Tipe: Koran
Tanggal: 1993-04-04
Halaman: 07
Konten
Halaman 7 1993 MINGGU, 4 APRIL 1993 ng da- -mu- ya Ni taka, Dewa akan, kehi- akluk yang mam- kkan kol di gdise- bha, matsa- yang kluk- ingga dapat al da- dapat etapi apa di Jawa u Gu- San- maraja ), Ar- t me- ahkan g juga musia, a (su- a, yo- , de- kkan- tapa untuk njata a ber- itu tu- un ke ggoda, apati, Dewa ental nggu- bagai k wa- amadi ngkali tidak Tetapi Min- an ke- hkan kenik- eros). kehe- ng pe- at se- ranya ya Vi- rjuna, m ar- ahkan e tem- mem- keras k me- dapan asil. rtha). Ha no- yang a, sa- di mi- pa be- ber- nkah i. Ya, bai di peng- Tapi kian. Rani ak po- Cakil dari Mataram Bumi Gora YA, PULAU DEWATA KAMI berjumpa pada sebuah restoran di tepi pantai Kuta. Se- mula kami saling senggol, saling lirik dan saling tersenyum sinis bagaikan menahan sebuah sayatan luka. Tetapi kemudian kami menyadari, tak ada gunanya menunjukkan kesinisan, sementara kami sendiri-sendiri di tanah pijakan kami yang cukup asing. Ba- rangkali pula perkiraanku bukan lantaran itu, melainkan karena se- buah petunjuk yang tak jelas bahwa kami harus berkenalan. Sikap seperti ini jarang dimiliki orang-orang desa yang mengaku asal kota. Dan yang langka inilah kami hargai. "Muni," katanya singkat seraya menggenggam telapak tang- anku. Wajahnya lonjong. Pipinya agak cekung. Matanya merah be- kas menahan kantuk malam tadi. Pada guratan wajah itu aku tahu bahwa dia menggantungkan nasib pada malam. "Sudah sepuluh tahun aku di Bali. Istriku aku tinggalkan di rumah, sedangkan aku berjualan kecil-kecilan di sini. Sekarang aku tak per- nah lagi mengirim uang untuk istri dan anakku," tuturnya. Dia mendengar ketenaran Bali dari mulut ke mulut yang terus dikaji sebagai cerita menarik. Kemudian diam-diam mengumpulkan bekal secukupnya. Dan tanpa ba-bi-bu kepada istri serta mertua, Muni berangkat dengan seribu harapan. Tibalah dia di Pulau De- wata. Lalu harapannya berangsur-angsur menepi. Dia mengambil langkah-langkah menyesuaikan diri. Tetapi cukup sulit. Jarang ada orang yang mau menerimanya sebagai teman, meskipun seorang pengemis yang semula diacuhkan. Tak terlalu lama kesepiannya itu, seorang residivis suatu malam menemaninya. Cepat mereka akrab dalam suasana hati yang semula bertanya-tanya tentang ke- ramaian Kuta yang mengasingkannya. "Hidup berdampingan dengan turis-turis cukup menyenangkan. Lebih-lebih di Kuta, dalam sehari keuntungan yang masuk ke saku cukup banyak," ujarnya bangga. "Sayang aku suka minum. Uang habis hanya untuk minum," lanjutnya. Kata-katanya benar-benar kurasakan sebagai kalimat seorang pemabok. Dia telah mengung- kapkan segala rahasianya, segala kebodohan yang semestinya tak diumbar-umbar seperti kebiasaan orang. Namun alangkah sejuk- nya dia mengakui hal itu, ketimbang didiamkan, hanya akan meng- akar sebagai kebiasaan purba yang dipertontonkan di atas pentas perasaan sendiri. Kebiasaan minum-minum itupun diakui tumbuh di Kuta, ditular- kan teman-temannya yang senang menerima orang asing kebi- ngungan di tanah merdeka ini. Karena hampir setiap hari kebiasaan tersebut dilakukan, ia terpupuk tumbuh subur dan segar dalam ke- semarakan tawa khas beraroma arak. "Aku melakukan itu semua di Bali. Bahkan aku sudah berani nyeleweng karena istriku jauh. Juga aku nyeleweng terhadap ajaran agama yang sejak kecil aku pela- jari. Semuanya terasa percuma," kilahnya sedih. Seperti kepercumaan Muni datang dengan harapan yang meng- hasilkan penyesalan. Dan ternyata tidak ada beban yang paling berat selain penyesalan itu. Untuk memulai langkah awal terasa su- lit, sebab penyesalan telah menjadi layar masa depan dosa demi dosa. Sedangkan layar masa lalu telah terselubung dengan warna mengabur. "Aku tidak hafal lagi bagaimana berdoa, bagaimana semba- hyang, bagaimana mengambil wudhu. Aku tak ingat lagi rupa istri dan anakku, bahkan aku lupa wajahku sendiri. Mungkin setelah aku kembali mereka pun tak ingat aku. Yang mereka ingat bahwa seo- rang asing mencoba mengaku sebagai seorang bapak yang lama merantau. Mereka mungkin memakiku, atau menyambut ramah se- bagai seorang tamu. Dan aku akan diam tak bicara, sambil ku- bayangkan Pulau Dewata yang hanya mendewakan segala yang maya... Penyesalan memang terasa berat dibayangkan. Penyesalan sampai pada renungan terhadap masa lalu dan sekarang. Namun penyesalan tetap sebagai peta. Ibarat pakaian bagus untuk orang lain, setelah diri memakainya ternyata tidak cocok. Maka kita mesti menggantungkan pakaian itu sebagai kekalahan, bukan dengan ke- murkaan menyobek-nyobeknya. Bukan Bali yang harus dimaki- salahkan. Tetapi orang-orang yang mendewakan Bali, lalu menjadi- kannya sarana berhura-hura seperti perkiraan di alam dewa-dewa. Riyanto Rabbah Cakil dari Selong Lombok Timur PUSTAKA ZAMAN APABILA kita membaca buku, maka seolah-olah menempatkan diri kita di hadapan sebuah jendela besar sepanjang garis cakra- wala. Tiba-tiba saja di hadapan kita terbentang dunia yang luas de- ngan segala sejarahnya, segala pengalamannya serta segala pengetahuannya. Kita hampir tidak percaya, tetapi begitulah se- sungguhnya. Setiap buku adalah pusaka dari suatu zaman, setiap kali kita membaca buku, saat itu pula kita kembali ke dalam dunia yang tertera pada buku tersebut. (Kata Pengantar: ALMANAK PERS DAERAH; Balai P3U Surabaya; 1982). Akan tetapi belumlah banyak yang menyadari hal ini. Bahkan masih banyak yang belum membiasakan mengakrabkan diri de- ngan buku. Kebanyakan di antara kita masih lebih suka ngobrol- ngobrol daripada membaca buku. Kita masih lebih banyak menyu- kai untuk membicarakan dan mendengarkan kisah dunia yang ma- sih perlu diragukan kebenarannya daripada mengetahui kisah dunia yang nyata dari sebuah buku sebagai perekam kisah dunia dan sejarah zaman. Bila buku adalah ibarat jendela besar sebuah zaman, maka sa- ngatlah perlu kita sering-sering berdiri atau duduk-duduk di balik jendela itu. Bila kita tak punya kesukaan untuk berdiri di balik jendela dunia walau hanya sejenak, maka sama saja artinya kita meng- urung diri di dalam rumah yang tak berjendela. Apa yang bisa kita ketahui dari sikap seperti itu? Mungkin saja kita bisa menjawab; "Toh di rumah ada radio dan televisi!" Memang benar, tetapi media itu hanya mampu menceritakan kisah zaman yang terbatas, se- dangkan buku-buku adalah jendela dunia yang beragam dan dari berbagai zaman. Para ahli pendidikan dan ahli psikologi menyatakan, bahwa se- tiap orang harus dibiasakan membaca sejak kecil. Minat baca harus ditumbuhkembangkan sejak anak prasekolah. Kita perlu memberi mereka buku-buku dan bacaan yang bermutu. Kita harus mulai ber- saing dengan media elektronik. Kalau tidak kita mulai sekarang, maka kemungkinan nanti minat dan kegemaran anak akan disita oleh media elektronik tersebut. Adalah tugas para guru untuk perlahan-lahan mengajak para sis- wanya akrab dengan buku-buku yang bermutu. Hal ini harus dimulai oleh guru itu sendiri. Guru harus menampakkan kepada anak didik masing-masing tentang kenikmatan membaca buku. Akan sia-sia atau tidak banyak membawa hasil kalau para guru hanya selalu menyuruh siswa membaca buku, sedangkan dirinya sendiri di ha- dapan para siswa hanya mengajar, ngobrol-ngobrol atau bengong melulu. Ketidakakraban terhadap buku juga bergejala pada para maha- siswa dan dosen. Kalau boleh dibilang, para insan kampus yang sebagai masyarakat ilmiah itu juga banyak yang kurang akrab de- ngan buku-buku. Padahal mereka semua tahu bahwa dunia ilmu itu berpijak pada buku. "Dunia ilmu adalah dunianya para mahasiswa, karena itu ajaklah mereka ke sana," demikian saran seorang karib kepada saya. Tidaklah mengherankan kalau banyak perpustakaan kampus yang jarang dikunjungi para mahasiswa dan dosennya sebab me- reka lebih suka ngobrol-ngobrol daripada membaca buku. Karena itu pula, beralasan sekali bila seorang profesor sekali waktu ber- kata, "Hilangkan budaya ngomong di kalangan dosen dan maha- siswa. Mereka harus diarahkan kepada budaya membaca dan menulis. Hal ini rupanya memerlukan waktu yang cukup panjang. Di ka- langan dosen saja, terutama para dosen PTS belum begitu membu- dayakan kegemaran membaca dan menulis ini. Buku refrensi setiap dosen masih dapat dihitung dengan jari tangan. Apalagi kegemaran menulis artikel atau buku, jumlahnya tak seberapa. Padahal mereka disebut dosen bukan hanya mereka sebagai pengajar di perguruan tinggi, melainkan karena mereka adalah pengajar, peneliti dan pengabdi. Lagi pula masyarakat ilmiah bukanlah ditandai dengan mengutamakan penampilannya, melainkan ia harus selalu "ber- main dengan kekuatan intelektualnya. Karena itu pula, kita mesti mengacungkan jempol kepada seo- rang I Made Ngadeg, guru SD 4 Les Tejakula Kabupaten Buleleng itu. Meskipun ia hanya seorang guru SD akan tetapi ia memiliki ke- gemaran membaca dan menulis yang cukup mengagumkan. Tidak berlebihan kalau kita katakan ia adalah pembuat pusaka zaman, yang sangat berguna bagi anak cucunya kelak. Dia yang guru SD telah berhasil menyusun buku teks pelengkap yang berjudul "Peneliti-peneliti Kecil" dan "Lestarilah Sumber Daya Alamku." Ka- rena prestasinya dalam sayembara yang diselenggarakan oleh Pu- sat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan itu pula ia sempat bertemu Menteri Fuad Hassan dan Emil Salim. Dia memang tergolong guru yang langka. Kita mesti mengikuti jejak guru SD ini. Kita harus membudayakan kegemaran menulis. Kita bisa memulainya dari kegemaran mem- baca. Siapa tahu nanti kita termasuk orang-orang yang mampu membuat pusaka zaman. Dengan demikian sejarah akan tetap mencatat nama kita. Kalau harimau mati meninggalkan belang, biarlah kita mati meninggalkan pusaka zaman. ●M. Suparta NK Bahrun Hambali DI KUBURAN Kelak jiwa menjadi bagian dari keluasan langit Dan raga menyatu dalam bulatan bumi Tan Lioe le, 'SAJAK SEORANG WARGA MANUSIA 'Kita Bersaudara' SEMENTARA sebagian orang memperhitung- kan tentang hidup lebih lama dengan menerapkan beragam cara, dari menelan tablet-tablet sampai se- nam kebugaran, dari meditasi sampai pasang aji-aji; sebagian orang yang lain memperhitungkan tentang untung ruginya kematian, di mana tak segan- segannya digunakan cara baik yang halus atau ka- sar, yang cepat ataupun yang lambat dengan me- nimbulkan penderitaan yang hebat; maka sebagian kecil saja dari orang-orang yang lain punya pan- dangan untuk mencapai keuntungan terhadap gejala-gejala sedemikian. Orang semacam ini pu- nya ide-ide gila terhadap segmen tersebut. Maka mereka mendirikan pabrik-pabrik atau membuka biro-biro jasa yang terkait dalam hal warna kedu- kaan sekalipun. Tak ada kamus yang mengharus- kan mereka memberikan harga gratis, karena bisnis tetap bisnis, dan urusan tentang nilai-nilai kemanu- siaan berada di luar jalur. Di kuburan, banyak hal yang bisa 'dibisniskan'. Si Mati yang sebenarnya tidak lagi bisa melakukan ak- tivitas itu ternyata sanggup mendatangkan rejeki Bali Post Nanoq da Kansas BAGAI durian jatuh, kepa- laku jadi rebutan. Bergemuruh tangan-tangan menggapai ke udara, saling sikut saling kibas, tarik-menarik dorong mendo- rong, belit-membelit, cekik men- cekik, kepit-mengepit di ruang hampa. Entah sudah berapa korban berjatuhan. Mati, sema- put, sekarat telah tak menjadi persoalan lagi. Beberapa dari korban itu masih ada yang bisa dibilang beruntung, walau bagian-bagian tubuhnya tak utuh lagi. Bahkan ada yang telah tak bisa dikenali sama sekali. Ada yang kepalanya menjadi bu- lat telur, ada yang kehilangan jantung, ada yang kehilangan ke- maluan, ada yang kehilangan biji mata, ada yang kehilangan gendang telinga, ada yang perut- nya rusak, lengan dan jari-jari tangannya menjadi besi, ada yang kehilangan hati nurani, ada yang kehilangan otak sama sekali. Bergemuruh tangan-tangan menggapai ke udara berebut ke- palaku. Padahal kepalaku adalah kepala yang biasa saja. Rambut yang kupakai toh sama saja de- ngan yang mereka pakai. Ram- but yang tumbuh dari balik kulit, yang berbau tak sedap bila aku terlambat mencucinya. Mataku hanyalah mata hitam putih. Mata yang kadang-kadang terse- sat sendiri di belantara warna- warni cahaya, yang punya rasa takut pada kegelapan dan sering kali salah sangka pada berbagai sosok yang tertangkap. Mata yang kadang terlalu mementing- kan diri sendiri, menghisap ha- bis seluruh cairan yang ada da- lam tubuhku. Mata yang sama sekali tak indah, bahkan jauh le- bih jelek dari pada yang dapat aku kira. Telingaku dua. Kegu- naannya sama dan seimbang. Punya rasa getir sendiri terha- dap bunyi-bunyi, punya kepa- hitan sendiri pada dengung- dengung tertentu. Hidungku ti- dak terlalu bagus. Terlalu sering memberontak pada bau-bauan alami. Bibirku......, oh! Bibirku, atau yang paling enak dan tepat untuk menyebut- nya adalah: mulutku! Ya. Baru aku ingat, barangkali mulutku inilah yang sebenarnya menjadi bagi orang-orang tertentu untuk suatu waktu yang tak tertentukan. Seorang atau beberapa orang penggali kubur, pedagang menyan & kembang, ibuat batu prasasti, pembuat peti mati, de-el-el, adalah sebagian saja dari orang-orang yang keci- pratan rejeki oleh suatu kemuraman hidup seorang anak manusia menuju peristirahatan abadinya. Ke- nyataan yang tak terpungikiri. Terlebih pada daerah- daerah yang punya prospek industri & pariwisata yang cerah, di mana petak-petak tanah dihargai de- ngan nilai-nilai yang tertera dalam lembaran- lembaran bergambar Cenderawasih' dalam ratusan lembar per-are-nya. Untuk sepetak tanah seukuran peti mati pun puluhan lembar 'Cenderawasih' mesti berpindah-tangan. Alhasil, keluarga si Mati punya beban tanggung jawab yang tak gampang guna mengistirahatkannya dalam tidur abadi. Suatu saat, untuk menekan biaya prosesi bagi si Mati, terutama dalam tempat peristirahatannya yang abadi, agaknya perlu dipikirkan mulai sekarang upaya-upaya ke arah itu. Dan sekadar sumbang saran, bagaimana jika pemerintah membangun ku- buran - kuburan umum, dengan semacam ruangan luas di bawah tanah di mana terdapat dinding- dinding pemisah yang berisi rak-rak tempat mena- ruh peti-peti mati!? Oppel Oppel (Opini Pelajar) terbuka untuk pelajar SMTP dan SMTA. Kirimkan opini para pelajar ke: Pengasuh Oppel Bali Post Minggu, Jalan Kepundung 67 A Denpasar. Jangan lupa disertai sebuah foto santai! (Redaksi) Gaya Hidup Pelajar Cenderung Pamer? Solidaritas Remaja KEHIDUPAN remaja masa kini dibandingkan remaja masa lalu sungguh jauh ber- beda. Kehidupan remaja masa kini tampak semarak dan pe- nuh dengan fenomena. Bebe- rapa bagian remaja masa kini cenderung bergaya hidup san- tai, lebih bersikap tak mau tahu dengan perkembangan lingkungan dan wataknya pemberani. Tak sedikit, de- ngan sikap demikian, remaja terjerumus pada kegiatan yang negatif. Walaupun demikian, rasa solidaritas dan persatuan re- maja pantas kita acungi jem- pol. Asalkan saja, solidaritas itu tetap pada tujuan yang baik dan tidak mengarah ke solida- ritas negatif, seperti: ramai- ramai mengajak tawuran, bo- los dan sebagainya. Bagaimana agar solidaritas positif bisa dikembangkan? Yakni dengan meningkatkan kuantitas ekstrakurikuler dan lomba-lomba di kalangan re- maja. Dengan demikian, soli- daritas dan semangat mereka sifatnya positif, yakni demi memperjuangkan nama baik sekolah! Fifi Maya Simamora Kelas II Sos 2 SMAN 7 Denpasar Melalui Peraturan MEMANG di masa seka- rang ini secara langsung atau- pun tak langsung, gaya hidup atau penampilan pelajar berbeda-beda. Ada sebagian pelajar yang berpenampilan sederhana, ada yang eksentrik dan ada yang berlebihan. Ini rebutan. Mulutku yang pertama- tama dilihat orang saat bertemu, mulutku yang menjadi sumber apakah aku layak dipuji, dipuja, dicacimaki, dikucilkan, dikaran- tinakan, dibunuh atau dirobek- robek, adalah benar-benar mulut orang. Mulut manusia. Mulut yang sempurna dalam tata- gunanya. Coba saja; mulutku da- pat menelan sendiri sebuah pla- net dalam sekejap. Planet bumi ini sajalah misalnya. Tak masalah. Dengan kesempurnaannya, mulutku sepanjang masa tak pernah mengatup. Ia senantiasa menganga lebar melebihi samu- dra. Sepanjang masa mulutku te- lah meng-amblas-kan berbagai hal dan kenyataan. Gunung, hutan, lembah, kali, pasir, pan- tai, laut, langit amblas ke dalam mulutku. Nenek moyang, ayah, ibu, saudara-saudara, tetangga, istri, ipar, mertua, teman-teman, saingan, musuh amblas ke da- lam mulutku. Kemiskinan dan keserakahan amblas ke dalam mulutku. Mulutku menjadi tong yang maha besar. Tong sampah sekaligus tong bagi yang bukan sampah. Tetangga bisa tenteram (Bersambung ke Hal. 11, kol. 2) dipengaruhi kepribadian dan kondisi ekonomi pelajar masing-masing. Namun begitu, sekolah da- pat mengarahkan pelajarnya agar memiliki gaya hidup dan penampilan yang memiliki persamaan harkat dan derajat. Maksud saya, agar perbedaan- perbedaan yang dimiliki pela- jar tak kelihatan mencolok. Ini dimulai dengan menerapkan aturan tata tertib yang tegas dan nyata. Aturan tersebut ha- rus dilaksanakan secara me- nyeluruh, kepada tiap pelajar. Melalui peraturan ini, saya ya- kin pelajar bisa diarahkan pada gaya hidup yang lebih se- suai dengan keadaan kita. Nyoman Sri Widiarini Kelas II A SMPN 1 Banjar Kab. Buleleng Cenderung Pamer GAYA hidup pelajar masa kini cenderung memamerkan kekayaan yang dimiliki orang- tuanya. Bahkan tak sedikit pe- lajar yang berlebihan dalam kekayaan memamerkan orangtuanya itu. Misalnya, de- ngan membanding- bandingkan apa yang dimiliki- nya atau dipakainya dengan milik temannya. Ada yang membawa mobil ke sekolah, padahal dengan sepeda motor pun sebenarnya cukup. Sikap semacam ini akan menimbul- kan perbedaan - perbedaan an- tara pelajar yang satu dengan yang lain. Akibatnya, mereka yang kurang mampu akan me- rasa tertekan dan malu ber- gaul dengan pelajar yang mampu. Maka jelaslah, diperlukan aturan-aturan yang mengatur gaya hidup pelajar ke sekolah agar tampil sederhana, tidak berlebihan dan tidak menim- bulkan jurang pemisah antara pelajar yang satu dengan yang lainnya. Martana Kelas II Bio 1 SMA Kuta Pura Kuta Badung Tak Seberapa MEMANG ada pelajar yang suka berperilaku menyimpang dari aturan tata tertib sekolah. Tetapi, paling-paling jumlah- nya 3-4 orang tiap kelas. Itu pun yang memang bandel- bandel. Pelajar seperti inilah yang memiliki gaya hidup yang aneh-aneh. Berandalan, begitu. Pelajar yang lain saya kira masih wajar-wajar saja. Me- reka berpakaian sederhana, ikut kegiatan ekstrakurikuler, dan mengisi waktu dengan ke- giatan positif. Namun banyak juga yang masih santai-santai dalam menghadapi pelajaran. Mereka kurang begitu serius. Kalau ngeceng, mereka memi- lih pasar swalayan dan tempat umum lainnya. Secara umum, pelajar kita di Bali cukup baik dan rajin. Mereka jarang mem- buat masalah. Made Yuni Sulastri Kelas II Sos 5 SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Topik Mendatang : Emansipasi Wanita, Harapan dan Kenyataan Fifi Maya Simamora Sri Widiarini Bali Post dok STOP PRESS : "KE RANJANG MAWAR LAUT itulah TC persiapan pantai Biaung Permai Sthiraprana Duarsa yang pulang kandang libur. Jaga tanggal mainnya April ini... MESIN ORANG Bahrun Hambali ANTISIPASI masyarakat terhadap status sosial memungkinkan seseorang menjadi lepas kendali terhadap tingkat konsumtifitas produk-produk era globalisasi. Jika tahun-tahun sebelumnya masyara- kat pertokoan lebih dominan memakai barang- barang canggih hasil rekayasa pabrik-pabrik mo- dern, maka belakangan ini nampaknya masyarakat pedesaan pun telah terkena polusi konsumtifitas produk-produk modern tersebut. Menyiasati gejala sosial semacam ini dan untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mung- kin di tengah kompetisi produk-produk sejenis, pabrik-pabrik mengerahkan mesinorang - mesino- YANG KEREN, YANG ROMANTIS... Martana Yuni Sulastri rang untuk memproduksi keluaran-keluaran terakhir ciptaan kebanggaan mereka. Mesinorang tak perlu cambuk sebagai penggiat kerja. Mereka telah diran- cang untuk bekerja oleh kondisi di mana pengang- guran kian meningkat sementara lapangan kerja terengah-engah munculnya (untuk menyebut seba- gai 'lamban') dan penerapan dari metode manage- ment dari motif ekonomi yang disesuaikan dengan keadaan peradaban hingga era komputerisasi & ro- botisasi menguasai pekerjaan-pekerjaan berisiko tinggi yang biasanya dikerjakan oleh si Mesinorang yang punya skill untuk itu. Kondisi semacam ini ber- dampak besar. Bagi mereka mesinorang -- selaku pekerja dia lebih memperhitungkan untuk mem- pertahankan pekerjaan yang telah didapatkannya ti- nimbang ribut-ribut soal kenaikan upah. Virus PHK merupakan momok yang paling ditakuti, terlebih jika si Mesinorang menyadari konsekuensi logis yang di- timbulkan. Bayangan akan menahan rasa lapar & harus di hari-hari mendatang begitu mencekam! Mesinorang pada akhirnya merupakan produk dari kompetisi sesama, di mana nepotisme membu- dayakan lewat jalur birokratisasi yang merambat ke jalur swastaisasi. Sementara sebagian orang masih terus mencoba mengobarkan api idealisme bahwa seorang pekerja yang baik-- dalam hal ini si Mesino- rang adalah pekerjaan yang punya skill & ke- mauan untuk bekerja keras dalam jalur kompetisi yang sportif. januari '93 to Purnovsky Sovitskaya ir lan- sa pro- Lengan mem- lebih a yang xa Gus orang Tokoh karena arang untuk pem- emaja, lebih mem- xit me a akan mereka up cara s kaki, va ba- untuk u se- takan enarik kadar etahui makan ahnya benar a yang oh in- media mirip Denar- mgeta- n luas aik di eri de- n dan -nama gsaan, . Lalu meng- haian ang to- bul- ata ter pul be- sang rsebut untuk "Kap- penu- ga seo- rsitas ngkan arang artini ti kita "yang ahaga ini me- Har ba- ang se- ya, ia untuk a ceri- nyalah s yang at tak onal. ntara) SUZUKI Fun & Freedom SUZUKI KATANA KATANA S uzuki KATANA bagi yang muda yang dinamis kini tampil dengan sosok baru yang keren dan romantis. Disain interior baru dengan tempat duduk depan Full Reclining, tempat duduk belakang yang menghadap ke depan, serta dilengkapi AC sebagai perlengkapan standar, menjadikan Suzuki KATANA lebih nyaman dan meng- asyikkan. Gaya yang keren dengan Grill baru yang dinamis, dipadu dengan Round Type Lamp sesuai standar internasional. Bumper Corner depan dan belakang dilindungi karet, tampak semakin gagah. Suzuki KATANA Free Line bagi Anda yang muda, yang dinamis. SUZUKI KATANA 42 & Free Line YANG MUDA YANG DINAMIS AC • STANDAR DENSO ERLENGKAPAN Suspensi Lebih Nyaman P.T. UNITED INDOBALI □ UD. SUZUKI PERMAI JI. Veteran 68 Telp. 23618, 25267, 27298 Denpasar □ BISMA PUJA SAKTI MOTOR JI. HOS Cokroaminoto 78 Tlp. 435381 Denpasar OTIFLOS ABADI MOTOR JI. Sumba 5 Tlp. 22609 Kupang INDAH MOTOR JI. Dr. Sutomo 94 Tlp. 35348 Denpasar •CAKRA MOTOR JI. AA. Gede Ngurah 1-5 Tlp. 21499 Cakranegara, Lombok UD. CAY CONG JI. Sriwijaya 11 Tlp. 21394 Kupang SUZUKI Personal Best C 383
