanya rubrik tersebut, Hari- Ronny Andrianto Aktivis LSM Dari Redaksi: Terimakasih atas usulan Pak Ronny, kami akan tindak lanjuti usulan bapak dalam rapat Redaksi. Semoga kami bisa me- menuhi harapan bapak dan masyarakat yang meng- inginkan rubric Jurnalistik Warga di Harian Bernas. HARIAN BERNAS WACANA HARIAN BERNAS Menjelang tunainya masa jabatan duo Badja (Basuki-Djarot), halaman Balai Kota Jakarta kembali disesaki karangan bunga warna-warni yang dikirimkan oleh loyalis Badja. Isinya tak melulu ucapan terima kasih for- mal, melainkan juga tulisan-tulisan lain seperti puisi, pantun, sindiran untuk pihak lawan, bahkan curahan hati (curhat). Jika dulu karangan bunga identik dengan instansi atau kalangan ber- duit, sekarang tak lagi. Banyak juga karangan bunga yang dikirimkan ke Balai Kota Jakarta berasal dari perseorangan, simpatisan bebas Badja. Singkat cerita, karangan bunga, sebagai salah satu media ekspresi, di masa kini sudah begitu terjangkau dan tak lagi dimonopoli mereka yang punya anggaran berlebih. Dan, secara perlahan, karangan bunga pun mulai bertransformasi menjadi salah satu media komunikasi politik. Media ekspresi Biasanya, karangan bunga ha- dir pada dua kondisi ekstrem, yakni bahagia dan sedih. Maka mudah saja bagi kita menemukan karangan bunga di acara-acara seperti pembu- kaan kantor baru, pernikahan, dan kematian. Semula, karangan bunga dikirimkan para undangan yang tak sempat datang ke acara tertentu, yang berharap karangan bunga tersebut dapat mewakili kehadiran mereka. Belakangan, karangan bunga tak lagi hanya hadir di acara-acara seperti di atas. Media ini hadir di momen- momen lain. Para mahasiswa yang ditinggal "lulus" oleh temannya mulai menjadikan karangan bunga sebagai sebuah media alternatif mengungkapkan sukacita saat upa- cara wisuda. Dan, yang masih segar dalam ingatan kita, para pendukung Badja menggunakan karangan bunga untuk mengungkapkan dukungan kepada dua orang politikus yang baru saja kalah dalam Pilkada DKI itu. La- man Merdeka.com (2017) menulis besar-besar satu judul berita "Banjir karangan bunga Ahok belum pernah ada di sejarah politik RI." Kita semua juga pasti masih ingat kejadian medio 2015, ketika sejum- lah pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengirimkan tiga karangan bunga kepada pimpinan Pendahuluan Di dalam ajaran agama Hindu memiliki konsep bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memilki Tri Premana (Bayu, Sabda dan Idep) yang dilengkapi dengan alam pikiran yang berkemampuan tinggi Samyagjanana Setiap umat manusia dalam hal menerapkan ajaran kerohanian di- kenal menggunakan konsep jiwa dimana dalam agama dimengerti dalam hubungannya dengan kekua- tan Ketuhanan dan memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya untuk dijadikan pegangan, pedoman dan tuntunan pada setiap umatnya untuk mengerti dan memahami akan hakekat tentang wakat Tri Semaya (Utpati, Stiti dan pralina, Lahir,,hidup dan mati) yang kesemuanya hampir sering dilupakan. Dan tak terasa kita sudah berada dipenghujung tahun 2017, sebagai pertanda, umur akan bertambah tua, sehingga dengan perjalanan Waktu, kita semua bisa bertanya pada diri sendiri sudah berapa jauh kita melangkah dan sudah berapa jauh kita tersandung dengan berbagai kesalahan pada kehidupan sehari hari. Singkat Hidup Menjelma Menjadi Manusia Karangan bunga hadir sebagai media kritik dan media komunikasi alternatif yang relatif lebih aman dibandingkan saluran-saluran lain seperti media sosial. Pengirim dapat "berteriak" sebagai anonim dan mengaburkan identitasnya tanpa perlu khawatir keberadaannya dilacak pihak-pihak yang bertentangan dengannya. Jika direnung renungkan hidup menjelma menjadi manusia sa- ngatlah pendek dan singkat ibarat sekelebatan sinarnya kilat, begitu singkatnya. Dalam kitab suci Sarasamuscaya, 366 menyebutkan : "Aparyantsya kalasya kiyanamsah KPK. Isinya ungkapan-ungkapan satir, seperti: "Terima kasih pimpinan KPK atas aksi panggungnya. Kalian pahlawan sinergitas. Kami menunggu dagelan selanjutnya," "Kami bangga pada AS, BW dan Novel. Kalian orang berani! KPK bukan pengecut yang cuma bisa kompromi!" dan "Teruntuk pimpinan KPK yang selalu (tidak) me- nepati janji." (Merdeka, 2015). Demikianlah, karangan bunga yang semula sekadar media ekspresi pelan-pelan berubah menjadi saluran menyuarakan kritik-dan komunikasi politik-seperti yang dilakukan para pegawai KPK yang "gemas" itu. Heri Budianto (Detik, 2017) menyatakan bahwa penggunaan karangan bunga dalam menyuarakan kritik disebut- sebut sebagai fenomena baru dalam komunikasi politik. Media ekspresi politik berupa karangan bunga ibarat sebuah oase indah, yang memanjakan mata, membuat kita berpaling sejenak dari lomba tarik tambang mempere- butkan kekuasaan yang sedang di- lakukan aktor-aktor politik nasional. "The Silent Majority" Nasution (1990) mengemukakan komunikasi politik terjadi dalam suatu sistem politik yang melibatkan antara sistem tersebut dengan ling- kungannya. Media yang digunakan dalam melakukan komunikasi inipun beragam: mulai dari media massa, jaringan komunikasi tertentu, hingga media sosial. Namun pada kenyata- annya, kecuali terhubung dengan jaringan redaktur, susah bagi orang kebanyakan menyalurkan kritik ke media massa. Mengandalkan jaring- an komunikasi tertentu hanya akan membuat informasi berputar di situ- situ saja. Sementara media sosial be- gitu hiruk-pikuk oleh informasi yang tidak jelas, dan mencari berita yang MUTIARA IMAN Hidup Sangatlah Singkat sarascatam, tan matra paramayuryah sa katham svaptumarharthi", Artinya Waktu itu tidak memiliki batas, beratus ratus bilangan tahun tetap berjalan tiada hentinya, sebaliknya, tindakan dan perbuatan itu ada batas dan ada hentinya, mataharipun ter- kadang sangat terlambat datangnya, akan hidup ini ibarat sekelebatan sangat singkat. Selanjutnya dalam kitab sarasa- muscaya 367 mengatakan : benar dan berkualitas di media ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Maka banyak kalangan yang memilih diam, bergerak di bidang masing-masing dan menjadi "the silent majority" alias mayoritas diam. Namun, "tragedi" kekalahan Badja dalam Pilkada DKI akhirnya "memaksa" mayoritas yang selama ini diam untuk rama-ramai unjuk suara. Salah satu yang mereka laku- kan adalah-selain melakukan aksi solidaritas "Seribu Lilin untuk Ahok" di berbagai kota di Tanah Air dan man canegara-mengirimkan karangan bunga ke Balai Kota Jakarta. Rahimah Abdulrahim dari The Habibie Center pun berani berpendapat bahwa, "Aksi solidaritas terhadap kebhinnekaan bisa menjadi kekuatan politik baru di Indonesia" (BBC, 2017). Oleh: Made Worda Negara "Sebab terlalu pendek umur se- kalian makhluk, meskipun sudah pendek, diambil sebagian oleh waktu malam untuk waktu tidur, sisanya yang sebagian lagi dikurangi dengan sakit, kesedihan, umur tua serta gang- guan hidup lainnya. Jika direnungkan sungguh amat pendek umur manusia pada akhirnya". Dengan memperhatikan ayat- ayat suci diatas, bahwa waktu hidup menjelma menjadi mnausia namatlah pendek demikian cepat laksana anak panah yang melesat dalam sekejap. Demikian pula dengan kehidupan di dunia ini, belum selesai kita melaku- kan swa dharma / kewajiban maut akan menjemputnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap umat manusia menyadari akan keterba- tasan waktu yang dimilikinya. Mengenai "politik bunga,"Witjak- sana (2017) menulis, fenomena ter- sebut menunjukkan sebagian besar masyarakat yang selama ini terlihat diam (silent), ternyata juga mampu menyatakan pendapatnya melalui ba- hasa serta simbol yang sangat seder- hana dan komunikatif". Demikianlah, karangan bunga menjadi penyaluran yang elegan bagi suara mayoritas di Indonesia yang selama ini memilih diam. Kalau direnungkan dalam ke- hidupan ini ibarat bermain Sandi- wara, di mana orang bermain diatas panggung dalam melakoni kehidupan sendiri sendiri, dia memainkan peran Aman dengan Anonim Semakin ke sini, media sosial menjadi media kritik yang sema- kin tidak aman. Apalagi semenjak Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 atau yang lebih dikenal luas se- baga Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) efektif diberlakukan. Keliru menulis sebuah kata saja, seorang penulis status di Facebook, misalnya, dapat dipolisi- kan. Lebih parah lagi, pihak yang di- kritik-yang merasa dirugikan-dapat dan ia sendiri tidak tahu peran apa yang hendak dimainkannya, karena tidak ada sutradara yang secara tidak langsung memberikan dia peran, sepertinya manusia yang memilih peran, alur cerita, dan sama sekali dia tidak mengenal medannya dan siapa dia, dari mana, apa tujuan yang hendak dimainkannya, karena ia memang berada dalam kegelapan. Manusia tidak mengerti akan hakekat dirinya, maka setiap manusia mem- persepsikan dirinya sama dengan badan. Oleh karena itu, manusia sangat terikat akan badan, manusia tidak dapat membedakan antara yang hakiki (atman) dengan yang tidak hakiki (badan). Kecenderungan ada pengaruh ja- man kaliyuga atau jaman Kalisengara yang di jawa lebih dikenal dengan jaman EDAN yang terjadi saat ini, ma- nusia mengumbar, memburu dengan seluruh energinya untuk kepentingan badan yang cenderung mengarah pada materi atau kekayaan yang cenderung mengabaikan kepentingan jiwa seolah olah olah umat manusia dapat men- gukur dan mengatur usia hidupnya, kapan ia harus meninggalkan badan kasarnya. Manusia terasa tak kenal lelah mengejar dan menumpuk harta kekayaan yang demikian besar den- gan berbagai dalih namun sangat mengabaikan kepentingan bersama. Semestinya, disamping manusia me- ngejar kepentingan duniawi haruslah dilandasi Dharma sesuai ajaran Catur Direktur Utama: Putu Putrayasa, Direktur: Tony Sitohang, Pemimpin Umum: F.Sisca Diwati, Pemimpin Redaksi: Razaini Taher, Wakil Pemimpin Redaksi: R.M.B. Ariyanto, Redaktur Pelaksana: Sugeng Prayitno, Sekretaris Redaksi: Thia Destiani, Redaksi: Heru Catur Nugroho, Philipus Jehamun, Warjono, Agung Raharjo, Galih Wijaya, Aloysia Nindi Paramitha, Paulus Yesaya Jati, Elyandra Widharta, Deny Hermawan, Sunti Melati, Lativa Rosyida, I.Made Danugraha. Desainer: Ari Hidayati, Adi Winarto, Wakidi, Rolly Ardhitya. TI: I.Made Surawan, Anqinudin.1, Toto Raharjo, Ahmad Ridho, Aris H Nugraha saja menelusuri keberadaan sang penulis status dan memberikannya "pelajaran secara swadaya" tanpa perantara hukum negara. Entah sudah berapa orang yang diantarkan pasal yang mengatur ten- tang ujaran kebencian (hate speech) dan "pasal-pasal karet" UU ITE ke bui. Di antara mereka ada yang memang benar-benar berniat untuk berbuat jahat, seperti mencemarkan nama baik orang lain. Namun lebih banyak lagi mereka yang masuk penjara tanpa tahu kesalahan apa yang telah mereka perbuat. Contoh yang terakhir ini barangkali juga bisa memperlihatkan pada kita potret nyata kurangnya literasi media masyarakat Indonesia. Internet yang dahulunya menjan- jikan kerahasiaan, sekarang seakan sedang direnovasi oleh pemerintah Indonesia menjadi semacam rumah kaca yang transparan. Akibatnya makin susah untuk tidak terlacak di Internet. Apalagi setelah bulan Oktober 2017, ketika setiap pengguna kartu SIM diwajibkan memasukkan nomor induk kependudukan di e-KTP atau Kartu Keluarga (KK) sebagai salah satu syarat melakukan registrasi agar kartu SIM dapat diaktifkan. DIVISI BISNIS Pemimpin Perusahaan: Bambang Sukoco. Manajer Iklan: Harginingsih, Koordinator Iklan: Christina Hesti Apri Wulandani, Supervisor AE: Rosalina MG Siagian, Manajer Keuangan: Yuliasih. Manajer Promosi: Sugeng Zulianto. Manajer Sirkulasi: Tedy Kartyadi, Iklan Jakarta: Hariri, Penerbit: PT. MEDIA BERNAS JOGJA, Tarif Langganan: Rp 55.000,-/bulan (6 kali terbit seminggu), Tarif Iklan: Warna Rp 22.000,-/mmk (minimal 600 mmk), Hitam - Putih Rp 12.000,-/mmk, kolom Pp 6.000,-/mmk (minimal 1x30mm, maksimal 1x100 mm) Iklan Baris Rp 6.000,- perbaris (perbaris 30 karakter), keluarga/duka cita Rp 6.000,- per mmk, Advertorial Hitam Putih Rp 9.000,-/mmk (minimal 1/4 halaman), Advertorial Berwarna Rp 18.000 permmk (minimal 1/4 halaman), semua ditambah PPN 10%. Bank: BPD DIY Cabang Yogyakarta No. AC 001.111.000.504; Bank Mandiri, No. AC 137-00- 1144575-2. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi: Hebat Building Ringroad Utara Nomor 7A Caturtunggal, Depok Sleman, Yogyakarta 55281; Hotline: (0274) 5306623; Biro Jakarta: JI Ciputat Raya No. 9A Telp(021)5330976 Jakarta. Kontak: Hariri, Telepon 081379139660 Website: www.harianbernas.com, Email: redaksi@harianbernas.com, iklan@harianbernas.com Naskah artikel dan surat pembaca agar dikirim ke email: artikelbernas@gmail.com. Percetakan: PT Media Tribun Yogya (Isi di luar tanggung jawab percetakan) Wartawan HARIAN BERNAS selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima/meminta imbalan apa pun dari narasumber. Karangan bunga hadir sebagai media kritik dan media komuni- kasi alternatif yang relatif lebih aman dibandingkan saluran-saluran lain seperti media sosial. Pengirim dapat "berteriak" sebagai anonim dan me- ngaburkan identitasnya tanpa perlu khawatir keberadaannya dilacak pihak-pihak yang bertentangan de- ngannya. Meskipun karangan bunga adalah media analog, ia juga dapat berubah menjadi digital-dan men- jadi viral-ketika orang yang melihat mengunggahnya ke media sosial. menjadi viral jika orang lain yang melihatnya kemudian memotret dan mengunggahnya ke internet. Tentu saja, karena anonim, bukan berarti para pengirim bisa seenaknya mengirimkan kalimat yang tidak sesuai dengan norma. Lagipula, bunga semes- tinya menjadi sesuatu yang merepre- sentasikan keindahan. Dan kritik juga bisa disampaikan secara indah. Purusa Artha (Dharma, Artha, Kama dan Moksa). Artha timbul karena adanya keinginan yang bajik untuk mempersiapkan diri mencapai keti- dakterikatan (wairagya ) dan menun- tunnya mencapai moksa (Kelepasan).. Untuk itu dalam mengarungi kehidu- pan yang sangat singkat ini tidak ada jalan lain kecuali selalu berbuat yang baik dan benar serta memegang teguh Ajaran Dharma dalam kehidupan se- hari hari. "Dharanad Dharma Ityahur, Dharmena Vidrtah Prajah" dengan Dharma semua makhluk diatur. Penutup Bercermin dari uraian diatas maka hendaknya setiap umat manu- sia selalu mawas diri, mengendalikan diri mengingat hidup menjelma menjadi manusia benar benar begitu singkatnya dengan selalu meman- faatkan hidup ini pada jalan yang baik dan benari dalam berpikir, bertutur kata serta dalam bertindak, dengan mengamalkan konsep hidup tidak terlalu berbangga akan diri manakala memperoleh kebahagiaan/ kesu- kaan dan tidak terlalu bersedih hati manakala mendapatkan berbagai cobaaan dalam hidup ini. Irene Santika Vidiadari, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2017, Seluruh Puskesmas di Yogya Terakreditasi POJOK UDIN Harus diikuti dengan pelayanan yang baik dan adil Sultan Paparkan Isi "Pancamulia" Made Worda Negara Rohaniwan Hindu TNI AU Mutiara Iman hadir setiap hari Senin hingga Sabtu. Edisi Senin tentang agama Kristen, Selasa agama Hindu, Rabu agama Buddha, Kamis Khonghucu, Jumat Islam dan Sabtu tentang agama Katolik. Semoga warga Jogja makin berkualitas dan ber- martabat RAKER MENDAG Cukai Ro Pertimba JAKARTA, BERNAS--Rencana pe- merintah menaikkan tarif cukai rokok secara eksesif pada 2018, dinilai akan berdampak domino. Khususnya, ter- hadap industri rokok dan pendapatan negara. Karena itu, Ketua Umum Aso- siasi Masyarakat Tembakau Indo- nesia (ATMI) Budidoyo menyatakan, hendaknya kebijakan cukai harus rasional, dengan mempertimbangkan kelangsungan bisnis industri hasil tembakau. Menteri Perdagangan Enge VI DPR seusai mengikuti ra itu membahas anggaran Rencana kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 8,9 persen di 2018, dinilai tidak rasional. "Kami sangat menolak kenaikan cukai yang eksesif, mengingat industri tembakau merupakan industri padat karya yang melibatkan jutaan orang JAKARTA, BERNAS--Pe- nerimaan pajak hingga akhir September 2017 baru ter- capai Rp 770,7 triliun atau 60% dari target APBNP 2017 sebesar Rp 1.283,57 triliun. Meski demikian, Direktorat Jenderal Pajak mengaku masih optimistis mengejar target, seiring dengan pening- katan kinerja pajak. Direktur Potensi, Kepa- tuhan, dan Penerimaan Pajak Ditjen Pajak Yon Arsal men- gatakan, meski realisasi pe- nerimaan pajak masih 60%, tapi kinerja tersebut sudah Ditjen Pajak Op bagus. Pasalnya, bila meli- hat penerimaan pada peri- ode sama tahun lalu tanpa mempertimbangkan setoran amnesti pajak, penerimaan pajak sampai September ta- hun ini masih tumbuh 12,6%. "Ini sangat bagus kalau kita bandingkan dengan per- tumbuhan ekonomi alami yang sekitar 8-9 persen," kata Yon saat ditemui di Kampus FISIP Universitas Indonesia (UI), Depok, Sabtu (14/10). Selain itu, Ditjen Pajak juga mencatat pertumbuhan setoran pajak berbagai sektor BERNAS PROM Bahan Utama Pasir & Semen -Tanpa Pembakaran Ringan & Kuat Cocok untuk Daerah Labil dari hulu hingga hilir. D sebagai sumber utam cukai negara," ujar B (16/10). Kenaikan cukai sa rus mempertimbangka industri. Di mana, sa terus turun volumeny tahun terakhir. Berdasarkan da 2016, produksi rokok miliar batang, turun batang di 2015. Seme ini per Juli 2017, volu sudah turun delapar dibanding tahun lalu. Menurutnya, ind ngan terus menerus di kenaikan cukai yang seperti yang terjadi BATA RINGAN CLC LITECON Ukuran : 10-20-60 7,5-20-60 INDUSTRI UBIN-CON BLOCK-GENTENG BETON BATA RINGAN PT DIAMOND BARU hubungi SMS/WA (Mas Joko] 0816 426 7716 Jl. Magelang KM. 7,2 Yogyakarta Telp. (0274) 867788, 868070, 868073 Berlangganan Bernas atau tidak menerima koran -Berlak -Tidak -Berlak di Res -Tidak Syarat kes You Peserie Ingat Untak Ke GO VI KARPET SATU-SATUNY JL. BHA (10 M sala TANGAN TENTERA SEBELUM ANDA