Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-07
Halaman: 10

Konten


ANALISA - MINGGU, 7 DESEMBER 1997 BERADA dalam satu pulau yakni Pulau Sumatera, Provinsi Sumatera Utara yang beribuko takan Medan dengan Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang ber- ibukotakan Banda Aceh berte- tangga dekat. Sebagai ibukota provinsi, di antara aktivitas yang berdenyut di Medan maupun Banda Aceh adalah di bidang ke- senian. Dan karena bertetangga dekat, jalinan informasi maupun kerja sama di antara seniman Me- dan dan Banda Aceh merupakan hal yang tak asing. Antara PENTAS NASYID: Beberapa anggota Kelompok paduan suara Islam (Nasyid) Suara Persaudaraan, dengan disertai oleh sejumlah bocah, melantunkan sejumlah lagu puji-pujian saat tampil pada acara penutupan "Festival Nopember '97" TIM di Jakarta, Rabu (12/11) malam lalu. Nasyid merupakan salah satu trend seni suara alternatif bagi remaja yang ingin menyalurkan gairah seninya dengan nafas keagamaan. Yang Sederhana untuk "Pertarungan" Teater Alam Banda Aceh Ketakasingan itu terus berlan- jut, Sabtu (22/11) malam lalu. Di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) Jln.Pe- rintis Kemerdekaan Medan, Teater Alam Banda Aceh tampil mementaskan drama "Pertarung- an" hasil penyutradaraan dan adaptasi Din Saja dari "Pembu- ru Perkasa" karya Wolman Kowitz yang diterjemahkan WS.Rendra. Nurani mengalami kejiwaan, akibat impian dalam dirinya ter- lalu besar, dan tidak pernah ter- wujud dengan nyata. Di saat se- perti itu, muncul Homo, diri Nu- rani yang lain untuk memperinga- tinya. Karena bersikeras dengan impiannya itu, Homo memberi se- buah jalan, dengan memberinya sebuah jubah yang mengandung kegaiban, untuk merealisasikan impian Nurani. T Begitu di antara pemaparan Din Saja pada undangan pemen- tasan "Pertarungan", yang dima- Oleh YS. Rat sukkannya dalam bagian konsep garapan namun terasa lebih me- ngesankan sebagai bagian dari si- nopsis. Sementara pada bagian tersendiri yang dikatakannya seba- gai sinopsis disebutkan; Nurani seorang wanita yang mempunyai Obsesi besar dalam dirinya dan apa saja yang diinginkan harus terwujud, walau dengan cara apa pun. Ketika suatu kali Nurani ber- hasil meraih impiannya itu, mun- cul keinginan yang lebih besar la- gi, begitu seterusnya, sampai ia berhasil meraih puncak kejayaan- nya sebagai MAHARANI. Na- mun apa daya, walau sudah diberi peringatan oleh Homo, yang se- lama ini membantunya, pada akhirnya Nurani kehilangan jati diri, dia kembali menjadi manu- sia Nol, tanpa keinginan, tanpa rasa, dan tanpa kesadaran. Nura- ni menjadi Gila...!. Bertolak dari rencana Teater Alam Banda Aceh yang selanjut- nya akan mementaskan "Perta- rungan" di beberapa kota di Su- matera, maka usai pementasan di gedung utama TBSU dilakukan- buah ayunan. Dan pada ayunan lah diskusi sebagai upaya menda- itu dibuat sebuah tangga untuk patkan masukan positif, khusus- nya dari kalangan pelaku seni memperlihatkan upaya Nurani dalam membangun dan meraih teater di Medan yang menyaksi- kesuksesan impiannya itu. Lebih kan pementasan tersebut. Pada bagian keterangan me- ngenai konsep garapannya Din Saja memaparkan pula; Dalam garapan naskah PERTARUNG- AN ini saya memberi simbol ten- tang impian Nurani melalui se- jauh lagi, dalam garapan naskah 2008 drama ini, saya juga mencoba me- makai unsur-unsur kesenian tra- disional Aceh, dalam hal ini Ge- rakan Seudati yang telah distiliri- sasi sedemikian rupa, sesuai de- ngan kebutuhan garapan. Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Berhadiah Rp.15 Juta DEWAN Kesenian Jakarta (DKJ), di Jakarta, Senin mengumumkan penyelenggaraan sayembara penulisan naskah sandiwara Indonesia ke-12 tahun 1997/1998 berhadiah total Rp15 juta sebagai langkah untuk menambah meningkatkan kreativitas dalam penulisan naskah sandiwara. Syarat penulisan Warga Negara Indonesia, menggunakan Bahasa Indonesia dengan durasi sandiwara sekurang- kurangnya dua jam dan jumlah babaknya lebih dari satu babak (full lenght play). Sayembara bertema dan berbentuk bebas tidak mengikat, baik dalam bentuk tragedi, komedi, satire dan "farce". Karya yang diakukan ke panitia harus asli, bukan saduran dari sandiwara asing. Naskah belum pernah disayembarakan dan belum pernah dipentaskan atau dimuat di media cetak dan belum pernah ditayangkan di media elektronik. Naskah diketik rapi dua spasi. Naskah dikirim ke Dewan Kesenian Jakarta JL. Cikini Raya 73 Jakarta dengan lima rangkap. Naskah paling akhir diterima panitia 20 Februari 1998 atau stempel pos 20 Pebruari 1998 dan tidak diadakan surat-menyurat. Naskah sandiwara yang dikirim ke panitia tidak dikembalikan kepada penulisnya dan keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat, pemenang diumumkan 11 Maret 1998. Hak cipta tetap ada pada penulisnya, tetapi penerbitan pertama dan pementasan pertama sekali menjadi hak DKJ. Sayembara ini diselenggarakan sejak 1972 hingga 1987 dan dilanjutkan tahun 1997/1998. Pemenang I meraih Rp5 juta, pemenang II Rp4 juta dan pemenang ketiga Rp3 juta. Sedangkan pemenang harapan pertama berhak atas hadiah uang senilai Rp2 juta dan Rp1 juta untuk pemenang harapan kedua. Total hadiah Rp15 juta.(ant) Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara untuk Anak-anak DEWAN Kesenian Jakarta (DKJ) menyelenggarakan sayembara penulisan naskah sandiwara Indonesia untuk anak- anak tahun 1997-1998 sebagai langkah untuk menambah perbendaharaan dan meningkatkan kreativitas penulisan naskah sandiwara anak-anak, Seniman Taufik Ismail dan Ratna Riantiarno di Jakarta, Senin mengatakan, sayembara itu terbuka untuk umum dan semua penulis naskah sandiwara Indonesia anak-anak. Ratna menyebutkan, syarat-syarat sayembara itu antara lain penulis adalah Warga Negara Indonesia, naskah yang diikutkan dalam lomba menggunakan Bahasa Indonesia, waktu 90 menit, jumlah babak sandiwara satu babak atau lebih dan tema serta bentuknya bebas tidak mengikat. Sandiwara harus karya asli dan bukan saduran, belum pernah dipentaskan, belum pernah dimuat di majalah, koran dan belum pernah disiarkan televisi atau radio serta diketik rapi dan jelas dengan spasi ganda. Naskah yang dilombakan dikirim kepada Dewan Kesenian Jakarta, Jl. Cikini Raya 73 Jakarta sebanyak lima eksemplar. Ratna mengatakan, sayembara itu dimulai sejak dikeluarkan pengumuman ini sampai dengan 20 Pebruari 1998 atau stempel. pos tanggal 20 Pebruari 1998. Tidak diadakan surat-menyurat dan naskah yang diterima DKJ tidak dikembalikan kepada penulisanya serta keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat. Pemenang diumumkan 11 Maret 1998 dan hak cipta ada di pihak penulis, penerbitan pertama dan pementasan sekali menjadi hak DKJ. XXXX Hadiah pemenang I mendapat Rp 3,5 juta, hadiah kedua Rp 2,5 juta dan Rp 2 juta untuk pemenang ketiga, Pemenang harapan pertama dan kedua masing-masing mendapat Rp 1 juta. "Sayembara penulisan naskah sandiwara Indonesia diselenggarakan sejak tahun 1975 hingga 1981 dan dilanjutkan tahun 1997-1998 untuk yang keenam kalinya.(ant) Tentulah itu tawaran sekaligus keterbukaan yang sepantasnya di- respon secara positif. Dalam ar- tian upaya Teater Alam Banda Aceh melakukan pementasan ke- liling di beberapa kota di Suma- tera, diterima tak sebatas mema- haminya sebagai upaya mengem- bangkan dan memajukan keber- adaan seni teater Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Tapi juga merupa- kan bagian dari upaya mengem- bangkan dan memajukan dunia teater Indonesia pada umumnya. Terlepas dari diskusi yang te- lah berlangsung usai pementasan "Pertarungan" Teater Alam Ban- da Aceh di gedung utama TBSU, kesempatan ini pun dimaksudkan sebagai memberi tambahan ma- sukan jika memang masih menda- patkan tempat untuk diterima. Tak saja berkait dengan rencana pementasan keliling Teater Alam Banda Aceh, tapi bisa jadi untuk langkah-langkah berikutnya yang diharapkan tak terhenti tanpa se- titik pun membuahkan hasil. MENDEKATKAN KONSEP Menyaksikan pementasan "Pertarungan" Teater Alam Ban- da Aceh di gedung utama TBSU itu, mendekatkan konsep garapan sebagai mana dipaparkan Din Sa- ja pada undangan dengan apa yang berlaku di atas pentas per- tunjukan, adalah penting. Dengan begitu dimaksudkan untuk meng- hindari munculnya ambisi-ambisi pribadi pada masukan yang nan- tinya diberikan. Jika Din Saja mengatakan mencoba memakai unsur-unsur kesenian tradisional Aceh, berupa gerakan Seudati yang telah dis- tilirisasi sesuai dengan kebutuhan garapan, itu ternyata terbenam oleh gerakan-gerakan pemeran Nurani maupun Homo yang lebih dominan memunculkan gerakan gerakan bersifat umum. REBANA Napak Tilas Cerita Novel Terkemuka Agenda PSN IX dan Persi di Padang Menelusuri jejak langkah (napak tilas) cerita dalam novel yang terkemuka dan muncul dari kreativitas novelis yang lahir dan dibesarkan di Padang (Sumatera Barat) menjadi salah satu agenda penting Pertemuan Sastrawan Nu- santara (PSN) ke-9 dan Pertemuan Sastrawan Indonesia (PERSI) di daerah itu, 6-11 Desember 1997. KETUA Pantia Pengarah PSN dan PERSI 1997, Taufik Ismail di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Senin lalu menjelaskan, napak tilas cerita novel terkenal itu berlangsung sembilan jam meliputi tujuh kota dan desa yang namanya me- ngemuka bersamaan dengan terkenalnya novel dari daerah itu. PANTAS DISAMBUT Hadir dan tampilnya Teater Alam Banda Aceh di Gedung Utama TBSU,tentulah pantas di- sambut dengan lapang dada khu- susnya oleh kalangan pelaku seni teater di Medan, sebagai perwu- judan bahwa jalinan informasi se- kaligus kerja sama antara seniman kedua daerah yang berlainan pro- vinsi namun bertetangga dekat itu bukan sesuatu yang asing. lakukan dalam sebuah acara res- mi 10 Desember mendatang. PENERIMA Hadiah Nobel 1997 sudah diumumkan sebu- lan lalu dan pemberian hadiah Berlanjut dari terciptanya ker-bagi para pemenang akan di- ja sama menyangkut hal artistik dari kalangan pelaku seni teater Medan mendukung pementasan "Pertarungan" Teater Alam Ban- da Aceh itu, kehadiran penonton yang sedikitnya memenuhi sete- ngah kapasitas gedung utama TBSU merupakan bukti bahwa jalinan kerja sama tesebut juga muncul dari kalangan penikmat Salah satu pemenang itu adalah dramawan satire kon- dang Italia, Dario Fo yang menerima Hadiah Nobel bidang kesusasteraan. seni teater di Medan. Pemanfaatan gerakan Seuda- ti sebagai salah satu unsur kese- nian Aceh bisa jadi akan terasa menarik jika dikaitkan dengan pergolakan Nurani dalam upaya meraih impiannya. Pemunculan- nya akan memberi kesan yang pas sebagai penyalur impian tokoh Nurani, dan untuk itulah stilisasi terhadap gerakan Seudati perlu dilakukan secara cermat dengan tak membiarkannya berbaur seca- ra begitu saja dengan gerakan- gerakan yang berkesan umum. Untuk itu pemanfaatan ruang pentas yang menyempit sebatas tangga yang menghubungkan po- sisi pemeran Nurani dan Homo, terasa berdampak merugikan ter- hadap pengolahan karakter to- koh, terutama melalui pemanfaat- an anggota tubuh maupun pola edar pemain dalam memanfaat- kan ruang pentas. Kualitas vokal pemain yang bi- sa diandalkan dari segi tekanan dinamiknya, masih perlu peng- olahan sehingga penonton tak se- kedar mendengar apa yang di- ucapkan, tapi memahami sekali- gus merasakannya. Napak tilas antara lain untuk cerita Siti Nurbaya, Malim Kundang dan sejumlah novel lainnya yang terkemuka dan mengambil "shooting" cerita di daerah Padang. SEBELAS NEGARA Taufik Ismail yang didam- pingi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, Ratna N. Riantiarno menyebutkan, sebelas negara akan mengutus delegasi untuk mengikuti kegiatan penting dalam bidang seni budaya tersebut. Jumlah peserta se- banyak 597 seniman dan seni- Dario Fo merupakan salah satu tokoh terkemuka bidang teater berbau politik dan kome- di satire jaman modern karena sering mementaskan pergo- lakan politik Eropa yang terjadi empat abad silam. Ia sudah mengalami pela- rangan mementaskan naskah- nya, disensor, dicacimaki bah- kan visa berkunjung ke Ameri- ka Serikatpun ditolak akibat hubungan akrabnya dengan dunia politik. Walaupun begitu, beberapa dari 40 naskah luarbiasanya su- dah dipentaskan atau diter- jemahkan ke puluhan bahasa dan memenuhi lemari buku ru- mah-rumah di seluruh dunia. Dengan mimik humor sa- ngat kocak, ia berperan sebagai komentator politik ugal-ugalan dan sejarawan yang digambar- kan kritikus sebagai: "yang ter- besar dalam dunia teater satire saat ini". PAMERAN Atas prakarsa sendiri, kata Taufik Ismail, sembilan pelukis Yogya dan tujuh dari Surabaya memeriahkan acara itu dengan menggelar pameran bersama pelukis Sumatera Barat. Agenda lainnya adalah peng- Dramawan Satire Dario Fo, Penerima Hadiah Nobel Kesusasteraan 1997 ma berlangsung serangan bom ekstrimis sayap kanan tahun 1969. Fo di anggap perintis bidang seni teater satire namun dari sisi lain, ia selalu menjadi duri bagi kalangan birokrat dan politisi. wati, 429 di antaranya dari In- donesia dan sebanyak 168 seniman negara. Dramanya yang cenderung berbau propaganda menghasut memberi pengaruh yang luas, belum lagi penulisan satire me- ngenai Marx, Freud serta po- lemik lainnya. Seniman Sumatera Barat hadir sebanyak 117, Riau (59), Lampung (10), Yogya (19), Jatim (28), Bali (10) dan Irja (1). Propinsi lain juga dipastikan mengirim utusan, kecuali Ma- luku yang hingga kini belum ada kepastian. Sebagai putra tertua dari tiga anak aktor amatir dan penjaga stasiun kereta api, Fo dilahirkan pada 24 Maret 1926 di Sang- iano, sebuah "kota nelayan dan penyeludup" di pinggir Danau Maggjore, Italia Utara. Pada masa kanak-kanak ia sudah menggeluti dunia teater dan menjadi narator tradisionil yang menurun dari kepiawaian bakat kakeknya yang kondang sebagai "fabulatore" (bertutur menceritakan dongeng). Setelah mengikuti kuliah seni dan arsitektur di Milan, ia tidak pernah bisa melupakan dunia teater yang sudah sejak dini ia geluti. Seniman asing yang hadir dari Malaysia sebanyak 104, Singapura dan Brunei masing- masing 30 orang, Australia (2) dan Belanda, AS, Jepang, Jerman, Thailand serta Selandia Baru masing-masing seorang seniman. Poer Nano (si Kate Miskin). Pada saat yang sama, ia mu- lai menggoreskan pena mem- buat kabaret satire dan memen- taskan kabaret itu di Piccolo Teatro Milan dalam bentuk ko- medi, bérmitra dengan dua re- kannya. Kerjasama perdana "A Fi- nger in the Eye" menceritakan masalah ketidaksopanan di du- nia dan aktris Franca Rame, salah satu anggota keluarga tea- ter terkenal, turut menjadi pela- kon utama kabaret itu. 6th Azza Fo kemudian megikat tali perkawinan dengan aktris terse- but tahun 1954 dan secara pa- tungan, mereka mendirikan per- usahaan teater milik sendiri de- ngan sang istri sebagai pemeran utama wanita dan Fo menjadi penulis naskah merangkap produser dan aktor. Dari sejak awal, pasangan ini tetap tak beranjak mela- konkan drama satire yang me- lontarkan sindiran halus dan so- pan seperti "Corpses Disappear and Women Strip" (1958), Archangels Don't Play Pinball (1960) dan "Anyone Who Robs A Foot is Lucky In Love" (1961). Buah karyanya menjadi le- bih tajam dan berbau politik se- bagai respons atas pembang- kangan dan kerusuhan yang ter- jadi di Italia tahun 1968. Sebagai pendukung fanatik kelompok sayap kiri, ia menja- di penyandang dana pementas- an sandiwara "Nuova Scene" yang segera diakhiri karena menimbulkan kontroversi ide- ologi. Ia selanjutnya menggelar drama satire topikal yang se- gera menjadi perbincangan ha- ngat dalam pementasan "Miste- ro Buffo". Dalam pementasan ini ia cenderung mengomentari ko- rupsi yang membudaya dalam kelembagaan keagamaan di Ita- lia sehingga menjadi isyu sosial dan politik sangat peka. Sejak pementasan perdana tahun 1969, ia sudah melakoni peran "Mistero Buffo" lebih dari 1.000 kali di Italia maupun di luar negeri. Pada tahun 1970 ia memisah- kan diri dari Partai Komunis Italia dan membentuk kelom- pok baru "La Comune". Salah satu karya terbaiknya "Morte accidentale di un anar- Ia melakukan debut sebagai chico" (The Accidental Death aktor di Teotro Odeon Milan of an Anarchist) dipentaskan ta- pada 1952 dan merekam sejum- hun itu juga yang ceritanya ber- lah drama monolog untuk siaran sumber dari kematian yang ter- radio dan mendapat julukan jadi dalam tahanan polisi sela- Daftar Pemenang Nobel Kesusasteraan Peraih Hadiah Nobel Kesusasteraan selama 15 tahun terakhir 1997 : Dario Fo (Italia) 1996 : Wislawa Szymborska (Polandia) 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 Pemenang Nobel Kesusasteraan asal Italia 1997 : Dario Fo : Eugenio Montale : Salvatore Quasimodo 1975 1959 1934 1927 1906 : Seamus Heaney (Irlandia) : Kenzaburo Oe (Jepang) : Toni Morrison (Amerika Serikat) : Derek Walcott (St. Lucia) : Nadine Gordimer (Afrika Selatan) : Octavio Paz (Meksiko) : Camilo Jose Cela (Spanyol) : Naguib Mahfouz (Mesir) : Joseph Brodsky (AS) : Wole Soyinka (Nigeria) : Claude Simon (Prancis) Jaroslav Seifert (Ceko) : William Golding (Inggris) : Luigi Pirandello : Grazia Deledda (alias Grazia Madesani) : Giosue Carducci umuman dan penyerahan hadiah novel, cerpen, esai, puisi dan naskah drama terbaik. "Lomba ini agak unik karena jurinya budaya, misalnya untuk teater/ trawan mancanegara di Padang itu tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama di bidang seni yang terdiri atas pengamat dan pakar dari Sumbar. Hadiahnya Rp5 juta untuk masing-masing karya sastra yang menjadi terbaik," katanya. Ia menyebutkan, sebanyak 39 penceramah masing-masing 26 untuk PSN dan 13 PERSI akan mempresentasikan makalahnya, termasuk Mensesneg Moerdio- no. drama dan seni pertunjukkan lainnya. POTENSI Selain itu juga pertemuan antar seniman dari daerah- daerah di Indonesia. "Kerjasama di bidang teater menjadi topik menarik karena sebenarnya teater di daerah memiliki potensi besar untuk berkembang, Na- mun selama ini SDM yang berkualitas di daerah umumnya tersedot ke Jakarta," kata Slamet Sukirmanto, pegiat seni di TIM. Panitia pelaksana kegiatan itu mengimbau setiap Dewan Ke- senian dan pihak-pihak lain di daerah memberi dukungan yang besar bagi delegasinya meng- ingat kegiatan itu sangat penting. "Persoalannya adalah me- nyangkut keterbatasan dana yang dihadapi Dewan Kesenian daerah untuk mengirimkan delegasinya yang lengkap," ujar Ratna Riantiarno. (bdr) DIALOG Kedua pertemuan itu pada dasarnya untuk memperkuat silaturahmi antar sastrawan nusantara dan antar sastrawan nasional. Berbagai dialog yang dilakukan akan menghasilkan "kertas kerja" untuk menjadi perhatian kalangan seniman dalam menghadapi globalisasi. "Terus terang kita harus akui, globalisasi telah merambah dunia seni budaya. Ini patut menjadi perhatian karena tam- paknya seni budaya kita perlu dipacu, sementara serbuan karya seni dari manca negara terus membanjiri Indonesia. Seniman Singapura telah banyak meng- hasilkan novel, sementara seniman Indonesia perlu terus dipacu," katanya. Ratna N Riantiarno dan penyair Slamet Sukirmanto menambahkan, pertemuan sas- DIKECAM Dalam drama satire ini ia dikecam mass media dan pihak berkuasa karena cenderung memperlihatkan propaganda berbau anarchi. Setelah menempati Palazzi- na Liberty di Milan, Fo mem- buat panggung teater permanen yang dibuka pada tahun 1974 dan meraih kesuksesan melalui pementasan "We Can't Pay, We Won't Pay" (Non si paga! Non si paga!). Melalui drama ini, Fo secara blak-blakan mengemukakan pandangan dan komitmen poli- tiknya yang tak ingin berhu- bungan rapat dengan pihak ber- wenang. Ia terlibat sejumlah perkara dengan pemerintah Italia dan buah karyanya sering berakhir di pengadilan. Pada tahun 1980, visa ma- suknya ke AS ditolak karena ia dituduh terlibat organisasi radi- kal "Soccorso Rosso" yang men- dukung para narapidana. Bersama istri, Fo juga menu- lis beberapa monolog termasuk "All Home, Bed and Church" FAKTA membuktikan, ke- adaan semakin lama telah semakin dingin. Beberapa bulan belakangan ini, sejak jabatan direktur utama dipegang oleh Pak Hans, iklim sejuk telah berganti. Para karyawan yang biasanya dapat bercanda dalam jam kerja, sekarang hanya bisa membicara- kan urusan kerja. Apa yang perlu dibicarakan itulah yang dibicara- kan. Keadaan yang semula begitu hangat dan menyenangkan telah berubah menjadi beku. Tidak ada lagi tawa cekakan, tidak ada lagi canda yang renyah. Baru saja sebuah peraturan hebat dikeluarkan. Isinya bagi karyawan seluruhnya dilarang un- tuk mengerjakan urusan pribadi demi efisiensi ! Aku tertawa-tawa dalam hati. ketika membaca peraturan itu. Tidak boleh melakukan urusan pribadi? Demi efisiensi? Lho, bukankah setiap orang tidak bisa dilepaskan dari urusan pribadi? Tidak pada setiap saat, tetapi pada suatu saat tertentu setiap karyawan pasti akan dihadapkan pada urusan pribadi. Namanya saja manusia. Manusia diciptakan sebagai insan pribadi oleh Tuhan. Sederhana saja, tengoklah kepada para karyawan yang juga ibu rumah tangga. Mereka juga mempunyai kepentingannya sebagai ibu rumah tangga selain sebagai wanita karier. Pada waktu-waktu tertentu ibu-ibu itu tentu harus mengurus kepen- tingan anaknya dengan tangannya sendiri, misalnya, karena sakit atau urusan sekolah. Nah, peraturan hebat itu tidak akan mengizinkan ibu-ibu itu untuk melakukan urusan itu lagi. Itu adalah urusan pribadi dan terlarang! . Tidak terpikirkankah oleh sang dirut bagaimana konsekuen- si yang akan muncul kelak? Coba pikirkanlah, ibu manakah yang tenang pikirannya bila urusan anak-anaknya yang harus dilaku- kan oleh seorang ibu malah diserahkan kepada orang lain atau sama sekali diabaikan? Pikiran yang tidak tenang justru akan membunuh konsentrasi. Kerja tidak lagi beres. Pikiran menerawang. Stres. Ujung- ujungnya efisiensi yang diharap- kan malahan akan menjadi kebalikannya. Katanya lagi peraturan itu dibuat agar disiplin dapat diting- katkan. Ternyata Pak Hans telah menilai bahwa selama ini disiplin karyawan telah luntur sehingga perusahaan tidak maju-maju. Da- Demikian antara lain, Drs. Soekarto, Ka.Kanwil Depdik- bud Sumut mengatakan dalam acara pembukaan pameran lukisan yang berlangsung di TBSU 24-29 Nopember lalu. lam hal ini Pak Hans seharus nya mendapat penghargaan dari pemerintah karena turut menyuk- seskan Gerakan Disiplin Nasional. Ha... ha...ha... mendapat penghargaan? Ckckckck! Padahal selama ini, dirut yang dulu tidaklah pernah mengeluh soal disiplin karyawannya. Sederhana saja, itu dapat dilihat dari absen- si karyawan yang sangat memuas- kan dan tingkat keberadaan di tempat yang tinggi. Jadi? Ya, dapat dikatakan penegakan disiplin oleh Pak Hans sebenarnya hanyalah untuk menunjukkan kekuasaan dirinya. Disiplin Pak Hans adalah disiplin paksaan. Dengan kata adalah lain disiplin itu semacam indoktrinasi. Disiplin yang muncul itu bukanlah lahir dari kesadaran yang hakiki. Ya, kira-kira itu dapat diistilahkan dengan disiplin robot. Tak tahukah Pak Hans bahwa disiplin robot itu justru akan berakibat buruk? Citra karyawan terhadap Pak Hans akan menjadi citra monster. Pak Hans adalah bayangan yang menakutkan. Pada akhirnya loyalitas yang diharapkan dari seluruh karyawan justru akan bisa berputar seratus delapan puluh derajat. Peraturan satu itu hanyalah salah satu contoh. Banyak lagi peraturan lainnya yang kese- muanya jelas-jelas memojokkan karyawan sebagai manusia, sebagai insan pribadi, sebagai makhluk Tuhan yang memiliki jiwa dan perasaan, sebagai manusia yang kreatif, inovatif dan berjiwa sosial. Ah, aku sebenarnya akan mengambil kesimpulan ini: Pak Hans berpenyakit jiwa! Tapi mungkinkah? PUISI H.A.BADAR SULAIMAN USIN KENDALA Kendala dana itu juga di- hadapi panitia pelaksana yang hingga kini baru mendapatkan suntikan dana Rp150 juta dari Presiden dan Rp 100 juta sebagai donatur lainnya. "Terus terang dana masih menjadi kendala, tetapi kami terus berupaya," katanya.(ant) mengenai perjuangan wanita Italia menuntut perceraian dan hak melegalisir aborsi. Naskah ini belum tersele- saikan namun naskah cerita un- tuk pementasan sudah ia per- siapkan. Salah satu karya terbarunya "The Devil with Boobs" (Il dia- volo con le zinne) dipentaskan pertama kali bulan Agustus lalu. Komedi satire (sindiran) yang mengambil latar belakang jaman Renaisance dengan tokoh utama seorang hakim dan wani- ta yang tingkah lakunya dira- suki iblis itu sekarang menjadi perbincangan hangat. Fo akan berada di Stockholm 10 Desember mendatang untuk menerima hadiah sebesar 7,5 juta krone atau sekitar 1 juta dolar AS, langsung disampaikan Raja Carl XVI Gustaf. (bdr). Puluhan Perupa Pemeran Bersama di TBSU Medan (Analisa) Dengan menyaksikan pame- ran lukisan ini, kita dapat menyaksikan langsung, meng- amati dan menghayati, aneka ragam lukisan dan karya lukisan para seniman, mahasiswa dan remaja Sumatera Utaraugu Tampangnya memang mena- kutkan. Wajahnya angkuh. Matanya setajam mata elang. Postur tubuhnya tinggi besar. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya akan ketakutan dan berusaha sedapat mungkin untuk menepi. Menggelikan, seorang atasan ditakuti. Bukan disegani, bukan pula dihormati, tapi dibenci. BALADA PARA TKI Begitu pilu nasibmu, wahal TKI ! lantaran perbekalan yang hilang dilalap gelap atau apakah kalian yang salah tak tahu memilah-milah atau ??? Dibenci? Ya, kebencian me- mang telah semakin menumpuk. Bukan tidak mungkin karyawan menjadi putus asa dan memutus kan untuk keluar saja. Tidak, itu bukan kemungkinan lagi. Itu sudah terbukti dengan realita dan fakta. Sudah semakin banyak karyawan yang keluar. Percaya Kallan manusia, bukan sebangsa yang lain yang tak punya pikir- rasa tapi harus berakraban dengan kandang sayang! Ah, bila dikatakan musibah, tapl tak ada air bah yang menenggelamkan sejuta rumah evakuasi dan transportasi ke puncak gunung bagal wahyu diterima Nuh Puluhan pelukis ikut pameran bersama atas prakarsa Taman Budaya Sumatera Utara itu Dari sekian banyak pelukis itu, terdapat nama-nama pelukis yang sudah punya nama di Sumut dan tingkat nasional, seperti Sekar Gunung, Said Saleh, Ibrahim Syam, MY. Cerpen Sang Dirut Begitu pilu nasibmu, wahai sementara banyak TKI mengundang keprihatian sang khalifah dan mencari celah-celah mengangkat harkat martabat kendati riwayat sudah tersurat. HALAMAN 10 Oleh : Sam DOEL CP ALLISAH TENTANG LABIL Alangkah sulitnya memahami gerak dan keterbatasan waktu yang hilang dalam gerai senyummu sedang kita harus tuntaskan pergulatan antara dua kepentingan antara dua jalan bersimpangan Palangkaraya, 1997 alangkah sulitnya keadaan bila seklan kebijakanpun sia-sia sebab kecurigaan adalah kabut yang tiba-tiba slap mengapungkan kita dalam kematian musim ya, alangkah sulitnya ketika nurani larut dalam percikan ribuan warna dan kita terkepung didalamnya Pameran itu memang memo- tivasi dan lebih meningkatkan hasil karya para kreator seni dan generasi muda untuk menggali nilai-nilai budaya bangsa. atau tidak, jumlah karyawan yang telah keluar selama tiga bulan terakhir ini adalah sepuluh orang. Itu sama dengan sepertiga dari seluruh jumlah karyawan yang beredar sebelumnya. Itu sebetulnya cukup untuk membuktikan kepada sang dirut agar meniupkan angin sejuk, bukan angin dingin. Tetapi nyatanya ? Arogansinya malah semakin menumpuk. Konon, su- dah pernah ada usul dari salah satu kepala bagian agar perusaha- an lebih memperhatikan kebebas- an para karyawan yang selama ini telah terenggut. Yah, usul tinggal usul. Ini bukan basa-basi, se- muanya lewat. Kata orang, arogansi dimunculkan hanyalah untuk menutupi kelemahan diri. Benarkah? Semua tahu kalau Pak Hans itu bukanlah orang dalam. Dia bukan muncul dari bawah. Dia ti dak tumbuh dengan akar yang kuat. Dia direkrut oleh komisa ris utama dari sebuah perusahaan saingan yang telah semakin ma- pan. Ya, dia dibajak. Tujuan utamanya apalagi kalau bukan untuk menggulung perusahaan saingan itu. Dapat dikatakan dia itu adalah pengkhianat. Tapi bagi sang komisaris utama dia itu adalah pahlawan. Pahlawan? Wow, silau men! Apa yang telah diperbuatnya bagi perusahaan? Apa yang diperbuat- nya justru bagi para karyawan adalah pekerjaan seorang dikta tor. Keangkuhan mutlak. Terus apa yang disumbangkannya kepa da kemajuan perusahaan? Jawab- nya boleh dikatakan tidak ada. Penjualan perusahaan malaha menurun. Dalam tiga bulan terakhir ini, ekspor yang dilakukan ke negara-negara teluk toh tidak mencapai sasaran seper- ti yang ditargetkan. Sedangkan penjualan lokal semakin terpuruk oleh karena kekuatan perusahaan lokal saingan yang telah semakin menggurita. Jadi apa yang telah dibuatnya? Entahlah. Mungkin tiga bulan belum menjadi ukuran bagi sang komisaris utama. Mungkin masa percobaan bagi sang dirut adalah setengah tahun, setahun, atau malah dua tahun. Dua tahun? Gila. Bila itu betul-betul terjadi. Maka semua karyawan betul-betul akan mengidap penyakit jiwa. Dapat diramalkan bila telah sampai dua tahun, seluruh karyawan telah berganti wajah yang selama ini lamreung, 1994 Sukarno, Muhammad Saleh, S. Serayu Marthin Agam Sitepu, dan Amran Eko Prawoto. Kepala Taman Budaya Su- mut, Anwar SH dalam sambu- tannya mengatakan, pameran berupa kesempatan untuk ber- dialog, mengajak penikmat memasuki dunia senirupa yang biasanya mengandung makna simbolisasi dari suatu ujud rasa. Menurutnya,dengan adanya pameran ini, menambah wawa- san masyarakat terhadap seni serta menambah rasa cinta akan budaya bangsa. (idp) beredar pasti akan mengundurkan diri. Daripada kerja seperti robot lebih baik jadi pengangguran. Siapa sih yang lebih memen- tingkan perusahaan tempatnya bekerja daripada pribadinya dan keluarganya? Bukankah bekerja adalah demi keluarga ? Jadi, nonsens sekali bila ada yang mengatakan perusahaan. Keluar- ga jelas-jelas lebih bernilai berlipat-lipat daripada perusa haan. Tidak di perusahaan ini bukan kah dapat bekerja di perusahaan lainnya.? Apakah Pak Hans ber- pikir bahwa dunia ini hanya seluas daun pete? Apakah dia berpikir bahwa di dunia ini tidak ada lagi perusahaan lainnya yang mau menerima karyawan-karyawan yang ada? Dia terlalu picik. Ber- pikiran sempit dan kerdil. Tidak- kah dia dapat berpikir bahwa para karyawannya yang telah mengun- durkan diri selama ini ternyata sebagian besar adalah karyawan yang berkualitas ? Tak ter- pikirkankah olehnya bahwa karyawan-karyawan itu akan membelot dan kerja di perusaha- an saingan? Seperti dia yang jadi pengkhianat? Tapi, tunggu dulu, yang karyawan-karyawan membelot itu tidak bisa dikatakan sebagai pengkhianat. Mereka hanya ingin mencari suasana yang lebih manusiawi. Mereka adalah manusia, bukan robot. Robot tidak punya perasaan, manusia punya. Robot tidak punya jiwa, manusia punya. Mereka adalah profesional. Jadi, dimanapun mereka bekerja, mereka akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Marilah singgung mengenai urusan pribadi itu. Misalnya saja Pak Hans sendiri berbenturan pada urusan pribadi pada suatu saat, dan itu pasti terjadi. Apakah Pak Hans tidak akan memen- tingkan urusan pribadinya dan mementingkan perusahaan ? Bagaimanakah kalau pada suatu ketika Pak Hans dilanda bencana, misalnya, salah satu anggota keluarga mengalami kemalangan. Apakah dia akan terus ke kantor dan tidak mengurusi keluarganya itu? Impossible! Setiap manusia adalah manusia. Tentu saja Pak Hans tidak akan seperti itu. Jadi, Pak Hans, Anda harus mengerti bahwa pada hakikatnya manusia adalah manusia. Bila Anda bisa berpikir seperti itu, niscaya jiwa Anda akan terbuka. Tapi, tentulah harus ditunggu saat yang paling tepat untuk itu. Yang jelas waktu itu akan tiba. Mata akan terbuka. Hati akan merekah. Senyum akan tersung- ging. Tawa akan kembali ada, renyah. Iklim hangat akan kem- bali. Angin sejuk akan bertiup. L