Tipe: Koran
Tanggal: 1996-04-14
Halaman: 02
Konten
4cm HALAMAN 2 TPA bisa menjadi ang di sela-sela tua. Anak-anak be- pangkuan pen- ter), ibu mereka elah kesibukan sang ibu kand- yang membu- baga ini ten- itulah se- ban pasti, orangtua tradisinya, yang kaca mata seorang limpahan kasih say- kesibukan orang- rada dalam gasuh (baby sit- Bali Post ENOMENA 3131M J Minggu Wage, 14 April 1996 Mereka bukan yang Tersisih diperhatikan se- yang kedua, set- cara khusus," kata merampas Ibu Rai Karang ung. Mereka yang pensiunan perawat. Kata dia, tuhkan lem; pada mulanya ia juga merasa kela- tu merasa, bakan dengan ten- bagai jawa- aga-tenaga pera- sedangkan wat yang disedia- kan bergantian yang kuat oleh yayasan. melihat dari ibu, apalagi ibu Bali, menolak dan mengecamnya. Apakah bayi-bayi di TPA itu telah terlindas zaman dan tersisih dari kasih sayang ibunya? "Seorang bayi perlu saling kenal dengan pengasuh- nya sehingga tidak rewel. Untunglah yayasan memberi- kan saya tenaga tetap, sehingga sekarang kami tidak punya masalah dalam perawatan bayi. Malahan ada ibu- ibu yang mengaku sejak dititipkan di sini, anaknya yang sulit makan, bisa makan den- gan baik," lanjut Rai Karang. BPM ist KELAS - TPA kini mudah mengenal kelas. Semakin tinggi kelas makin berkualitas, dan makin tinggi tarif penitipan anak. Inilah cara orangtua yangsibuk memberikan kasih say- ang dengan upaya lain. RUMAH kecil itu tampak teduh. Pohon be- limbing yang ada di depan rumah, seakan me- manggil anak-anak untuk memanjatnya. Mak- lumlah, kendati banyak anak di dalam rumah yang terletak di Jalan Halmahera nomor 31 itu, Pengalaman sebagai perawat, mem- mereka tidaklah mampu untuk memanjat, bah-buat Ibu Rai tahu bagaimana menenang- kan untuk sekadar berdiri mereka masih bela- kan bayi yang rewel dan suka ngambek. Ia men- jar. Mereka adalah bayi-bayi yang dititipkan gaku hanya dengan menepuk-nepuk pantatnya, orangtuanya pada Tempat Penitipan Anak (TPA) mengelus-elus dan mengajak ngomong, tangis yang tergabung dalam Yayasan Kasih Keluar- bayi biasanya langsung reda. "Tetapi sebenarn- ga, Denpasar, Bali. ya agak sulit dijelaskan mengapa bisa begitu, ya?" Ibu Rai seperti berpikir, "Mungkin kare- na perasaan dan pengalaman," katanya lanjut. Kondisi yang nyaris serupa pun tampak di TPA Werdi Kumara, satu dari empat TPA beriz- in di Bali. TPA ini tampaknya melakukan pola serupa. "Kami lebih mengutamakan pelayanan sosial masyarakat melalui bidang medis. Di samping itu meningkatkan sosial masyarakat dengan memberikan dorongan, bimbingan dan bantuan sosial ekonomi, kultur, dan pendidikan baik formal maupun nonformal," ujar Suster Kriswinda CB dari Pusat Penitipan Anak Werdi Kumara, Denpasar. Ada empat bayi yang dititipkan pada hari itu. Tiga dari empat bayi yang dititipkan sedang be- rada dalam sebuah ranjang kecil tempat bayi. Yang seorang lagi sedang bermain-main den- gan susternya di kamar belakang. Seorang bayi bernama Jelita tiba-tiba tertawa dan bercakap- cakap dengan susternya seperti orang dewasa saja. Sesekali ia tertawa tak jelas, tetapi ia seg- era menangis saat perhatian perawat beralih kepada bayi yang berguling-guling pada ranjang sebelahnya. Suster itu kemudian mengangkat- nya dari tempat tidur, mengajaknya bercanda, dan tangisnya pun berhenti. Biasanya maksimal ada 10 bayi yang dititipkan setiap harinya," kata Ari Rasdini, Pengurus Tempat Penitipan Anak (TPA), Yayasan Kasih Keluarga. Pihak Yayasan dalam hal ini mengenakan biaya keperawatan se banyak Rp 60.000 dengan membawa makanan dan minuman dari rumah atau Rp 125.000 dengan dise- diakan makanan dan minuman oleh yayasan terse but setiap bulannya. Sedangkan untuk harian dikenakan biaya Rp 3.000 sampai Rp 5.000. TPA yang baru berdiri 3 bulan lalu ini, diu- rus oleh 4 pekerja, masing-masing 2 orang per- awat, seorang guru sekolah perawat, dan seor- ang lagi pensiunan perawat. "Idealnya dua or- ang perawat mengurus tiga bayi, karena bayi yang biasa dititipi sudah mulai aktif, bukan bayi baru lahir, seperti di rumah sakit. Mereka perlu Pusat penitipan anak yang berada di bawah naungan Yayasan Dharma Bhakti Pertiwi ini, kata Kriswinda, belum sepenuhnya berorientasi bisnis. "Kalau toh kami memungut bayaran, itu hanya untuk menutup biaya operasional, dan sampai saat ini kami masih disubsidi oleh Ya- yasan Dharma Bhakti Pertiwi," katanya seraya menambahkan, kalau memang orangtua balita membutuhkan pelayanan penitipan anak, harus orangtua bersangkutan yang datang. Tujuannya, kata dia, untuk mengetahui apakan benar yang men- itipkan anak itu membutuhkan bantuan. "Kami harus tahu benar kondisi yang bersangkutan, apa- kah memang tidak mampu," ujamya. TPA ini me- mungut biaya Rp 40.000 per bulan. Menurut Suster Kris yang didampingi Sus- ter Clemenza CB, TPA Werdi Kumara mempu- nya tiga tujuan. Pertama, membantu ibu-ibu un- tuk memperoleh ketenangan dalam mencapai prestasi kerja yang optimal. Kedua, menghin- darkan anak dari kemungkinan telantar, men- yangkut pertumbuhan dan perkembangan jas- mani, rohani, serta sosial yang wajar. Ketiga, memberikan motivasi kepada masyarakat akan pentingnya pelayanan kesejahteraan sosial bagi ibu bekerja dan anak balita dalam rangka men- ingkatkan kesejahteraan keluarga. TPA Werdi Kumara yang beralamat di Jl. Ir. Ida Bagus Oka mulai buka pk. 07.00- pk. 17.00 wita, tiap hari kerja. Anak yang diterima adalah anak yang sehat jasmani dan rohani serta usia 2 bulan hingga 3 tahun. "Prosedur penitipan anak di sini tidak boleh dikuasakan kepada orang lain untuk menghindari hal-hal yang tidak diingin kan," katanya. Ia menambahkan TPA Werdi Kumara yang berkapasitas 30 orang anak ini baru menerima titipan 9 orang anak dengan 5 pengasuh. Yang jelas, TPA di Denpasar tak per- nah sepi, alias cukup banyak yang membutuh- kan. Selain mampu membangun kepribadian anak, lembaga semacam ini dinilai menjadi al- ternatif yang sangat praktis ketimbang PRT. Sep- erti kata IGA Gede Darma Putra, S.Ĕ. TPA san- gat baik dijadikan alternatif mendapatkan tem- pat bagi anak-anak yang punya orangtua sibuk. Bahkan, kesan perawatan yang diberikan oleh lembaga penitipan anak yang sedang ngetrend di Denpasar, lebih rapi dan terlihat terorganisa- si dengan baik. Mutu pelayanan yang dijanji- kan pihak yayasan atau lembaga di bawah naun- gan Depsos itu, tidak perlu diragukan lagi. Artin- ya, pengasuh yang bertugas menjaga anak-anak kecil mampu menggantikan fungsi seorang ibu, dengan pemahaman terhadap jiwa para balita. Karenanya, Putra tidak merasa keberatan harus membayar Rp 4.000 sampai Rp 7.000 per hari hanya untuk menitipkan seorang anak. "TPA bukan tempat sembarangan, pengelolanya leb- ih tahu bagaimana mengurus bayi. Jasa pelay- anan macam ini, sangat baik dijadikan alterna- tif bagi anak-anak yang tidak sempat ditemani orangtuanya," kata pengusaha muda yang berg- erak di bidang agrobisnis ini. Putra menuturkan, dalam sebulan minimal menitipkan putri kembarnya lima kali. Jika PRT pulang kampung, Putra bisa menitipkan buah hatinya sampai sepuluh kali dalam sebulan. Itu berarti, ia perlu anggaran Rp 50.000 - Rp 100.000 hanya untuk biaya perawatan putri kembarnya-Yuliana dan Yuliani-yang baru berumur 21 bulan. "Bagi kami yang sama-sama sibuk, imbalan itu bisa ditutupi dengan peng- hasilan di kantor. Yang penting anak-anak dira- wat dengan baik, bahkan anak-anak diajarkan sesuatu yang mereka belum dapatkan dari ibu- nya," tambah suami IGA L. Yuliastari ini. Biaya Rp 4.000 per hari-mulai pukul 07.00 sampai 17.00-yang dikenakan pihak yayasan, belum termasuk uang makan atau keperluan lain. Jadi, keperluan berupa susu, pakaian, dan perlengkapan lain harus dibawa dari rumah. Pelayanan yang diperoleh tiap anak hanya se- batas mandi, tidur, dan ditemani bermain. Jika yang ingin agar anaknya diberi susu, makan, dll., dikenakan uang tambahan Rp 3.000 lagi. Ny. Rekti Susanto, istri seorang pengusaha pariwisata, menambahkan, TPA tidak sekadar tempat menitipkan anak agar tidak menganggu kesibukan orangtua. Mutu pelayanan yang diberikan para petugas, justru menjadi pertim- bangan utama mengapa masyarakat memilih tempat itu sebagai tempat putra-putrinya ber- main dan belajar. Untuk itu, Ny, Rekti menga- nggap kehadiran TPA sangat membantu masyarakat dalam usaha membimbing anak- anaknya. "Masyarakat harus realis, kita kan hidup di zaman modern. TPA bukan semata merebut peran orangtua di mata anak-anak, tetapi malah membatu agar mereka tumbuh sehat - jasmani maupun rohani," kata ibu dari tiga or- ang putra ini. Ny. Rekti mencontohkan, di kota besar sep- erti Jakarta, TPA bukan hal yang asing bagi war- ga masyarakat. Kondisi kehidupan warganya yang senantiasa berpacu dengan kesibukan, menjadi alasan mengapa lembaga sosial itu tum- buh. Ny. Rekti sendiri menitipkan anak bungsu- nya pada sebuah TPA di Denpasar. "Walaupun ada pembantu, saya juga memanfaatkan jasa TPA. Untuk biaya penitipan anak, Ny. Rekti perlu biaya minimal Rp 100.000. Perhitungannya, se- banyak Rp 4.000 sehari untuk yang membawa perlengkapan lengkap dari rumah, dan sebany- ak Rp 7.000 sehari untuk servis semuanya. Ka- lau di Yayasan Nurman Mataram, patokan tarif hanya Rp 35.000. Itu sudah termasuk pemberi- an susu, dan lain-lain. Menurut Nunung Hikmawati, Sekretaris Ya- yasan Nurman, masyarakat Lombok masih as- ing dengan hadirnya TPA. Sejak berdirinya ya- yasan itu beberapa bulan lalu, belum satu pun ada yang menitipkan anaknya di sana. Di Den- pasar, terutama di beberapa desa mereka malah terkejut mendengarnya. Men Mudana, wanita asal Br. Kutuh, Tabanan, mengaku risih mendengar tet- angganya yang sukses di kota menitipkan anak-anak di TPA. Baginya, kalau kedua orangtua sibuk dan tidak sempat mengurus anak, lebih baik diberikan pada orangtua atau saudaranya di kampung. "Saya nggak tahu TPA, tetapi tidak senang mendengar anak kecil dititipkan. Kok menitipkan bayi sama dengan nitip barang, wah gaya hidup di kota sudah edan!," katanya. Men Mudana memang belum paham fung- si TPA. Namun, alasan yang terkesan "kuno" berkaitan dengan peran TPA yang dilontarkan- nya tampak masuk akal juga. Menurut nenek dari delapan orang cucu ini, wanita Bali mem- punyai tugas mulia dalam mengurus anak. Disebutkan, dharmaning guru rupaka tidak bisa digantikan orang lain. "Kalau sudah kaya, jangan semuanya diubah. Mana dhar- maning orangtua hingga mereka disebut dharma sesananing orangtua!" tambahnya. (Tim BPM) TPA, ketika Waktu Memburu bagai cara. Menghisap ujung baju, menangis lain-lain, merupakan perkembangan anak. wajar pada tarap ter- terus berlanjut akan, kenapa? lik dalam diri yang belum Perhatian sayang, Lantas Tempat Pe- Anak (TPA) men- si anak "bermasalah" SEORANG anak bisa tertekan dalam lingkungan kelu- anak dimulai dari umur nol bulan Dalam berceloteh, anak yang pun ada alternatif mengasuh anak Toh TPA tampaknya hanya se- itu seorang ibu, karena secara arga. Ia dapat melampiaskan ketertekanannya dengan ber- hingga lima tahun. Jauh sebelum berumur 1,5 tahun biasa meng- di TPA, hendaknya seorang ibu buah alternatif. Hilda maupun naluriah ibu lebih memahami ke- kelahirannya, yakni pada saat gunakan kata sifat yang paling tetap menjaga komunikasi dengan Nunung mengatakan jangan men- butuhan anak. Dari seorang ibu jempol, menggigit pembuahan, pertumbuhan dan umum seperti "baik", "buruk", anak. Pada saat kumpul di rumah, itip anak di TPA hanya sebagai anak mendapat kejujuran. Keju- keras, cemas, dan perkembangan seorang anak "bagus", "nakal", "panas", dan agar diusahakan selalu dekat, alasan untuk menghindar dari ke- juran yang sangat bermanfaat un- bagian dari fase sudah dimulai. Disadari atau "dingin". Pada usia 2 - 6 tahun penuh kasih dan perhatian pada wajiban, atau hanya sebagai pel- tuk membentuk kepribadian yang tidak, janin di dalam rahim seor- merupakan periode pra-sekolah anak. "Jangan mengabaikan arian belaka. "Kalau berkarier, baik. Disiplin (dalam pola asuh Semua itu masih ang ibu, tumbuh. Itu dapat dirasa- atau pra-kelompok. Anak akan hubungan seperti ini," tekannya. berkarierlah dengan baik. Jangan anak) yang kaku cenderung mem- tentu, namun jika kan melalui gerakan-gerakan tu- berusaha mengendalikan lingkun- Dalam melakukan komunika- setengah-setengah," saran Hilda. buat seorang anak menjadi kurang perlu dipertany- buh janin, mulai dari menendang, gan dan mulai belajar mengenda- si, yang terpenting adalah kuali- "Menitip anak di TPA merupakan kreatif, penakut, dan rendah diri. meninju, menggeliat, berontak. likan diri secara sosial. Seorang tas, bukan kuantitas. Maksudun- jalan keluar cukup baik, sepan- "Jenis disiplin seperti itu akan Adakah konf- Berjalannya waktu secara berta- anak belajar bermain atau beker- ya, walaupun sering kontak den- jang tidak ada pilihan. "Yang meninggalkan dampak psikologis sang anak hap menambah kekuatan, kemam- ja sama dengan anak lainnya. Pada gan anak, tetapi bila melakukan penting dilandasi etika yang baik berupa ketakutan yang akan me- masa inilah proses kematangan hubungan tak berarti (destruktif) pula," tambahnya. warnai hidupnya sampai pertum- terpecahkan? puan dan kemandirian anak. Pertumbuhan dan perkemban- anak mencapai kesempurnaan. justru tidak bermanfaat. Menurut Drs. Rustika, pemil- buhan selanjutnya. Anak-anak dan kasih gan seorang anak akan lebih Sebagai lembaga profesional, "Menakut-nakuti anak, kurang ik Biro Konsultasi Psikologi Pa- seperti itu umumnya "penurut" misalnya. transparan setelah ia lahir. Pada TPA mengarahkan situasi pendid- perhatian dan kurang memberi supati Denpasar, dalam pertumbu- yang kurang baik. Karena kurang mampukah pertama anak hadir di lingkungan ikan dan kasih saya lewat fase- kasih sayang serta bersikap acuh, hannya, seorang anak membutu- dilandasi keberanian mengemuka- yang baru, ia menangis merasa- fase yang disebut tadi. Tujuannya, adalah hubungan yang tak berar- hkan figur lekat. Figur lekat itu kan pendapat, dan menggunakan nampungan kan situasi yang berbeda. Itu tam- agar anak tidak mengalami keter- ti," jelas Hilda. Sebaliknya jika sangat besar pengaruhnya pada akal pikirnya. Kreativitas, serta jawab kondi- pak lewat gerakan-gerakan unik. belakangan, bahkan membawan- agak jarang kontak dengan anak, pertumbuhan dan perkembangan ekspresi logikanya akan lemah." untuk kembali Misalnya menghisap-hisap untuk ya menjadi normal sesuai usia. tetapi bila kontak yang sekali- anak selanjutnya. "Perkemban- Demi baiknya perkembangan memperoleh makanan, menangis Untuk itulah disediakan sarana sekali itu dilandasi dengan penuh gan kepribadian optimal sangat anak, dia menekankan, pentingn- normal menyusul padatnya waktu orangtua untuk mengu- dan memanggil pengasuhnya bermain yang berbeda antara satu perhatian, kasih sayang dan ketu- tergantung dengan figur lekat itu," ya orangtua maupun TPA menam- rus mereka? yang akan memenuhi kebutuhan, kelompok anak dengan anak lain. lusan, hasilnya akan jauh lebih katanya. Ini umumnya dipegang bah wawasan tentang mengasuh memalingkan wajah bila wajah- Menurut Dra. Hilda Sudhana, baik. Di sini, anak dapat merasa oleh ibu. Lantas siapa figur lekat anak, sehingga tidak berlaku nya ditutup bantal. "Seandainya psikolog yang juga staf lab. kan perlakuan ibunya. si anak, biasanya dapat dilihat otoriter pada anak-anak. Orangtua ada benda asing yang menyentuh prilaku Unud, ibu yang bijaksa- Menurut Nunung, TPA bukan- pada saat anak sedang sakit. pun harus berjiwa besar dan tidak TPA bukan tempat pembuan- bekerja menambah pendapatan tubuhnya, anak akan menggeliat na, harus mampu memilih TPA nya hendak mengambil alih per- Dia menekankan begitu be- merasa terancam apabila meneri- gan akhir, ataupun tempat penam- keluarga. Seorang ibu dengan rasa geliat. Kalau ada yang menyen- yang mempunyai kualitas baik, an ibu. Aksentuasinya cenderung sarnya pengaruh figur lekat pada ma kritikan dari anaknya. "Apala- pungan akhir. TPA bukan pula berat hati harus meninggalkan tuh sebelah pipinya, maka anak memenuhi kreterita tertentu yang pada menjadikan anak untuk pertumbuhan anak, terutama gi bila meredam itu dengan kek- lembaga penitipan anak-anak ber- anak-anaknya. Ke mana mereka akan menoleh ke arah yang dis- dapat mendukung perkembangan kembali normal lewat profesion- dalam mengembangkan keperib- erasan, justru membahayakan masalah. Justru karena orangtua lari? Pembantu rumah tangga? entuh tadi," ujar alumnus Psikolo- psikologi anak secara optimal. alisme kerja yang diberikan. Se- adian, intelegensi, emosi, dan perkembanganya," katanya sam- bermasalah terhadap waktu, TPA Kalangan ibu sudah banyak gi Universitas Muhammadiyah "Sebagai syarat minimal, harus ada cara eksplisit, waktu yang disedi- daya kreativitas, sehingga hal ini bil memambahkan pola asuh menjadi penting sebagai lembaga melihat pertumbuhan anak dari Malang ini. gedung yang memenuhi standar akan TPA sangat terbatas. Yayasan mutlak perlu. Lantas apakah TPA demokratis anak dapat mengem- yang turut serta membantu pem- sudut perilaku. Betapa pun besarn- Awal dari suatu perilaku sebe- kesehatan, tempat bermain, serta Nurman Mataram misalnya, mampu memenuhi kebutuhan bangkan sikap terbuka dan jujur, bentukan perilaku dan kasih say- ya kasih sayang seorang Pemban- narnya sudah mempunyai pola didukung pula oleh fasilitas lain membatasi dari pk. 07.00 akan hal itu? "TPA itu kan hanya serta tumbuhnya keberanian ang. Hadirnya TPA terutama di tu Rumah Tangga (PRT), dalam yang berurutan. Namun kerap kali yang memadai. Pengurus pun harus pk.15.00 untuk hari Senin dan menggunakan tenaga yang terba- mengemukakan pendapat. kota-kota besar, merupakan alter- pembentukan watak tidak sebaik seorang anak berbeda dari yang menguasai ilmu perkembangan Kamis, pk.07.00 - 12.00 untuk tas untuk mengurus anak yang Pola itulah yang tampaknya natif yang cukup baik. Bahkan di TPA yang dipersiapkan secara leb- lain. Itu disebabkan anak bukan- anak, ilmu tentang kesehatan dan hari Jumat dan pk. 07.00 - 13.00 jumlahnya banyak. Padahal, mas- harus diterapkan pada TPA yang Denpasar dan Mataram, TPA ih profesional dengan tenaga-ten- lah orang dewasa yang mandiri. penyakit anak, di samping menge- untuk hari Sabtu. Dengan begitu, ing-masing anak itu butuh per- mulai tersebar di kota-kota besar, sudah mulai muncul. aga terampil. "TPA tidak cuma Ia berkembang makin dewasa dan tahui tentang ilmu gizi," katanya sang anak sebetulnya banyak di hatian yang sungguh-sungguh dari sehingga pola asuh yag diterapkan Tuntutan ekonomi di perkotaan memberikan kasih sayang kepa- makin mandiri dengan berbagai Namun ia melanjutkan, peran rumah bersama ibunya. Karenan- satu orang figur yang disenangi. menjadi tolok ukur penting dalam kadangkala membuat kaum ibu da anak-anak yang dititipkan, me- aspek perkembangan mental, ba- ibu dalam membantu pertumbu- ya menjadi wajar ajakan Hilda Prinsipnya, figur yang baik harus psikologi perkembangan anak. tidak punya banyak pilihan untuk lainkan juga memberikan pendid- hasa, emosi, sosial, kepribadian han dan perkembangan anak, su- bahwa idealnya selain digarap se- dapat melakukan kontak terus- Dengan mengerti dan memahami menghindari kebutuhan tersebut. ikan kepada mereka sesuai fase- dan kreativitas. Pada masa bayi, lit digantikan atau disubstitusi cara profesional, selayaknya tiap- menerus," ujar Rustika. Secara naluriah, kaum ibu ditun- fase perkembangan usia," ujar anak sudah dapat menyebutkan apapun. Bagaimanapun sempur- tiap kompleks perkantoran ada tut kewajibannya mengurus anak Sekretaris Yayasan Nurman, Nu- beberapa kosa kata, mulai dari nanya pelayanan TPA, jelas tidak TPA-nya. Ini dilandasi pertimban- dengan penuh perhatian, namun nung Hikmawati, S.Psi. kata benda yang bersuku satu, ke- akan mampu menyaingi peran gan, agar pada saat jam istirahat dia pun harus meringankan beban Menurut Nunung, pertumbu- mudian mempelajari menyebut (kasih sayang) seorang ibu. Un- orangtua dapat menjenguk anakn- suami, misalnya dengan ikut han dan perkembangan seorang nama benda dan orang-orang. tuk itu, dia menekankan, walau- ya. SHOOT bpm/rtr TUKAR UANG - Seorang penduduk Vietnam yang berprofesi sebagai "tukang tukar uang" (money changer), terlihat sedang menjalankan aktivitasnya dengan penduduk Cina di Pingxiang, kota yang terdapat di perbatasan kedua negara (Cina Selatan). Kedua negara sudah melakukan perbaikan hubungan sejak tahun 1991, yang membuat perdagangan di perbatasan meningkat. Di dekade delapanpuluhan hubungan kedua negara buruk, karena perbedaan persepsi tentang ideologi komunis. Dalam pertukaran itu, satu yuan Cina dihargai dengan 1.300 dong. 3)WISMAN- Dua orang wisman yang sedang berkunjung ke Ko- rea Utara, terlihat sedang membidikkan kameranya dari sisi utara daerah bebas militer di Desa Panmunjom, Jumat (12/4) lalu. Para turis, wartawan, serta delegasi asing diizinkan mengunjungi daer ah ini oleh pemerintah Korea Utara. Akhir-akhir ini, Korea Utara dan Selatan sedang terlibat konflik di tempat yang merupakan pemis- ah kedua negara tersebut. bpm/itr proses perkembangan itu, berikut Figur lekat menjadi penting fase-fasenya, seorang anak di mengingat anak yang tidak memi- samping tumbuh secara normal, liki figur, cenderung hidup apatis, baik dalam bermain dan belajar, kurang kreatif. Karena itulah, se- juga akan merasa diakui eksis- baiknya yang menjadi figur lekat tensinya. (Tim BPM) bpm/itr ISTIRAHAT-Beberapa pekerja Cina ter- lihat sedang istirahat sambil minum teh setelah melakukan pekerjaan memperbai- ki beberapa bagian Kota Terlarang, di Cina. Kota Terlarang adalah tempat ting- gal Kaisar Cina di masa lalu, dan selama 500 tahun diisolasikan dari masyarakat umum. Sekarang Kota Terlarang justru menjadi objek pariwisata. Foto diambil pada tanggal 13 April. Menyewa --- SOROT Menitip Anak BELAKANGAN ini, masyarakat kita mulai dijangkiti kebiasaan masyarakat majú berupa budaya titip bayi. Memang wajar-wajar saja, apabila akibat kesibukan kerja dan kelangkaan pembantu rumah tangga (PRT), bany- ak ibu yang terpaksa menitip anak-anak mereka yang masih bayi ke tempat penitipan anak (TPA). Pasalnya, itu merupakan jalan keluar sederhana nan praktis untuk mengobati kerepotan dan ketidakmungkinan menggen- dong bayi di tempat kerja. Tetapi bagi Luh Bestari, praktik semacam itu kurang berkenan di hati. Mengapa ibu-ibu sekarang begitu teg- anya menyerahkan anak bayinya di TPA hampir sehari penuh? Lantas bagaimana anak bisa merasakan kasih sayang ibu secara penuh? Bukankah dengan demikian akhirnya si bayi justru akan lebih akrab dengan penjaga TPA ketimbang dengan orangtua sendiri? Untuk men- gatakan bahwa menitipkan bayi merupakan tindakan kurang bijak, Luh Bestari tidak sampai hati. Meragukan kebijakan orang lain bagi wanita sederhana berhati tu- lus, ini merupakan tindak pidana kemanusiaan yang hu- kumannya muncul dari nurani sendiri. Wayan Kepyoh berpikiran lain. Masalah penitipan bayi adalah masalah keseharian dan keterpaksaan. Kalau di rumah tidak ada orang yang bisa mengasuh dan mengurus, mengapa tidak menyerahkan bayi ke tem- pat yang memang disediakan untuk keperluan itu? Jus- tru, demikian Wayan Kepyoh, masyarakat seharusnya menyambut baik upaya pemekaran bisnis penitipan bayi ini. Orang tidak perlu lagi repot-repot mencari PRT, yang sering menimbulkan problem keluarga. Habis, kata Kepyoh dalam hati, kalau PRT-nya kebetulan lebih ba- henol ketimbang istri, pagar kan bisa jebol juga. Ketut Laksana, si birokrat yang bercita-cita seten- gah mati jadi konglomerat, langsung saja menimpali. "Kita memang harus berterima kasih kepada TPA. Soal- nya, dalam era pembangunan ini, semua daya dan cip- ta kita harus kita konsentrasikan kepada upaya pem- bangunan itu. Dengan menitipkan anak bayi kita, kita bisa bekerja sebaik mungkin demi suksesnya pemban- gunan dan program pemerintah. Toh, di TPA, anak kita tidak akan terlantar, tetapi terurus dan terjaga dengan baik. "Tetapi, bagaimana pun, saya sebagai ibu rasanya kurang tega menyerahkan anak hampir sehari penuh dalam perawatan orang lain. Sebesar-besarnya kasih sayang orang lain, tentu masih lebih besar kasih say- ang orangtua sendiri," tukas Luh Bestari setengah malu- malu. Made Paker kembali tersenyum, menandai bahwa dirinya sudah siap buka mulut buka pikiran. "Sebenam- ya, adanya praktik menitip bayi dan mekarya TPA merupakan sebuah kemestian perkembangan masyarakat.Artinya, masyarakat kita sudah berkembang sedemikian jauh sehingga wanita-wanita bebas mengembangkan diri dan menentukan model hidup mereka sendiri. Tetapi kalau Mbok Luh Bestari masih kurang sreg terhadap praktik baru ini, itu bisa dipahami, mengingat budaya menitip bayi masih relatif baru bagi masyarakat kita. Padahal, dia lahir dan tumbuh dalam budaya kasih sayang ketimuran yang lebih menguta- makan keterkaitan dan keterikatan anak dengan orang- tua ketimbang kemampuan menyesuaikan diri dan ke- mandirian. "Hubungan terus-menerus antara anak den- gan orangtuanya akan menumbuhkan kaitan kasih say- ang yang amat erat dan akrab. Tetapi dalam saat yang sama dia juga menumbuhkan ketergantungan si anak kepada orangtuanya. Ketergantungan ini selanjutnya akan membuat si anak kurang mampu menyesuaikan diri atau berakrab-akrab dengan orang lain. Dan itu membuat dia kurang bersifat mandiri dan mampu men- empatkan diri dalam segala situasi. Ini amat perlu bagi anak di saat dia menginjak dewasa." "Maksud bapak dengan biasa tinggal bersama bayi- bayi lain dan dalam asuhan orang-orang bukan keluar- ganya, si anak akan memperoleh daya adaptasi dan kemandirian?" tanya Luh Bestan. "Kurang lebih begitu. Tetapi apa yang saya ingin ka- takan, memang ada kerugiannya. Karena itu, kalau kita terpaksa melakukannya, kita perlu selektif dan yakin lebih dulu apakah tenaga yang tersedia dalam TPA dalam jumlah cukup dan capable atau tidak. Kalau tidak, anak kita ada dalam bahaya tak terurus dan tak terpelihara. Tetapi kalau ya, tidak ada masalah. Bahkan anak kita akan belajar bergaul sejak kecil." Hujan yang mengguyur saat seminar selebar alias kesel bubar dimulai, sudah reda. Udara mulai terasa dingin. Naluri Wayan Kepyoh di saat udara sedingin itu menyesak dada. Naluri kewanitaan Luh Bestari pun tera- sa mulai bangkit. Dunia memang bulat, tetapi siapa bi- lang yang bulat tidak enak dilihat? K. Mahardi Anggota Redaksi: Denpasar: Riyanto Bali Post Rabbah, Agustinus Dei, Dwikora Putra, Dwi Yani, Legawa Partha, Nyoman Mawa, Nik- son, Palgunadi, Ida Bagus Pasma, Made Sugendra, Sri Hartini, Nengah Srianti, Wayan Suja Adnyana, Komang Suarsana, Made Sueca, Nyoman Sutiawan, Wayan Suana, Wayan Wirya. Gianyar: IBAlit Sumertha, Bangli: K. Karya, Semarapura: Daniel Fajry, Sin- garaja: Made Tirthayasa. Amlapura: Wayan Sudarsana, Tabanan: Gusti Alit Pumatha, Negara: Edy Asri, Yogyakarta: Soeharto, Jakar- ta: Muslimin Hamzah, Bambang Hermawan, Sahrudi, Alosius Widhyatmaka, Dadang Sugandi, Surabaya: Endy Poerwanto, Bam- bang Wiliarto, NTB: Agus Talino, Izzul Kairi, Ruslan Effendi,Nur Haedin, Siti Husnin, DP Raka Akriyani, Wayan Suyadnya, NTT: Hilarius Laba, Wartawan Foto: IGN Arya Putra, Djoko Moeljono, Redaktur Khusus "Ball Post Minggu": IB Martinaya, AA Mas Ruscitadewi, IA Oka Rusmini, Cok Sawitri, Umbu Landu Parangi tan TPA berdasarkan kelasnya terb- agai menjadi tiga bagian, yakni kelas (Sambungan Hal 1) A dengan biaya berkisar Rp 150.000 takan dengan hasil pemeriksaan dok- - Rp 200.000, kelas B berkisar Rp ter. "Anak juga tidak mengalami ke- 90.000-Rp 150.000, dan kelas C Rp cacatan yang memerlukan perawatan 75.000 Rp 90.000. Dengan biaya khusus. Orangtua juga harus me- masuk berkisar Rp 150.000 untuk ad- matuhi tata tertib yang ada," kata Sri. ministrasi. Biaya tersebut lebih rin- Dituturkan Sri, pelayanan yang gan pada TPA yang dikelola pemer- diberikan di TPA Harapan Ibu yang intah. Di samping itu, terdapat juga memiliki anak asuh 103 orang itu, me- TPA yang didirikan di sekitar ko- liputi pemenuhan kebutuhan jasmani mpleks perumahan seperti real estate dan pemenuhan kebutuhan rohani. Pondok Indah. "Dari sini sudah ket- "Bagi anak yang telah berusia 3-5 ahuan, dari tingkatan mana keluarga tahun, kami berikan muatan pendidi- yang menitipkan anaknya itu," kata kan sambil bermain berkelompok, se- Hani. bagai persiapan anak masuk pendidi- Tak dipungkiri, TPA akan mem- kan prasekolah (TK), juga rekreasi un beri warna kehidupan keluarga men- tuk pengenalan lingkungan dan sekali- jadi lebih luas dan kompleks. Sebuah gus untuk menghilangkan kejenuhan." jendela kasih sayang terbuka, di saat Karena itu, tak heran bila biaya zaman melindas semuanya. yang dikenakan cukup besar. Tingka- Depnaker - Sempati Air Reservation & Ticketing 24 Jam Phone: 237343 (Hunting) Fax 236131 Gedung Diponegoro Megah Blok B/27 Denpasar JI. Diponegoro 100 - Denpasar JADWAL PENERBANGAN MINGGU JAM 06.40 TUJUAN Denpasar Balikpapan Denpasar-Bandung Denpasar-Batam Denpasar-Jakarta Denpasar-Medan Denpasar-Palangkaraya Denpasar-Pakan Baru Denpasar Singapore Denpasar Surabaya Denpasar-Tarakan Denpasar - Yogyakarta Denpasar-Mataram Denpasar-Mataram (Tim BPM) 06.50 08.45 11.00 Denpasar-Bandung Denpasar-Dill Denpasar-Jakarta Denpasar-Kupang Denpasar-Medan mengamankan segala ketetapan pe- merintah. "Saya mengharapkan se- (Sambungan Hal 1) mua pihak agar melaksanakan dan Dengan demikian, Depnaker di- mengamankan Kepmenaker No.2/ harapkan bersedia meninjau kembali Men/1996 tentang UMR," kata Ab- ketentuan UMR 1996 tersebut seh- dul Latief. ingga kebijaksanaan pemerintah itu Ketentuan kenaikan UMR meru- tidak mematikan sumber penghidu- pakan pelaksanaan amanat GBHN pan pengusaha, sumber pendapatan 1993 yang mengacu ke arah pe- pekerja dan devisa negara. menuhan kebutuhan hidup mini- Sementara itu Menaker Abdul mum (KHM) pekerja serta menjadi- Latief dalam sambutan tertulis diba- kan pengusaha untuk memberikan cakan Sekjen Depnaker Baroto perhatian khusus dalam peningkat- Sardadi mengatakan, Depnaker, Ap- kan SDM melalui pemberian upah indo, dan SPSI yang tergabung yang layak. UMR 1996 telah men- dalam Lembaga Kerja Sama Tripar- capai sekitar 93 persen dari KHM, tit Nasional telah bertekad untuk sedangkan UMR 1995 baru menca- pai 90,7 persen dari KHM. (ant) Denpasar-Padang Denpasar - Palu Denpasar-Pakan Baru Denpasar Surabaya Denpasar-Yogyakarta Denpasar-Mataram 14.05 15.55 16.00 Denpasar-Mataram Denpasar-Jakarta Denpasar-Perth Denpasar-Singapore 17.25 Denpasar-Manado Denpasar Ujung Pandang 21.50 22.20 Denpasar Surabaya Denpasar Surabaya Minggu Wage, 14 Ap Dr. Se Tem B globalisa Kesibuk "menomordu ini telah d sejumlah ko han anak-a Dr. Seto agaimana penil maraknya penit tempat yang kia Menurut saya, tem sangat positif untuk an berikan kesempatan ke atkan lingkungan bern umnya, tempat-tempa sudah didesain sedemi anak-anak. Biasanya t bermain yang bersih, a itas lengkap. Selain itu anak mendapatkan pen daripada di rumah. Maksudnya? Di tempat penitipan kan suatu program merangsang berbagai seperti kecerdasan, kre ya. Yang paling pentin lingkungan sosial. Di ia mendapatkan teman ya. Bandingkan bila an ing-paling diasuh pem yang terkadang merek terhadap perilaku anal kan sifat egois pada di ya, mungkin pengasu membuat anak merasa terus hingga dewasa. Artinya, seorang i tempat penitipan and dalam mengasuh ana Salah jika seorang kan tempat penitipan penitipan anak hanya bagai alat bantu, buka gas seorang ibu, Yang pan ini, jangan dijadik ya tujuan dalam menga sebagai jembatan, med tertentu. Bukan untuk gung jawab seorang ib ibu harus bisa menyer tuk sang anak. Juga Minggu, ya harus me waktunya untuk anak. hari-hari biasa, saat ib tetap meluangkan wak kegiatan si anak. Jadi tua. Penitipan hanya b lama si ibu sibuk. SETAHUN belakan penitipan anak menjadi di masyarakat. Tjok. Ist guru TK teladan tingka banyak tentang peran (TPA). Kepala TK Neger mulai melihat di Bali ba tangga sibuk, mulai me bila kemudian menimbu setuju, menilai menitipka hal biasa, sebalikny kalangan orangtua ya kukuh pada pola asu tradisional, menuding k wanita modern tidak ma mengemban tugasny sebagai ibu. Maka wa pula, bila ada pertanya sejauh mana TPA mam menjadi peran penggant bagi seorang anak? Be perbincangan Suentr dengan Ketua IGTKI (Ik Guru Taman Kanak-kan Indonesia) cabang Bali, Istri Mas Minggu Wath Munculnya beberapa T menjadi perbincangan men Bagaimana pandangan An si tempat penitipan anak in Masyarakat Bali mesti HADIAH LAN 1 SET SPRING BED UNTUK TYPE BE UANG M Rp. 500. KREDIT S/D ANGSURAN BUNGA RINGAN+SE MINGGU BUKA PLUS BERLAKU JU PT. VARIA MENJUAL FUR a Min Rp. 1.500.0 2cm Color Rendition Chart
