Tipe: Koran
Tanggal: 2021-01-22
Halaman: 12
Konten
JUMAT PON, 22 JANUARI 2021 ( 8 JUMADILAKIR 1954) 'Vis a Vis': Sastra Koran dan Sastra Digital mekanik. Teknologi elektronik tentu me- miliki daya mobilitas yang jauh lebih ting- gi daripada teknologi mekanik. Selain itu, teknologi elektronik mampu menangani informasi dengan jumlah yang lebih besar dengan tingkat kompeksitas yang jauh lebih tinggi. Berbagai keunggulan itu ke- mudian membuatnya menjadi kekuatan yang mampu menerobos keterbatasan teknologi mekanik, menerobos segala batas yang dibangun modernitas. Dalam konteks publikasi, media cetak (khusus- nya koran) merupakan bagian dari teknologi mekanik, sedangkan media on- line menjadi representasi dari teknologi eletronik. JIKA dalam tradisi tulis dan publikasi di Amerika, khususnya cerpen, telah berlangsung selama hampir dua abad dan memegang tempat yang terkemuka. Seperti ungkapan seorang penulis Irlandia, Frank O'Connor, yang juga se- orang penulis cerita pendek terkenal, me- ngatakan bahwa bagi orang Amerika, cerita pendek telah menjadi bentuk seni nasional'. Hal ini lantaran undang-un- dang hak cipta internasional mengizin- kan penerbit untuk membajak karya Inggris dan mencetaknya dengan harga murah, sehingga menempatkan novel Amerika asli pada posisi yang tidak menguntungkan (Scofield, 2006). Sebagai hasilnya, seorang penulis seperti Edgar Allan Poe dengan ambisi untuk mencip- takan tradisi Amerika yang independen beralih ke publikasi majalah sebagai cara terbaik untuk menciptakan sastra dan publik pembaca. Terutama selama depre- si ekonomi tahun 1837 dia mulai melihat majalah, daripada buku, sebagai ekspresi yang tepat dari budaya Amerika. Di Indonesia sendiri, kemunculan sas- tra sebagai bagian penting industri media cetak (majalah dan koran) baru mulai terasa sejak pertengahan abad 20. Masa transisi ini memunculkan dominasi penulisan cerpen (baru kemudian puisi dan esai), sekaligus mempengaruhi plot tradisi publikasi di Indonesia. Munculnya majalah, kemudian diambil alih oleh me- dia cetak (koran) memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi perkembangan- nya. Alhasil, secara kausalitas, kondisi ini ikut menasbihkan sastra koran sebagai arena publikasi paling utama. Bahkan koran mampu menggantikan fungsi ma- jalah sastra sebagai legitimasi sastrawan muda sekaligus membentuk mainstream kecenderungan tematik maupun gaya bersastra. Namun akhir-akhir ini, muncul spekulasi terhadap runtuhnya dominasi koran dalam wacana 'Senjakala Sastra Koran'. Esai ini berusaha mem- berikan sudut pandang terhadap kondisi ini dalam skema postmodernisme yang dukungan kekuatan teknologi elektronik di dalamnya. Sesudah Perang Dunia Kedua, cerpen menjadi entitas penting-melebihi puisi dan roman karena mampu menarik banyak pembaca. Menulis cerpen jauh lebih singkat dibanding menulis sebuah roman, bahkan dalam sekali duduk se- orang pengarang sudah dapat mencip- "S AMPUN gasik, Pak Lurah. Wonten ingkang wigati?" Ature Kang Min kanthi swara groyok weruh Pak Lurah, esuk-esuk wis tekan kantor. Ora kaya adat saben, biyasane per- abot kelurahan anggone padha ngantor ya udakara jam sanga. Lha wong kadhangkala warga kang perlu wae ndadak ngenteni ra- wuhe para punggawa. Lha kok nganeh-anehi, iki lagi meh jam wolu Pak Lurah wis rawuh. "Lho durung disaponi, Kang?” pratelane Pak Lurah nalika wis mlebu bale desa, karo mbe- nakke masker-e. Angga T Sanjaya takan beberapa karya yang juga lebih banyak peminatnya. Begitu juga bagi pembaca, tidak seperti roman, cerpen lebih efisien dan hemat waktu. Hal ini menjadi alasan di kemudian waktu, cer- pen menemukan pasar yang lebih luas dari roman, terlebih lagi puisi. Dengan demikian, faktor efisiensi dan kese- larasan dengan kuantitas majalah dan koran yang mengenal pembatasan, mem- buat cerpen mampu menggusur eksisten- si novel di era Balai Pustaka. Penetrasi ini tidak membu- cerpen tuhkan waktu lama. Dalam beberapa tahun setelah PD kedua, peminat (penulis dan pembaca) begitu pesat. Sumardjo (1975) menyebutkan seti- daknya ada tiga tematik yang saling brhadapan, vis a vis, yaitu dua nama be- sar, M Kasim dan Suman Hs yang menyuguhkan aspek cerita yang berakar dari khasanah sastra tradisional Indonesia; Hamka dan Idrus dengan ori- entasi sosial zamanya; dan Armijn Pane dengan orientasi ide kedalaman. Pilihan kedua itulah yang kemudian banyak di- gemari oleh para penulis cerpen. Kondisi ini ditangkap oleh pegiat sastra, sehingga muncullah usaha-usaha menghidupkan majalah yang dimaksud khusus memuat cerita pendek (yang pada kenyataannya juga memuat puisi dan esai seperti pada Kisah, Sastra, Horison, dan pada akhirnya koran). Cita-cita tersebut yang paling utama dan terpenting, telah didukung pula dengan kemajuan teknolo- gi mekanik sekaligus teknologi elektronik pada akhirnya. Bila kita cermati, kondisi ini tidak ter- lepas dari perubahan besar dari peradab- an manusia dalam kerangka postmo- dernisme. Faruk menjelaskan bahwa per- ubahan itu didahului revolusi pertanian, kemudian revolusi industri sebagai gelombang kedua (2001). Munculnya gelombang ketiga itu setidaknya dipenga- ruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor teknologi dan faktor cara produksi. Khususnya faktor teknologi, hal ini ber- kaitan dengan perluasan teknologi elek- tronik yang didahului teknologi mekanik. Sebagai alat menyimpan dan distribusi serta mengolah informasi, teknologi elek- tronik memperlihatkan perbedaan yang amat signifikan dibandingkan teknologi "Menika wau nembe badhe mbikak lawang, lajeng badhe reresik kados adat saben. Niki amargi Pak Lurah rawuh gasik la- jeng dereng siyos nyapu." "Ya wis sesuk maneh sadurunge jam wolu kantor wis resik ya. Wis disaponi, wis dipel lan meja-kursi uga wis diser- beti. Iki new normal, pranatan anyar. Aku kudu paring tuladha, nyambut gawe gasik. Supaya warga sing butuh layanan gasik bisa dilayani." Karo ngendika ngono Pak Lurah banjur nyekel sulak, resik-resik meja lan kur- sine dhewe. Sejatine Kang Min ora kepenak weruh Pak Lurah banjur cekel sulak lan resik-resik. Nanging kepiye maneh, wi- ngi ora ngendika apa-apa menawa arep gasik, dadi anggone nyambut gawe ya kaya adat saben. Apamaneh menawa esuk kuwi dheweke kudu ngrewangi bo- jone kang mbukak warung ana san- dhing kelurahan. Kamangka yen jam pitu kuwi warung mesthi rame. Apa mengko Siyem ora mlerok menawa jam pitu dheweke malah resik-resik kantor kelu- rahan? Kamangka kuwi wiwit sesuk esuk. ***** BUDAYA PAK Lurah Tomi pancen lagi seminggu di- lantik. Wingi-wingi senajan wis nyambut gawe nanging kena diarani isih adaptasi. Piyayine isih kena diarani isih timur, lagi udakara patang puluhan. Sinaune nganti sar- jana, lan tau nyambut gawe nang sawijining perusahaan swasta asing nang Jakarta, sa- wise lulus kuliyah biyen. Nanging marga kepengin ngabdi lan mbangun desane, sinam- bi ngancani sarta ngabekti bapa-ibune kang wis ngundhaki sepuh, milih kondur desa. Jeneng anak ontang-anting kang bekti marang wongtuwa, mula gelem ora gelem banjur nari garwane menawa diajak mulih de- sa gelem ora. Tujune garwane senajan putra penggedhe seka kutha, nanging jejer wanita kang tuhu Kini gejala matinya media cetak sudah mulai terasa sekitar satu dasawarsa ter- akhir. Apabila koran tutup usia, maka da- lam konteks sastra, banyak koran telah membatasi kolom bagi karya sastra. Kecenderungan yang nampak saat ini, secara fungsional, pertama, tugas sastra koran mulai diambil alih perlahan oleh media online, dalam hal ini dapat kita se- but sebagai 'Sastra Digital'. Kedua, selain media online, peralihan juga terjadi ter- hadap media massa cetak yang menuju platform online. Kecenderungan ini juga membawa serta kolom sastra yang mulai dikonstruksi di dalamnya. Ketiga, se- marak media sastra online juga tumbuh di lingkungan komunitas sastra maupun personal penggerak sastra. Melalui gambaran tersebut, jelas seki- ranya jika transisi media cetak (mekanik) menuju media elektronik (sastra digital) ini mulai dan akan tuntas terjadi. Mau ti- dak mau, suka tidak suka, media cetak yang tidak didukung dengan kemam- puan mobilitas tersebut akan tergerus lantas ditinggalkan oleh sistem kapi- talisme, dan pada akhirnya sistem per- adaban manusia itu sendiri. Yang menarik, sastra digital yang tidak terikat kuat dengan berbagai pembatas- an, akankah berkemungkinan mem- berikan corak lain terhadap wajah sastra, khususnya cerpen Indonesia di hari men- datang. Kita tunggu saja. Jejak Imaji, 2020 *) Angga T Sanjaya, alumnus Uni- versitas Ahmad Dahlan dan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, lahir di Wonosari, Gunungkidul pada 7 Juni 1991. Mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Gamping. Kini tinggal di Yogyakarta. tresna saha bekti marang guru laki. Mula di- ajak ngancani wongtuwa nang ndesa uga ora nolak malah ngatonake bektine marang maratuwa. Malah putrane loro, Angga lan Anggi kang lagi SMP, uga cepet banjur srawung remaja tangga teparo kono. Mula senajan lagi setaunan kondur desa, nalika ana pilihan lurah akeh sing nyalonke lan banjur kepilih dadi lurah. "Pak Carik, lapuran bantuan sosial ingkang kangge Covid-19 kala wingi sampun ram- pung?" "Sampun, Pak...," ature Pak Carik karo mle- bu nggawa buku gedhe. Banjur lapuran kan- Duratmaka Cerkak: Agus Sutomo thi maca cathetan. "Anu Pak Carik, sedaya kedah dipun peng- galih kanthi permana. Menawi mlebet laladan bale desa mboten ngagem masker, diaturi kon- dur rumiyin kemawon. Wonten ngajeng sam- pun wonten kran ingkang kagem wijik lan di- cepaki sabunipun dereng?" "Dereng Pak Lurah, dereng wonten pem- bageyan utawi sumbangan." Pak Lurah mung manthuk-manthuk krun- gu ature Pak Carik. Dhadhane rasa miris dan sedhih. Geneya abdi masyarakat kok arep ngejak wargane dhisiplin ndadak nunggu sumbangan utawa pembageyan? "Inggih, Pak. Nanging Korona menika kok ngedab-edabi nggih, Pak? Sakndonya kenging sedaya lan njalari ekonomi ugi lajeng ambruk, sesarengan." "Mila Pak Carik, kita kedah ngajak saha nd- hidhik disiplin warga. Menika virus-e mboten kantenan. Senajan mangke sampun dipun Ilustrasi : Arko Aku menyukai hujan yang rintik; Yang menyimpan dingin dalam kenangan Sambil menyeduh teh aroma melati, Kunikmati setiap rintik yang jatuh ke pipi Rasa-rasanya aku tak pernah punya rindu yang tuntas denganmu Prihal itulah Tuhan memberikan sepasang senyum yang abadi, Agar aku lebih menghargai pertemuan yang kekal Seperti itulah ceritaku tentang hujan Menceritakan kerinduan yang tak pernah tuntas padamu MEKAR SARI vaksin kemawon, tetep tansah kedah dhisiplin protokol kesehatan. Dinten menika wonten ra- pat utawi kedah wonten ingkang dipun pa- ringi kawigaten langkung? Kula rak taksih enggal Pak Carik, nembe seminggu. Mula menawi wonten napa-napa kula dilapuri. Dereng mangertos kebiyasaan wonten mriki. Menawi mboten wonten rapat kaliyan kecamatan utawi bab wigati sanes, kadospundi menawi mangke nganglang dhateng pedukuhan Bagel. Kula mireng wau dalu kebanjiran. Nanging kula taksih wonten kitha, ndherekke Ibu-Bapak kontrol dhateng griya sakit. Dados mboten cepet saged dumugi mrika. Menapa mrika biyasa kenging banjir?" "KEDAULATAN RAKYAT" HALAMAN 12 Oase Hasrul Rahman SEPASANG SENYUM Pagi ini alam sedang menceritakan kisahnya tentang hujan yang mengguyur angan; Ada yang menebar candu dalam segelas kopi, ada juga yang sedang menyimpan harapan dengan rapi tetapi ada juga yang takut lapar dalam dingin bahkan ada yang terpaksa menggigil di jalanan karena takut mati Pagi ini alam sedang menceritakan sepenggal kisahnya; Seorang bapak berjuang menyemai bata dengan basah menenteng batu tanpa rasa gigil Gunungkidul 2016-2020 SEPENGGAL CERITA Lalu menyeruput kehangatan dengan senyum Sepertinya Tuhan sedang mengabulkan doanya Esok pagi giliranmu menceritakan kisahmu sendiri Gunungkidul 2019-2020 PERJALANAN Hujan yang rintik ini mengingatkan kisah ranumku yang tuntas dalam hangat Empat tahun yang lalu; Sebuah perjalanan dimulai disaksikan pelangi dan rintik hujan yang tak begitu basah Aku berhasil melumpuhkan gusarmu lalu menawarkan rindu yang kekal padamu "Mangga, menawi badhe nganglang kawula dherekaken. Atur uninga, menawi Bagel menika sakjeg jumbleg dereng nate banjir. Mboten mangertos kok kalau wau dalu kebanjiran." *** ATINE Pak Lurah Tomi angluh nali- ka weruh omahe wargane sing keban- jiran. Omahe mosak-masik ora karu- wan, merga banjire pancen nganti mle- bu omah. Kamangka sakjege ya du- rung tau banjir. Dadi ora ana anti- sipasi-ne, nalika udan. Nanging mrik- sani larahan kang sumebar ana pinggir kali, Pak Lurah wis wanuh apa sing kudu dingendikakake marang war- gane. Merga banjire mau kena diarani merga tumindake warga sing seneng mbuwang uwuh nang kali. Pak Lurah terus kliling kanthi di- dherekke Pak Carik lan Pak Jagabaya. Ana telung omah kang kahanane mri- hatinke. Wis omahe isih gedheg sing manggon piyayine wis sepuh-sepuh. “Ingkang menika pungkasan, Pak Lurah,” ature Pak Jagabaya ana sangarepe omeh gedheg kang rada dho- yong. Pak Lurah mandheg. Ngerti ana piyayi ana sangarepe omah, banjur sing duwe omah metu. "Kados pundi kabaripun, Mbah Tuminah? Piyambakan, lha Mbah Kakung wonten pundi?" "Ah mboten ngertos. Niku wong lanang wis tuwa wae ora urus. Lunga, jarene kesenggol Korona. Pun seminggu mboten mulih... Korona niku duratmaka saking pundi ta, Pak Lurah, kok nyenggol wong tuwa. Ora golek sing enom," pratelane Mbah Tuminah karo muter susure. Pak Lurah nyawang punggawane. Ora ngerti arep ngendika apa. Empat tahun yang lalu; Perjalanan itu berakhir dengan sebuah cerita yang abadi Gunungkidul 2020 *) Hasrul Rahman, staf pengajar di PBSI UAD, tinggal di Nglipar, Gunungkidul. (padepokan Mondoteko Rembang, tengah januari 2021) P Suyatno MACAPATAN CANGKRIMAN 1. Gya bedhaken sela gang tinumpuk-tumpuk Tinata sampurna Rinengga neca lan ukir Bukti nyata luhuring budaya bangsa (candhi) 2. Ana bambu malang sandhuwuring sumur Cumanthel ing golak Bandhulipun abot sisih Onthak-anthuk kang sarwi anginum tirta (senggot) 3. Wisma alit mapan ing pinggir dalan gung Lan prasekawanan Sinaba ing wayah bengi Papan jaga tata rumaksaning praja (gerdhu/cakruk) 4. Apa kowe tau numpak kreta lembu Nurut dalan desa Senadyan lakune rindhik Aja kaget yen sing nglakokke bajingan (grobag) 5. Apa iku wreksa geng rineka prau Alu tandhingira Ingkang karem mangsa pari Yen diedu sarwi gejog mbal-ambalan (lesung) KAGEM para kadang sing kagungan naskah crita cekak, geguritan, utawa macap- at, bisa kakirim ing Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat, Jalan Margo Utomo 40-42, Yogyakarta 55232, utawa lumantar email mekarsari.kr@gmail.com. Menawa seratane magepokan karo bab utawa dina mirunggan diajab bisa kakirim udakara sewulan sadu- runge. Matur nuwun. (Redaksi)
