Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1994-05-29
Halaman: 06

Konten


2cm HALAMAN 6 Tanah Warisan Cerpen Ni Made Diani LELAKI paruh baya itu mem- kan benda itu, mendekatkannya banting puntung rokoknya ke ta- ke mulut dan dengan beberapa nah. Itu adalah puntung yang kali sedotan rokoknya pun meng- keempat. Kembali tangannya epul. Diisapnya dalam-dalam, meraih bungkusan rokok mu- sampai cekung pipi keriputnya, rahan yang tergeletak di sam- menyimpan asap bernikotin itu pingnya. Dicabutnya sebatang, penuh-penuh di rongga mulut diambilnya geretan dari saku ce- untuk kemudian dihembuskan lananya yang lusuh. Tangannya kuat-kuat. Seakan-akan dengan agak gemetar ketika menyala- begitu sebagian beban yang WALAUPUN tidak seperti Made Enggung, Pan Sobagan ini, juga tergolong abdi yang besar cakap. Figur abdi seperti Pan So- bagan ini, lebih berbahaya lagi kalau dibandingkan dengan Made Enggung yang hanya besar cakap belaka. Pan Sobagan di samping besar cakap, juga sa- ngat culas, apatis dan tidak da- nienghimpit dadanya akan ikut keluar. Matanya menerawang jauh. Sementara mulutnya tak henti- hentinya mengepulkan asap. Dia tak peduli pada keadaan sekeli- ling. Seakan-akan satu-satunya keinginannya di dunia saat ini hanyalah menghabiskan selu- ruh rokok yang dibawanya. hukum. Saat itu memang akhir nya akan tiba dan harus dilaku- kan. Dia paham sepenuhnya. Se- bagai saudara yang lebih tua, dia tidak ingin adiknya itu punya prasangka yang buruk padanya. Dia tidak bermaksud mengang. kangi bagian yang tidak menjadi haknya. Tetapi kabar angin yang sempat dia dengar, sungguh Bali Post kanmu sendirian menghadapi kesulitan. Aku akan memban- tumu sebisaku." Tetapi adiknya malah tersing- gung. Menuduhnya yang bukan- bukan. Dan tetap bersikeras me- nuntut haknya. warisan Minggu Pon, 29 Mei 1994 Pemilihan Cerita dalam Drama Gong (Catatan Festival Drama Gong Remaja Se-Bali) lam drama gong, tentulah "dike- utama atau tokoh yang diunggul- SINETRON Sukreni Gadis Bali masih segar dalam ingatan kita, cualikan" dari hal-hal yang ber- kan sebagai tokoh utama oleh lum lagi serial itu rampung ditayangkan, sorotan tajam pun datang simbol", apalagi yang bersifat paten Buleleng, pentas 18 Mei bertubi-tubi. Pasalnya, cerita Šukreni Gadis Bali yang tergolong gaib yang berasal dari alam su- yang lalu. Secara sederhana da- "baik" itu ternyata dimainkan secara "tidak baik". Ini sebuah cacat. pranatural, seperti: bau harum pat digariskan sebagai berikut: Kebalikannya pun bisa terjadi. Sebuah cerita yang "tidak baik", ter- yang tercium dari darah seorang (1) Tokoh protagonis Mahardika nyata dapat dimainkan secara "baik". Ini pun sebuah cacat. Ideal- ksatria; darah putih dari tokoh mencari keris pusaka yang hi- nya: Pertunjukannya "bagus", ceritanya pun "bagus". Di dalam per- yang bersifat dharma; taburan lang atas perintah kakaknya. (2) tunjukan drama gong, kerapkali saya menyaksikan pertunjukan- bunga dari langit; sabda dari am- Setiba di negeri yang dimaksud, nya "bagus", tetapi ceritanya sangat "tidak bagus". Pernyataan bara; mayat yang dihidupkan dia linglung lalu jatuh ke pelu- saya ini pastilah menimbulkan pertanyaan di kalangan seniman- kembali oleh rangda; guntur dari kan Liku, karena diguna-gunai. seniman drama gong. "Bagaimanakah cerita yang baik itu?" Tu- langit yang menggelegar setelah (3) Berkat peringatan kedua pu- lisan yang singkat di bawah ini mencoba memberikan masu- "Bli..." ucap adik lelakinya membuatnya berat,untuk meng- sudah menjadi hakmu. Yang aku khususnya bagi mereka yang suka nongkrong di depan televisi. Be- sifat "lelucon" serta "simbol- grup Drama Gong Remaja Kabu- mengawali percakapan di siang itu. Lelaki paruh baya telah da- pat merasakan, akan ada hal penting yang hendak disampai- kan oleh adiknya. Sebelum men- dengarkan lebih jauh, disulut- nya dulu sebatang rokok, lantas duduk dengan lutut tertekuk. "Tidakkah sebaiknya tanah peninggalan I Bapa ini kita bagi- bagi saja sekarang?" sambung adiknya pelan seakan takut mengagetkan kakaknya itu. abulkan segera permintaan adik lelakinya itu. "Sebenarnya, apa renca- namu?" tanyanya pelan. "Saya ingin bagian saya diser- tifikatkan secepatnya." "Kenapa?" "Agar bisa saya jual." Tega se- kali adiknya itu mengucapkan kata-kata tersebut. Akan saya jual! Tanah siapakah yang hen- dak dijualnya? Pernahkah dia merasa membelinya dulu? Tidak tahukah dia kalau ini adalah ta- nah warisan dari orangtua me- reka yang juga mewarisinya dari orangtua beliau? Ada hak apa- kah adiknya hendak menjual ta- "Dengan pembagian itu, kita nah warisan? Tugas pewaris bisa berbuat lebih leluasa terha- adalah mewariskan kembali dap bagian kita masing-masing." pada generasi berikutnya. Kita Lelaki itu hanya menelan ludah. tak berhak mengambil semua, "Apa maksudmu?" tanya le- laki itu dengan suara berat. Mes- kipun dia mengerti sepenuhnya apa yang dimaksudkan adik lela- kinya tersebut. "Bukannya aku keberatan. membagi tanah peninggalan orangtua kita ini. Itu memang sesalkan adalah rencanamu un- tuk menjual tanah bagianmu. Itu sangat tidak aku setujui! Mestinya kita memelihara dan mempertahankan orangtua kita ini. Di samping itu, kita ini adalah petaní. Kehi- dupan kita tergantung dari ta- nah ini. Kalau petani sudah men- jual sawahnya, berarti sama saja dengan menjual nyawanya sen- diri. Tanah, walaupun cuma se- petak, adalah tumpuan harapan, memberi kebanggaan sebagai seorang yang merdeka, yang ha- nya dipertuan oleh dirinya sen- diri. Memberimu sebuah identi- tas yang membuat hidupmu menjadi lebih berarti." Lelaki pa- ruh baya menarik napas. Kemu- dian sambungnya, "Lagi pula ta- nah sawah adalah tanah kera- hanya akan mendatangkan ke- melaratan dan kesengsaraan. Belum pernah aku mendengar ada orang yang menjadi kaya ka- rena menjual sawahnya." Ter- ingat olehnya seorang warga dari desa sebelah yang menjual habis sawahnya untuk dibelikan mobil angkutan. Entah karena ceroboh atau karena kutukan, yang jelas mobilnya tidak ber- tahan lama. Hancur dalam se- buah kecelakaan. Semuanya am- kan. Semoga bermanfaat! (4) Dalam keadaan buta, tokoh Diamatinya adik lelakinya de- yang juga menjadi hak anak cucu mat. Tanah berkah! menjualnya (babad, dongeng, legende, mit bernama sutradara, pengatur Masih ada beberapa hal dari ce- Girilaya. Raja Girilaya dikalah- ngan seksama. Untuk pertama kalinya dia menyadari adiknya itu tampak jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya. Pergu- mulan hidup yang makin keras menghimpit dari hari ke hari te- lah mengikis wajah mudanya. "Kenapa kamu tiba-tiba pu- nya keinginan untuk membagi nya. Bukankah kita masing-masing telah memiliki bagian tersendiri yang kurang lebih sama besar?" "Maksud saya, dibagi secara sah. Secara hukum. Masing- kita. "O, jadi begitu ya! Hendak kamu jual! Untuk apa kamu sampai menjual tanah segala? Apakah tidak ada jalan lain yang bisa kita tempuh?" lelaki paruh baya mulai gusar, "Tidak ada jalan lain lagi. Itu adalah satu-satunya jalan ke- luarnya. Saya butuh uang yang banyak untuk biaya sekolah anak-anak. Di samping itu, saya juga harus melunasi utang- utang saya yang bertumpuk." "Alasan! Siapa sih yang tidak masing bagian kita, harus diser- butuh uang? Aku juga harus me- tifikatkan lagi," jelas adiknya. nanggung biaya pendidikan menjawab. Dia hanya mengisap anakmu atau anakku? Tetapi Lelaki separuh baya itu tidak anak-anak. Banyakan mana, rokoknya dalam-dalam. Sawah aku tidak pernah dan tidak ber- peninggalan orangtua mereka ani punya pikiran untuk menjual memang sertifikatnya masih tanah I Bapa ini. Sebagai sau- atas nama ayahnya. Tapi dara yang lebih tua, aku memin- masing-masing dari mereka tamu untuk mengurungkan mendapat tanah garapan yang niatmu. Untuk mengatasi kesu- sama besar, yang mereka kelola litanmu, marilah kita bersama- sendiri-sendiri. Sedangkan pa- sama memikirkan jalan keluar- jaknya mereka tanggung ber- nya. Kalau kita mau berusaha sama. Selama ini tak ada masa- dengan sungguh-sungguh, pasti lah. Dan sekarang, tiba-tiba segalanya akan dapat kita atasi. adiknya ingin pembagian secara Aku toh tidak akan membiar- blas sudah. Tapi adiknya itu tidak percaya takhyul. Orang hidup kan tidak mesti hanya menjadi petani lumpur setiap hari, tapi hasilnya saja? Kerja keras berkubang tidak seberapa. Masih banyak sumber nafkah lain. Kalau pan- dai melihat celah yang ada, dan dengan sedikit modal, pastilah kehidupannya akan berkem- bang ke arah yang lebih baik dari saat ini. Setelah didesak-desak, pada akhirnya, tanah peninggalan orangtua mereka itu mereka (Bersambung ke Hal.11 Kol.4) DUNIA PEWAYANGAN Pan Sobagan, Abdi Besar Cakap pat dipercaya. Karena sifat yang temu dengan Tuwalen, yang se- terakhir ini pula makanya profil gera menantang untuk berkom- pewayangan Pan Sobagan, diwu- bat. Dalam kombat ini, Sira Ma- judkan dengan mulut ngablak patih Malodnya dapat diringkus (Jawa), dan giginya jarang atau oleh Tuwalen. Tangannya diikat, cuak (Bali). Muluk ngablak (ter- senjatanya dibuang jauh-jauh, buka), merupakan nyasa pemi- sehingga Sira Mapatih Malod- nya tidak dapat berkutik. Pada liknya adalah figur manusia be- sar cakap. (Bandingkan dengan waktu itulah dengan enaknya Tuwalen, duduk di atas kepala mulut tokoh raksasa dalam pe- botak Sira Mapatih Malodnya. wayangan) yang pada umumnya bermulut ngablak, sada enggang Keruan saja akhirnya, kepala bo- (Bali), karena raksasa pada tak Sira Mapatih Malodnya pe- umumnya selalu besar cakap. nuh dengan boreh kuningnya To- Demikian pula gigi Pan Sobagan walen. Kemudian tali pengikat yang jarang-jarang atau cuak, tangan Sira Mapatih Malodnya menurut Lontar Carcaning dilepaskan. Terus dibiarkan Janma, adalah tipe manusia pergi, dengan botaknya yang pe- yang tak dapat dipercaya pada nuh dengan boreh kuning. umumnya. Demikian pula ke- nyataan figur dan fiil Pan Sobagan. YA N rita dipertimbangkan. saka itu. sabda raja; dan lain-lain yang se- nakawannya, Mahardika sadar, jenis. Ini adalah simbol. Ini ada- lalu mengambil keris pusakanya lah "PR" buat penonton yang yang hilang itu dari gedong kera- suka merenung-renung. Me- jaan Girilaya. Keris itu dibawa mang simbol harus dikupas kem- kembali oleh punakawan. Ma- Plot yang Logis menangisi, dan sejenisnya), juga bali. Apabila kita berhasil meng- hardika berkelahi di sana, tetapi Di dalam tulisan saya pada kurang dimanfaatkannya secara Bali Post (Minggu, 22 Mei 1994 "optimal" salah satu modal dasar upasnya, maka sesungguhnya konyol, diringkus oleh dua abdi. telah saya singgung bahwa sum- berkesenian, yakni "rasio" (di kita kembali lagi kepada logika. Akhirnya, yang sangat perlu itu menangis di jalan-jalan. (5) ber cerita yang diangkat oleh samping: rasa, tubuh dan vokal). grup-grup drama gong di Bali, Ketidak- pedulian mereka ke- diingat adalah bahwa dari cerita Ditemui oleh istrinya, lalu di- berasal dari cerita-cerita lama pada rasio tampak sekali tatkala yang logis, tidak dengan sendiri- sembuhkan dengan sarana keris "sang pemilih cerita (apakah nya cerita itu "pantas" diangkat. pusaka. (6) Perang dengan raja hos, cerita rakyat, dll.) baik yang itu yang perlu kan, tanpa mencabut keris pu- berasal dari Bali sendiri, mau- laku, atau juru tutur cerita) pun yang berasal dari luar Bali. mengarang ngarang untuk me- Dengan "local geniusnya" para nambah - nambahkan plot cerita seniman drama gong telah melo- ke dalam cerita aslinya; yang se- kalisasikan dan mengadaptasi- sungguhnya sudah rasional kan secara bebas cerita-cerita serta kuat dalam plotnya. Sebagai salah satu kasus, luas Bali tersebut, sehingga dira- sakan sebagai milik sendiri oleh akan saya gambarkan "plot insi- para penikmatnya. Jumlah ra- den" dan "plot karakter" yang gam ceritanya pun tentulah ti- asli, dari cerita yang dibawakan dak terbilang, sehingga para se- oleh grup drama gong remaja Ka- niman drama gong belum waktu- bupaten Buleleng (pentas 18 Mei nya merasa pesimistis akan 1994) di Lovina Singaraja. Plot kehabisan cerita. Hanya yang insidennya dapat digariskan se- menjadi masalah sekarang ada- bagai berikut: (1) Raja Kerta lah, "Bagaimana memilih-milih Bhuana memerintahkan adik- nung itu, sebagaimana halnya kembali keris pusaka leluhur, khasanah cerita yang menggu- nya (raden Mahardika) merebut para bebek yang pandai yang dicuri oleh raja Girilaya. (2) mendapatkan memilah-milah lumpur untuk Mahardika berangkat, namun makanan setibanya di Girilaya, dia ling- lung dan mabuk kepayang ke- "bergizi". Pada kenyataannya, apa yang pada Liku (putri raja Girilaya) disuguhkan oleh grup-grup karena diguna-gunai. (3) Atas drama gong sampai saat ini, ti- peranan kedua punakawannya, dak saja cerita-cerita yang ter- Mahardika sadar. Lantas keris kesan "monoton", yakni terkesan pusaka leluhur didapatkan kem- dari itu ke itu saja (masalah bali. (4) Raja Girilaya sangat madu-dimadu, guna-digunai, murka karena keris yang dicuri- tangis- nya itu direbut kembali, lalu me- mutuskan menyerang Kerta Bhuana. Akhirnya, dalam pepe- rangan itu, raja Girilaya yang ja- hat itu tewas. waris-mewarisi, atau patih Malodnya Wilkampana. "Hati-hatilah cucu-cucuku memilih abdi, agar tidak menda- Sedangkan plot karakternya patkan dan sampai mengangkat dapat digariskan sebagai berikut abdi yang berfigur dan berfiil se- (1) Raja Kerta Bhuana berniat perti Pan Sobagan," nasihat Rsi buruk kepada iparnya (istri Ma- Bhisma kepada Yudhisthira, hardika). Setelah mendapat Bhimasena, Arjuna, Nakula dan akhirnya raja menyadari kekeli- hambatan dan perlawanan, Sahadewa. Lanjut katanya: ruannya. (2) Raja Girilaya dan "Kalau sampai cucu-cucuku putrinya Liku bertabiat serakah. keliru memilih abdi yang berfi- Raja mencuri keris, sedangkan gur dan berfiil seperti Pan So- Liku merebut suami orang lain. bagan, bukan hanya wibawa pe- Setelah mendapat hambatan- merintahan kerajaan akan han- hambatan, akhirnya keduanya cur, tetapi akan dapat mendapat hukuman, yakni keja- menghancurkan dan menggagal- tuhan dan kematian. kan rencana-rencana pemba- Kedua plot di atas, baik plot in- ngunan yang telah ditetapkan, sidennya maupun plot para to- sehingga tujuan-tujuan pemba- kohnya sudah cukup rasional ngunan sendiri akan gagal pula. dan kuat. Benang merahnya Karena saat proses pemba- tampak jelas. Hukum sebab- ngunan yang sedang berjalan, ti- akibatnya logis. Namun setelah dak boleh ada abdi yang bersikap plot di atas ditambah-tambah apatis. Atau sebaliknya, pemba- dan dibumbu-bumbu (barang- ngunan itu sendiri, tidak akan kali untuk mengejar target jam dapat diselesaikan hanya de- pentas) lalu kesan cerita secara ngan besar cakap saja. Tetapi ha- keseluruhan seperti "mengada- rus dikerjakan sesuai dengan ada". Penonton pun mulai "gro- rencana yang telah ditetapkan, gotan" karena merasa "dibo- dikerjakan oleh para abdi yang dohi", oleh bumbu yang tidak se- pas dengan yoni atau kemam- dap. Misalnya: (1) Mengapa puan masing-masing," demikian Mahardika, tidak langsung saja nasihat niti Rsi Bhisma, kepada menghajar raja Girilaya mana- kala keris pusakanya sudah di- Yudhisthira dan adik adiknya. dapatkan. Padahal dia tahu ke- Sebagai gambaran sifat dan ris itu sangat sakti. (2) Mengapa fiil Pan Sobagan yang tak terpuji, Mahardika yang merasa andal Apabila diperhatikan plot ka- Melahirkan Idola rakter di atas, maka dapat disim- Pertimbangkan lain yang pan- pulkan bahwa tokoh yang diung tas dijadikan dasar pemilihan ce- gulkan sebagai protagonis itu rita untuk diangkat ke dalam se- adalah tokoh yang bercirikan: ti- adanya tokoh "protagonis" (to- diberi tugas oleh kakaknya; dia buah pertunjukan adalah, dak punya inisiatif, secab dia itu koh utama) dalam cerita itu yang tokoh konyol, sebab diringkus dapat dijadikan "idola". Selagi abdi saja sudah menyerah. Dia tokoh tersebut lebih banyak di- tokoh cengeng yang menangis di beri porsi "penceritaan" dan "pe- jalan-jalan. Dia tokoh yang tidak nampilan", juga dia adalah to- punya kekuatan apa-apa, sebab koh: heroik, energik, tegar, cer- tanpa mencabut keris pun, mu- das, penuh inisiatif dan (sudah suh sudah kalah. Secara teori, tokoh Mahardika Di dalam masyarakat Hindu itu bukan tokoh utama. Dia tidak pada umumnya, dan dalam ma- menggerakkan cerita. Dia tokoh tentu) berwatak baik. syarakat Bali khususnya, antara pelengkap. Bahkan pelengkap lain dikenal tokoh protagonis penderita. Dia konyol, bodoh, Bima (mewakili Pandawa) yang mah dan pengecut. Dengan de- tersohor memiliki karakter: mikian, tokoh yang diunggulkan energik, heroik, cerdas, penuh sebagai tokoh protagonis, tidak inisiatif dan berwatak baik. To- mungkin menjadi idola. koh energik ini dibenturkan de- Cerita tersebut di atas, yang di ngan lawannya (tokoh antago- dalamnya tidak ada kandungan nis) bernama Duryudana yang tokoh protagonis yang dapat di- tak kalah pula hebatnya, hanya jadikan idola, ibarat tebu yang saja dia berwatak tidak baik. Tokoh-tokoh yang dikonfrontasi- kan ini melahirkan konflik- konflik yang mengasyikkan, me- narik dan enak. Dan pada akhir- nya mencapai klimaks yang dahsyat. Ini terbukti, merekalah Salah satu lagi daya tarik ce- yang di-"duel"-kan pada akhir rita adalah kontekstualnya. cerita, sekaligus mengakhiri per- Kontekstual dapat diartikan se- ang Bharata. Bima yang keluar bagai "sesuatu yang berada di sebagai pemenang, tak pelak lagi laur teks. Cerita kontekstual menjadi "idola". adalah cerita yang memiliki "ke- Dalam Epos, tokoh semacam mungkinan" hubungan antara itu cukup banyak jumlahnya, an- teks cerita dengan hal-hal yang tara lain : Kresna, Arjuna, berada di luar teks cerita itu sen- Karma, Ekalawya. Sementara diri. Dengaan demikian akan di- itu dalam cerita rakyat (akan di- peroleh sebuah "relevansi"; mungkinkan menjadi idola) an- yakni semacam kemanfaatan tara lain: tokoh I Gusti Ngurah bagi kepentingan (kehidupan) Jelantik Bogol bersama istrinya kita. Menghadapi cerita-cerita Gusti Ayu Kendran yang diha- lama sebagaimana disuguhkan dapkan dengan Dalem Bungkut, oleh grup-grup drama gong, tokoh Gusti Ketut Jelantik Ging- maka kepekaan terhadap cerita- sir bersama istrinya Jero Jempi- cerita kontekstual adalah ring dihadapkan dengan Be- penting. telah kehilangan zat gulanya. Walaupun cerita itu dimainkan secara baik, secara keseluruhan tetap merupakan cacat. Cerita Kontekstual kembali hendak membersihkan itu, rangkaian kejadiannya me- kepalanya, di tengah jalan akan mang karena ulah Pan Sobagan, bertemu dengan Pan Sobagan. yang culas, apatis, tidak dapat Melihat keadaan masing-masing dipercaya, syirik dan dengki yang botaknya penuh dengan bo- serta besar cakap. Sebagai reh kuning, Pan Sobagan ter- bayangan dalam hidup dan kehi- tawa terpingkal-pingkal, dengan dupan pribadi, kelompok atau ucapan sombong dan besar dalam pranata sosial yang lain- cakapnya: nya, memang selalu ada figur- figur manusia yang berfiil se- "Percuma berpangkat papa- perti Pan Sobagan. Walaupun tih, "ngelawan parekan ane se- dalam situasi kritis dan serius, landa, tokoh Dewa Agung Istri Epos Mahabharata dan juga lem badidengan kapining pia- seperti negara dalam keadaan Karya yang dihadapkan dengan Ramayana, disebut-sebut seba- nakné ane buka tibahe sideman perang misalnya, tetapi selalu Jendral Michols, tokoh Mpu Ber- gai sebuah cerita lama yang me- dogen kalilih, kanti lengar I Ra- memiliki kesempatan untuk adah yang dihadapkan dengan miliki kadar kontekstual sangat tune, terekina teken boreh miyik bermain-main dan memper- Rangda Dirah, tokoh Indra yang tinggi dengan masa kini. Hampir ane tuara dadi baan ngadek". mainkan orang. Inilah cermin dihadapkan dengan Mayada- setiap kisahnya dirasakan sa- (Yang dimaksud dengan parekan profil Pan Sobagan yang apatis. nawa, tokoh Watugunung yang ngat relevan dengan masa kini, ane selem badidengan, adalah Kalau orang yang dipermainkan dihadapi dengan para dewa, dan karena mengandung nilai-nilai Tuwalen, sedangkan ane buka ti- itu sampai mendapat celaka atau lain-lain. universal; yakni nilai-nilai yang Kondisi-kondisi karakter to- hakiki bagi semua orang dan se- bahe sideman, Wredah sendiri). kesusahan, Pan Sobagan akan koh protagonis yang menarik mua bangsa. Karena warna kulit Tuwalen hi- mentertawainya, bahkan de- tam, sedangkan Wredah postur ngan kata-kata besar cakapnya dan kompleks di atas, nyaris ti- Salah satu contoh cerita lama dak ditemui dalam tokoh prota- yang secara kontekstual memi- tubuhnya gemuk bulat, seperti akan menghina dan menghujat gonis atau yang diunggulkan se- liki relevansi pas bagi masa kini bentuk buah tibah (buah meng- siapa saja yang dipermainkan bagai tokoh utama yang dimun- adalah cerita Ekalawya. Ekala- nya itu. Inilah Pan Sobagan yang juga karena ulah Pan Sobagan, nya dari berbagai jurusan. kudu - Morinda tinctoria Roxb.), culkan oleh kebanyakan grup wya adalah tokoh protagonis yang culas, syirik dan dengki dan Akhirnya Wilkampana rubuh yang dijadikan rumah oleh se- culas, syirik dan dengki, bahkan besar cakap itu, sehingga Wil- dan pingsan. Pada saat itulah mut hitam (sidem - bahasa Bali), dapat juga dikemukakan sebagai drama gong saat ini. Seringkali yang hebat, berkat ketekunan- kampana sosok raksasa yang ge- Tuwalen menyelesaikan tugas- sehingga bentuknya priret, tidak fiil yang senang menggunting bermulut ngablak dengan gigi diri ternyata diringkus oleh abdi yang terkesan adalah karakter nya belajar kepada sebuah "pa- muk pendek dengan kepala bo- nya, menduduki kepala botak subur, tubuhnya dalam lipatan. Amat berbahagia yang jarang. Bermata awas, un- abdi saja sudah konyol ? (3) loyo, konyol, gampang linglung tung" Drona. Dari segi "tekstual" tak yang seperti kepala kedis ce- Wilkampana, sehingga sama na- melihat orang lain kalau menda- tuk memanfaatkan situasi dan Mengapa pihak Girilaya hanya dan mudah jatuh ke pelukan wa- cerita tersebut mungkin diang- Kalau disimak, walaupun pat kesusahan atau kecelakaan. kondisi untuk membuat orang membutakan saja Mahardika? nita, cengeng, suka bersedih- gap sebagai sebuah cerita imaji- rukcuk, sangat sembrono, dapat sibnya seperti kepala botak Sira (4) Mengapa Mahardika tidak di- sedih dan berderai air mata, ku- tatif yang "nonsen". Artinya, ba- lanya galalak-geluluk, ke sana- berhadapan dalam pertempuran Mapatih Malodnya, penuh de- adegan perang antara Sira Ma- Atau amat bahagia berdiri di susah dan celaka. Rambut saso- dengan Tuwalen dan Wredah. ngan boreh kuning-nya Tuwalen, patih Malodnya dengan Tuwalen atas bangkai teman sejawat, ko- bratan, agak meledped, tangan kenali lagi oleh istrinya, sampai- rang inisiatif di dalam mengha- gaimana mungkin seseorang yang mendapat informasi seperti Dalam pertempuran ini, Wredah yang baunya tak tertahankan (Mahabharata) dan Wilkampane lega sesama abdi dan nayaka- memakai mudra praratu, nyasa sampai dia sendiri harus menje- dapi masalah, bahkan tidak berhasil hebat hanya berguru dengan lincahnya dapat mem- oleh hidung siapa pun juga. Baik melawan Tuwalen dan Wredah praja. Bahkan amat bersenang sok pintar dan bijak. Busananya, laskan jatidirinya? Dan lain- jarang seperti bayi yang minta pada sebuah patung? permainkan Wilkampana, yang Sira Mapatih Malodnya (Mahab- (Ramayana), adalah porsi lelu- hati, melihat para penguasa is- seperti busana panakawan dan lain? Logika-logika di dalam cerita,, Begitu sampai di tempat itu, Sira gemuk dengan perut buncit yang harata), maupun Wilkampana con untuk anak-anak dalam per- tana kalau mendapat susah atau babondresan pada umumnya. Ngurah Oka Supartha khususnya yang diangkat ke da- Mapatih Malodnya segera ber- bergerak sangat lamban. Se- (Ramayana), setelah sadar dan gelaran wayang, tetapi di balik celaka, seperti halnya Sira Ma- Dalam adegan pertempuran (baik dalam Pakem Bhara- tayudha, mau pun dalam Pakem Ramayana), Pan Sobagan sangat senang mempermainkan Sira Mapatih Malodnya, yang botak. Pan Sobagan akan mengata- kan bahwa di suatu bagian lokasi camuk, ada sebuah batu hitam pertempuran yang sedang berke- yang dapat berjalan, dan ada ka- ke mari. Sira Mapatih Malodnya itu, segera menuju tempat yang ditunjukkan oleh Pan Sobagan. Dalam pakem Ramayana, adegan yang serupa terjadi pula. Kini Tuwalen dibantu oleh sang putra, yakni Wredah (Merdah) bertempur dengan Wilkampana, Pan Sobagan Bali Post/NOS Papatih Prabhu Rawana, raja hingga Wredah dapat dengan Alengkapura. Awal kejadiannya, mudah menyarangkan pukulan- MENJELANG BADAI 00 MARTIN94 (16) ABU BAKAR Copyright Bali Post SEMENTARA udara politik meluncur penuh dengan muatan gerah, hidup yang berkait de- manusia, bisa diperkirakan ngan kebutuhan perut berlang- bahwa mereka sedang berangkat sung seperti sediakala. Namun ke suatu medan kampanye. Te- ada warna tersendiri: sebab kini tapi bila truk tersebut tidak di pasar-pasar ada sekelompok mengibarkan bendera, tidak di- buruh-buruh pasar yang berkaos tempeli beringin atau banteng di kuning, di samping di sana sini depannya atau muatannya tidak ada yang mengenakan kaos mengenakan kaos merah atau kuning, maka orang-orang se- Di langit ada layang-layang panjang jalan akan ragu untuk yang berbentuk beringin dan ada berseru: Hidup Golkarkah atau pula yang berbentuk banteng Hidup PDI-kah!? merah. reka terdengar jengkel karena setelah roboh ke depan itu, truk tiba-tiba ia genjod ke depan se- hingga mereka ambruk ke belakang. Cuma karena acara dikocok di atas truk itu juga merupakan perjalanan rutin mereka tiap sore ke Art Centre, bantingan bantingan kiri-kanan itu tentu tidak memiliki arti yang sebe- rapa bila dibandingkan dengan bantingan-bantingan cangkul di seperti Wredah. sulit mencari suatu korelasi hu- bungan antara kondisi hidup me- reka sebagai petani dengan ba- kat seni mereka yang demikian luar biasa." katanya sambil memvariasikan mulutnya dengan Cak! Cak! Cak! - Siiiiiirrrrrrrrr! dijawab. "Apakah tadi tak ada yang li- hat?" juga tak dijawab. Mobil putih belok kanan ke arah Gianyar. "Kita ke-" sebuah mobil lam- punya menyorot terang dari arah kata Dr. Permadi. Demikianlah sekeha Cak Puspa Anom Banjar Kemenuh Ataukah sifat kerja keseha- mencangkul dolar tiap malam di rian hanyalah terkait dengan arena terbuka Art Centre. Yang badan sementara kerja kesenian berperan sebagai Rama adalah depan. terkait dengan jiwa, Aryantha seorang pemuda tukang sepeda. sembunyi. sedikit malas mengorek letak ti- Yang berperan sebagai Rahwana tik kebenarannya. Orang-orang adalah pemuda gemuk yang se- kota yang berperawakan halus, cara turun-temurun mempunyai tidak jarang melahirkan jenis- warung nasi be guling (namun ti- jenis kesenian yang bernilai dak begitu terkenal). Yang ber- kasar-vulgar, yang bahkan da- peran sebagai Anoman adalah lam banyak hal dapat dikatakan seorang guru SD, Laksamana sebagai merusak. buruh tenuh di Gianyar, Kidang Dan saat pertanyaan tersebut Emas keponakan Klian Desa, pernah ia lemparkan dalam wu- Melem pensiunan Polri, Su- hari. Hampir seluruhnya memi- jud sebuah artikel, ternyata le- griwa tukang cukur dan yang Tiba-tiba mobil belok sebelah liki telapak-tangan yang tak mi- wat begitu saja. Tak ada reaksi. lain semuanya petani, sedang timur Pura Pengrebongan. sawan. Sebagian besar dari mereka adalah petani. Sebagian besar mereka berkulit coklat legam, coklat yang masak oleh mata- dikasihi dan dielus-elus. Namun apabila dikaji dan di- Sebagai salah satu kasus, akan dianalisis karakter tokoh (Bersambung ke Hal.11 Kol.4) dia pacarmu." Buktinya. "Ah kau, katakan saja dengan jujur, 80, 90 atau 100." Atau elak. Kau bisa lari, tetapi tak bisa mengelak. Dia bukan seka- dar dekan kita, tetapi dia juga sa- lah seorang dosen pengujimu, Maka Lestari di tengah yang akan menentukan mati hi- keadaan yang menjepit dirinya dupmu. Lagi pula," kata Mirah, itu bergurau. "100. Saya duga "Apa sih beratnya... anggap saja usia Bapak sudah 100 tahun." "Buktinya? Anjuran yang sebenarnya perinciannya?" "Buktinya, atau perinciannya: amatlah brutal itu dengan amat pelan ia kunyah-kunyah seperti Rambut Bapak sudah putih se- mua. Kulit bapak sudah kisut. permen karet. Ia rasa-rasa, ia coba cari manisnya, ia coba ulur- Mata kabur - sekalipun gigi ma- sih utuh dan...." ulur karetnya. Karenanyalah ke- "Dan nafsu gairah seksku?" mudian ia berkesimpulan hanya tanya Dr. Permadi. sebagai taktik, mengapa semua Dassst! Sebuah hook kiri tepat nunggu lagi. Maka sepeda motor yang pedal staternya dol itu ia dorong. Motor hidup. Kusni-anak petani tembakau, yang mati hidup, cukup tidak cu- kup harus cukup 40 ribu per bulan, yang pagi makan super. Lestari tunduk mie, siang supermie, sore super- mie, kabur sambil berteriak- "Kita pergi ke suatu tempat," teriak histeris kegirangan. Mendengar ada suara yang "Jauh?" tanya Lestari. berteriak, Lestari berkata: "Ada "Sedikit." suara orang berteriak. Bapak "Lama?" dengar?" "Seperlunya." Dr. Permadi: "Ah - mungkin "Dua jam?" ada orang yang latihan..." "Tergantung." Sebenarnya dalam perasaan itu tidak dimainkan. Karena itu mengenai dagu Lestari. Dan "Pukul 10 saya sudah harus di cemas, Lestari dag-dig-dug ber- lah aku sekarang berada di sini, uper cut Dr. Permadi lagi-lagi rumah." tanya: Inikah yang disebut seba- kata Lestari dalam hati, saat Dr. menemui sasarannya ketika ia gai pilihan tunggal itu? Ter- Permadi mengajaknya duduk. berkata: Yang tua itu kan, Dr. Permadi membuka jas umurku usiaku. Tetapi tena- ngiang perintah Aryantha "Ja- ngan ragu. Kerjakan. Hanya luarnya, lalu mencopot sepatu- gaku, kejantananku?! Namun, saat Lestari sem- dengan tindakan yang positif, nya yang penuh pasir dan me- hasil yang dicapai positif juga. mandang kelap-kelip lampu ho- poyongan nyender di tambang, Dan bila oleh suatu sebab hidup tel Bali Beach. Semacam me- sedang Dr. Permadi terus meng- mengantarkanmu untuk men- nunggu penghitungan mundur icar pelipisnya yang mulai ber- jadi seorang pelacur, atau dua kali Lestari menyebut nama darah, sebuah pukulan lucky Sang Hyang Widhi, ketika Dr. hantam tipis dagu Dekan. Sebe- blow dari Lestari lepas, meng- koruptor," "dan tak tersedia pilihan lain," Permadi membuka ikat narnya pukulan itu tidak begitu sambung Lestari waktu itu. pinggangnya. keras. Cuma disebabkan karena "Karena ia memang satu- "Menurut kamu apakah ba- menghantam tepat di daerah satunya pilihan pak sudah tua?" tanya Dr. Per- yang peka, yang langsung berhu- yang disediakan," "jangan lagi bicara mengenai," "gengsi, prestise, harga diri," tutup Lestari waktu itu. Laut tenang. Hanya sekali- sekali ombak menyapu kaki Dr. Permadi. Lestari sendiri mem- buka alas kakinya dan menjin- jingnya seperti dua ekor ikan. "Kita ke mana Pak?" Pada waktu Lestari bertanya "Ya." rip dengan telapak tangan orang Tetap mungkin saja demam pe- Putu Lestari adalah satu- "Ini kan kuburan?" tanya kota. Begitu pula kaki mereka milu lebih memikat perhatian satunya gadis dari Denpasar Lestari. jauh lebih kokoh dan kuat diban- siapa pun ketimbang pertanyaan yang bergabung dengan sekeha ding kaki orang kota.. "Manakah yang menentukan, Cak tersebut. Lebih jauh Aryantha pernah mencatat, sekitar 25% dari me- reka mengidap penyakit panu, bahkan beberapa di antara me- reka mengoleksi panu dari jenis panu tebal yang mengingatkan pada kerupuk melinjo. Sedang satu-dua, tertutama yang tua- tua masih mengenakan gigi emas dan satu orang bergigi perak. "Alasannya?" Hanya "luung," artinya "ba- gus," begitu jawabnya. Lebih jauh Aryantha pernah mencatat pula dengan alasan se- perti "anget", demi kesehatan gigi, untuk pemerah bibir atau alasan-alasan lain 30% di antara mereka makan sirih atau nginang. Lurus, mobil muncul di bypass badan atau jiwa?" atau yang lebih menentukan Dan bila terlihat konsentrasi Sanur. Belok kiri menuju Pa- menarinya tidak begitu bagus, danggalak. Melewati jalan-jalan Udara menjelang pemilu lebih bukanlah disebabkan karena je- Padanggalak beberapa pelacur banyak membutuhkan nuh atau suatu sebab yang di- muncul dari semak-semak atau pertanyaan. kaitkan dengan keterangan-ke- balik pohon. "Dapatkah PDI mengguling- terangan yang diuraikan terda- "Kok ke sini?" tanya Lestari. kan dominasi Golkar?" atau "Da- hulu, tetapi karena, di bawah "Kan cari yang sepi," kata Dr. patkah Golkar menang telak di pohon kelapa, di tempat jauh Permadi. seluruh kabupaten di Bali?" atau yang agak gelap ada seseorang "Katanya hanya ingin ngobrol. yang mungkin dibaca orang ada yang sedang menunggunya. Kenapa di tempat sepi?" lah berita yang mengungkit sia- Yang oleh suatu sebab tidak da- pakah sebenarnya dalang dari pat ditolak, yang oleh suatu se- peristiwa ini dan itu yang meng- bab dalam posisinya sebagai seo- akibatkan enam rumah warga rang jenderal, harus dituruti. PDI dilempari batu atau dua Begitu Rahwana terpanah ekor sapi milik warga Golkar hi- oleh kesaktian panah Rama, lang, siapakah pelakunya. yang lalu ngacir lari pergi, mun- Rombongan ketiak bau telah cullah Dewi Sitha, bebas sebagai Muncul di pantai, jalan habis, buntu. "Merokok?" tanya Permadi. "Tidak." "Kamu sering ke sini?" "Belum pernah." "Aku sudah. Berjalan malam hari menyusur pantai ini. Dan siap di belakang arena. Mereka sandra. Happy ending, tepuk ta- muncul di Gianyar. Kita jalan adalah orang-orang gila. Petani- ngan riuh penonton. Protokol pe- yok!" ajak Permadi. Mereka berdua berjalan. De- petani gila, begitu Aryantha per- mentasan muncul mengucapkan nah berpkir, Buktinya ternyata rasa terima kasih dengan bahasa ngan ragu, Lestari berjalan di mereka tidak memerlukan kon- Inggris yang pontang-panting, samping sang jenderal yang me- Dan mengenai bau ketiak me- sentrasi sebelum tampil ke pen- Lestari berperan sebagai rupakan dewa di fakultasnya itu. Karena takut ketahuan, reka, Aryantha secara khusus, tas. Lima menit sebelum pentas Dewi Sitha, menghilang. Masuk mencatat sebagai ekstra keras, mereka masih duduk-duduk ri- ke dalam sebuah mobil sedan pu- Kusni cukup mengamati terutama pada saat setelah sele- leks. Si A bertanya: Kenapa tih, tak terlihat siapa yang pe- mengintip dari jauh: bahkan ia sai menari. Sedang apa yang di- harga gabah belum naik, semen- gang setir. Mobil menyusup ke sempat duduk di dalam mobil segi tiga. Sedangkan di jalanan Ya memang karena yang le- sebutkan sebagai "kentut" seje- tara harga pupuk sudah melam- dalam gelap malam, hilang me- Pak Dekan yang pintunya lupa dikunci itu. Ketika hasrat usil- kendaraan-kendaraan umum wat itu bukan rombongan Golkar nis gas yang ke luar dari alat bung. Si B-mengeluh karena bi- nuju entah mana. Kusni Sapto Adisusilo yang se- nya timbul, ke dalam secarik ker- pun ditempeli gambar. Bila so- atau PDI tetapi sekeha Kecak pembuangan, kadang-kadang bit ikan karper yang baru ia te- pirnya berkaos kuning tentu ada Puspa Anom Panjar Kemenuh tercium begitu khas dan isti bar mati kena pestisida. Dan si D jak sore nangkring di balai kul- tas ia kutipkan sebaris puisi gambar beringin menempel di yang secara rutin setiap malam mewa. Hal ini mungkin terkait berkata: Untung cang sing na- kul, nyengir, paham dan tahu Chairil. Lalu kertas yang me- persis siapa yang membawa ka- muat sebaris puisi Chairil. Lalu kaca depan. Dan bila banteng menari di Art Centre. Bila truk dengan kesenangan mereka ma- bung di bank Summa. Lalu ternyata setelah pertun- bur Putu Lestari. Untuk meng- kertas yang memuat sebaris miring ke kiri - mereka akan ro- kan ubi kayu, ubijalar, daun sim- boh ke kiri, dan bila ke kanan me- bukan atau jenis-jenis makanan jukan dimulai, sambil bergerak etahui kelanjutan ke mana me- puisi Chairil Anwar itu ia tem- pang dan geraknya sopirnya di- reka akan roboh ke kanan; dan lain yang merangsang pemben- mengalir ke pentas, ekor-ekor reka pergi, mobil ia buntuti. perkirakan bantenglah yang bila sang sopir mendadak meng- tukan gas di dalam lambung. pelkan disetir. nangkring di belakang stir." percakapan itu masih mereka "Kita ke mana pak?" Yang di- Dan kareka Kusni merasa injak rem, mereka akan roboh ke Dan bila ada sebuah truk Fuso depan dan tentu sorak-sorai me- lanjutkan catatannya, "amatlah bahwa faktanya telah jelas, ia Maka, demikian Aryantha me- bawa-bawa. tanya tak menjawab, "Masih sing ada ne ningeh," "Saya takut," Juga tak berkesimpulan tak perlu me- segi tiga yang nempel, lihat tam madi tiba-tiba. Bukan dengan maksud untuk menghibur, Lestari menjawab "belum". "Sedangkan hatinya "Kowe bukan sekadar tua. Te- tapi sudah waktunya istirahat di kubur!" ragu. kang kepala, Dekan itu jatuh. bungan dengan otak kecil di bela- Dr. Permadi tergeletak di pasir. "Kenapa pak?" tanya Lestari gugup. "Ada apa?" "Saku..." "Saku?" "Dalam saku...," suara Per- madi tersengal. gugup. "Apanya?" tanya Lestari "Dalam saku..." Tidak mengerti apa yang dia celana Dr. Permadi. Sebuah bo- maksud, Lestari merogoh saku tol kecil ia dapati, "Ya-- itu,' kata Dr. Permadi tersengal. Dan sebuah tablet kecil ia ma- sukkan ke dalam mulut Dr. Per nya mulai reda. madi. Lalu aqua. Lalu tersengal- "Ah, pasti saya sudah tua." Se- telah sesaat, "Menurut kamu usia saya sekarang berapa?" Adakah ini basa-basi, adakah ini upaya untuk menunjukkan "kita ke mana Pak," pertanyaan kejantanan lelaki, adakah ini ba- itu ia ajukan bukan dengan mak- sud "Ngapain jauh-jauh? Kan gian dari foreplay atau..., "Coba terka - berapa umur bisa kita kerjakan di sini?" Te- saya?" karena Lestari tak segera tapi ketika Dr. Permadi menja- menjawab, maka Dr. Permadi wab dengan mengatakan bahwa mendesak. "Katakan saja. Salah tempat ini kurang aman; Lestari tak apa!" menoleh kiri kanan. Memang, pi- "Berapa ya?" tanya Lestari kirnya. Cuma, pikirnya lagi $50, 55, 60-70 atau mungkin bahwa semakin jauh, semakin ti- 80 tahun?" dak aman. Karena itu Dr. Permadi terus "80 tak mungkin. 70....?" "Ya - berapa?" desak Dr. Per berjalan, sedang Lestari terus madi mulai genit. menjinjing sepatunya yang mi- Maka Lestari memberanikan rip dengan dua ekor ikan. Dan buka mulut. "Menurut saya, ba- bila kemudian Dr. Permadi pak masih muda. Hanya karena mengajak Lestari memasuki terlalu banyak pikiran, beratnya rimbunan bawah pohon kelapa tugas dan tanggung jawab, maka long - saat ombak mulai menca Tengadah ke langit, langit bo- yang agak gelap, hati Lestari bapak terlihat lebih tua daripada pai lututnya. berkata "Di sinilah akhir riwayat usia bapak." Lestari tak yakin hidupku." - tetapi saat muncul bahwa ucapan yang bernada pu- memandang langit, mencari se Lama, lamaaaaaaaa sekali ia suara Mirah "Kau tak bisa meng- jian itu dapat mengenai sasaran. suatu di atas sana. "Jantung.. jantung sa... Terlintas, adakah ini bagian dari perhitungan Aryantha Turuti apa kehendaknya!" atau- yang pernah berkata kepadanya kah hanya suatu "miracle," Lestari tak tahu. Minggu Pon, 29 Mei 1994 SLAMET DJABARUDI, SELAMAT JA POR YOGYA menjelang tahun tujuhpulu sering diam-diam hadir dalam lesehan s tempat Met (panggilan akrabnya) menga gaul dan santun budibahasanya. Seperti c kehadirannya "yang diam-diam itu" s baik..." RABU malam yll seorang koresponde Slamet Djabarudi (48) meninggal dun sakit jantung bahkan pernah berobat ke menyedihkan semua teman-temannya. K ini pernah mengundangnya untuk berbag karier dari Pelopor Yogya yang melam Sum Kuning (1970) lalu melompat ke Ind Met bergabung dengan Tempo merupak FOTO di atas menunjuk Slamet Djab lesehan sastra Persada Studi Klub (PSK "SELAMAT jalan Met, semoga seg nyayang dan seluruh keluargamu, penghiburan yang sejati....". (036). Wayan Redika BENANG MERAH TANAH turun ruh dari gerbang pintu puri jasad penuh pemik manik percik api menghalau tumbal palma berajah gana putih kemilau kafan diiring rejang dayu mendayu tembang perjalanan anak mambang sampai disini biarlah hingga mati tanah kami pendar ombak dipagari tombak saban hari menggelar tumbal serupa ru menggelar tumbal bentuk darah penjaga puri macan kembar tutul kumb tridatu, trimurthi trisaksi satu wujud benang merah berlilit empas bagaimana kau lewat? mula tiba disapa pawang gayung peda tanah ini bukan padang perburuan menyeruak pendar ombak kau datang berkendara macan kembar tutul kemb bali jadi kurban berjuta tangis ruh berguguran bagai gurun tumpah lahar jelma belulang beton tulang besi tulang belulang kemilau kaca urat baja tentu bukan perik manik percik api bukan titah nenek moyang dari pesisi bilar bilur tanah kami 'bagaimana kupahami, kau tawarkan bertumpuk dolar kenang kenangan a dalam dirimu bersaksi surya, kau se mendayu tembang benang merah.m selalu bagai pagar batu legam mata tridatu setitik mantra para datu makin erat ikatan batin anak mamba patung singa menggembala macan k ketengah linus ombak turun ruh dari nur, nur, nur bergelung serupa wama pelangi mancar berkali kali dari belahan surg karena durgha rindu tarian sangiang telanjang dilingkar api riuh tambur sampai disini biarlah hingga mati 'sesaat menyadari tanah kami dicabi terjerat bersaksi surya, dalam diri kul macan kembar jadi liar bertualang bu kau cipta segala murka tak peduli da maka, biarkanlah segala rindu hingga Dewa Made Tunjung Dia KERISAUAN oran sik c tika tira - AKU bersandar di pinggang bukit, langit merah membara. "per Anda kota terbakar kejauhan, K pohon-pohon terpampang dalam men hat lukisan tua. "Lihatlah ke muka lal dan pandanglah batu di dep- kem anmu, maka tahulah kau," kata hatiku tiba-tiba. gel ber Aku terkejut sembari membuka mata, bulan tengah malam dili yan puti kabut. Oh ada tangis bayi menyusupi keheningan. pia nya kan Dari pelataran bangunan tua ku- jal Mataku tertumbuk ke sekitar pandang kelembutan sinar rem- bulan, saat angin malam me- nyapu kekosongan. ka ter pohon-pohon meranggas di sana. Kurasa malam itu kesunyian bermain dengan ragamnya, me- mutar embusan napas malam dia bersama detik-detik yang me- nyertai perjalanan usia. Ta pa da me jal jel da me leb tan pu keen -Kulihat ada selaput biru tua dalam lingkaran cakrawala. Selaput itu sangat halus, tampak samar di tengah-tengah kera- maian kelip gemilang. Aku juga mendengar suara mengalun, dan aku hampir me lupakan cerita lama, sehingga makna puisi pun jadi tidak ku- mengerti walau aku rajin membaca. - Aku mencuci muka di pan- curan, tanganku gemetar me- ngu nyentuh keaslian air pegu- jau bau nungan. ran S Seorang kakek dengan seekor dala anjing hitam melangkah di be hab lahan pagi. Dia diam sejenak, menatap wa- perb jahku tajam-tajam. D Aku tidak kuasa menjawab meli ketika dia merogoh saku, meng nya eluarkan sesuatu untukku dan wale kakek itu pun sirna saat kalung ang permata telah kuterima. ran pad Dewa Made Tunjung men bau dia bers MISTERI KETIKA musim melangkah lany setapak, mataharipijar di atas dak sepasang matanya yang acap ngan mengerling kejernihan putih om- bak. D taku Dia menatap tajam saat segum luka. pal awan pecah dan dari balik Akan pohon dia tersenyum. Mulutaya lah i bicara tanpa kata-kata dan bi- lagi, birnya bergetar tanpa suara. gam Tapi sesaat kemudian tangan tua. lang nya melambai, bersaksi pada ke Keina hidupan, cakrawala dan angin yang tiba-tiba berpusar! Sinar matahari yang hangat dan usia, desir angin pegunungan yang ga mang dalam keheningan pagi mengingatkannya akan datang turun nya musim semi Seb lukan latan tang Color Rendition Chart 4cm