Tipe: Koran
Tanggal: 1995-04-15
Halaman: 09
Konten
HALAMAN 9 Bali Post LTUR SABTU WAGE, 15 APRIL 1995 2 Dalam Festival dan Galeri pokok asi Oleh I Wayan Dibia pemilik Bengkel Tari Ayu Bulan, abuh-tabuh Palegongan yang dinamis, telah me- meninggalkan kampung halaman mukau mata para pencinta seni di "kota kembang" dikan Pekan Apresiasi Legong ini, ini. Pameran seni lukis "Puisi Legong" yang mel- erja sama dengan Studio ibatkan sejumlah pelukis ternama dari kota ukan Bandung, ini menambah semaraknya Pekan Apresiasi Legong kala itu. Walaupun sama- sama merupakan peristiwa seni dengan objek legong, Fes- tival Tari Legong yang dige- Tar wat, ng, dis- foto legong kan di Taman Bu- di Bali pada minggu ketiga April 1994 ini akan men- yajikan serangka- ian acara meliputi pagelaran, workshop, dan sarasehan/seminar. yang terletak di daerah Dago, di Di Tiga Tempat Bandung. Acara pagelaran akan dilangsungkan di tiga tem- daknya Pekan Apresiasi Legong pat: Panggung Natya Mandala STSI (Denpasar) i tujuannya, tampaknya tidak per Wantilan Taman Ayun (Mengwi), Taman Budaya Untuk mendapatkan hasilnya Denpasar, dan Panggung Terbuka Museum Agung yang panjang. Yang pasti bahwa Rai (Peliatan). Nomor-nomor tari Palegongan klasik lainya legong, yang diiringi oleh yang akan tampil antara lain: Legod Bawa (STSI), Kuntul (Binoh), Prabangsa (Tista), Candrakanta (Saba), Kupu-kupu Tarum (Bedaulu), Lasem (SMKI Bali), ditambah dengan nomor-nomor kreasi Pale- gongan seperti Legong Abimanyu Gugur (STSI), Supraba Duta (SMKI), dan Untung Surapati (Pelia- tan). Melengkapi acara ini akan dipagelarkan pula sejumlah tari-tarian yang berbau legong seperti: Leko dari Sibang Gede (Badung), Joged Pingitan (Pakuwudan Sukawati), Gandrung (Ketapian/Den- pasar), dan Kebyar Legong (Sawan/Buleleng). No- mor-nomor ini masih perlu ditambahkan lagi den- gan sajian tabuh-tabuh instrumental Palegongan sep- erti Sekar Gendot, Liar Samas, dan Cerucuk Pun- yah. Lokakarya legong akan menampilkan materi Candrakanta yang akan diberikan oleh salah seor- ang master legong dari Saba, I Gusti Gede Raka. Lokakarya ini akan diperuntukkan bagi guru-guru dan pelatih Sanggar Tari di seluruh Bali dengan tu- juan lebih memasyarakatkan Legong Candra Kanta serta untuk menambahkan repertoire legong bagi para guru dan pelatih tari di daerah ini. Seminar dengan tema "Perkembangan Legong menuju Ke- senian Nasional" akan menampilkan para pembic- ara yang dipilih dari mereka yang telah lama menggeluti dan bergaul dengan seni Palegongan. Festival Tari Legong diadakan dengan maksud untuk melestarikan, membina, serta mengembang- kan nilai-nilai seni yang bermutu tinggi dari kese- nian klasik ini. Digelarnya tari legong dari berb- agai gaya tidaklah sekadar untuk memperlihatkan kepada masyarakat luas bahwa legong masih ada, atau untuk mempertontonkan keunikan gaya-gaya tari legong yang hingga kini masih tetap dipertah ankan oleh masyarakatnya. Yang lebih penting ad- alah untuk memperlihatkan kekayaan kesenian adi- luhung ini, dengan kompleksitas gerak dan musikn- ya yang khas, yang dapat dijadikan sumber inspira- si oleh seniman-seniman muda kreatif di daerah ini. Ikut ditampilkannya tari-tarian sejenis dan tari-tar- ian lain yang mendapat pengaruh dan bersumber pada legong, adalah untuk memperlihatkan proses transformasi dalam seni pertunjukan dan kebu- dayaan Bali yang dikenal adaptif dan terbuka. Juga untuk menunjukkan bahwa legong telah lama men- jadi salah satu model dan sumber inspirasi bagi para seniman di daerah ini dalam kreativitas seni mere- ka. Dalam seminar, kembali akan dibahas kaidah- kaidah serta konsep-konsep dasar Palegongan, ke- beradaan legong dewasa ini, dan perkembangan seni legong di luar Bali. Dengan acara pagelaran, lokakarya, dan semi- narnya, kita tentu berharap Festival Tari Legong akan mampu membangkitkan kembali kesenian klasik ini, dan dapat menggugah perhatian dan ke- cintaan masyarakat Bali, terutama sekali para pe- kerja dan penikmat seninya, terhadap seni Palegon- gan. Semoga Festival Legong ini berhasil mengem- ban misi dan mencapai tujuannya. TV dan Retorika yang Terguncang DI pengujung tahun ini, kemba sebuah penelitian membuat ban ak orang terkesima. Yakni tentang eranan iklan di TV. Konon domi an pengaruhnya bagi anak-anak Oleh sebab itu, banyak yang mengkhawatirkan. Iklan memang berusaha menyuapi. Iklan itu sengaja hadir menawarkan sekaligus membuai Tapi bukan semata produknya yang adi sasaran penonton iklan TV, uga gaya bintang iklan dengan ngkah-laku serta gemerlap busan nya. Jadi, sebuah iklan bukan han wa menyodok kebutuhan kita akan ebuah barang, tetapi juga menyo okkan sebuah perilaku atau gaya midup yang dibiaskan oleh iklan itu Imajinasi apa yang muncul dari persoalan yang terangkat tadi di situ? Norma dicibiri. Retorika kasih sayang, persaudaraan, keadi- lan, demokrasi, dihancurkan oleh diskriminasi, blokade ekonomi, terorisme dan kemegahan rasa keangkuhan yang ditayangkan dalam "Dunia dalam Berita". TV di situ bukan lagi hanya memuat soal bagaimana membuat masyarakat berminat pada suatu produk atau gaya hidup, namun menjadi begitu atraktif untuk me- nonton persoalan moral yang ter- timpa bencana sehingga dicibiri. Pada batas ini, TV ditantang. Tapi begitu laknatnyakah teknologi TV jika tanpa rencana penyelamatan dan mementingkan faktor moral walaupun secara tak sengaja mor- al bisa ditumbangi oleh atraksi ke- hidupan lewat film sebagai karya fiktif maupun lewat berita sebagai realitas? sehingga film selalu diwaspadai dapat mempengaruhi kehidupan, dapat mengguncangkan sendi bu daya bangsa. Lalu apa solusi dari semua? Menolak nilai itu? Semen- tara di sisi lain masyarakat tetap dibiarkan terbuai di depan layar kaca. Cukup masuk akal jika ke- mudian hasil penelitian LP2K Se- marang dijadikan sebuah pemiki- ran bahwa ibu-ibu rumah tangga sebagian besar konon waktu efek tifnya habis di depan TV nonton Maria Mersedes atau bintang-bin- tang dari telenovela lainnya. Agaknya sulit dihindarkan me- nolak kehadiran nilai-nilai tadi, se- mentara TV begitu kuat daya tariknya. Di lain pihak masyarakat endiri lewat bintang iklannya. belum mampu mengatasi per- Maka lahirlah gaya atau gerak soalan waktu untuk menjadi efek erik seperti gaya bintang iklan. tif sehingga dapat ditarik ke kutub klan tentang kopi yang ditawar aktivitas lain yang mungkin lebih Lan lewat orang-orang yang naik produktif. epeda di pagi hari beramai-ramai. Media masa elektronik yang kut merangsang dan membangun luar biasa agresifnya memasuki aya hidup semacam itu. Naik wilayah kesadaran masyarakat epeda di pagi hari, mungkin sehingga ke pelosok-pelosok desa pagai kebutuhan akan kesehatan, menimbulkan guncangan. Nilai mamun masih mungkin didorong yang bahkan jelas kita tolak sep uga oleh gaya mempesona tadi. erti gaya hidup seperti dalam film klan di situ tadi seperti dua mata "Melrose Place" misalnya, dapat Disau. Satunya menyodok kesada ditonton oleh umum. Retorika ten- an kita sebagai konsumen sebuah tang moral kembali mengguncang marang, satunya menyodok kita kelompok para muda dengan ke- ebagai konsumen sebuah gaya suksesan film ini menggalang pe- isu terhadap perfilman nasional midup yang ditawarkan lewat bin nonton dari waktu ke waktu. Di ang iklan. samping itu, retorika keadilan Aspek iklan dari sisi ini bisa harus juga mempertanggung- erupa pada saat kita menonton jawabkan dirinya pada saat film ilm. Sebuah gaya hidup yang dit "Street Justice" atau film "Viper" Onton lewat film atau telenovela ditayangkan. mungkin suatu persoalan penting Pameran Seni Rupa SEJUMLAH seniman yang menamakan diri "Kelompok Seni Rupa Bermain" dari Surabaya menggelar karya-karyanya 16-18 April 1995 di STSI Denpasar. P meran yang diselenggarakan STSI Denpasar, Sanggar Minum Kopi dan Kelompok Seni Rupa Bermain ni mengusung tema "Kami di Depan Republik". Pameran di Denpasar ini akan berlanjut ke kota-kota lain di In Jonesia seperti Yogyakarta, Sema wang. Tegal, Bandung, Jakarta Padang, Medan, Ujungpandang Malang, Ngawi, Blitar, Sumenep Aceh, Jayapura, Dili, Mataram dan kota-kota lain "Kami di Depan Republik uga menjadi nama antologi puisi lan cerpen kelompok tersebut. yang terdiri dari Arief B. Prasetyo, Hari Nugroho, Hidayat Raharja Saiful Hadjar. R. Adi Ngasiran, S ai dan Leres Budi Santoso. (*) KABAR GEMBIRA MOTOR Pada situasi semacam itu, san- gat mendesak persoalan adanya nilai pengimbang, yakni tontonan yang menarik yang bicara lain dari kekerasan, kebrutalan gaya hidup, kebebasan bermain cinta dan un- sur lain yang dianggap tak sesuai dengan norma kehidupan yang ide- al dan mendidik. Jika dalam situasi semacam tadi kita yang menyedihkan, apakah film-film semacam "Dokter Sar tika, Losmen" dan "Si Doel" tak cukup bisa direnungkan kehadiran nya? Kasih-sayang dalam film "Dokter Sartika" yang pernah di- tayangkan oleh TVRI cukup me- narik adanya dalam situasi sekarang ini. Kemanjaan kaum ter- pelajar dan kemanjaan seorang mahasiswa cantik ternyata dibuk- tikan dengan kerja keras berlum- pur ikut memecahkan masalah masalah sosial di tengah sinisme tentang kata pengabdian. Kemudi an di tengah gerakan hidup mandiri di kalangan wanita karier dengan emansipasinya, ternyata "Bu Bro- to" telah tampil dengan manaje- men familiarnya mengelola los- mennya dengan kelembutan dan kegagahan wanitanya. Tak cukup- kah retorika emansipasi lewat cer- ita semacam itu? TV terlalu banyak menerima perhatian masyarakat kita. Ibu-ibu rumah tangga, anak-anak doyan nonton TV berjam-jam. Dari doy- an seperti itu sulit bersikap selek- tif. Dan yang kita harapkan sekarang adalah bangkitnya perfil- man kita dengan produksinya yang minimal mampu menjadi penyeling. Apakah hadirnya tokoh semacam Slamet Raharjo, Teguh Karya, Arifin C Noer, Putu Wijaya akan memberi angin sejuk? Kita belum bisa melihat banyak karena "Siluman Ular Putih masih di- geser oleh "Siluman Ulat Sutra", kemudian "Kassandra" digeser oleh "Maria, Simplemente" ke- mudian "Mersedes" masih men- jadi pahlawan rakyat yang memil- iki mimpi dan bertaruh dengan sikap gagah memegang harga diri dan cinta di depan seorang wanita bangsawan, Malvina Wenten Sadino SERVICE GRATIS DARI TGL 5 APRIL s.d. 29 APRIL HEAD BENGKEL KHUSUS DAIHATSU JL. P. BATANTA 12 B Telp. 238580 DPS. • • ΤΟΥΟΤΑ JL. TEUKU UMAR 55 D Telp. 238006, 238587 dps KHUSUS KENDARAAN TOYOTA STEL MESIN GRATIS (ONGKOSNYA) PEKERJAAN LAINNYA DISCONT 30% TEMPAT JL. TEUKU UMAR 55 D DPS C1025 Pekak Pait dan Pahat Belajar Mengukir di Puri Gerenceng KALAU kini Bali sudah mempunyai sekolah seni khususnya seni ukir-, itu wajar. Bali dengan struktur budaya yang kompleks, tentu banyak menyim- pan muatan yang bisa diungkap dalam karya seni ukir. Perjalan- an seni pahat alias seni ukir di Bali sudah dimulai sebelum tahun 20-an. Konon dibawa oleh seniman-seniman pahat dari ker- ajaan Majapahit, sewaktu terja- di perang Paregreg di bawah kekuasaan Raja Wirabumi dan Wikramawardhana di Jawa. Pe- kak (kakek) I Ketut Pait, salah seorang seniman ukir menggeluti seni yang satu ini sejak Bali masih sistem kerajaan. Kepada I Nengah Suentra, Pait bercerita. Di mana belajar mengukir? Di Puri Gerenceng. Ceritan- ya begini, dulu tidak ada sekolah khusus yang mempelajari seni ukir seperti sekarang. Lagi pula. keluarga saya termasuk keluar- ga pas-pasan, sehingga tidak sempat menikmati pendidikan formal. Karena tidak bersekolah, di rumah, saya hanya bermain- main tanpa kegiatan yang baik. Bapak yang dalam kesehariannya sebagai tukang bangunan, mem- beri inspirasi untuk berpikir bagaimana nanti agar saya bisa membuat bangunan. Saya den- gar, di Puri Gerenceng terdapat semacam wadah penampung sen- iman ukir, dan ternyata memang ada teman-teman yang belajar ngukir di sana. berkaitan dengan nama-nama- nya? Benar, Semuanya mempunyai latar belakang yang sesuai nama- nya. Patra Cina misalnya. Gaya ukiran ini dibawa ke Bali oleh seniman pahat dari Cina. Sewak- tu saya menjadi murid Puri Ger- enceng, malah sudah ada seni- man Cina yang menetap di Bali. Namanya Cik Landung, kebetu- lan rumahnya di samping Puri Gerenceng. Orang Cina ini sudah paham benar dengan seni pahat, setingkat guru AA Putu Gede Mondogan. Cik Landung inilah memperkenalkan patra Cina di Bali. I Ketut Pait mengembangkan seni ukir di Bali. Khususnya yang dikenal dengan seniman abdi raja. letakkan patra-patra itu? Ada perbedaan dalam me- Bali Post/NS kan, senimannya masih di puri. Ketika berumur 10 tahun, saya nekat ke Puri Gerenceng menghadap guru-guru yang men- gajarkan seni ukir. Saya ingat betul, waktu itu saya diterima oleh guru I Gusti Made Gede. Setelah bergabung dengan te- man-teman lain, kami dibimbing oleh guru AA Putu Gede Mon- dogan dari Jeroan Tegal Linggah, Gusti Ketut Kacir dari Belong, Lagi pula, seni ukir berkaitan Wayan Ceteg dari Tapak Gang- erat dengan filosofis sastra Bali. sul. Di sinilah saya kenal berb- Nah, dulu yang lebih tahu sas- agai bentuk seni ukir. tra Bali kan keluarga puri juga. Ya, disesuaikan dengan Arsitektur ukiran Bali berlan- Sistem pengajaran dan ma- pasangannya masing-masing. daskan Asta Kosala-Kosali mis- teri apa yang diberikan? Misalnya untuk tedalas, wewa- alnya, wangsa kasatria yang leb- Kami belajar di puri, ada ru- ton, adeg-adeg, ulap-ulap, harus ih paham. Karya seni zaman angan khusus semacam sanggar. patra punggel yang disebut juga dulu, tidak ada dikomersialkan Guru-guru yang membimbing patra Majapahit. Kalau di cang- seperti sekarang. Termasuk seni tidak pernah memungut bayaran gah wang, yang diperlukan patra ukirnya, hanya dimilki oleh ke- dari murid-muridnya. Saya bela- samblung, untuk dedelegan, bale luarga puri. Guru saya, AA Mon- jar mengukir pada AA Kompy- bandung kita pakai patra Belan- dogan, Gst. Ketut Kacir, dan ang Gliduh, seniman ukir terke- da. Yang di pintu, lain lagi. Ka- Gst. Made Gede malah sudah nal di Bali, sampai sekarang. Di lau pintunya tanpa 'kekupakan' bergelar "Kakusala". sana mulai diperkenalkan dasar- atau yang pakai 'kesel' biasanya Maksudnya? dasar bentuk ukiran yang seder- hana berupa gambar-gambar, patra Cina. Patra punggelnya Oh begini. Arsitektur ban- lengkap dengan namanya. Saya Mereka memperkenalkan patra nya'; namanya "penyu kam- ukirannya, tercantum dalam Seniman dari Solo juga ada. untuk pintu yang ada 'kupakan- gunan Bali -terutama tentang waktu itu tidak bisa membaca. Solo. Kalau patra Belanda, yang bang". Kalau ditukar, kan tidak Asta Kosala-Kosali. Seniman Terpaksa meminta bantuan te- menyebarkan di Bali tidak jelas. cocok pertemuan ukirannya. Se- pahat juga ada tingkatannya, huruf yang terdapat di samping itu didapat dari bentuk-bentuk sendiri. Penggunaan kayunya orang sulinggih. Ini tergantung man, belajar menghapal huruf- Cuma, menurut guru saya, gaya muanya mempunyai rumah mirip tingkatan kerohanian se gambar. Awalnya kami diperke- ukiran yang terdapat pada mes- juga begitu, kayu nangka dan jati dari penguasaan 'pengukir' ter- nalkan jenis-jenis ukiran seperti in-mesin buatan Belanda. Lantas misalnya, harus di atas. Menu- hadap segala aturan arsitektur karang guak, karang boma. Set- gaya Belanda itu diperjelas rut sastra kita, prabu: kayu nang- Bali. Untuk sampai pada tingkat elah dianggap bisa, guru mem- dalam bentuk ukiran. Maksudn- ka, arya: kayu teges, patih: kayu 'Kakusala', seniman pahat tidak berikan dasar-dasar pokok ukiran sentul. Saya kira, ini terkait den- hanya menguasai jenis-jenis berupa bentuk-bentuk patra. Ada gan kepercayaan kita sebagai or- ukiran dalam bentuk kongkret- patra punggel, patra samblung, ang Hindu. nya. Hubungannya dengan sas- patra Belanda (olanda), patra Cina. Patra samblung dan punggel Mengapa guru Kakek Pahit tra Bali, ini yang lebih penting. adalah karya asli seniman pahat banyak dari keluarga puri? Kalau dulu, yang namanya pir semuannya praktik langsung. zaman kerajaan. Di Bali malah kan masih ada hubungan ikatan sekadar alat pengukur. Kalau Sistem pengajarannya, ham- Indonesia, hasil karya seniman Paling tidak, keluarga puri "gegulak" (meteran-red) bukan Murid-murid berhadapan lang- tidak ada istilah patra Bali. Ka- kekerabatan dengan raja-raja ter- ada yang 'tulah gegulak', 'salah bagaimana cara meletakkan pa- patra Bali, orang itu tidak zaman dulu berkembangnya di meteran-red), seperti membuat sung dengan materi pelajaran, lau ada yang menyebut istilah dahulu. Dan memang kesenian pangkah' (menyalahi aturan hat-pahat di atas kayu yang akan mengerti seni ukir. Yang ada istana, termasuk seni ukir ini. 'cangget-cangget' (pasangan diukir. Membuat lekuk-lekuk cuma patra samblung dan pung- Buktinya, seluruh bangunan di kayu yang satu dengan yang ukiran, menampakkan bentuk gel. Dua bentuk patra ini, se- istana seperi kuri, kursi, meja, lainnya-red) ukurannya lewat, objek yang akan ditonjolkan agar jarahnya berasal dari Majapahit sampai tempat tidur, dihiasi den- tidak tahu 'paileh' membuat mudah dipahami, termasuk me- di Jawa. Sewaktu terjadi perang gan ukiran. Ini tanda keagungan wadah, akan cepat menimbulkan mahami sebuah gaya sesuai na- Paregreg, kerajaan di bawah raja. Seniman pahat biasanya efek negatifnya. Istilah Balinya, manya yang telah diterangkan kekuasaan Raja Bhre Wirabumi diberi hak-hak istimewa menja- gegulak itu dapat nyinggul-ny- Belanda, Cina, semuanya mem- Majapahit mengalami keruntu- mungkinkan kenal dengan ben- toh kecilnya. Nah, pengukir guru. Patra punggel, Samblung, dan Wikramawardhana. Ketika di abdi raja. Jadi, yang lebih me- inggul (membuat sakit). Ini con- punyai ciri khas dan juga tempat han, sebagian dari pasukan set- tuk-bentuk kesenian seni yang sudah menguasai tingkat ianya mengungsi ke Bali. Seni- ukir-ya keluarga puri. Lantas, dasarnya (segi kongkret dan sas- Ada sejarah patra-patra, man-seniman Hindu inilah yang setelah sistem kerajaan dihapus- tra Bali) bergelar Kakusala. Ka- tersendiri. GTI 1.8 DOHC 16 VALVE SOHC GLXI 1.6 16 VALVE MANUAL/ALITOMATIC Se MITSUBISHI ya, coretan patra Belanda yang kurang tampak, ditonjolkan lagi hingga jelas bentuknya. LANCER ..% BUNGA RINGAN Datang & Hubungi Segera : THE ALL NEW Suara Lembut Bening Bergetar Tenang... Getaran mesinnya lembut dan tenang menghadir- kan citarasa baru dalam berkendara. Tenang ber- kharisma, merupakan refleksi citra pribadi Anda yang dinamis mengesankan. MITSUBISHI GALANT Untuk Test Drive.... (Pada Jam Kerja) Authorized Dealer Of Mitsubishi Motor PT. Bumen Redja Abadi JL. Imam Bonjol 375 R Denpasar, Telp. (0361) 225002 (5 lines), 2237 44, 223751 Fax. (0361) 227133 gi. lau sudah sampai lewat tingkat yang satu dan yang lainnya. dasarnya disebut Asta Kosali, dan Apalagi yang baru belajar men- gelar Asta Kosala untuk tingkat gukir. Mereka hanya melihat seniman pahat yang paling ting- buku, potret, gambar-gambar, dan teknik pembuatannya seper- Bagaimana perkembangan ti menyalin. Makanya, sangat seni pahat sekarang? sukar mencari jiwa atau roh Jujur saja, saya tidak pernah karya-karya mereka. Kalau dulu, mendengar, apakah tukang ukir seniman menciptakan bentuk- sekarang masih paham fungsi bentuk karyanya berdasarkan gegulak dalam kaitannya dengan khayalan. Inspirasinya harus sastra Bali. Cuma, kesan yang main, untuk menghadirkan sos- saya tangkap, kepercayaan itu ok sebuah wujud untuk dituang- sudah punah. Mungkin, akibat kan dalam ukiran. Mirip dengan tuntutan kondisi zamannya sudah seni lukis. lain. Seniman pahat sekarang kan bekerja untuk uang; karyanya harus dibeli. Bisa saja, apa yang dipesan oleh konsumen, itu yang dibuat oleh pengukir. Yang pent- Saya misalnya, tidak bisa mengukir sambil bicara ke sana- ke mari. Kadang-kadang, kalau inspirasi terputus, saya meme- jamkan mata beberapa menit. Dalam kekosongan itu, mencari ing harganya cocok, sekali pun kesalahan yang menyebabkan tidak kena sama sekali dengan ukiran yang saya buat tidak ber- Asta Kosala-Kosali. Gegulak, jiwa. Tiba-tiba, datang wujud bukan menjadi pertimbangan uta- gambar yang saya carj, baru bisa ma. Kalau saya dulu lain, seniman bekerja lagi. Bukan mengada- pahat berjalan sesuai keyakinan ada, kami dulu mengukir perlu akan kebenaran sastra Bali (Asta suasana khusus, yang sepi. Hasil- Kosala-Kosali) itu. nya, Anda lihat saja sebuah tapel Seandainya ukiran-ukiran saya barong, misalnya. Seniman yang diperjualbelikan dulu, sekarang berhasil memindahkan rohnya, saya sudah jadi orang kaya. Mem- akan tampak pada kesan magis buat wadah, lembu, mengukir yang digambarkan karyanya. bangunan pura, saya tidak pernah Makanya, sekarang masih ada dibayar. Paling-paling diberi im- rangda yang benar-benar balan berupa makanan. Sebagai menakutkan. Itulah kekuatan tukang ukir, kerap kali saya diun- seniman zaman dulu, karyanya dang masyarakat. Imbalannya benar-benar hidup. Kalau bukan seperti sekarang, dapat be- sekarang, orang bisa membuat berapa ratus ribu. Inilah seniman sepuluh tapel rangda sambil bic- zaman dulu. ara ngalor-ngidul, minum kopi di Satu hal lagi yang membeda- depan ratusan orang. Yang pent- kan seniman sekarang dengan ing jadi. Tetapi ya itu, yang had- dulu. Kalau sekarang, seniman ir hanya sosok rangda dengan tar- pahat bekerja sesuai kenyataan. ingnya, hidungnya, rambutnya Bahkan, ada yang menjiplak. Jadi, yang dipajang di art shop-art ya bentuknya sama benar antara shop. Catatan....... I KETUT PAIT, lelaki asal Kelurahan Sesetan, Denpasar, ini menggeluti seni ukir sejak tahun 20-an. Pekak (kakek-red) Pait, dalam perjalan hidupnya sama sekali tidak sempat mengenyam pendidikan. Namun, dia tidak buta huruf. "Saya belajar membaca dari tenan-teman di Puri Gerenceng, sewaktu belajar mengukir di sana," katanya. Pait kecil punya cita-cita menjadi pejabat (semacam Pungga- wa di zamannya). Namun, lantaran kondisi zaman dan ekonomi keluarganya yang pas-pasan, padahal untuk menjadi pejabat or- ang harus sekolah, cita-cita itu tinggal cita-cita. Untungnya, Pait muda tidak patah semangat. Memasuki usia ke-10-kira-kira tahun 1918-ia nekat ke Puri Gerenceng Denpasar, menghadap AA Putu Gede Mondogan untuk belajar mengukir. "Saya masih ingat betul, waktu itu ada tukang ukir yang sudah mahir dari Cina. Namanya Cik Landung," kenang Pait. Di sinilah kemudian ia kenal huruf, menghapalnya untuk menge- tahui nama-nama patra yang diajarkan gurunya. Pait hanya bisa membaca, menulis ia sama sekali tidak bisa. Di Puri Gerenceng, Pait nyaris menghabiskan seluruh masa mudanya. Bakatnya sebagai tukang ukir, boleh jadi lantaran darah yang mengalir dari ayahnya yang seniman bangunan. Dalam per- jalanan hidupnya sebagai seniman pahat, Pait tidak hanya dike- nal sebagai tukang ukir. Dia kerap kali diundang masyarakat un- tuk membuat wadah yang diperlukan dalam upacara pengabenan. Malahan, Pait yang bisa mengerjakan wadah berminggu-minggu, tidak pernah menerima upah berupa materi. "Sewaktu zamannya partai-partai, saya mendapat tugas di bidang seni pahat pada partai PNI," katanya. Lelaki yang kini telah memasuki usia 87 tahun ini, kini hanya bisa duduk di sebuah bale yang penuh dengan hiasan ukiran kary- anya sendiri. Bangunan rumahnya tidak terlalu mewah dengan gaya ukiran Bali, Belanda dan Cina. Itu jadi bukti kejayaannya sebagai tukang ukir. Pekak Pait kini buta. Seluruh hidupnya bergantung pada anak- anak, cucu-cucu dan istrinya Made Ayu (65) yang sehari-hari da- gang canang Pasar Satria, Denpasar. Di mana bisa melihat ukiran 'perguruan' Puri Gerenceng? Se- buah patung megah di Pura Museum Bali yang diberi nama Butha Ngawasan, tepatnya di muka candi bentamya adalah pahatan para guru ukir di Puri Gerenceng. Bagian pepayasan (hiasan-red) dik- erjakan oleh murid-murid Gerenceng, termasuk Pait. Patung Siwa di pertigaan bioskop Indra, karya I Gusti Ketut Kacir, guru Pekak Pait. Togog Onte di bale tengah, bale bengong Puri Dalem Klungkung, merupakan ukiran Cina asli karya sahabat Pait, Cik Landung. Sedangkan karya-karya pahat Pait sendiri, sampai kini menghiasai hampir seluruh Pura Kawitannya, bale-balenya, dan rumahnya, di Sesetan Denpasar. Patra samblung, punggel, Be- landa, dan patra Cina lengkap ada di sana. MITSUBISHI MOTORS Stabilitas Pasti, Keamanan Sejati Sistem suspensi Multi Link di keempat rodanya menjamin stabilitas yang pasti, aman dan super nyaman. SPECIAL GIFT Leather Seat CD Changer Remote Alarm Seat Cover Kesempatan Terbatas...! GALANT 2000CC, VR - 16 Valve GALANT 2000CC, V6-24 Valve NEW PRODUCT MITSUBISHI PAJERO POWER PRESTIGE PERSONALITY MITSUSED-ABADIGA ARU KENDARA ANDALAN ANDA TEKNOLOGI MITSUBISHI C.972 4cm Color Rendition Chart
