Tipe: Koran
Tanggal: 2021-01-22
Halaman: 13
Konten
JUMAT PON, 22 JANUARI 2021 (8 JUMADILAKIR 1954) LOMBA GEGURITAN SECARA DARING Siapa Bilang Bahasa Jawa, Susah ? siswi Klas XII MIPA 2 SMA Negeri 2 Bantul. A pa manfaat yang didapat dari geguritan ? "Geguritan itu puisi Jawa. Budaya yang harus dikembangkan. Kenali, lalu pahami, jangan keburu berpikir bahasa Jawa itu susah. Setelah itu barulah kita akan merasakan betapa indah, bermakna dan unik bahasa Jawa itu. Selain terdapat dalam geguritan juga bisa kita jumpai pada aksara Jawa, sesorah, dan lainnya. Budaya Jawa itu tidak kalah menariknya dengan budaya luar, seperti " kata Isna K-POP... Jamilatun Solekhah, JUARA T Berprestasi sekaligus turut mengembangkan budaya Jawa di tengah pandemi. Itulah yang dilakukan Isna Jamilatun KACA-Amanda Amelia W Isna Jamilatun Solekhah Mari Menulis KANGEN SEKOLAH SUDAH cukup lama siswa belajar di rumah. Terkadang aku merasa S bosan. Karena tidak bisa bertemu teman-teman, bermain bersama, belajar dengan Bu Guru, dan tidak bisa melakukan kegiatan ekstra seperti drumband, menari, melukis, senam dan salat bersama. Aku berharap wabah Korona ini segera berlalu. Solekhah, baru-baru ini, Isna berhasil meny KAWANKU CERNAK ARENA KREASI ANAK Ilustrasi: Arko Naura Nayzila TK ABA Ngijon Kelas B1 Sendangarum, Minggir, Sleman 55562 Mari Menggambar Kaca n abet Juara I Lomba Baca Geguritan dalam Kompetisi Bahasa dan Sastra 2020 SMA/SMK/MA se-Kabupaten Bantul. Kemudian ketika mewakili kabupatennya berlaga di tingkat provinsi DIY berhasil merebut Juara II. Biasanya Lomba Baca Geguritan tampil di panggung secara langsung. Dikarenakan pandemi, lomba kali ini dilaksanakan secara daring. Peserta hanya mengirimkan video. Isna pun sempat kesulitan karena harus mengulang take (pengambilan video) karena grogi dan kurang fokus saat menatap kamera. Pengambilan video harus di sekolah untuk mendapatkan latar yang bagus. "Take-nya diarahkan juga oleh Bu Bekti, pembimbing sekaligus guru Bahasa Jawa saya, yang melakukan koreksi secara langsung," ujar Isna. Afwan Galang Wibi Putranto Kelas 6 SD Negeri Brongkol Godean Sleman Yogyakarta R AZIF dan Keisya menginap di rumah Paman Tito pada akhir pekan ini. Papa dan Mama ada urusan bisnis di luar kota, sehingga mereka berdua dititipkan di rumah Paman Tito. Paman Tito adalah adik Mama yang belum menikah. Hobinya mengoleksi guci-guci dari berbagai negara, terutama dari China. Rumahnya penuh dengan aneka guci. Oleh Paman Tito, Razif dan Keisya ditempatkan di kamar tamu yang memiliki kamar mandi di dalam kamar dan seperangkat komputer dan televisi yang terhubung dengan internet. "Kak Razif, sini deh aku bilangin," kata Keisya sambil mencolek tangan kakaknya yang tengah asyik bermain game di komputer kamar siang itu. "Apa?" tanya Razif sambil melirik adiknya, tapi duduknya tidak beranjak dari kursi di depan komputer. "Tengah malam kemarin aku terbangun karena haus. Sewaktu ingin ke dapur untuk mengambil air minum, a 1500000 Siswi kelahiran Bantul, 30 September 2020, mengaku menyukai geguritan sejak SMP. Isna gemar membaca puisi bahasa Jawa ini karena punya kandungan makna mendalam. Ia berusaha menghayati geguritan kemudian mengekspresikannya kepada orang lain. Ia ingin orang paham dan senang membacanya. Menurut Isna, untuk dapat membaca geguritan dengan baik itu butuh 4W yaitu wicara (ketepatan membaca kata), wirama (intonasi), wirasa (penghayatan), dan wiraga (peragaan). Membaca geguritan lebih sulit karena harus memperhatikan wicara, seperti membedakan pelafalan ê, è, é, tha, ta, da, dan dha, jadi dituntut kecermatan. Amanda Amelia W, siswi XI MIPA 5 & Icha X MIPA 5 SMAN 2 Bantul. DUARA I 1502 500 Ayo Kirim Karyamu! Cantumkan identitas diri, nama penulis, sekolah, kontak HP/WA, email. @Materi tulisan - foto difile sendiri-sendiri. Naskah yang dimuat ada honorarium. @Materi dikirim ke kedua email: jayadi.kastari@gmail.com, Ilustrasi : Arko Ayo kirim karyamu di Rubrik KACA- Kedaulatan Rakyat, edisi Jumat untuk siswa- siswi SLTP-SLTA. Kiriman naskah bisa berupa: Opini tema aktual - Siswa Bicara, puisi - Parade Karya, cerita remaja, profil siswa-siswi berprestasi. enggak sengaja aku melihat guci Paman yang bergambar naga di ruang tamu. Kakak tahu guci itu, kan?" "Hm... iya tahu. Terus?" Razif menanggapi sekenanya, sementara matanya masih tetap menatap layar monitor komputer. ARA I Fay 1.500.000 "Aku lihat naga itu bersinar kebiruan, seolah hendak ke luar dari guci. Matanya seperti melotot ke arahku. Hiii.... Karena takut, aku batal deh ke dapur," Keisya bergidik sendiri saat mengingat kejadian tadi malam. "Ah, masak sih. Kamu enggak kebanyakan nonton film hantu, kan?" tanya Razif dengan dahi berkerut. Badannya ia balikkan menghadap ke arah Keisya. FR 3 "Yaaa... Kak Razif kok enggak percaya, sih?!" Keisya memajukan bibirnya, cemberut. Eb "Bukan enggak percaya, Kei... tapi siapa tahu itu hanya khayalanmu saja," bantah Razif. AS "Ya, itu namanya enggak percaya," Keisya merajuk. Razif menggaruk-garuk kepalanya, pertanda ia sedang berpikir. "Gini aja, deh. Nanti malam, coba kita lihat guci itu bersama-sama. Oke?" kata Razif. Keisya mengangguk setuju. Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. "Ayo sekarang kita ke ruang tamu, Kak!" Keisya memanggil Razif yang terkantuk-kantuk di tempat tidurnya. Razif teringat pada percakapan mereka tadi siang. Seketika kantuknya hilang. "Ayo!" kata Razif bersemangat. Ia mendahului Keisya ke luar dari kamar. Krekkk! Pintu kamar dibuka Razif. Keadaan di luar kamar gelap gulita dan hening. Razif dan Keisya berjalan hati-hati menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu... "Itu di kanan..." kata Keisya dengan suara serak. Mata Razif memandang ke arah yang dimaksud Keisya. Razif menahan napas. Sinar kebiruan Aku Mau Naga Penunggu Guci Oleh: Kania Gho "Hah? Hantu?" tanya Paman Tito kebingungan. "Iya, Paman. Tadi malam kami melihat guci bergambar naga di ruang tamu itu bersinar. Naga itu hidup," timpal Keisya dengan mata berkilat ngeri. Parade Puisi Merekah. Meranggas.. Merekah.Meranggas.. Merekah. Meranggas.. Merekah. Meranggas.. Aku mau merekah tanpa meranggas Aku mau meranggas tanpa merekah Bisakah aku mau tanpa "tanpa" Beribu sayang aku takkan bisa Sang perekah yang slalu ingin- merekah itupun meranggas Melupakan saat ia terkuncup Melupakan saat ia merekah Meninggalkan ironi tak berbekas Sedang sang peranggas menyesali- bahwa ia pernah merekah Menyesali bahwa ia pernah terkuncup Menyesali bahwa ia ada Karena ia tahu ada tiada di dalam ada *) Khanif Sholakhuddin, siswa SMAN 2 Bantul Penawar Luka Luka yang masih terasa Sedih yang masih menghantui suasana Kini sirna karna dia Ya dia,penawar namanya Datangnya secara tiba-tiba Membawa rasa yang menutup lara Seakan membangkitkan jiwa dan gelora Kini berujung bahagia "KEDAULATAN RAKYAT" *)Renita Alfitriana, siswi Klas 3 /IPS 1 SMAN 1 Panggang Bersamamu Rasanya seperti mimpi yang terasa nyata Aku tak ingat kapan rasa ini mengikatku Hingga ku tersadar kita telah menua bersama R Ilustrasi Arko berpendar dari guci di sudut ruang. Ya, sinar itu berbentuk seekor naga bertaring dan berekor panjang. Mata merah naga itu tampak mengamati Razif yang sedang mengamatinya. Razif ternganga. Untuk sesaat ia tidak bisa bergerak. Semakin diperhatikan, naga itu terlihat semakin benderang. "Ayo!" Razif menarik tangan Keisya dan berlari kembali ke kamar. Mereka berdua memasuki kamar dengan terburu-buru. "Hah... hah..." Razif ngos-ngosan saat menutup pintu kamar rapat-rapat. Keringat dingin mengalir di dahinya. "Tuh... aku enggak bohong kan, Kak. Guci bergambar naga itu ada penunggunya," kata Keisya gemetar. Razif mengangguk-angguk. "Mungkinkah Paman Tito memelihara makhluk halus di guci itu?" tanya Keisya ngeri. Razif dan Keisya berpandangan *** dengan ekspresi ketakutan. HALAMAN 13 "Besok kita tanya saja kepada Paman," kata Razif. Malam itu, Razif dan Keisya tidur dengan perasaan takut. "Paman, tadi malam kami melihat hantu!" lapor Razif kepada Paman Tito di ruang makan pada pagi harinya. Paman Tito terbengong sejenak. Kemudian, Paman Tito tertawa terbahak-bahak. "Jadi itu hantu yang kalian lihat?" Paman Tito tersenyum geli. Razif dan Keisya kebingungan. Kenapa Paman Tito malah tertawa? Ilustrasi: Arko "Mari Paman jelaskan. Gambar naga di guci yang kalian lihat itu memang dapat bersinar dalam kegelapan. Bukan karena ada hantu di guci itu, namun karena gambar naga itu dicat dengan cat yang mengandung zat fosfor," Paman Tito menjelaskan. "Fosfor?" tanya Razif dan Keisya bersamaan. "Iya, fosfor. Fosfor adalah zat yang dapat bersinar seperti lampu dalam kegelapan. Marka di jalan raya pun ada yang menggunakan cat mengandung fosfor, sehingga jalur putih di aspal dapat terlihat oleh pengendara di malam hari," kata Paman Tito lagi. Razif dan Keisya mengangguk- angguk pertanda mulai mengerti. "Oh, pantas saja ada mainan anak yang dapat bersinar saat gelap. Jadi mainan itu menggunakan fosfor juga ya, Paman?" tanya Keisya. "Betul!" jawab Paman Tito sambil tersenyum. Razif dan Keisya berpandangan. Ternyata mereka sudah salah paham tentang guci Paman Tito.*** Kania Gho Jalan Dago Timur No 31 Coblong Bandung 40135.
