Tipe: Koran
Tanggal: 1993-04-04
Halaman: 06
Konten
Halaman 6 Gardu 000000 Cerpen Agus Sedana M.R. TERBUAT dari beton. Meski- pun tua tapi masih menunjuk kan keperkasaannya. Itulah gardu di depan rumahku. Sudah sepuluh tahun gardu itu berdiri tapi fungsinya sebagai gardu be- lum kelihatan. Sejak mulai diba- ngun sepuluh tahun lalu, gardu itu sempat menjadi bahan per- tentangan antara orang yang tinggal di sekitar gardu dengan pihak PLN. Tidak ketinggalan Perkawinan itu kini dilanjutkan dengan si- kap gamblang. Selain itu, kewi- bawaan dan keseganan sudah di- kotori dengan keleluasaan. Itu bisa berlangsung terus hingga sering menggelarkan per- selisihan, dari masalah peng- urusan anak hingga kecembu- ruan romantika, meskipun umumnya tidak berakhir dengan permintaan atau keputusan ber- upa perceraian. Pada periode ini seperti tiada hari tanpa perseli- sihan. Kemesraan jadi jarang atau langka muncul mengham- piri mereka. Bila menengok ke belakang, saat awal perkawinan, mereka sebenarnya menyadari, segala ayahku juga ikut memperuet persoalan. Barangkali pertenta- ngan ini terjadi lantaran PLN ti- dak kompromi lebih dahulu de- ngan penduduk sekitar. Mereka seenaknya memasang patok, me- nebang pohon kelapa dan mangga di depan rumah. Dan gardu itu berdiri. Memang sih, tanah itu bukan milik kami tapi milik pemerin- tah. Rumahku juga rumah dinas semua keindahan yang pernah dirasakan dan diresapi mereka, kini hanya tinggal nostalgia saja. Tapi mereka merasa sulit meng- ulangi lagi. Sebab suasana sudah lain. Walaupun mampu, tapi kualitasnya maupun kuantitas- nya akan berkurang, karena su- dah dinodai oleh tindak-tanduk yang gamblang serta menimbul- kan trauma. Periode ini umumnya lama. Malah bisa mencapai usia di atas 50 tahun. Karena itu, sebelum memasuki periode ini, suami- istri harus melakukan persiapan optimal hingga bila terjadi perse- lisihan akan bisa segera meng- ambil langkah-langkah buat me- nanggulanginya begitu pula rumah tetanggaku. Namun semua itu bukan masa- lah pokok sehingga pemba- ngunan gardu itu dipertentang- kan. Permasalahan pokok yang membuat masyarakat panik adalah karena lokasi gardu ra- wan banjir. Pihak PLN sendiri lebih per- caya pada para teknisinya dan akhirnya gardu itu berdiri tanpa tugas. Gardu listrik kini telah menjadi tempat yang kotor. Lu- mut dan tanaman menjalar su- dah menggerayangi beton gardu. Menimbulkan kesan seram dan angker. Karena kosong gardu itu sempat menjadi ajang pemerko saan seorang gadis. Yah, lengkap sudah kekotoran gardu itu. Hadirnya gardu di ujung sa- luran semakin menambah parah keadaan. Banjir semakin sering terjadi. Hujan deras sebentar saja cukup untuk menggenangi rumah. Seperti sekarang ini. Hujan hampir dua jam turun tanpa henti. Banjir merayap se- cara pasti memasuki dapur ru- mahku. Rumah Pak Sersan te- tanggaku sudah sejam lalu kebobolan. Ayahku berjuang keras agar air tidak masuk rumah. Tapi hujan lebih perkasa pada saat se- perti ini. Air mulai masuk. Sema- kin deras dan semakin deras. "Gardu itu seharusnya sudah dibongkar dari dulu!" Ayahku mulai menggerutu. Perkataannya mirip salah seo- rang anggota DPRD yang ada di televisi kemarin malam. Kata- nya kalau ada pembangunan yang menyimpang harus segera dibongkar agar masyarakat ti- dak resah, agar masyarakat ti- dak susah. Tetapi aku sendiri tidak bisa membedakan apakah gardu itu menyimpang atau tidak. Kalau menyimpang mengapa tidak di- bongkar dan kalau tidak meng- apa belum berfungsi? Wah, sekarang pikiranku pun sudah seperti anggota DPRD. Se- mua gara-gara gardu. "Gus bawa karung itu ke sini!" suara ayah membuyarkan la- munanku. Tanpa banyak tanya aku mengangkat karung goni dari bawah mesin jahit dan me- nyerahkannya kepada ayah. De- ngan segera ayah menebarkan karung di lantai yang basah. -- (Sambungan Hal. 3) mengakhirinya. Namun dari segi lain, tahap B, kenyataan, bisa dijadikan usaha saling mengenal pribadi secara hakiki yang merupakan modal buat menciptakan saling penger- tian. Tahap C: Kegenitan Dalam periode ini suami/istri dikhawatirkan banyak per- soalan yang menyangkut identi- tas masing-masing. Misalnya ke- khawatiran akan kehilangan daya tarik mereka. Karena itu, mereka berusaha menampak- kan kewanitaannya atau kejant- anannya secara agresif, malah kadang-kadang bisa dianggap "over akting". Nggak problem dan bila hanya terhadap suami atau Ayah memandang air yang mengucur dari atap dengan kesal. "Genteng di atas melorot lagi," kata ayah mengira-ngira. Aku membuka baju dan segera ke luar rumah. "Mau ke mana?" "Membetulkan genteng." Ayah hanya memandang ke- tika aku berlari menembus hujan dan mengambil tangga di belakang rumah. Ia tidak mela- rangku. Barangkali ia ingin memberi kesempatan kepada putranya ini untuk ikut menye- lamatkan rumah dari serangan banjir. Naik ke atap rumah hujan- hujan begini memang berba- haya. Tapi aku tetap nekat. Ka- lau tidak ruang tamu akan ikut- ikutan basah kuyup seperti aku. Sampai di atap rumah, genteng genteng banyak yang turun dari barisannya. Bahkan sudah ada yang lepas. Ternyata gebrakan hujan ini lebih hebat dari yang kuduga. Badanku sudah basah tidak karuan dan aku masih terus membetulkan letak gen- teng. Aku sendiri tidak yakin bila usahaku akan banyak menolong. Senadainya hujan terus berlang- sung ruang tamu tidak mungkin luput dari banjir. Sadar akan pekerjaan sudah selesai, aku hendak turun dari atap rumah. Tapi ada peman- dangan lain yang menarik per- hatianku. Gardu. Yah, gardu di ujung saluran sudah kemasukan air. Seandainya gardu itu sudah berfungsi mungkin orang-orang yang tinggal di sekitar gardu akan mati kesetrum. Pihak PLN seharusnya men- dengarkan apa yang kami kata- kan sepuluh tahun yang lalu. Ja- ngan malah menuduh kami ti- dak mendukung usaha pemerintah. Mereka sama sekali tidak percaya kalau di ujung sa- luran rawan banjir. Di ujung sa- luran adalah tempat berkumpul- nya air buangan dari rumah- rumah di komplek ini. Termasuk air buangan dari kantor peme- rintah di utara komplek yang su- dah terjual untuk pertokoan. Sa- luran yang relatif kecil tidak mungkin mampu menampung air sebanyak itu. Akibatnya air meluap ke mana-mana. Aku jadi heran, jika sekarang istri. Tapi ini terhadap masyara- kat, wah itu perlu disesalkan. Misalkan : a) gerakan yang bisa menimbulkan persepsi kege- nitan buat menarik perhatian se- bagai pelampiasan kejenuhan. b) memberi hadiah yang jelas mengandung udang di balik batu berupa romantika. Bali Post mereka tahu lokasi gardu rawan banjir mengapa tidak dibongkar saja. Malah dibiarkan terbeng- kalai. Mungkin mereka malu un- tuk membongkarnya sebab me- rekalah yang paling ngotot da- lam pembangunannya dan sudah terlanjur menuduh kami yang tidak-tidak. Akh, kasihan sekali gardu itu. Cukup lama aku berdiri di atas rumah. Kuputuskan untuk turun saja. Aku tidak ingin sakit. Tapi aku melihat keanehan pada atap gardu. Atap itu goyang dan.... Bruk! Astaga....., atap gardu ambruk! Tidak kusangka ternyata gardu yang selama sepuluh ta- hun menunjukkan keperkasaan- nya harus mengaku kalah. Ba- rangkali gardu perkasa itu mulai bimbang dengan keberadaan- nya. Selama sepuluh tahun me- nanti keluarnya SK tugas yang tidak muncul-muncul. Gardu merasa diabaikan pembuatnya. Tanpa tahu apakah ia berdiri de- ngan benar atau menyimpang. Atau mungkin ia berdiri hanya sebagai pajangan sehingga uang rakyat untuk pembangunannya menjadi tak berguna. Meskipun gardu telah ber- usaha untuk tetap bertahan agar tidak mengecewakan pembuat- nya tetapi ia tidak bisa sembunyi dari perasaan bersalah. Bahwa kehadirannya telah membuat lu- bang di ujung saluran menyem- nya kegadisan seorang perempuan. Sementara hujan masih tetap turun, tetap menggebrak dengan deras. Aku segera turun dari atap dan melaporkan hal itu ke- pada ayah. Gardu di ujung sa- luran sudah ambruk. Sudah keok oleh keperkasaannya sen- diri. Keok oleh alam. Keok dalam penantiannya. Catatan: Redaksi MINGGU, 4 APRIL 1993 M Dari Dunia Pewayangan Arjuna sebagai Dananjaya, "Lananging Jagat" dan "The Conqueror" MINGGU yang lalu dikemu- kakan, Arjuna si (Putih), sau- dara ketiga Panca Pandhawa, di samping memang paling menon- jol di antara kelima saudara Pan- dhawa itu, memiliki dasanama yang paling banyak. Di antara sekian banyak dasanama itu, se- ring tokoh pewayangan Arjuna, sebagai Upaweda dikemukakan sebagai figur yang lebih glamour dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dari konsep ungkapan pikiran yang lebih domestik ini lahirlah kisah-kisah Arjuna se- bagai si Jago Kawin, Arjuna se- bagai Playboy, Arjuna mencari cinta. Kisah-kisah Arjuna yang belakangan ini, terutama dike- mukakan dalam pakem-pakem pewayangan yang bersifat ca- rangan dan sebagai produk ka- widalang sepenuhnya. Kalau kita simak dan kaji, pakem-pakem yang seperti itu tampaknya bersumber dari Adi- parwa, yang lebih dipelesetkan lagi dalam pakem-pakem ca- rangan yang semata-mata ber- dasarkan hak kawidalang sepe- pit. Bahwa kehadirannya telah membuat rumah sekitar terma- suk dirinya sendiri lebih sering kebanjiran. Dan bahwa kehadir- nuhnya, yang disesuaikan de- annya telah membuat melayang-ngan kenyataan Arjuna sebagai tukang kawin, sebagai bayangan yang ngewayang, hidup dan ke- bali Dunia Pewayangan, Edisi hidupan sehari-hari. (Baca kem- Minggu 14 Juni 1992, Arjuna Mencari Cinta). Karena memang ada figur lelaki dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, seba- gai tukang kawin. Sehingga me- hidupan sehari-hari, bahwa le- rupakan fakta nyata, dalam ke- laki si tukang kawin itu, disamakan dengan kisah-kisah kehidupan Arjuna. Walau pun selaras dengan konsep yang ter- Sirat di dalam yang tersurat da- lam Adiparwa. Yang menjadi sumber pakem tentang kisah- kisah perkawinan Arjuna yang dijadikan pakem carangan oleh para Dalang, pada dasarnya kon- yang bernada menyalahkan sep Upaweda yang terkandung lawan. di dalamnya adalah patemon mwang adisrsti (seks dan cip- taan mulia). Karena dari kisah- kisah perkawinan Arjuna de- ngan para istrinya dalam pakem itu lahir putra-putra Arjuna yang shakti mandraguna, yang akan berperan dalam Perang Be- sar Bharatayudha, di Kurukse- tra, kemudian. Cerpen "Gardu" ini merupakan cerpen Pemenang I Lomba Cer- pen Pekan Seni Remaja (PSR) IX 1992/93 yang lalu. Penulisnya, Agus Sedana MR, siswa SMA 1 Denpasar. Kondisi ini segera ditanggula- ngi, mumpung belum mengarah pada penyelewengan. Misalkan dengan diskusi dari hati ke hati yang diniatkan buat mengurangi hingga menghilangkan per- soalan. Bila sukses, berarti akan timbul "sikap understanding". Mereka mengambil langkah terpisah sambil membawa kon- disi emosional yang tanpa arah dan makna. Bila awal perka- fat persatuan dan kesatuan, winan, hubungan mereka bersi- maka kini hanya persatuan saja, sedangkan "kesatuan" nggak je las. Sikap "Seiya-Sekata" yang janjikan mereka saat akad nikah bukan lagi agenda rumah tangga. Tapi bila ditanyakan, "Mengapa?", ya...... masing- Tahap D : Keakraban masing akan memberi jawaban Artinya, memaklumi segala ke- sudah jadi biang keladi terhadap kurangan masing-masing yang sekaligus dengan itikad untuk ragam perselisihan mereka. Ini memanfaatkan masing-masing secara optimal hingga suasana rumah tangga kembali pada keharmonisan dan FEDERAL PARTS FEDERAL FEDERAL FEDERAL A SEU CADANG ASU HONDA PARTS FEDERAL EEPERAL Tampil dengan kemasan baru EEPERAL FEDERAL PARTS SURUCAPANAHONDA FEDERAL SUNMUCA NG AND SG1 Distributor Jong PY ARTRA INTERNAT SUKU CADANG ASLI HONDA Federal Parts kemasan baru dilengkapi stiker Astra untuk mencegah pemalsuan. Federal Parts didukung manajemen dan jaringan pelayanan Astra di lebih dari 2.000 pusat penjualan, pemeliharaan, dan suku cadang asli Honda di seluruh Indonesia, sehingga sangat mudah Anda peroleh. ASTRA Distributor tunggal PT ASTRA INTERNATIONAL. HONDA SALES OPERATION Jin. Cokroaminoto 80 Tip. 435042-435338-436285 Denpasar Bagaimanapun juga HONDA lebih unggul ! C 453 kedamaian. kelebihan Memasuki usia senja, suami-istri sebenarnya mempu- nyai kans buat memulihkan atau meningkatkan hubungan me- reka. Sebab saat itu anak satu per satu telah menjalani perka- winan yang kemudian rumah de- ngan orangtua hingga mereka mulai merasa kesepian. Sungguh disesalkan bila da- lam kesepian, suami-istri masih ngotot menciptakan perseii- sihan. Mungkin masyarakat akan menilai yang kurang enak didengar, seperti "Sudah tua, tapi tingkah masih seperti itu!!" atau "Apa mereka nggak ingat akan mati, sih!?" Malah usia senja merupakan saat yang aman dalam hu- bungan seksual. Sebab tanpa kendala, seperti suara ribut anak kecil atau cemas akan ha- mil lagi. Tetapi lebih dari konsep- konsep dasar yang rupanya dija- kawidalang dikan sebagai sumber ciptaan kisah-kisah Arjuna, si tukang pakam carangan, sehingga lahir untuk pekem- mukakan, tampaknya juga da- lam proses penciptaan pakem se- kawin seperti yang telah dike- jenis itu, rupanya berpijak juga kepada dasanama Arjuna seperti sendiri. Belum lagi terhitung da- pat mengalahkan musuh - mu- suh yang hebat seperti Detya Ni- watakwaca dari Imanimantaka, tatkala Arjuna membantu Dewa Indra. Apa yang telah dikemukakan, adalah bayangan nyata kehi- dupan Arjuna sebagai penakluk musuh secara fisik. Tetapi yang lebih hebat lagi adalah kemam- puan Arjuna menaklukkan musuh-musuh yang bercokol di dalam hatinya sendiri, yang dise- but sadripu (kama, lobha, krodha, mada, moha dan matsa- rya). Keenam musuh inilah yang memang amat sukar ditakluk- kan oleh setiap orang, sehingga banyak orang yang tidak dapat menaklukkan menjadi gagal da- lam cita-citanya, bahkan dapat menemui kehancuran. Tetapi tatkala Arjuna sedang bertapa di Gunung Indrakila (Pakem Jawa Kuna, Bali dan Jawa) atau Gu- nung Mahameru (Pakem San- skerta), atas perintah Maharaja Yudhisthira (Wanaparwa), Ar- juna dengan mudah dapat me- Sebagai penakluk secara fisik, naklukkan sadripu-nya. Bahkan membuat para putri dan bida- musuh yang lainnya, yang juga dari selalu bertekuk lutut diha- bercokol di hati setiap manusia, dapannya tak usah lagi dikemu- yang disebut saptatimira (su- kakan. Tetapi dalam Perang Be- rupa, dhana, guna, kulina, yo- sar Bharatayudha di wana, sura dan kasuran), de- Kuruksetra, Arjuna dapat me- ngan mudah dapat ditaklukkan- naklukkan lawan-lawan yang nya, pada saat melakukan tapa hebat, yakni Rsi Bhisma, pada samadi, memuja Siwa, untuk pertempuran hari kesepuluh, memohon anugrah senjata membantu Shikandin, titisan shakti, sehingga tujuannya ber- Amba Dewi, yang menagih janji hasil. Padahal pada waktu itu tu- kematian Rsi Bhisma (Bhisma- juh orang widyadari, turun ke parwa). Pada pertempuran di pertapaannya untuk menggoda, hari kedua belas dapat menak- atas perintah Dewa Surapati, lukkan Raja Susrama dengan (Raja Para Dewa), yakni Dewa keempat saudaranya. Pada per- Indra, untuk menguji mental tempuran di hari yang keempat sang putra si penakluk. Bali Post/NOS Arjuna, saat bertapa di Gunung Indrakila, digoda oleh para Wi- dyadari dari Indraloka. Dhanan-jaya (Sanskerta) yang berarti si Penakluk. Sehingga se- bagai penakluk, Arjuna juga di- sebut the Conqueror dan lana- dan tokoh Arjuna ini yang seba- nging jagat. Celakanya, figur gai penakluk, lebih dipelesetkan sebagai penakluk wanita saja. Sebagai lananging jagat saja, yang dengan penampilan keba- gusannya di depan para wanita, dunia (emban, putri raja), sam- semua wanita dari yang hidup di pai yang hidup di sorga, (ingat ki- sah Urwasi Dewi), selalu berte- kuk lutut di hadapan Arjuna. Pa- dahal Arjuna sebagai Dananjaya, adalah tokoh dan fi- gur bayangan hidup yang utuh. Utuh dalam artian, memiliki ke- mampuan menaklukkan musuh, termasuk wanita secara fisik, te- tapi juga memiliki kemampuan menaklukkan musuh yang ber- ada di dalam hatinya sendiri, atau dalam hati setiap orang, yakni sadripu dan saptatimira. Justru dalam kenyataan, dalam kehidupan sehari-hari, untuk menaklukkan musuh-musuh yang tak tampak dan yang ber- ada dalam hati kita sendiri ini- lah, yang disebut sadripu dan saptati yang amat sulit. Te- tapi Arj dengan mudah dapat menaklukan, untuk tujuan- tujuan dharma, baik dharma kan dalam kisah-kisah Arjuna Kenyataan ini dapat kita bukti- agama maupun dharma negara. Kakawin Arjuan Wiwaha, gu- bahan Mpu Kanwa, pada masa seperti yang diungkapkan dalam pemerintahan Raja Erlangga di Jawa Timur. RESENSI BUKU belas, membunuh Jayadratha, Raja Sindhu, untuk membalas kematian Abhimanyu, putra Ar- juna. Pada hari yang ketujuh be- las, dalam perang tanding de- ngan Karna (Karnaparwa), Ar- juna dapat membunuh Karna, yang berpihak kepada Kaurawa, tetapi sebenarnya merupakan kakak tertua satu ibu dengan Ar- juna. Karena sebenarnya ibu kandung Karna adalah Kunti Dewi, pada masa sebelum nikah dengan Maharaja Pandu, Ka- rena main-main dan mencoba mantram Adityahradaya anu- grah Maharsi Durwasa, se- hingga Bhatara Surya, turun ke madyapada, bertemu dengan liku-liku kehidupannya berhasil putra) pun lahir. Yang dalam Kunti Dewi, maka Karna (Surya- Hastinapura, dan dalam perang menjadi Bupati Awanggapura di besar memusuhi pihak Pan- dhawa, yang sebenarnya adalah saudara seibu dengan Karna gitiga Fatalnya Cinta Segitiga as Kaki Judul buku Pengarang Penerbit Tebal : Segitiga Lepas Kaki 0 : Gus tf Sakai PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1991 : 136 halaman CINTA segitiga, teramat se- ring diangkat menjadi ide suatu cerita, apalagi ide untuk sebuah novel. Tetapi, dalam novel Segi- tiga Lepas Kaki ini, cinta segitiga terasa begitu memikat karena kekuatan imajinasi pengarang- nya. Sebagai pembaca, kita tidak hanya diajak untuk merasakan, bahwa cinta terkadang begitu rumit dan berbelit-belit. Tetapi, lebih dari itu, pengarang tam- paknya ingin sekali mengajak kita untuk merenungi hidup, le- wat cinta yang dianugrahkan ke- pada setiap insan di muka bumi ini. Namun usaha itu akan lebih mudah terjadi bila ada spirit dari keluarga (anak, saudara, cucu atau kemenakan) dengan jalan menghilangkan kesan, seolah- Tokoh-tokoh yang terlibat olah mereka tidak mempunyai cinta segitiga itu adalah dua kesempatan lagi buat membuat orang saudara sepupu, Rani, dan cinta, kasih dan sayang. Ini perlu Meri. Mereka sama-sama jatuh ditekankan, karena tidak sedikit cinta pada seorang pemuda, pasangan suami-istri yang me- yaitu Bani Suntang. Rani adalah masuki usia senja tidak lagi me- seorang pelajar SMA Negeri di mikirkan masalah romantika Payakumbuh, demikian juga hanya karena takut ditertawa- kan, dilecehkan, atau dikritik. Padahal filosof maupun psikolog di mana saja sudah sepakat bahwa cinta, kasih dan sayang ti- dak mengenal usia. Argumentasi ini bisa dipahami bila tolok-ukur romantika tidak berdasarkan usia tertentu, tapi berdasarkan perasaan yang bersangkutan pada usia saat itu. (NSR/Aneka Sumber). Meri. Rani ditampilkan sebagai tokoh yang penuh perhatian, se- dangkan Meri, tampaknya lebih lincah dan ceria. Sedangkan Bani sendiri, seorang pemuda yang tampan dan memiliki sorot mata melainkan yang mampu menghipnotis seorang gadis dan jatuh cinta padanya. Barangkali itulah kelebihan Bani dibandingkan dengan pria (pemuda) lainnya. Sehingga Teka-teki Sunaryono Judul Buku Pengarang Tebal Cetakan Pertama Penerbit : Maut di Pantai Lovina. : Sunaryono Basuki Ks. : 224 halaman. : 1993. : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. setiap ceritera misteri biasanya langsung tertuju kepada nama penulisan puluhan ceritera mis- teri yang karya-karyanya ba- nyak beredar di tanah air, Agatha Cristie. pada awal kisah Segitiga ini, ti- dak hanya Rani dan Meri yang 'naksir' Bani, tapi juga gadis- gadis lain yang terpikat betul oleh mata malaikat Bani. Ada yang sampai bertengkar gara- gara memperebutkan Bani, bah- kan yang lebih tragis lagi, ada seorang gadis, Sheila namanya, sampai-sampai bunuh diri gara- gara gagal memiliki mata malai- kat itu. Inilah yang kemudian membuat ia pindah sekolah, dari Dumai, ke Payakumbuh. Akhir- nya Bani bertemu Rani, dan du duk sebangku dengan gadis ma- nis itu. Perhatian Rani amat be- sar terhadap Bani, mungkin karena ia juga telah terpikat mata malaikat itu. Diam-diam Rani mencintai Bani, karena pancaran lembut mata berkabut itu. Begitulah rupanya misteri cinta, kita memang sulit untuk mengungkapkan kenapa cinta itu timbul, tumbuh hingga ber- semi dan pada akhirnya bisa saja porak poranda karena sesuatu telah terjadi. Ternyata, Meri, saudara sepupu Rani, karena Meri menganggap mungkin Rani bisa membantunya, karena Rani adalah teman sebangku Bani. Bani menolak Meri, gadis itu- pun amat terpukul karena sebe- MANT DE PANTAL LOVINA yono Basuki s Gtf Sakai lumnya Meri menganggap mata malaikat itu telah memberinya harapan besar. Rani yang tahu akan hal itu, ikut juga merasa- kan kesedihan saudara sepupu- nya itu. Mungkin karena naluri kewanitaan, akhirnya Rani sem- pat marah pada Bani. Tapi entah kenapa setelah itu. Rani amat menyesali Bani lama membolos, tanpa alasan. Rani semakin me- rasa bersalah, padahal ujian me- reka sudah dekat sekali. Rani khawatir Bani gagal menempuh ujiannya. Ternyata Bani mencintai Rani. Jelas saja gadis itu, begitu surprise. Ia memang tak men- duga, kalau mata malaikat itu akan memilihnya. Rani bahagia sekali karena Bani juga mencintainya. Lalu bagaimana Meri? Apa- kah cerita diputus sampai pada terjawabnya misteri mata malai- kat Bani, lalu apakah cinta itu selamanya harus memiliki? Tetapi Arjuna tidak menggu- bris, walaupun mungkin sebagai lananging jagat, penakluk wa- nita, sejak melakukan samadi dan memuja Siwa, barangkali Arjuna sudah lama nian tidak kumpul dengan wanita. Tetapi mampu sebagai Ciptaning Min- taraga (memusatkan pikiran ke- pada cipta dan menjauhkan bayangan keindahan dan kenik- matan seksual dan nafsu eros). Menyaksikan kenyataan kehe- batan Arjuna sebagai sang pe- nakluk, Dewa Indra amat se- nang, dan meramalkan putranya akan menjadi Dhanan-Jaya Vi- jaya (kemenangan utuh Arjuna, sang penakluk. Utuh dalam ar- pat pertapaan Arjuna, dan mem- tian fifik dan spiritual. Bahkan Dewa Indra segera turun ke tem- lagi tapa samadinya untuk me- beri nasihat untuk memperkeras mohon anugrah kehadapan Dewa Siwa, sehingga berhasil. (Ngurah Oka Supartha). Jawabnya tentu ada pada no- vel Segitiga, cinta segitiga yang berakibat sangat tragis. Ya, sa- ngat fatal. Bani tak menjadi mi- lik Rani, pun Meri. Kenapa be- gitu? Kenapa Bani tidak ber- sama Rani saja, bukankah mereka saling mencintai. Ya, jika cerita divonis sampai di sana, barangkali subjektif peng- arang akan nampak sekali. Tapi Segitiga, tidaklah demikian. Bani pergi meninggalkan Rani dan Meri, pergi karena porak po- randanya peristiwa cinta. *** Bahasa Segitiga mengalir lan- car. Tidak dipilihnya bahasa pro- kem (bahasa yang akrab dengan bacaan-bacaan remaja) mem- buat cerita ini berkesan lebih kuat. Apalagi sebagai cerita yang romantis, kiranya tepat jika Gus Tf memilih sudut pandang orang pertama pelaku utama. Tokoh aku (Rani) menjadi kuat karena gaya pemaparan pengarang yang puitis. Sehingga untuk mencapai sasaran bahwa pem- baca novel ini, adalah remaja, perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi, agar pada awal mem- baca novel ini mereka sedikit me- rasa jelas, ke mana cerita akan dibawa. Mungkin saja mereka yang kurang peka terhadap cara pemaparan Segitiga lepas kaki, akan cepat merasa bahwa ba- caan ini kurang tepat untuk usianya. Namun, terlepas dari itu se- mua. Segitiga dapat dikatakan sebagai bacaan yang menarik jika kita tidak hanya sekadar membaca, sekadar mengetahui bahwa novel ini bertemakan cinta segitiga, tetapi hikmahnya akan lebh terasa jika kita benar- benar menghayati makna yang terselip. (Sri Jayantini) lah memberikan awalan berupa MPL yang nama-nama tokoh In- deskripsi yang mengantarkan donesianya serta nama media pembaca tentang pokok per- soalan bahwa seorang turis asal dengan nama-nama yang benar- massanya hampir semua mirip Jerman bernama Elke Was- benar ada ini, adalah pengeta- serman ditemukan tergeletak huan penulis yang baik dan luas bersimpah darah di kamar peng- tentang berbagai tempat baik di inapannya oleh petugas peng- dalam maupun di luar negeri de- inapan yang akan membersih- ngan segala keistimewaan dan kan kamarnya dan peristiwa itu keunikannya, juga nama-nama kemudian menjadi berita besar, orang dari berbagai kebangsaan, pada Bab enam penulis menyaji dan nafas kerja kepolisian. Lalu kan paparan yang seolah-olah dengan apik dan logis meng- itu kelipingan dari berita duka akhiri ceritera dengan kelihaian yang menggambarkan ini yang Kapten Wayan Diantha, sang to- dilansir oleh sebuah koran lokal koh utama, membaca simpul- di Bali. Denpasar Post. Bab yang simpul dari keterangan pata ter kemudian diulanginya kembali sangka, lalu membuat simpul be- pada Bab sepuluh dengan ba- hasa jurnalistik yang lugas dan pelaku pembunuhan tersebut sar yang menyebabkan sang sangat wajar. membuat alibi. tak mampu berkutik lagi untuk ELKE Wasserman, turis asal Jerman, terbunuh di sebuah penginapan Pantai Lovina, Si- ngaraja, dini hari di Tahun Baru. Kematiannya menggemparkan masyarakat dan membuat sibuk Kapten Wayan Diantha yang di- Novelis yang antara lain me- tugaskan mengungkap misteri nulis The Man In The Brown Suit ini. Sejumlah orang menjadi po- dan Murder on the Orient Ex- tensial suspect yang perlu dicuri- press, yang sangat lincah mem- gai. Pemilik penginapan, Putu bawa alur ceritera misteri Sedana dan isterinya, Ratmi- hingga membuat tegang campur ningsih, pembantunya, Komang penasaran pembaca itu memang sampai sederetan tamu Jhon, sudah banyak merebut hati para Tony, Mason, Susan, dan maha- pembaca di Indonesia. Tapi apa- siswa Iwan, guide Tieneke dan bila pembaca Agatha membaca Wartawan Made Sukamerta. Maut di Pantai Lovina (MPL) ka- Untuk mengungkap misteri, rya Sunaryono Basuki Ks., nis- Kapten Wayan Diantha bekerja caya akan menemukan sesuatu secara marathon, dibantu oleh yang lain dari ceritera-ceritera Staf Kedubes Federasi Jerman dan Interpol. Berbagai teori di- kemukakan, antara lain adanya Pertama, dari sisi style ceri- kesan menolak bahkan meledek tapi juga ikut membuat alur dan sindikat narkotika, ambisi war- tera -- yang sudah tentu mengin- pembaca yang tergesa-gesa jebakan-jebakan. Sebagai karya, ceritera ini me- tawan, sampai motif balas den- donesia, dalam MPL pembaca berkesimpulan bahwa MPL ha- Detail-detailnya pun diperha- mang tak lebih dari sekadar ba- dam. Kapten Wayan Diantha pu- dapat menikmati ceritera yang nyalah ceritera Agatha Cristie tikan dengan teliti. Misalnya, mata. Cuma kelebihannya, ia caan pengisi waktu senggang se- nya alasan kuat untuk mencuri- berlatar belakang daerah dan versi Indonesia. cara memegang keris dan arah memberikan kontribusi untuk gai para tersangka, tetapi gaya hidup yang sudah diakrabi. Ketiga, dengan gaya yang me- luka bila tertikam olehnya, tra- menyangkal image bahwa ceri- dengan lihai dia dapat mengung Paling tidak, sudah pernah dike- narik, dalam MPL Sunaryono disi menurunkan arwah di Bali, tera misteri Indonesia hanyalah kapkan siapa pembunuh nal sebelumnya. Berbeda dengan Basuki meramu gaya kepenu- atau gaya bicara dan perasaan ceritera sebenarnya. ceritera Agatha yang tentunya lisan fiksi dan jurnalistik men- orang pribumi berhadapan de- kadang-kadang kelewat tak Membaca ringkasan cerita se- berlatar belakang kehidupan jadi rangkaian ceritera yang ngan aparat keamanan. perti di atas, ingatan pembaca Barat. padu dan lancar. Misalnya, sete- Yang istimewa lagi dalam menghormati pikiran rasional. (Agung Bawantara) Atau, pada bab lain penulis mengajak pembaca terlibat un- tuk turut membantu memecah- Tapi, meski buah karya "Kap- kan masalah. Bagian yang ter- ten" Sunaryono Basuki Ks, penu- asa amat menarik, dan merupa- rang dosen di Universitas lis dan wartawan yang juga seo- kan gaya langka digunakan oleh Udayana ini memenangkan Kedua, barangkali karena ada penulis-penulis lainnya. kesadaran bahwa bisa saja ceri- Percakapan-percakapan yang Fiksi juara III Lomba Mengarang tera akan terseret oleh arus gaya dewasa juga ditemukan dalam Majalah Kartini kepenulisan Agatha, penulis de- ceritera ini. Dialog-dialog yang mendapatkan semoa "obat" yang 1988-1989, bukan berarti kita ngan gayanya yang khas menyo- ada bukan sekadar membantu dibutuhkan dorkan beberapa bab yang ter- membangun sosok ceritera, te- pembaca. oleh dahaga Agatha. ceritera mistis yang
