Tipe: Koran
Tanggal: 1991-04-21
Halaman: 04
Konten
Halaman 4 Bali Post 4cm MINGGU, MINGGU, 21 APRIL 1991 POSKO Cakil Kolong Langit Kepundung: Lets go Roses and Poems for Rememberance? UNGKAPAN legit sekaligus pahit "Oh mawar, senimu pedih". Teringat pulau taman, nusa "tiada hari tanpa bunga" apalagi di hari Kartini ini. Betapa dara-dara nona-nona, ibu-ibu kita berdandan wama-warni penuh aroma harum bunga mawar me- lati, citra dan cita. POSREM kita yang juga ikut me- rayakan dengan cara ekspresi "nuansa harum bau wangi" (eye of the soul) selalu berbaris, pawai, para- de rangkaian anacaraka puisi prosa cerpen renung- an langgam "taman/kebun" kita, peladang gatra kencana getaran dawai yang menjelma "ke indah kata" ujar pujangga lama. Mungkin saja "oh, mawar senimu pedih" itulah yang menapis sekian banyak putri-putri kreatif kita (lihat foto) sehingga yang lolos ke POSBUD hanya tiga orang saja. Mengapa sampai begitu? Ya, itu tadi, ungkapan mawar, pawai, kompetisi, kompetisi promosi, pos budaya dstnya apresiasi, wawasan, monolog, dialog, selera, visi, persepsi, pencarian, pergumulan dstnya. ***** 9009 ՈՈՈՐԱ HANYA dengan pokrol bambu tuak dan senjata kangin-kauh alias asal bunyi, biasanya para putri kreatif kita dalam POSKO terutama langsung res- pons dengan karya-karya mereka. Secara kebetul- an Mettarini punya persediaan naskah yang cukup sebagai peserta POSKO putaran KE ENAM BELAS, sedang di POSPA ada Lilik Ali, Nita Dwi Handaya- ni (Mataram Lombok) serta nama baru Erna Artini. Jadilah POSKO plus POSPA merayakan Hari Kartini tahun ini, tak seperti tahun-tahun "subur" itu. Maaf atas keberanian 'menyuratiMU' seperti ini. dulu, kini disesuaikan dengan wirama "keprihatinan Saya berniat luahkan gugatan tentang saya yang ter- lokal dan budaya daripada ...". lanjur dirundung pasrah bertekuk di kaki EsaMU. Jangan lepas saya menapak jalan terjal tanpa kendali yang Kau tarik dan ulurkan, genggam saya buat Kau tunjukkan jalan sebenarnya yang tidak saya lihat di kebutaan untuk menjadi paham. Yang terbaik tetap saya pintakan dari kerelaanMU peruntukkan saya. Mettarini ***** MENYURATI-MU aat merasa waktu adalah suatu yang menjemu- ada yang berarti. Itu saja! Saya mesti bagaimana? Mau saya bawa kemana? Terima kasih atas semua ini, yang segalanya terjadi di atas saya dan segala kesanggupan mengenai dunia. TanpaMU saya tak akan kenal dan mengerti langkah menelaan kejadian, atas saya. MaksudMU tentu kan antarkan saya ke Sungguh, saya takkan menghindar walau apa men- jadi mauMU terhadap kepasrahan yang tak habis buat saya sembahkan. Saya ingin tetap Kau perhi- tungkan. Saya tak akan pernah lari.. Mettarini Duhai Luka enandai musim bersama re- pintu tegas lak menyerah terkulum garis nasib. Mung Memang merah berukir selaksa rambu-rambu kin itu mauMU. Atau apa mauMU? Mungkin ada kehendak lain yang kerap saya cari artinya. Jika tak ada gunanya, boleh saya minta hidup saya lagi? Yang tidak saya tahu dan tiada sanggup saya menyimpulkan 'mau- MU'. Ah, saya cuma bisa penancapkan harap, garis nasib sanggup menyiapkan diri buat bertanah, tanpa harus KAU kulum dalam puncak ketidaksanggupan memikul hendak MU. Saya memang lahir bukan un- tuk nikmati bau-bauan berwarna keanehan ini, bu- kan? Kelak agar ada kemenangan yang bisa saya dongengkan pada anak-cucu. Diam-diam, tiada yang sanggup membaca saya, kecualiMU. Saya telan dalam kerongkongan nasib dan membaca dan membaca lagi mataMU. Saya mencoba mengobati' apa yang khilaf di kaca sukma- MU. Sebab pertama yang buat saya tak punya nyali 'tuk dihinggapi kepercayaan. Seolah ada yang mem- buntuti dalam perjalanan separuh hidup: kepalsuan. Ini takkan jadi obat bagi percayaku. Maksuku seperti Sang Perawan berbelit. Wujudnya bak serabut tanpa pangkal tanpa sekat. Perlahan ia akan mati menuju tikaman berjan- tung tapi tak beralas. Dasarnya berderak-derak me- nunggu terjerembab dikulum asa tak lekang. Pupus? Tinggal menanti mati! Berdarah menunggui luka kian meringis dalam je- mari kukuh. Langit mendiami wujudnya yang lama nian tumpah di jalur kemengertian. Tumpah bawa luka berdarah dan entah tinggal berapa kilo lagi yang mesti terlampaui. Tunggu, ruang tanpa dasar me- nunggu ada yang tumpah dan melecut larinya ke tangga lebih tinggi. Tunggu! Apa yang mesti terlewati lagi? Kecap-ucap tanpa penyangga telah kaburkan hakikat murni tanpa gurat dosa itu. Ia jadi terjatuh menuju lembayung ketidak- berdayaan yang meleburkan hasrat tegak tak berpa- ling. Hanya karena kata terlontar tanpa pemisah.. mengalir bagai air lalu bubarkan percaya begitu saja tanpa niat sisakan kemengertian. Adakah yang lebih berarti dari ini? Kekaburan condong lagi membentur dinding hati dengan bara sewaktu-waktu letup tanpa Mettarini agung tertatap pesona kukuhnya kesejatian. Dunia yang terkekeh itu cuma tu- Terambah satu-satu riak wa- Jangan hanyut arus beran- tupi tangisnya yang tanpa malu ber- POSKO memang berusaha menghubungi Ida Ayu Oka Rusmini (POSKO-15) dengan harapan agar memberi pengantar edisi Kartini ini dengan renungan atau komentar beraroma kreatif. Dayu Rusmini memang bilang sanggup tapi kerepotan bikin skripsi agaknya lebih bisa kita maklumi dan syukuri. Anda semua sebagai pembaca bisa bayangkan bahwa Dayu Rusmini ini mulai menulis puisi, cerpen, catatan, pidato, cerita bersambung dari bangku SMP sampai kini disaat merampungkan kuliah di fakultas Sastra Udayana; belum lagi kesi- Mettarini Monolog Seperti yang kudhu, aku akan bukannya dalam setiap lomba dan kegiatan sastra di luar kampus. ★★★★★ ADA sekitar tiga kesebelasan putri andalan ber- ikut pemain cadangan sempat meramaikan POSKO tahun delapan puluhan. Putri kreatif Bali mulai berbi- cara dari KOMPETISI (POSKO) Putaran KETIGA sampai putaran terakhir (KE ENAM BELAS al Metta- rini dkk). Dan puncak dominasi putri kita yang paling menggetarkan adalah dalam POSKO Putaran KE- TUJUH dan KEDELAPAN di mana persaingan ketat dengan andalan putra terjadi dan seru saling silang- nya... PUISI peringatan (poems for rememberance) yang langsung menunjuk Kartini memang bukan misi utama POSREM kita, walaupun kita tak me- nampik kalau ada yang melukiskannya. Kita merasa lebih sreg dan pas dengan karya para putri kita seperti Mettarini, Lilik Ali, Erna Artini, Lilik Dwi Handayani daripada kecenderungan menyebut- nyebut nama Kartini tanpa sebiji kata, sepotong ungkapan, secuil nuansa pun "terbit" dari dirimu sendiri. Selamat dalam semangat Kartini. (Sang PG). yang tidak kuketahui wujudnya, relaan yang masih tersisa banyak tentu kan terdengar tepuk riuh me- (banyak) tanpa tercegah. Ini ko- mekakkan bathin dengan sumbang drat, kukira! Tapi masih banyak tawa mengunyah setitik demi setitik yang bertaburan dengan kelap- kesanggupan melampaui apa yang kelip di atas itu.. yang sebelumnya eperti yang kutahu, aku akan terdaftar pada masa yang telah le- tiada yang sanggup usik rentangan wat. Kesanggupan pahami gelap kemandirian jelajah tiap jengkal sisi gulita tak pernah terdengarkan se- hidup yang ditawarkan. lembar nada jernih kukuhkan rupa. Aku ingin jelajahi tiap kayuhan bi- Aku harus mengayuh bidukku sele- duk tanpa terpelanting menuju apa kas mungkin, pasti ada arus me- yang cuma menggariskan pada wu- nyeret dan dudukkan pada satu jud berpekat lembar-lembar me- soalan, penghabisan atau berlanjut mintakan kerelaan semata dan di balik tikaman ada lolong panjang pada kepedulian? tertuang menghentak hening minus daya. lalu lalang menghentak. Ada ti- kaman berdarah di balik jantung kerelaan, menjadi tak rela sekadar terima apa yang berwujud silam masa yang kelam. Ada yang berda- rah dari sekadar anggukan meng- imbangi seluruh alur melewati jen- jang taut waktu, akan ada sekelumit geliat mengusik hamparan ran- cangan yang setidak-tidaknya telah ditata dalam satu rupa mengabul- kan angan. Jika mesti percaya pada sejumlah babak dengan deretan pelakon Dalam kayuh bidukku kan kule- paskan tiap jengkal badai bertalu talu coba urungkan maksud kabur- kan batas horison atau bahkan ha- rapku berjalan di kaki bianglala. Semakin cepat terlontar sabda tak terdengar buat tekuri seluruh ke- Dalam Lelap Dara Fantasi Mettarini Menjelajah langit, menuruni luangnya kehampa- bermakna lepas, itukah kau, Dara? Yang sendiri menjalin rupa dengan senyum bermakna sa- rat? Mengapa tak tumpahkan jika ingin telanjangkan perasaan? Dara yang sendiri menebar khayal di taman surga dalam kenang tak usai-usai. Telah berapa versi kisah memabukkan kau lukis dengan kuas kesendirian yang berlabuh? Bukankah lukisan itu takkan pernah rampung jika bingkainya tak jua kau tegaskan wujud- peduli. Mata hati yang tengkurap dalam lelah mengerjap tanpa pijakan tertarik menunggui merahnya luka menganga. Semakin terperosok menjamah kekeluan tak bernyawa. Beri sedikit sisa waktu untuk mengejar kekaburan terkuak. Niat sanggup membaca jelas ma- sih kian menggunung menuju kelegaan semata. Kap- an meletup? Rasanya pasti semakin tak sanggup! Ke- pedulian membathin selimuti selembar obsesi ber- layar tanpa dasar. Sungguh terlenanya pada tujuan membasuh luka semakin basah merah dan meng- anga. Tertidur? Atau tetap mengimbangi rambu- rambu berbelit? Musim masih menunggu, lihat! (Mettarini Maret '91). Mamu berpendar tanpa dosa jau muslihat! Ingat, kengan sekali- jejal dengan kecongkakan tutupi se- jud tak bernilai dan baurkanmu de- dengan mata bulat berkedip minta jawab, selalu! Banyak lagi belum tercerna pikir mulus tanpa cela dan setitik noda pun tak kuasa menapak sekian banyak garis jaga yang kau pancangkan sejak waktu mengada- kanmu bertirai elok kemurnian ter- lalu mahal buat diuraikan. Jangan mau menatap silau mu- luknya ikrar, jangan mandi di sana! kali menoleh yang kau tahu itu tak pernah jadi bagian permainan tan- pa dosa. Tetap tegak dengan jalan terkendali daya hingga kelak ada satu garis yang menjadikanmu pu- nya tingkat pengikat bersaksi doa bermantra. Tetap pegang kuat satu kemurnian tak tertebus itu, jangan dengar bahak dunia tak percaya! Nilaimu kan tetap kan jadikanmu Oppel Bagaimana Meneruskan Semangat Kartini? OPPEL (Opini Pelajar) adalah forum untuk pelajar SMTP dan SMTA berpendapat dan mengemukakan gagasan tentang masalah aktual. Topik mendatang silakan dikomentari soal: Guru Ideal, Yang Bagaimana? Pendapat para pelajar ditulis tangan atau ditik 1,5 spasi, maksimal satu halaman kuarto, diselipkan selembar foto santaimu, dikirim ke: Pengasuh Oppel Redaksi Bali Post Jalan Kepundung 67 A Denpasar, selambat-lambatnya Kamis 25 April 1991, pukul 12.00 Wita. Kini, simaklah komentar rekan-rekanmu tentang semangat Kartini! Putri Indrayanti Klas 16, SMAN 1 Denpasar Hari Kartini adalah per- ingatan dari hari kelahiran seorang wanita pejuang nasio- nal bangsa Indonesia. Dengan semangat dan tekad besar, be- liau memperjuangkan kaum wanita dari keterbelakangan karena adanya perbedaan ke- sempatan dengan kaum pria. Kita sepatutnya berterima ka- sih atas perjuangan Ibu Karti- ni. Sebab, beliaulah yang mengangkat martabat kaum wanita dan memberikan ke- sempatan untuk memperoleh hak misalnya, pendidikan dan keterampilan. Rasa terima kasih itu dapat diwujudkan dengan bagaima- na cara kita menggunakan jal- an emansipasi yang telah di- perjuangkannya. Dan makna yang terpenting dari peringat- an ini adalah mencontoh se- mangat dan tekad beliau. Ada banyak jalan untuk me- wujudkan perjuangan Ibu Kartini. Sebagai pelajar, hal yang paling nyata adalah ba- gaimana kita menggunakan kesempatan belajar sekarang ini dengan sebaik-baiknya un- tuk memperoleh hasil yang tinggi. Perjuangan agar kaum wanita memperoleh kesem- patan belajar adalah cita-cita dari Ibu Kartini. Oleh karena itu, dengan belajar yang baik pun kita telah melaksanakan amanat beliau. Selain itu, kaum remaja pu- tri bisa aktif di organisasi ma- syarakat dan kepemudaan, serta bersikap sesuai dengan norma masyarakat, sehingga arti emansipasi tidak disala- hartikan. Kita juga dapat mencontoh wanita-wanita yang telah berhasil seperti ibu Pratiwi Sudharmono. De- ngan kemampuan fisik dan mental akhirnya beliau mam- pu mengemban tanggung ja- wab, walaupun wanita. Dan kita hendaknya bisa mem- buktikan kemampuan kita se- suai dengan bakat dan kege- maran kita. IA. Ratih Kesuma Dewi, Klas II Biologi 3, SMAN 1 Denpasar Perayaan hari Kartini tentu mempunyai hikmah yang sa- ngat besar, terutama bagi kaum wanita. Pada hari yang bersejarah bagi kaum wanita ini, kita patut mengucapkan terima kasih yang sedalam da- lamnya pada RA Kartini. Tan- pa perjuangan beliau, saya sendiri, mungkin akan me- rasakan jadi 'gadis pingitan'. Dalam mengisi perayaan ini, saya kira para pelajar da- pat mengisinya dengan berba- gai kegiatan lomba. Misalnya, lomba baca puisi, merangkai bunga atau lomba keterampil- an lainnya. Semua itu menun- jukkan bahwa kaum wanita kita dapat berkarya di segala bidang. Mungkin ada baiknya diadakan lomba Keluwesan Kartini. Maknanya, bagaima napun kemajuan yang dicapai kaum wanita, ia tidak boleh kehilangan sikap luwes dan anggunnya. Juga mendidik a- gar kita sebagai generasi mu- da mencintai dan melestari- kan budaya kita sendiri. Salah satu contoh yang kurang pan- tas adalah, banyak kaum wa- nita kita yang enggan meng- hadiri suatu kegiatan hanya karena harus mengenakan ke- baya dan kain, apalagi ditam- bah dengan sanggul. Saya ki ra, justru dengan cara inilah kaum putri meskipun maju pesat tetap mencintai budaya suatu tiada tersisa apa-apa lagi. Te- taplah tengadah, syukuri bahwa ke- kuatanmu pagari jubah putih kian mengawang tinggi lestari. Coba hi- tung, berapa banyak pantulan kha- risma terpancar dari balik keutu- hanmu? Tetaplah awas, banyak niat coba palingkanmu pada lelap dengan bisa mencakar yang siap campakkanmu seperti selaksa wu- ngan berjuta wujud melolong tanpa berkata-kata karena sesal. Ingat! Jika ada setangkai bunga surgawi cerah berembun bias terang, itulah wujud tak tertawar dari sekian ba- nyak kesejatian dan semakin tak sanggup merangkai kata buat selalu tempatkanmu di satu sisi paling tinggi..... Mettarini - Dps). Putri Indrayanti IA Ratih Kusuma Dewi Dersi aslinya. Jadi, kenapa mesti enggan? Dersi, Klas III Biologi 3 SMA Perintis Denpasar Pelopor emansimasi wanita adalah gelar kehormatan bagi Ibu Kartini. Cita-cita dan per- juangannya untuk mengang- kat derajat kaum wanita, agar mendapat hak dan pendidi- kan yang sama dengan pria, sungguh mulia bagi bangsa- nya. Kartini memiliki kegemar- an membaca. Dari kegema- rannya itulah maka pikiran- nya mulai terbuka lebar, apa- lagi setelah membandingkan keadaan wanita Indonesia de- ngan Eropa. Sejak itu timbul keinginannya untuk memaju- kan wanita Indonesia melalui pendidikan. Maka Kartini mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara. Surat-surat yang ditulisnya untuk Nyonya Abendonan a- dalah bukti bahwa pikirannya disumbangkan dalam per- juangan nasib kaumnya. "Ha- bis Gelap Terbitlah Terang" adalah buku kumpulan surat- suratnya. Namun sayang, be- liau tidak sempat menikmati hasil perjuangannya. Akan te- tapi, apa yang diidam- idamkannya telah tercapai. Maka itu, cara kita mene- Meriko Irawati ruskan perjuangan Kartini tiada lain dengan belajar giat dan membuang jauh rasa pu- tus asa! Meriko Irawati, Klas II A 3, SLUA Saraswati Denpasar Menurut saya makna dari semangat Hari Kartini adalah emansipasi. Dalam hal ini e- mansipasi yaitu adanya ke- samaan hak antara pria dan wanita, baik dalam bidang pendidikan maupun bidang- bidang lainnya. Emansipasi i- nilah yang berhasil dipelopori oleh Ibu Kartini. Kalau dahu- lu para gadis dipingit, maka sekarang tidak lagi demikian. Bahkan, sekarang sudah ba- nyak kaum wanita yang ber- hasil dalam meniti kariernya. Ada menteri wanita. Ada ca- lon astronot wanita. Pokok- nya, di segala bidang wanita telah berperan. Kita sebagai pelajar, dalam mewujudkan semangat Karti- ni tidak lain dengan jalan be- lajar. Selain itu, kita juga ha- rus mengembangkan bakat dan minat yang bisa menjadi keterampilan kita. Atau, pa- ling tidak dapat menambah pengetahuan kita. Dengan ca- ra inilah wanita Indonesia ti- dak akan ketinggalan dengan kaum pria! 91 AYIP PALM 204 I'm POSPA Lilik Ali ISANAN API Dalam nyala, kuberikan sen- yang menghangatkan. Kuasa atas panas selain matahari sejak lampau adalah aku. Berubah- buah bentukku semampu menelan benda-benda; Wujud membesar dalam kemanfaatan pemusnahan a- tas sesuatu atau sekelompoknya, wujud mengecil dalam kemanfaat- an yang didayagunakan. Maka aku berperan dalam proses sesuatu menjadi yang lain atau memusnah- kannya sama sekali. Terkadang i- nginku jadi abdi -- namun sering manusia membiarkan diriku sea- kan tanpa arti! (Pebruari '91). LAMUNAN DAN HUJAN di Oleh Erna Artini tak Nita Dwi Handayani KAMU aku tertawa di candamu aku terlena di cintamu aku terhenyak di marahmu aku terbakar di baramu (kau penguasa atas kerajaanku) aku menggigil di diammu (saat berserah kau tikamkan sepi) aku terluka (sambil menjauh kau tertawa ada suara yang tak kumengerti) itu membuat aku selalu mengingat- mu. Cinta akan tetap menyerupai sebuah lagu, selalu bisa kita putar kembali dan membuat kita selalu mengingat saat-saat manis, cinta ki- ta tidak ubahnya seperti sebuah la- gu rongsokan yang patut dibuang ke dalam selokan. Hidup ini ternya ta amat menyakitkan. dibicarakak. ni hujan pertama di musim ke- nasih tak akan selesai dibicarakan. kisi-kisi jendela kelas yang terbuka, ku, catatan itu mengalir seperti air, aku bisa merasakan angin yang ber- aku bingung harus aku alirkan ke- tiup kencang dan amat menggigil- mana airnya. Widi, kamu tahu, ke- kan. Dan dari pintu kelas yang ter- miskinan dan rasa diri yang mem- buka lebar diujung sana, aku bisa belenggu sepanjang hidupku telah melihat bagaimana butir-butir geri- mengakar ke arah akal dan pikiran- mis itu seakan-akan berlomba ter- ku. Karangkala akar yang menjerat gelincir dari atas atap, lalu jatuh leher, terasa benar-benar tumpul ketanah dan membasahi pasir ke- dan tak sanggup mencari ruang ring yang berdebu. Sungguh se- lingkup yang luas. buah momen yang indah. Jadilah diriku yang kamu temu- Hijan pertama di musim kema- kan di tempat Pendakian di Puncak rau yang benar-benar kering ini Mangu. Aku tidak menyesal kenal seakan-akan membuahkan keseju- kamu, justru aku suka sekali. kan dihatiku, menyiram benakku Bayang-bayang dirimu aku rajut yang selama ini begitu kering men- dalam mimpiku. jadi basah, basah oleh air mata ke- Hujan sudah turun lebat, hal itu Bidukku terapung, menentukan sedihan, dan kering dalam penanti- membuat aku enggan untuk mene- arah serasa kembali mengulangan yang aku tidak tahu sampai kap- ruskan perdebatan yang tidak ber- an akan selesai dan kering dalam mutu itu. Aku lebih suka menikma- hasrat ingin pulang bercermin..... kesepian yang tidak berujung pang- ti lagu hujan, lebih suka mende- kal. (Mettarini). ngarkan bunyi rintik hujan yang Akh, Widi aku telah hanyut jauh, beradu dengan genting, karena hal Mettarini aya. Dara yang sendiri tersipu menutup rasa tanpa dosa. Kau tahu, Dara? Tak berdosa.... Bukakan jendela sukma di depan pikiranmu yang berbeban kisah tak putus-putus, biarkan ia me- nyongsong uluran penuh kias dan yang telah menu- tupimu dengan gurat-gurat tak berbentuk dalam khayal. Tanyakan, bermimpikah dalam duniamu yang terang benderang? Atau cuma datang selintas dan bermusim? Ber- Dara yang sendiri merebahkan harap demi waktu- nya yang tersita à cerita karangannya sendir putar isi kepalanya menyimak deretan pesona memanggil-manggil.... lalu terpaku dalam resah membahana dan pekakkan rongga bathinnya. Usir saja jika peluangmu terbengkalai di belakang ken- dalimu jalankan pencarian semu dan ternyata... tak perlu berlanjut. Kibas-kibaskan tiap jengkal yang menjadikanmu terkungkung bahkan yang jadikanmu terkulum dalam jalan berkelok-kelok. Palingkan se- jenak lintas harap dari gundah bertumpang tindih selusupi kesendirian remangkan seutas jalan lengang tanpa usik. Sudah, pulangkan mimpi semu itu ke dalam kenangmu, lalu lakukan sejengkal langkah mendekat. Imbangi atau jauhi?! Senyummu terlalu banyak tergurat di langit yang kau gantungkan tinggi-tinggi. Tutup lembar khayal tanpa skenario ciptaanmu kaia sukmamu mengucap keramahan yang tak nampak, bangunkan saja lelap- mu! (METTARINI Maret '91). SEPERTI DI GURUN Kenapa kamu baru bicara ten- tang hal itu, saat segalanya sudah seperti ini? Dan berjuta kenapa lagi memenuhi benakku. Aku sungguh- sungguh tidak mengerti, kenapa orang-orang itu seakan-akan men- cari kepuasan di mana-mana. Ti- dak pernahkah mereka berpikir tentang kegagalan, kesusahan, ke- sedihan, kejatuhan, kejatuhan dan masa depan yang suram? Aku sekarang begitu sering ber- pikir tentang masa depan, memikir- kan apa saja langkah-langkah yang harus kuambil untuk masa depan- ku, aku memang tidak berani me- mastikannya, tapi aku cuma berbe- kal keyakinan bahwa aku harus bi- sa mengejar apa yang telah terting- gal, dan bisa pula seperti orang- orang yang lain, walaupun itu me mang harus memakai perjuangan yang amat berat. Dalam puing. puing derita ini, aku ternyata mam- elah tiba gurun panjang meno- berpenghuni. Ini bergerak dengan pu untuk berdiri dan menatap langit dengan semangat dan walau kecil tetapi tetap ada. Tahukah kami Widi, karena da- dah berusaha untuk mencurahkan caya siap sempatkan hasrat mene- ayunan angan. bak jika desau angin guncangkan Terlalu berat capai cabang meng- sekelebat pertanyaan berjajar. Ada gantung di langit-langit sesosok wu-hulu perasaan itulah maka aku su- yang berlomba lomba jadi payung jud yang seolah bagai peri dengan mekarkan diri dengan menghitung bunga melingkar di kepala penuh bulir waktu merayap perlahan dan duga. ada setumpuk isyarat di gelap ang- Mungkin selembar pula seluruh hati dan cintaku pada- mu dan juga memberikan seluruh menero- hatiku padamu, karena aku tahu- an tak sanggup menebak. Ini kali ke pong dari kejauhan dengan setang- bahwa kamulah laki-laki terbaik. berapa? kap harap membisa dari awal hing-yang pernah aku kenal. Walau se- Di tengah gurun panjang melin- ga ada pancangan ikrar mengeras. karang cintaku ini telah kandas di tang prahara yang lagi-lagi berjajar Sungguh-sungguh terlukis rentetan telan gelombang laut, tapi aku akan buat capai garis akhir. Tentu butuh kisah tak berani lebih gelapkan ga- tetap menyimpan cintamu dalam kumpulkan sepenuh tenaga agar ris warnanya.Dan sepotong hasrat perasaanku. Bila kamu baca gore- berhenti dan membingkai diri di sa- ringkih bersembunyi buat tampak-saanku ini, janganlah kamu me- tu jelmaan yang digariskan. Tetapi kan diri-kelak dengan tali penjerat lupakan aku yang pernah mengisi apa, di separuh perjalanan bertiup siap dilemparkan beberapa saat la- hari-hari yang manis dulu bersama- pasir berhamburan menuju pan- gi. Entah! ku. Cuma itu pintaku! Sekian goresanku, untukmu yang jauh dariku. dang mata hingga tak tertatap ge- Kini tengah tercapai jalan panjang rangan apa yang tegak menunggu di tengah gurun, hanya ada di sana di garis akhir? fatamorgana-tak terlihat jelas kare- Jika boleh gumamkan senan- na debu kotori tegaknya tanya- Teruntuk AQUARIUS SANUR dung kosong tentu itu jauh-jauh ha- tanya berjajar. BOY selalu bahagia dan selamat Sungguh, berapa kelok lagi ter- mencari kebebasan yang berarti bagi na sarat percakapan tentang ben henti di garis akhir tanpa jalan ber-dirimu, dan untuk sobatku yang me- tangan kisah beribu babak, kelak liku? Jawabnya tak jelas! namakan dirinya RAMA moga tetap jika waktu ucapkan telah sanggup April, 91 rukun-rukun ama yang di sayang. ri menggema jadi latar sebuah are- Kelo Tan PERTAMA dan juara, Pi samping pia kelompok pe dayatullah M Batubulan. Lomba itu, Kotif Denpa garakan H Muslim Al Ik keduakaliny ikuti 11 reg dan enam re anak. Qizza Hid boyong gela Ga Suat KAMI TAWARKAN GIRO BERHADIAH uatu Min cerah. Ka ngah bersiap Amlapura un pesta pernika rang keluarg kelihatan sud dandan denga gah. Hmm. N ngeran dan p dongeng seri Aku juga tid galan, Kupal terbaruku yar ngi pada kese pi... hei... aku Dina, adikku gaunnya yan kelihatannya sak. Aku tida penampilan b Segera kudek pandangan he tanda tanya. "Lho, Din. kamu pakai ba Kak Mimi ber Dina. Aku ba telah mengha DAIHATSU 16 VALVE gaun indah bu CLASSY O Dengan Hadiah Utama : DAIHATSU CLASSY Segera Ikuti Paket Giro Berhadiah Bank Perniagaan & MENANGKAN HADIAH-HADIAH MENARIK hari jadinya y "Memangny suka ya. Padal Mimi, baju itu tukmu. "Justru itu menyukai baj kakak beri. sayang untuk jawab Dina ka "Lantas, ka pakai? Saat b Petu MAR Oleh Bah B indy, anjin lem pada Z saja menjadi ge dungnya menci itu mendekati rumpun pohon bawahnya menja BankPerniagaan MILIK PUTRA DAERAH, TERPERCAYA SEJAK 1952 renanya. C 523
