Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-07
Halaman: 09
Konten
kan 8 bisa ka. ya m- ak ra ng ke ng na e- b 8 ANALISA-MINGGU, 7 DESEMBER 1997 M "JOSUA.....!" kembali suara teriakan itu membahana mening- kahi keriuhan anak-anak yang se- dang bermain sepak bola di la- pangan. Suara itu nyaring dan kras. Suara khas ibu bila me- manggil Josua. Tentu maksudnya agar Josua dapat mendengar dan sesegera mungkin pulang ke ru- mah. Maklum, kalau sudah ber- gabung dengan anak-anak di la- pangan, Josua suka lupa kalau hari sudah terlalu sore. Tidak ingat waktu harus pulang, mandi dan belajar. "Josuaaa.....!" lagi-lagi suara keras bernada memanggil itu mampir di telinga Josua. Planer Planet Laser Adakan Lomba Melukis Anak-anak Planet Laser Medan Plaza Lantai II menggelar acara lomba melukis anak-anak untuk mengembangkan kreatifitas dan seni para pelajar TK dan SD, Minggu lalu. Lomba melukis yang diikuti ratusan anak-anak tersebut mendapat sambutan cukup meriah. Para orangtua yang mendampingi anak-anaknya merasa cukup puas dengan perlombaan tersebut karena dapat mengembangkan imajinasi dan kreatifitas sang anak. Dalam perlombaan tersebut tampil sebagai juara pertama Andy L., murid Methodist 3 kelas V SD Medan. Sementara Runner Up diraih Dimaswyasa murid SD Percobaan Negeri Medan. Juara ketiga dan juara harapan masing-masing diraih Rosmini Wun Murid Budimurni 3 dan Desilia juga murid SD Budi Murni 3. Pembawa acara, Ivo, dengan gesit memandu dan membantu anak-anak tersebut untek mengembangkan ide-idenya. Planet Laser yang terletak di Medan Plaza Lantai V merupakan permainan interaktif yang menarik dan harganya terjangkau. (Foto&Teks: Analisa/Samil Chandra) "Huh....!" gerutu Josua. Ka- lau sudah mendengar teriakan ibunya, Josua paling kesal. Ia me- rasa dikekang, merasa tidak bebas menghabiskan sore dengan ber- main sepak bola di lapangan. Dengan kesal ditendangnya bola karet itu tinggi-tinggi. Wak- tu bermain untuknya telah habis. la harus segera pulang kalau tidak ingin menerima omelan dan ha- diah jeweran dari ibunya. "Oke, teman-teman! Josua ha- rus pulang, nih! Sudah dipanggil sang komandan, tuh!" sahutnya dengan wajah kecut. Kaos yang te- lah basah oleh keringat segera di- bukanya. Lalu setengah berlari ia menuju rumahnya. Ibu Tetap Sayang "Kamu memang anak bandel, Josua! Sudah berapa kali ibu ingatkan, kalau bermain jangan sampai lupa waktu! Sebelum Oleh: Hodland maghrib harus sudah di rumah! Apa kamu lupa?!". Tentu saja Josua tidak pernah lupa. Kata-kata itu telah beratus kali diucapkan oleh ibunya, ba- rangkali. Tapi entah mengapa, bila sudah bermain, rasanya Josua ti- dak bisa kompromi dengan wak- tu. Ia selalu terhanyut dalam ke- asyikan bermainnya. Apalagi bi- la bermain sepak bola, olah raga kesukaannya. "Cepat mandi yang bersih, si- kat gigi dan kerjakan pe ermu!" titah ibunya tegas. "Tapi Josua tidak ada pe er, Bu!" bantah Josua sembari mena- tap ibunya. "Jangan suka berbohong, Jo- sua! Ayo, kerjakan apa yang ibu katakan!". "Betul kok, Bu. Josua nggak punya pe er!" Josua terus mem- bantah. Belajar malam hari ada- lah hal yang dibencinya. Josua le- bih senang duduk bersantai-santai di ruang tengah sambil nonton televisi. "Kamu terus membantah, ya!" ibunya makin kalap. "Benar kok, Bu. Josua nggak berbohong sama ibu!" kata Josua mencoba lebih meyakinkan ibu nya. Sebenarnya Josua memang ti- dak sedang berbohong, namun ibunya tidak mau percaya begitu saja. Karena menurut ibu, cara terbaik memancing anak agar mau belajar di rumah adalah de- ngan memberinya pe er. Toh be- lajar di sekolah belumlah cukup. "Coba ibu lihat buku pe er- mu!" kata ibu kemudian. Dengan kesal Josua membuka tas sekolah- nya dan menyerahkan buku pe er- nya pada ibunya. Beberapa orang temannya ba- ru tersadar kalau hari sudah maghrib. Mereka cepat-cepat me- nyusul Josua pulang. Tinggal be- berapa anak saja yang masih ber- tahan di lapangan. Sepertinya me- reka tidak akan beranjak sebelum orang tuanya atau kakaknya da- tang mencarinya. "Huh....selalu begini!" keluh Josua lagi sembari memutar-mu- tar kaosnya di udara. Jalannya agak dipercepat kini. Ia tahu be- tul sifat ibunya yang sedikit pun tidak mau diajak kompromi ma- salah waktu bermain. Ibu selalu tegas dan ketat dalam menerap- kan disiplin padanya. Maklum, Josua anak semata wayangnya. Tentu ibu tidak ingin Josua tum- buh sebagai anak yang tidak di- siplin dan semaunya saja. Josua memang menyadari se- "Kalau begitu, ibu akan mem- mua itu. Tapi terkadang ia malah buatkan soal-soal untukmu. Ha- berontak karena merasa terlalu rus dikerjakan, dan ibu tunggu diatur oleh ibu. Tidak seperti sampai jam delapan baru boleh makan dan nonton tivi!" tegas ibu teman-temannya yang bebas ber- main sepuasnya. Terkadang Josua sambil mengambil secarik kertas. merasa terlalu dikekang, diperla- Josua tidak bisa membantah kukan seperti anak perempuan. lagi. Ia hanya bisa menatap ibu Rumahnya tinggal beberapa yang tengah asyik mencatat soal- soal latihan untuknya. meter lagi. Josua semakin mem- percepat langkahnya. Ibu paling tidak suka kalau Josua terlalu la- ma nongol jika sudah dipanggil. Dengan gusar Josua membayang- kan jeweran pedas akan mendarat di telinganya jika sampai di ru- mah nanti. Apalagi aksi penjewer- an itu pernah dilakukan oleh ibu di hadapan teman-teman Josua. Duh, malunya! Sejak itulah, bila ibu memanggilnya, Josua harus buru-buru sampai di rumah. Ka- lau tidak..... Kekuatiran Josua akhirnya ke hyataan. Begitu ia nongol, ibu te- lah berdiri di ambang pintu. Dan Josua sudah siap mendengar omelannya. "Ibu sih tidak mau percaya. Josua nggak punya pe er, malah disuruh mengerjakan pe er. Nih, buktinya!". Ibu memang tidak menemu- kan satu soal pun tertera di buku pe er Josua. Tapi ibu tidak ingin anaknya bersantai-santai sebelum belajar malam hari. Bukan main ibu ini, keluh Jo- sua dalam hati. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadi- nya kalau ibunya benar-benar se- orang guru. Tentu soal-soal pela- jaran akan menjadi santapannya setiap hari. Dan itu berarti jatah bermainnya pun akan sangat se- dikit. Josua benar-benar tidak bi- sa membayangkannya!. Lazer "Sekarang kamu mandi dulu. Sesudah itu kerjakan soal-soal ini. Ingat, ibu tunggu sampai jam de- lapan!" tandas ibu ketika selesai menulis. "Ibu tinggal dulu, ibu mau menjahit!". Tinggal Josua yang bengong sendiri. Dibacanya soal-soal itu. Ternyata soal-soal yang dibuat ibu komplit. Ada matematika, penge- tahuan umum, agama, bahkan soal-soal teori olah raga pun ada. RESTORA EPAM ZA LA Lazir dengan cs-nya, Udin, KAYANAN EKSA Kurnia dan Anto dengan santai berjalan menuju kelas. Sudah duduknya di bangku paling belakang terakhir pula masuk ke kelas. Dan semua soal itu sulit! Mau menangis saja rasanya. Huh, men- dingan mendapat jeweran lagi daripada menerima hukuman mengerjakan soal-soal yang rumit ini!" batin Josua kesal. Selesai mandi Josua sudah du- duk di meja belajarnya. Berkutat dengan soal-soal yang tidak sedi- kit jumlahnya itu. Soal-soal yang dirasanya lebih gampang terlebih dahulu dikerjakannya. Kali ini ia benar-benar memeras otaknya. Josua merasa soal-soal yang dibe- rikan ibu lebih susah bila diban- dingkan dengan soal-soal ujian di sekolah. Waktu terus merambat. Na- mun, hingga pukul delapan, ha- nya separuh soal yang berhasil di- jawabnya. Josua hanya bisa pas- rah, menyadari kemampuannya hanya sampai di situ. Sekarang ia baru menyadari, kalau selama ini ia rajin belajar, tentu soal-soal itu akan dengan mudah dapat dikerjakannya. Apa boleh buat, sekarang ia hanya bi- sa pasrah menerima hukuman yang baru lagi dari ibu. Tepat pukul delapan ibu me- meriksa hasil pekerjaan Josua. Di luar dugaan, ternyata ibu cukup puas dengan hasil pekerjaannya. Ibu tidak marah. Josua sendiri terheran-heran. Padahal ia sudah- "ADIKKU SAYANG" Oleh: Kak Danil Eneste adikku sayang bila ini hari angin hembuskan ceritaku itu adalah cerita tentang sunyi dan bila sunyi itu bilang tentang mendung kau simaklah segala cerita sebab sekarang ketika sunyi datang dan aku senyum matahari usai sudah terbuai adikku sayang bila malam nanti ada resah datang usik mimpi pada dewi malammu itu adalah aku sementara ini enggan sampaikan salam pada purnama tentang galau merusuhi jiwa adikku sayang bila esok pagi sekawanan burung datang dengan sebaris cerita biarkanlah mereka masuk lewat jendela sebab burung-burung itu adalah tempat menyimpan kebenaran tentang aku bahwa aku akan segera berlabuh demi dermaga kita dahulu (ketika untuk pertama kali kita kenal makna gemerisik air laut dan pasir gelitik kaki telanjang) adikku sayang TAMAN RIANG Maling Teriak Maling Bel berbunyi menandakan waktu istirahat berakhir. Semua murid memasuki kelasnya masing-masing, tidak terkecuali kelas 5. bila burung-burung itu tak lagi hinggap di pintu pagar rumahmu barangkali mereka telah kehilangan catatan pada sayapnya tentang aku dalam gemuruh ombak Itulah ciri cs-nya Lazir yang mereka sebut Lukacs (singkatan dari Lazir, Udin, Kurnia dan Anto. Tapi walaupun agak bandel mereka tetaplah murid yang baik. Tidak pernah bolos, atau melawan guru. Tapi kalau ribut mereka ini jagoannya. Puisi Pelajaran terakhir adalah olahraga, mata pelajaran yang paling disenangi semua murid apalagi guru olahraga Pak Panjaitan cukup mengerti ke- mauan anak didiknya. Wa- laupun demikian ia cukup tegas. Kalau ada yang melanggar peraturan akan dihukumnya. Seperti biasa begitu Pak Panjaitan masuk ke dalam kelas anak-anak sudah harus siap dengan pakaian olahraga. Jadi murid-murid harus ganti pa- kaian dengan segera. Hari ini mereka dibawa ke lapangan untuk bermain kasti. Murid laki-laki dan perempuan bermain sendiri-sendiri. Secara bergantian mereka diawasi Pak Panjaitan. Mereka bermain dengan gembiranya sehingga tidak sadar waktu pelajaran olahraga telah selesai dan mereka kembali ke kelasnya masing-masing. Ketika sudah kembali berada di dalam kelas mereka di- kejutkan dengan hilangnya uang Pak Panjaitan dari dalam tas. "Siapa mengambil uang di dalam tas saya !, ayo mengaku saja sebelum saya periksa satu- persatu!" Teriak Pak Panjaitan dengan kerasnya. Namun tak satupun diantara para murid-murid yang me- ngaku. Mereka diam seribu bahasa sebagian menampakkan wajah pucat pasi. "Uang saya sebanyak Rp. 50.000 hilang, siapa yang mengambil!" Teriaknya lagi. siap menerima jeweran ibu!. Ibu mengatakan kepuasannya karena Josua berhasil menyelesai- kan soal yang diberikannya de- ngan baik, meskipun tidak selu- ruhnya terjawab. Ibu memang baik, desisnya dalam hati sambil menatap ibunya yang tengah menghadap mesin ja- hit. Ibu masih yang terbaik bagi- nya. Ibu tetap sayang padanya. Buktinya, kendati sering menda- pat omelan dan jeweran, ibu se- lalu menyediakan makanan yang enak-enak untuknya. Memperha- tikan kemajuan pelajarannya dan tidak henti-hentinya mengingat- kannya jika Josua lalai melaksa- nakan tugasnya. Biarlah ibu sela- lu mengatur hidupnya. Sebab yang pasti semua itu kelak untuk kebaikannya sendiri. Ibu, aku makin sayang pada- mu, batin Josua. Dalam hati Jo- sua bersyukur memiliki ibu sebaik ibunya. ✰✰✰ "Tidak mungkin orang dari luar yang mengambilnya. Pasti satu dari kalian. Kalau tidak ada yang mengaku akan saya periksa satu-persatu," ancam Pak Pan- jaitan lagi. yang hapus sisa kenangan kita dulu "Kalau Bapak periksa, saya bawa uang Rp. 75.000. Saya baru menerima setoran lang- ganan koran saya tadi pagi pak.' Lazir menjelaskan. "Saya juga bawa uang lebih dari Rp. 75.000 pak. Untuk membeli pakaian." Natasia juga menjawab. "Jadi bagaimana ini pak," Rozali sang ketua kelas bingung memikirkan jalan keluarnya. "Tadi sewaktu main kasti siapa yang masuk ke dalam kelas ?" Tanya Pak Panjaitan. "Lazir pak !" Jawab Ujang. "Betul Lazir ?" Tanya Pak Panjaitan. Perbedaan warna kulit dan la- tar belakang tidak menjadi peng- halang bagi mereka berdua untuk menjalin persahabatan. Teman ki- ta yang satu ini bernama Amin atau lengkapnya William Amin. Putra dari Bapak Kok Young dan Ibu Nini bercita-cita ingin menja- di peragawan terkenal dan hal ini bisa dilihat dari penampilannya kali ini, yang khusus ditujukan untuk teman-teman di Taman "Tidak pak. Saya tidak ke kelas tapi ke kamar mandi pak, buang air kecil." Jawab Lazir Tenang. " "Patut dicurigai si Lazir pak.' Kata Gali kawan kompak Udin. "Siapa yang dengan jelas melihat Lazir ke dalam kelas ?" Tanya Pak Panjaitan. Tidak ada seorangpun yang yang membuka mulut. Terlihat Tuti dan Mega berbisik-bisik. "Ada apa Tuti ?" Tanya Pak Panjaitan. "Anu...pak", jawabnyatakut- takut sambil melirik Gali. "Anu apa! Ada apa Gali?" Gali yang ditanya hanya me- nundukkan kepalanya. Tuti yang menjawab. "Saya tadi bersama Mega melihat Gali masuk ke dalam kelas pak." Jawabnya takut- takut. "Betul kamu tadi masuk ke dalam kelas sewaktu main kasti ?" Tanya Pak Panjaitan. "Betul pak. Tapi saya tidak mengambil apa-apa." Jawab Gali ketakutan. "Habis ngapai kamu masuk ke kelas?" Desak Pak Panjaitan. Mengambil handuk kecil yang ketinggalan," jawab Gali sambil menunjukkan handuk kecilnya. Tapi Pak Panjaitan tidak percaya begitu saja. Ia sudah mulai curiga melihat gerak- gerik Gali sejak tadi. "Coba Rozali kamu periksa seluruh tubuh Gali." Perintah Pak Panjaitan. Dengan wajah pucat dan kaki gemetaran ia kembali berdiri di depan. Dengan cekatan Rozali me- meriksa seluruh tubuh Gali. Tapi tidak ditemui apa-apa. Dan wajah Gali kembali cerah. Tiba- tiba Lazir membisikan sesuatu pada Pak Panjaitan. "Sekarang kamu makan yang kenyang. Ibu sudah menyiapkan lele bakar kesukaanmu!". "Aha....! Josua sampai terpe- rangah. Ia jadi malu pada dirinya sendiri. Menuding ibunya yang bukan-bukan. Padahal kenyataan- Setelah itu Pak Panjaitan memerintahkan Ujang maju ke depan. Dengan wajah dibuat- buat berani Ujang tampil ke depan kelas 1810 15ineds S16 sps? nsis2 szob Isudion nya, ibu tetap sayang padanya. Se-Tanpa diperintah Pak Pan-daanged jenak Josua bisa melupakan ke- kesalan hatinya. Ia bisa makan se- puasnya. Lele bakar campur sam- bal belacan dan sayur lalap kesu- kaannya itu disantapnya hingga ti- dak tersisa. jaitan, Rozali memeriksa se- kujur tubuh ujang. Namun hasilnya nihil tidak diperoleh apa-apa. Tanpa diperintah Ujang kembali ke tempat du- duknya, tapi diperintah untuk tetap berdiri di depan. "Siapa suruh kamu kembali ke tempat !" Hardik Pak Pan- jaitan. "Coba buka sepatumu !" Perintah Pak Panjaitan. Ujang diam saja. Namun datang Rozali membuka se- patunya. Maka terlihatlah lem- baran uang sepuluh ribuan sebanyak lima lembar di dalam sepatu Ujang. Wajahnya se- makin pucat pasi. "Bukan saya yang mengam- bil pak, tapi Gali." Jawabnya membela diri. "Ini pasti kerjaan kalian berdua. Ayo menghadap ke Kepala Sekolah biar kalian rasakan dulu hukuman yang akan diberikan. Kecil-kecil sudah pandai mencuri." Kata Pak Panjaitan sambil menarik hingga burung pun pandang bih Ujang dan Gali. "Dasar maling teriak ma- ling." Ucap Lazir lega. (bang soerya) jadi sepi "Betul Gali ?" Tanya Pak Panjaitan dengan ketus. "Be...betul pak tapi yang memerintah Ujang." Jawabnya terbata-bata. Ingin Jadi Abri dan Peragawan WOW...Akrabnya yach, me- mang begitulah keakraban mere- ka sehari-hari, baik ketika mere- ka berada di rumah, mau pun di sekolah taman Kanak-kanak Ria Sari PTPN IV Kebun Tinjouan. Riang. Yang satu lagi, Eko Dandy Prasetyo yang sehari-hari panggil- an akrabnya "Koko". Teman kita ini buah hati dari pasangan Ba- pak Usman dan Ibu Sri Tuti Su- layani. Ia bercita-cita ingin men-- jadi seorang "ABRI" ketika dita- nya alasannya dengan polos dia menjawab agar nampak gagah dan di segani. Walaupun masih sama-sama duduk di bangku taman kanak- kanak akan tetapi kedua teman kita ini tetap bersemangat untuk meraih cita-cita, dan untuk teman-teman di Taman Riang mereka tidak lupa titip salam per sahabatan. (Doni Setiawan) 62 63 61 Mari Mewarna y 701 69. 68 '60 62 *59 69: 48. 66 99 50 ) KAMU YAKIN DIA KELUAR MALAM INI? 65 ...PENUH DENGAN BAHAN-BAHAN KIMIA. 58 57 5² DIA PASTI MEMER- LUKANNYA. FLERA EKSPPEE 2 FARMA EKSPRES 8 9 6.5 56 47 96. Manusia Akar 53. '५० 41.42 .43 YA! LIHAT SAJA! 145 55 59 SEPERTINYA KAMU MENGENALNYA ! 39 38 36 19 37 35 DARIMANA KAMU TAHU ? • 10 • 20 .22 23 15. • 17 .21 24 HALAMAN 9 '16 34 CUMA PERKIRAAN! AKU YAKIN DIA MA- NUSIA BIASA ! 20 25, nedei 14 27 28 29 31'30 33 32 Oleh Erlangga TRUK ITU! 07