Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-04-14
Halaman: 10

Konten


4cm HALAMAN 10 Kelir Bhagawan Uttangka Berkisah kepada Maharaja Janamejaya SETELAH maharaja Parikesit mangkat akibat dipagut Naga Taksaka, upacara Sraddha pangupahayu jenazah maharaja Parikesit dilaksanakan sesuai pi- trapuja sang amawang rat dan anyakrawerti. Selanjutnya, atas nasihat Bhagawanta Hastinapu- ra, pada hari subhadiwasa yang telah ditetapkan, Nararya Jan- amejaya, putra maharaja Parikes- it dinobatkan dengan abhiseka maharaja Janamejaya. Walaupun saat itu Janamejaya masih ter- golong kanak-kanak, tetapi di- nilai memiliki kemampuan sas- traparaga, menguasai dharmani- ti, di samping sebagai trah Ku- rukulo, yang mewarisi kewibawaan, memiliki kesaktian dan kejananuragan. Dikisahkan, maharaja Jan- amejaya terus bertambah usia, melewati usia remaja, memasu- BPM/NOS Tampak Bhagawan Uttangka mengisahkan kemangkatan maharaja Parikesit kepada maharaja Janamejaya, karena digigit Naga Taksaka. ki usia perjaka lalu dinikahkan dengan putri raja negeri Kasiraja, Bhamustiman Dewi, yang bijak bestari dan cantik, sehingga tepat sekali sebagai putri pilihan, permaisuri Janamejaya. Didampingi wre- damantri dan mantrianom, brahmana, maharaja Jan- amejaya dan permaisurinya, Bhamustiman Dewi, memerintah Hastinapura lama sekali. Saat itu, Has- tinapura aman, damai dan sejahtera. Tak ubahnya, Hastinapura di bawah Janamejaya seperti keadaan Hastinapura saat diperintah maharaja Dharmawang- sa, leluhur Janamejaya sendiri. Walaupun kalah sedi- kit, namun kedamaian, ketenteraman serta kese- jahteraan masyarakat sama saja seperti era pemer- intahan leluhurnya. Situasi kondisi pemerintahan maharaja Janame- jaya tercapai, karena sang maharaja bersama tan- damantri, pepatih dan aparat pemerintahannya, memutar roda pemerintahan dengan berpegang ke- padadharma dan dharmaniti. Begitu pun saat meng- hadapi musuh-musuh negara, yang datang dari nega- ra lain, Janamejaya bersama mahasenopati dan pra- juritnya, selalu dapat mengalahkan mereka. Demikianlah, hingga suatu ketika, setelah mengalahkan negeri Taksila, Janamejaya sedang menerima tandamantri, mahasenopati, tumeng- gung, malodnya, bekel dan punggawa serta para wiku maupun Bhagawanta ikut hadir untuk me- rencanakan pembangunan Hastinapura. Di ant- ara golongan brahmana yang hadir itu, ada Bhagawan yang bernama Uttangka, yang tiba- tiba bersembah, "Daulat, tuanku Maharaja. Kare- na pembicaraan masalah pembangunan telah usai, ada permasalahan penting lain, yang ham- ba persembahkan dalam sidang mulia dan ter- hormat ini. Tuanku, Maharaja patut mengetahui, bahwa mendiang ayahanda Maharaja telah mangkat di waktu tuanku masih kanak-kanak. Yang menyebabkan kemangkatannya adalah gig- itan Naga Taksaka." Betapa terkejut Janamejaya mendengar cerita Bhagawan Uttangka, yang demikian tiba-tiba itu. Marah, sedih, dendam, berkecamuk di hatinya kepada Naga Taksaka. Dalam kondisi seperti itulah Janamejaya, bert- anya kepada wredamantri "Paman Wredamantri, betulkah mendiang ayahanda saya mangkat kare- na digigit Naga Taksaka?" "Daulat Maharaja, memang benar seperti yang diceritakan Bhagawan Uttangka," jawab Wreda- mantri. Lanjut kisahnya "Andaikata si Naga Tak- saka tidak menyamar sebagai ulat kecil hitam, yang bersama saudaranya menyamar sebagai brahmana, yang datang menghadap paduka mendiang ayah- anda maharaja, pastilah dia tidak akan dapat meng- gigit maharaja Parikesit karena dijaga ketat para wiku yang memiliki mantra penawar sarwawisa yang ampuh dengan berpagar betis prajurit. Jahat- nya lagi, si Naga Taksaka menyogok Bhagawan Kasyapa, yang hendak melindungi mendiang aya- handa dari pagutan Naga Taksaka. Bhagawan Kasya- pa adalah seorang wiku pertapa yang suci, yang mendapatkan anugerah mantra penawar sarwawisa dari Dewa Brahma." "Benar apa yang dikemukakan oleh Wreda- mantri kepada tuanku itu. Si Naga Taksaka bera- ni menyogok Bhagawan Kasyapa dengan kekayaan karena wisanya, tidak mampu mengh- adapi mantra penawar sarwawisa anugerah Dewa Brahma itu. Karena telah dibuktikan, Bhagawan Kasyapa dapat menghidupkan kembali pohon beringin sampai orang yang sedang mengapak cabang beringin itu, seperti semula, tanpa cacat sedikit pun, setelah digigit sampai terbakar men- jadi abu, oleh Naga Taksaka," tambah brahma- na yang lain. Semua wredamantri membenarkan cerita itu. Suasana pesamuhan menjadi hening seketika. Masing-masing peserta pesamuhan ter- teral oleh fantasi pikiran masing-masing. Lebih -lebih para mantrianom, yang belum mengetahui kisah dan ceritra kemangkatan maharaja Parikes- it, akibat gigitan Naga Taksaka, tempo dulu. Dalam keheningan suasana pesamuhan itu, tiba- tiba Bhagawan Uttangka, bersembah "Oleh kare- na itu, untuk membalas dendam kepada si Naga Taksaka yang laknat dan durhaka, sebaiknya maharaja melaksanakan persembahan dan pemu- jaan Yajnasarpa. Agar si Naga Taksaka, mati han- gus di api tungku persembahan, pemujaan Yaj- nasarpa. Menanggapi pendapat Bhagawan Ut- tangka, dendam kesumat Janamejaya kepada Naga Taksaka kian membara. Pada waktu itulah maharaja Janamejaya, bersembah kepada Wiku Bhagawanta Hastinapura. "Maafkan hamba, Dang Gru. Apakah ada tuntutan pelaksanaan dan persembahan Yajnasarpa, dalam sastra-sastra agama? Mungkinkah untuk dilaksanakan per- sembahan dan pemujaan itu?" Menanggapi per- tanyaan maharaja Janamejaya, Wiku Bhagawanta Hastipaura berkata, "Memang ada nanak prab- hu. Dalam Weda, mantra, upakaranya dan tek- nis pelaksanaannya, lengkap dikemukakan. Sewajarnyalah sebagai maharaja anyakraweti, paduka patut melaksanakan persembahan dan pemujaan yajnasarpa itu. Sepanjang pengetahuan Bapa, hanya paduka yang akan melaksnakan ya- jnasarpa". Petunjuk dan nasihat Wiku Bhagawan- ta Hastinapura itu, dibenarkan dan didukung para Wiku Brahmana Hastina lainnya. Akhirnya, dipu- tuskan, ditetapkanlah persembahan dan pemu- jaan yajnasarpa akan dilaksanakan untuk mem- balas dendam kepada Naga Taksaka. Hari sub- hadiwasa yajnasarpa itu akan dipilih dan diteta- pkan oleh Wiku Bhagawanta bersama para wiku lainnya. A Bali Post PRESIASI Tari Kontemporer Sakit Hati INSPIRASI lahirnya karya yang begitu kokoh dengan akar dan tak pernah terealisasi. atas seni pentas. Bukankah media seni dapat muncul dari mana saja. warna seni tradisinya. Tari yang Koper menjadi penting dalam seni sangat komunikatif sebagai Rasa kecewa dan sakit hati pun beridealisme dengan kebebasan un- garapan Sura. Sebagai properti wahana introspeksi dan cermin dapat menstimulasi menguaknya gkap ini masih dianggap sebagai utama dan sekaligus memberikan kehidupan? getar-getar estetik. Inilah yang "tamu asing" yang belum diterima aksen-aksen musik lewat suaran- Mungkin koper bagi Sura hanya dialami I Nyoman Sura, seorang dengan ramah oleh penonton kita. ya yang ditepuk, dibanting, di- simbol janji. Padahal koper bisa juga mahasiswa STSI Denpasar yang "Dengan "Manusia dan Koper" gelindingkan dan dibenturkan ke menjadi simbol "kearifan" seni dan berhasil lulus dalam ujian akhirn- saya ingin lebih memasyarakatkan lantai. Koper juga dijadikan de- budaya. Kredo kebijaksanaan berke- ya pada awal Februari lalu lewat tari kontemporer di Bali," ujar Sura kor di latar belakang yang digel- senian yang kaku adalah bak sebuah karya tarinya yang bertitel yang aktif dalam berbagai lomba tari ayutkan, digeletakkan atau dijin- koper yang tak jelas arah dan isin- "Manusia dan Koper". modern terutama yang berlangsung jing oleh beberapa figuran yang ya. Sebaliknya budaya berkesenian Menurut mengakuan Sura, di sini. berpakaian jas lengkap. Dan yang yang permisif, berorientasi dengan "Manusia dan Koper" memang utama, oleh Sura, koper dijadikan perhitungan finansial pun, ibarat mendapat inspirasi dari sebuah simbol janji. Koper yang ada isin- koper yang gampang dijinjing ke pengalaman pribadi yang pernah ya adalah simbol keindahan dan sana ke mari. membuatnya amat kecewa berat. koper yang kosong melompong ●Kadek Suartaya Sebagai seorang seniman muda ia adalah simbol janji palsu. konon pernah dijanjikan ikut dalam tim kesenian yang akan mengadakan serangkaian pemen- tasan di luar negeri. "Namun mimpi indah untuk dapat menje- jakkan kaki di luar negeri tak per- nah menjadi kenyataan," ujar Sura mengenang. Dari pengala- man pahitnya inilah ia ingin mel- ontarkan pesan lewat karya seni agar jangan buru-buru terpukau dengan janji-janji. Rasa kecewa sering berekor den- gan keberingasan, dendam, atau hal- hal negatif lainnya. Namun bagi sen- iman seperti I Nyoman Sura justru dijadikan pengalaman hidup yang ia transformasikan dalam ungkapan seni. Ternyata karya tari yang be- rangkat dari pengalaman pribadin- ya dapat ia ekspresikan dengan penuh gereget. Penuangannya penuh perhitungan artistik hingga sebagai sebuah tari kontemporer cukup ko- munikatif. Seni masa kini atau khususnya tari kontemporer masih "mengam- bang" dalam atmosfer kesenian Bali "Manusia dan Koper" dibawakan tujuh orang penari uta- ma, enam pria dan satu wanita, dan beberapa orang figuran. Para penari utama memakai kostum ketat namun agak longgar di bagi- an bawah. Gelap dan hijau lumut adalah tema warna kostumnya. Selama sekitar 10 menit bagian belakang), ritmis dengan dinamika yang diatur. SEMBILAN pelukis "Manusia dan Koper" bergumul. muda di bawah payung Lewat narasi gerak ia berkisah "Galang Kangin" mengge Tak ada musik khusus sebagai dengan beberapa variasi desain: lar karya-karya mereka di pengiring. Hanya ada desah dan herizontal, vertikal, statis, me- Museum Bali dari tanggal 9- pekik suara penari serta sebuah lengkung dan sebagainya. Atau 23 April yang akan datang. kecapi yang dimainkan sesaat (di dengan raga kelompok para penari Seperti apa yang menjadi bagian awal) secara improvisa- yang kadang simetris, berbentu- tujuan kelompok ini, mere- toris dalam rangkaian gerak salah ran, jalin-menjalin gerak tubuh. ka menginginkan tak sema- seorang penarinya. Namun lan- Semua itu, oleh penatanya dira- ta sebuah pameran yang tunan puisi, dalam bagian-bagian mu dengan kreativitas oleh gerak menjadi media komunikasi tertentu, memberi garis bawah. yang kadang lembut atau keras (di kesenimanan mereka, tetapi Sura memilah karya tarinya diharapkan pula oleh mere- ka, yakni adanya dialog seni menjadi empat bagian. Diawali dengan budayawan, kritikus, dengan pelukisan orang yang se- dang berkhayal karena menerima kolektor maupun pengamat sebuah janji indah. Berikutnya seni. Sebab, ke sembilan pelukis disambung dengan ungkapan rasa ini yakin, melalui dialog, banyak senang dengan menyampaikan masukan yang berguna akan bisa kabar gembira itu dengan orang- didapat. Dengan demikian, lewat orang di sekitarnya, termasuk dialog itu, mereka berharap makin kekasihnya. Bagian ketiga meng- menemukan jati diri yang amat di- gambarkan kecemasan akan janji pentingkan dalam mendukung yang pernah ia terima. Dan tera- proses karya mereka. khir adalah pelukisan kekecewaan yang tak terperikan karena tern- yata janji hanya tinggal janji, ken- yataan yang sangat didambakan Film Indonesia Lesu Telepas tentang satirisme dari pesan yang ingin dilontarkan Sura, sebagai karya seni, "Manusia dan Koper" patut dicatat dengan gore- san positif. Secara tematis, dari upayanya mengangkat realita so- sial yang dialaminya sendiri men- jadi karya seni tentu sebuah ke- peloporan (walau tak hanya ia yang melakukan), yang perlu dis- ambut dan didorong lagi. Karena ternyata fenomena sosial sangat kompleks dan jelas merupakan tambang emas bila diangkat ke Wartawam Indonesia Bentuk Fisi Galang Kangin sebuah nama yang pas untuk mereka. Seperti yang ditulis Drs. Nyoman Erawan pelukis instalasi, kelahiran Suka- gan penilaian ala juri FFL. Fisi bisa menjadi ajang kritik membangun bagi perfilman Indonesia. Minggu Wage, 14 April 1996 Minggu Wage, 14 Ap Galang Kangin Sembilan Pelukis Muda BPM/Ist. Mencermati BPM/KS karya kesembilan pelukis yang di- buka Ketua STSI Denpasar, Prof. Dr. I Made Bandem itu, terasa kita tengah berhada- pan dengan bentangan karya yang satu dengan yang lain- nya memiliki kemiripan tema. Bahkan ada kesan, pi- lihan warna yang dipilih un- tuk mewakili tema pun ham- pir senada, di mana domina- si warna gelap dengan ak- sentuasi kuning dan putih terasa cukup mencuat walau tidaklah terlalu menohok. Sedang tarikan garis yang digores- kan tersirat kuat kesan tanpa ragu- ragu. Untuk itulah, media yang dipilih menuangkan imajinasi mereka tidak lagi terbatas pada kanvas. Seperti karya I Nyoman Diwarupa berjudul "Bias Ekspre- si". Lukisan yang berukuran 220 x 150 cm ini menggunakan dua lembar plastik transparan. Di per- mukaan plastik pertama itu den- gan bebas pelukisnya menorehkan tema dengan warna yang men- colok merah. Kemudian di atasnya dilapisi plastik yang sama dengan bantuan lem. Ini suatu in- dikator bahwa seniman muda ini Menurut Budiyati Abiyoga, sudah melirik media lain selain film mesti dikritik. Tanpa kritik, Ikan, 70 x 90cm kanvas. Selain itu ada yang meng- ia akan menjadi kosong. Peran karya I Made Ardika gunakan tripleks dikombinasikan si film nasional untuk penayangan pers di Amerika misalnya, cukup dengan kanvas. Kain poleng khas MENGATASI kelesuan film Indonesia, wartawan di bioskop, televisi dan berbagai besar dalam mendongkrak citra wati Gianyar yang memberi- Bali pun dijadikan media untuk Indonesia sepakat membentuk Forum Film dan Sinetron media lainnya. (3) Bersepakat perfilman di sana. Di Amerika pun kan sekapur sirih pada pameran menuangkan ide. Seperti karya I membentuk Forum Film dan Sine- sebetulnya cukup banyak film tak yang digelar kelompok ini. "Ga- Wayan Naya Suwanta bertajuk Indonesia (Fisi). Hal ini dimaksudkan untuk mengembali- tron Indonesia (Fisi) secara berke- berkualitas, namun karena image lang kangin adalah awal kawitan, "Jiwaku, Baliku". Napas Hindu kan kecemerlangan film nasional dengan kiat memberikan sinambungan melakukan peman- filmnya termasuk bagus, ia men- awal hidup menuju kehidupan, sangat kentara pada karya I Dewa tauan kuantitas film dan memberi- jadi terpola sebagai film-film Os- awal proses menuju pencerahan, Soma Wijaya yang berjudul "Rwa penilaian terhadap film dan sinetron terbaik. Apakah kan penghargaan terhadap kualitas car yang digandrungi. "Industri galang kangin juga cerminan eti- Bhineda" 120 x 80 cm. Melalui kehadiran Fisi ini kelak menandingi FFI? asinetron yang diedarkan/ditay- mereka didukung sesuatu yang ka dan estetika ketimuran, galang karyanya itu Soma Wijaya ingin angkan di Indonesia. matang, yakni persnya menduku- kangin adalah fajar, terang tanah, mengingatkan kembali bahwa "DUNIA film tanpa wartawan Kemudian ketika film nasion- Tidak Terkejut ng industri film," cetusnya. dini hari, pertukaran malam men- keidupan di dunia ini tidak bisa Johan Tjasmadi mengaku tidak tak akan jadi apa-apa," komentar al mengalami kelesuan, memang Film memang bisa membawa jadi siang". Demikianlah, Galang Dilepaskan dengan konsep Kepala BP2N (Badan Pertimban- wajib mempertanyakan peran terkejut dengan munculnya Fisi nama harum bangsa. Lantas jika Kangin, merupakan sebuah nama rwa bhineda. Dua sisi yang sela- gan Perfilman Nasional), Johan wartawan di dalamnya. Betapa itu. Dalam butir ketiga ikrar Fisi film nasional menjadi sesuatu yang diharapkan dapat mem- lu berbeda menuju keseimban- Tjasmadi. Hal ini pun dibenarkan tidak, pada awalnya ia telah men- - ia mengingatkan adanya se- yang buruk, haruskah ia selalu perkaya khasanah seni lukis Bali. gan. Blur-blurnya memiliki ciri Ketua Umum PWI Pusat H. Sof- jadi muasal lahirnya FFI, bagaim- buah pembaruan. Kata Johan, tiap dikambinghitamkan? Pertanyaan Awal sebuah langkah untuk menu- khas sendiri. I Wayan Setem den- jan Lubis. Wartawan membesar- ana mungkin kemudian tengge- pembaruan harus ada langkah inilah yang semestinya dijawab angkan imajinasi menuju pencer- gan konsep polusi wabah kan artis, sudah menjadi rahasia lam di era globalisasi, yang penuh awal, dan tidak ada langkah seri- lewat kenyataan-kenyataan. ahan dalam berkarya. teknologi merusak peradaban, Kesamaan Langkah menampilkan karya berjudul umum. Seorang artis bahkan tidak dengan perseteruan, di mana se- bu tanpa langkah awal ini. "Bola Lihatlah Amerika yang menerima Kesamaan langkah telah ter- "Seri Polusi" dan "Evolusi." segan-segan berkata, "Tulis ten- harusnya (justru) ia banyak ber- salju yang besar akan diawali bola citra positif dalam perfilman, han- tang saya besar-besar". Dan, be- buat. Kondisi ini telah terbaca salju yang kecil, begitu halnya ya memiliki 20 persen film yang cipta di antara kesembilan maha- Karya-karyanya itu meng- sarlah ia. sejumlah wartawan lewat Fisi. dengan Fisi," ujarnya. Oleh kare- baik dan 80 persen yang kurang siswa kedua perguruan tinggi seni gunakan cat air di atas kertas. Beberapa tahun lalu muncul Gelindingan Fisi diawali keti- na itu, seorang produser film, Hj. berkualitas. Kata dia, dalam kon--PSRD Unud dengan STSI Den- Karyanya ini juga cukup atraktif trio, Harmoko, Khaidirahman dan ka acara penutupan "Dialog Film Budiyati Abiyoga merasa terharu. disi babak belur, film nasional jan- pasar. Suatu kerja sama telah ter- dengan menempel guntingan Zulharman. Sebagai wartawan Nasional" di Hotel Horison Jakar- "Kita perlu angkat topi terhadap gan ditambah babak belur, atau jalin pada dua kubu seni di Bali gambar kemudian dikaburkan yang berkecimpung dalam dunia ta, 30 Maret 1996, menyusul pem- upaya Fisi," katanya. Misalnya, jangan dipertegas lagi sebagai ini, jalinan seni yang didasari ke- dengan warna yang senada. I penulisan tentang film, tiap gerak bacaan ikrar yang ditandatangani bagaimana Fisi akan menilai film rampok ketika ia mengalami na- samaan persepsi. Dengan kiprah Made Gede Wiratmaja dengan film nasional tidak lepas dari pe- 42 orang wartawan se-Indonesia dan sinetron terbaik untuk genre sib sial. Masalah utama perfilman bersama ini diharapkan akan konsep tak peduli apa pun itu, mantauan, penelitian dan analisis yang terlibat dalam pertemuan drama komedi, laga, anak-anak, nasional sebetulnya bukan film, makin mempererat hubungan dan bila mampu mencermati dan mereka. Pada masa pemberonta- ketua-ketua seksi serta Redaktur penyuluhan, iklan dan video klip tetapi SDM. "SDM itulah yang kerja sama kedua perguruan ting- menyelami akan dapat mem- kan PKI mereka berhasil melaku- Film & Kebudayaan se-Indonesia musik Indonesia, yang dilakukan semestinya berbiak dengan cepat," gi itu dalam menampilkan karya bangkitkan emosiku untuk kan musyawarah besar. Kemudi- tahun 1996. wartawan lewat penunjukan cetusnya. Kadangkala dalam sebuah seni. Menurut I Wayan Setem, mengeskpresikan di atas kanvas, an masa Orba PWI Seksi Film Tiga butir ikrar tersebut mas- pimpinan redaksi masing-masing film kualitas karya kurang pas men- koordinator Galang Kangin, pe- menghadirkan karya berjudul tampil mengadakan apresiasi film ing-masing (1) Mendukung ikh- koran. Lantas, apakah ia akan yampaikan kritik sosial sehingga lukis muda yang berada dalam "Ekspresi Alam". Sementara I nasional dengan memilih best ac- tiar peningkatan film Indonesia menandingi FFI (Festival Film menciptakan jarak dengan sesuatu satu atap Galang Kangin adalah Made Sudana dengan konsep tor dan aktris. Sejak itulah film menyongsong era multi media. (2) Indonesia)? Yang jelas, kriteria yang ingin disampaikan. "Kita ter- lima mahasiswa seni rupa STSI kekuatan magis ritual topeng nasional bangkit hingga muncul Mendorong meningkatkan apre- penilaian Fisi lebih berorientasi lalu terburu-buru, ingin cepat sele- dan empat mahasiswa seni rupa menghadirkan karya berjudul FFI I tahun 1973. "Ekspresi Topeng". (lun) siasi masyarakat terhadap produk- secara umum. Jadi, berbeda den- sai," tambahnya. (rab) perlu juga serba sedikit aku terangkan di sini. memastikan siapa pemilik sah dari tinja tersebut," ka- Pada tahun 1978 (tempat pada HUT-emasku yang tanya melirik saya. "Bagaimana kondisi kesehatan pe- ke-50) sekitar bulan Januari tepatnya pada minggu ke- miliknya," katanya sambil menepuk pundak si bintang 2 aku pernah menerima hadiah sepasang sepatu dari film, bahkan kondisi mental spiritual serta gelagat poli- seorang lelaki bujangan yang bernama Heru Maruto. tik pemiliknya dapat terbaca," katanya sambil men- Oleh satu dan lain sebab (mungkin pada kesempatan- yantap molen. kesempatan tertentu akan aku terangkan) sepatu pem- berian Maruto itu tidak pernah aku pakai. Oleh istriku sepatu pemberian itu ia simpan di almari tengah. (Al- mari tengah adalah tempat penyimpanan harta dan barang-barang berharga. Seperti: surat-surat tanah, kuitansi-kuitansi pembayaran koran, batu-batu berharga pemberian teman-teman Australia, naskah-naskah dra- ma serta karya-karya penyair yang sedang naik daun. Juga tersimpan dengan baik jaring-jaring penangkap burung kenang-kenangan seorang Jerman yang sekarang sudah mati karena usus buntu. Ditambah lagi So what can I do?! Apakah aku harus memasuki sejumlah harta pusaka dan beberapa lembar kulit buaya ruang tamunya dengan rasa kehormatan yang terce- pemberian bapak mertua yang tak ternilai harganya. mar seperti sekarang ini? Apakah aku harus menjatuh- Jadi dengan sepasang sepatu pemberian Heru Maru- kan harga diriku di hadapan publik yang kesadaran eti- to itulah kami tegar melangkah. Warnanya coklat. Semi- kanya sedang tumbuh sementara pada saat yang sama mya mengkilat. Sekalipun telah tersimpan cukup lama kita sedang gembar-gembor tentang pentingnya prin- kualitas kulitnya masih cukup mempesona. Lembut dan sip-prinsip panutan dan keteladanan? Apakah sorot gerak-geriknya pun amat fleksibel mengikuti bentuk balik se....!" berondong Rokayah tersedu sambil repot kaki. Sekalipun bentuk jari kaki saya besar-besar, tung- menghapus ingusnya yang berleleran. kai yang secara serampangan menjorok ke depan (kami Maka dengan tanpa merinci lebih jauh kehormatan keturunan petani) serta sepasang telapak kaki yang Rokayah yang dengan tercemar perjalanan telanjur sering saya ibaratkan sebagai tidak memiliki urat sa- menyusuri gang Bosnia itu tak mungkin dibatalkan raf, ternyata di dalam penggunaannya sepatu tersebut hanya karena sandal yang belepotan tinja. Karenanya, telah berhasil memberikan performance dan rasa nya- dengan semangat mencermati sejarah, ekstra kewasp man yang memadai. (Menurut berita yang sumbernya adaan kami tingkatkan. Sorot bola mata masing-mas- kurang jelas ataukah ini hanya khayalan saja, kami ing kami perbesar. Pengawasan atas kemungkinan-ke- yakin seyakin-yakinnya bahwa Heru Maruto telah mati. mungkinan pun kami perketat. Maka merunduk-run- Sejak hubungan kami terputus ia lenyap begitu saja duklah kami berdua dalam semangat kewaspadaan. seperti biji-biji bunga-berbulu yang diterbangkan an- "Tidak boleh suatu pengalaman pahit dapat terjadi gin. Namun nyawa Maruto seakan menyelinap mem- untuk yang kedua kalinya," parau suara Royakah. berikan kenikmatan ke dalam sepatu peninggalannya "Guna apa kita belajar dari sejarah jika kita tidak dap- yang sekarang sedang saya pakai. at memetik buah pengalaman?" parau suara Rokayah. Demikianlah situasinya. Berjalan bergandengan "Sebab suatu bangsa yang besar adalah...." parau dengan istri saya yang mengenakan kebaya hijau. Se tersedu suara Rokayah. dangkan saya mengenakan celana berwarna kuning- Aku sepi. Tapi boleh jadi juga sedang menggerutu. golkar. Coklat adalah sepatu pemberian Heru Maruto, Namun dengan rasa bersalah yang agak berlebihan sementara sandal kulit buatan Yogya milik Rokayah Rokayah terus kubimbing sambil menghapus air mat- dengan sempurna terbungkus "tinja peradaban" yang anya dengan selendang. baru beberapa menit yang lalu diinjaknya. Gang di Dan bila kini di depanku menghadang seonggok hadapan kami berwarna gelap, yang hanya dalam jar- rumah bercat putih yang seluruh bingkai-bingkai jen- ak-jarak tertentu termangu bola lampu bertenaga 15 delanya berwarna coklat yang seluruh pintu-pintunya watt. "Kafka, oh Kafka," seru hati saya. "Adakah ke- berwarna hijau, yang lantainya berwarna merah hati, sunyian ini juga hasil rancang bangunmu?" sesuai dengan surat undangan itulah alamat yang ku- Air mata Rokayah mengering. tuju. Itulah rumah temanku. Rumah masa depan. Ru- Sebagai akibat wajar ingusnya pun secara otomatis mah pegawai asuransi kebakaran. ikut mengering. Ia berbisik manja lalu dengan cara Upacara sedang berlangsung. Semua tamu yang sedemikian rupa ia meringis menunjuk ke ujung kain kurang penting diminta duduk di lantai. Orang-orang batiknya yang juga terpercik tai. "Nggak apa," kata yang dianggap berharga "nangkring" di atas kursi yang saya sambil mengecup keningnya seperlunya. "Di re- jumlahnya memang terbatas. Beberapa sahabat karib publik ini," kata saya, "sebagai pertanda dari hidupn- yang diklasifikasi sebagai rekan-seperjuangan - sepen- ya demokrasi sekali-sekali nyeleneh seperti Gus Dur anggungan-di-dalam- suka-dan-duka, duduk dija- kadang-kadang nggak apa?" kata saya menghibur. jar rapi di atas balai-balai bambu di ruang depan. Sese- Anak saudagar kulit buaya itu tak paham. "Tetapi apa hendak dikata? Siapa tahu jika di dalam orang yang bentuknya perna aku kenal sedang asyik Setelah melepas sandal-sandal (guna menghormati gelap semacam ini ada jebakan? My darling," kataku melambung-lambung di awan memberikan wejangan. karpet) dengan didahului mengucapkan "bismillah", bersungguh-sungguh masih bergaya aktor. "Kita masih Maka di dalam situasi dan kondisi semacam itulah aku kami masuk membungkuk-bungkuk mencari tempat jauh lebih beruntung diinjak kotoran manusia ketim- dan Rokayah muncul. Aku yang mengenakan hem hi- duduk bersila di antara tamu-tamu. Tentu kemudian aroma baunya hampir dapat dipastikan jauh lebih mecah sunyi. bang dengkulmu terbentuk potongan besi. Itu jauh lebih jau pemberian seorang pensiunan polisi. Bercelana yang terus mengganggu adalah bahwa pemikiran kami bagus. Ia kan?," tambahku menyabarkan sambil men- kuning-golkar hasil kerja dari seorang penjahit tua yang terpaut pada sepasang sandal kulit warna coklat bua- gurangi beban tinja yang belepotan membungkus san- sangat tidak terkenal. Sedang Rokayah mengenakan tan Ngayogyokarto yang nangkring di ambang pintu dalnya dengan sisir. kebaya berbunga-bunga. Polanya mirip bentuk kuping yang secara teratur dan sistematik seakan-akan terus Rokayah menangis kuda. Warnanya hijau-tentara. Sehelai selendang ter- berteriak-teriak memanggili nama saya. Sandalnya memang masih baru gres, Cicilannya be- buat dari bahan yang sangat tipis yang begitu mudah Oleh satu dan lain sebab angin tiba-tiba memang lum selesai. Bahannya memang asli terbuat dari kulit sapi. diterpa angin melilit di pinggangnya. Dengan gaya dan lebih sering bertiup. Hidung Rokayah gelisah berjaga- Pengecemya menyatakan bahwa tak perlu diragukan lagi penampilan seperti wanita Sunda itulah berakibat ke- jaga. Sedang bibir saya gelisah berdoa semoga angin berkat hasil karya tangan-tangan terampil para perajin Yo- miskinan keluarga dengan sempurna berhasil aku bertiup ke arah luar pintu. "Sebab bagi kita," lanjut gyakartalah yang memungkinkan sandal itu tercipta. Teta- bungkus. Dan hal-hal lain yang menyangkut alas kaki menggebu-gebu yang sedang berpidato "yang nama- Ngurah Oka Supartha Sandal Pasien-pasien Cerpen Abu Bakar SETELAH berkali-kali bertanya, setelah berkali-kali melihat kembali ke alamat serta skets pada surat undan- gan, akhimya kami tiba di tempat yang dituju. Tentu hal ini pun harus kuterangkan dengan cara yang tak gampang tetapi bahkan sedikit agak berbelit-belit. Sebab untuk men- capai rumah yang 12 tahun diimpikannya itu, kami dipak- sa melewati gang Bosnia yang kiri-kanannya terdiri dari gundukan sisa-sisa bongkaran. "Hati-hati Mam banyak paku," kataku pada istriku. "Dan awas itu," kalau lagi ketika sebuah lubang menganga dengan sebonggol besi mirip kepala kerbau menghadang di dalamnya. "Tapi...," kataku lagi sam- bil menahan gerak langkahnya ketika kulihat seutas tali jemuran mengeram di tanah. Kutarik lengannya ke kiri lalu kugaet ke kanan untuk menghindar tersangkut cakar tak jelas dan akhirnya preet....!! seluruh kewas- padaanku buyar ketika dengan sempurna sekali-kali istriku mendarat di atas setumpuk tinja manusia yang dalam kondisi segar-bugar. "Fresh," kataku. "Luar biasa fresh," jawab istriku. "Fresh and com- pletely brand new," jawabnya pahit getir. Nama istriku Rokayah. Lengkapnya Siti Rokayah binti Saleh Alkatiri Taradan. Ayahnya adalah Haji Taradan (asal Desa Loloan Kabupaten Jembrana) seor- ang saudagar ayam yang pada waktu-waktu tertentu bila modalnya telah terkumpul juga terlibat dalam jual beli kulit-kulit buaya. Langit bersih, tak ada bintang berseri di dalamnya. Maka di dalam gang di bawah sorot lampu 15 watt pada saat langit bersih tak ada bintang berseri di dalamnya itulah masalah tinja yang terinjak tanpa sengaja itu jadi perkara. Paparan, uraian dan argumentasi istriku san- gatlah akurat. Tetapi kesempurnaan pembelaanku pun tidak bisa dianggap enteng. "Kipling adalah kolegaku. Sahabat kentalku. Dan rumah yang diresmikan-diluncurkannya ini adalah ha- sil impian, cucuran keringatnya selama 12 tahun se- bagai pegawai asuransi kebakaran. Hati nuraniku mera- sa tergugah untuk memberi semangat atas suksesnya!," kataku mantap bergaya aktor. "Aku tidak bicara perkara nasib bangsa!," serang Rokayah. "Aku bicara perkara tinja manusia yang sekarang membungkus sandalku!," sengit Rokayah juga bergaya aktor. pi hatiku berbisik bahwa barang tersebut tak lebih tak kurang hanyalah buatan akal-akalan orang-orang Kuta yang diberi stempel Ngayogyokarto. Warnanya?" PSSRD. nya rumah adalah bukan sekadar benteng bagi perlin- gaku sebagai pegawai PLN turut berebut perhatian. dungan rasa takut dari hantaman gelombang global- "Pada suatu hari," katanya "ketika saya sedang asyik isasi tetapi juga merupakan simbol status serta prestise mengail eee....eeeee tiba-tiba dengan megahnya hanyut unjuk gigi akan ketinggian kedudukan kita di dalam di hadapan saya sepotong tinja yang sedemikian be- masyarakat. Rumah sdr Kipling ini contohnya. Ia ter- sarnya. Dengan misterius separuh permukaannya bukti bukan sekadar penerapan sempurna dari prinsip tenggelam sehingga ikan-ikan jenis karper ramai desa kala patra asta kosala kosali yang menempatkan mengejarnya." faktor kesehatan sebagai unggulan utama tetapi sekali- gus merupakan pengejawantahan ekspresif dari keting- "Hijau kebiru-biruan. Nah, sekarang pertanyaan gian pemikiran filsafat pemiliknya. Dus...?" tiba-tiba saya adalah jenis kepribadian macam apakah yang da- pidatonya mengendor saat angin berembus dari arah pat dicerminkan oleh kenyataan itu berdasarkan atas pintu. Hidungnya mekar. Bibirnya cengar-cengir na- hukum korelasi sebagai yang telah bapak beberkan tadi? mun mulutnya tetap menganga melanjutkan pidato. Hadirin berpikir. Kesempatan untuk menjadi pakar Akibat daripadanya tentu saja fatwa-fatwa Hindunya terbuka lebar. Kesempatan untuk mimpi terbuka lebar. menjadi kabur. Daya renungnya dangkal. Karena yang Kesempatan untuk sembuh terbuka lebar. Dan potret terdengar hanyalah kefasihan slogan-slogan yang laz- bangsa yang secara politik makin gerah itu juga terbu- imnya ditebar di koran. Tetapi dengan sendirinya sama ka lebar. Seseorang yang memang berlidah gatal bert- sekali tidak dapat diartikan bahwa sang tokoh telah anya "Dari mana arah konjungsinya. Maksud saya, ti- kehabisan bahan. Beliau ngawur tetapi ngawur yang tik berat yang menggerakkan pusat sentralnya? Tan- argumentatif, bisik saya pada lelaki sebelah saya. yanya bersungguh-sungguh bergaya pakar. Ngawur yang masuk akal. Ngawur yang disengaja un- "Utara kalau tak salah." tuk memancing pemikiran kreatif. "Hmm, apakah lokasi mengail anda di tengah sawah, lembah, atau sama sekali sangat berhimpitan dengan kesumpekan kompleks Perumnas?" "Kok.... bau anu ya?," tawanya nyengir melirik saya. Entah sebab apa tiba-tiba semua mata dalam ruang secara beramai-ramai melirik saya. Seseorang yang selama ini saya kenal sebagai bekas bintang film bahkan menyingkir dari tepi saya sambil mengucapkan sederetan kata-kata yang nadanya sangat tidak enak di kuping. "Maaf saya terpaksa pindah duduk. Sebab sejak satu jam yang lalu bau itu secara terus-menerus meni- kam diri saya." Saya tidak menduga bahwa pernyataan saya yang didasari niat baik itu justru membuat tersinggung seor- ang bapak yang mempunyai kepala mirip kobra. Kat- anya "Emangnya hidung kita ini badak, emangnya kita mudah dikacaukan akan ada pemahaman yang memb- ingungkan antara aroma asli dan formulasi buatan? Jangan lempar batu sembunyi tangan dong!" Lagi kata si kepala kobra. "Saya tidak ingat lagi," jawab tegas pegawai PLN. "Tiada lain tiada bukan," sambut Bapa yang punya teori korelasi tadi. "Bahwa pemilih tinja yang berwama hijau kebiru-biruan itu adalah innocent adanya. Adalah suatu jenis kepribadian yang di dalam berbagai aspek per- sonality-nya merasa free from moral wrong, not guilty, es- pecially legally. Jelasnya bukan tinja golongan demokrat atau urban. Kenapa saya berani berkesimpulan semacam itu? Kanapa ayo kenapa?" Saya harus sabar dan tak ingin membuat kegaduhan. Saya pun tidak ingin menang terlalu cepat. Karena itu den- gan tingkat kesabaran yang luar biasa saya memberikan Tukar pikir penyembuhan yang mengingatkan pencerahan. Mungkin karena gelap maka bapak ibu dan pada sanatorium jiwa antar-pasian-pasien itu terus sdr sekalian tidak sempat melihat bahwa tidak lebih dari berkobar: "Kenapa saya berani berkesimpulan 135 m dari tempat kita ini ada lapangan pembuangan sam- semacam itu? Kenapa saya harus mengambil suatu pah. Segala macam limbah ada di sana. Segala macam konklusi yang sedemikian rupa dari suatu ekspresi ek- bangkai juga terdapat di sana. Dari bangkai anjing hingga sternal yang secara sepintas lalu bisa dianggap mutlak bangkai tongkol yang dibuang dari pelabuhan Benoa. Jadi persoalan intern, sehingga dengan demikian menutup dari sanalah bau ini berasal. kemungkinan nan campur tangan pihak luar? Lalu se- bagai pembina politik wewenang kita di mana?" Hadirin diam. Kipling resah bungkam tapi bangga. Beberapa wanita basak-bisik lobbying. Seorang lelaki dengan tangan gemetar menelan obat. Rokayah pucat pasi tetapi masih menyempatkan diri untuk manggut manggut dengan pikiran yang mengelana. "Contohnya saya Pak," kata bekas bintang film tadi. "Kenapa saya memilih parfum yang mengingatkan "Saya ini mantan apoteker Mas! Jadi dalam persoalan aroma kelamin?" tanyanya sambil mengeluarkan bot- bau membau sayalah pakamya. Dengan hanya bermodal ol berwarna hijau sebesar kelingking dari dalam tasn- hawa dan baunya saja ditambah menilik sedikit dari aspek ya. Setelah mengoleskan sedikit ke ujung hidungnya residunya, aspek limbahnya lalu menganalisanya mele ia berkata, "Ini tiada lain tiada bukan merupakan ek- wati sistem daur ulang maka dengan gampang dapat dite spresi kepribadian dari suatu bangsa yang sedang tum- bak mentalitas dan kepribadian sumbemya. Adakah ia lokal buh. Kita semua mempergunakan parfum dengan bau atau impor? Adakah ia orang sini atau orang jauh? Adakah dan merek yang berbeda. Kenapa? Bukankah semua ia kebetulan ataukah dimuati unsur kesengajaan untuk men- ini merupakan pembenaran dari hukum korelasi se- gacaukan situasi." bagaimana yang bapak beberkan tadi? Bukankah ini "Karenanya," lagi-lagi menuding saya. "Hidung juga merupakan the freedom choice of expression," saya tidak mungkin dikelirukan oleh segala macam katanya sambil terus asyik menciumi botol hijau sebe- permainan dan manipulasi apa pun. Bahkan saya dap- sar kelingking itu. at memberi garansi bahwa segenggam limbah jenderal "Mari jajannya disambi," kata istri Kipling me- kurang dibanding limbah prajurit. Tinja guru berbeda "Lho ini kuehnya kok dibiarin nganggur. Ayo cici- dengan tinja muridnya. Maka demikian seterusnya bah- pi!" kata seseorang yang kepalanya dibalut handuk. wa ada korelasi hubungan timbal balik yang saling "Kembali ke pokok soal," lanjut sang Bapa "Jadi merefleksikan substansi masing-masing merupakan jika kita bekerja atas dasar tanggung jawab dan we suatu hipotesa kebenaran yang tidak dapat diganggu wenang lalu berhasil mendapatkan sumber bau itu, gugat," katanya tandas, dengan pandangan tajam berhasil meraup tinja itu, lalu secara makro rukun ber- menancap di kepala saya. amai-ramai dalam forum informal ini menelitinya, Angin bertiup lagi dari arah jendela. Bau wewan- menganalisanya dari berbagai sudut dan aspeknya se- gian terkipas lagi yang sumbernya jelas berasal dari bagaimana telah berulangkali saya sebutkan tadi, ten- sandal istri saya. Tanpa diminta seseorang yang men- tu daripadanya dengan tanpa ragu kita segera dapat "Dengan demikian," katanya berdiri sambil berg- erak maju, "mari kita singsingkan lengan baju! Mari kita teliti semua sandal sepatu yang berada di sini se- cara terbuka dan demokratis. Katakanlah semacam ting- kah laku pelecehan, semacam laboratorium usaha ber- sama di dalam memburu dana revolusi," gebraknya sambil melepas doa. Me dadak usiaku meloncat menjadi 90. Nanar mataku menancap mata Rokayah. Mata Rokayah nanar memikirkan tindakan penyelamatan terhadap sandal Yogyanya. Maka di bawah jubah sang penyembuh semua san- dal-sepatu oleh para pasien dinaikkan ke atas pentas. Diletakkan di sentral ruang dengan sejumlah lampu yang menyorot lebih tajam. Seluruh hadirin diatur mel- ingkar yang memberi kesan seakan kami semua ad- alah dokter-dokter jiwa yang berada di kamar-kamar operasi jiwa untuk membedah jiwa-jiwa. "Ini suatu studi. Ini suatu contoh kecil yang tidak bisa dianggap sepele, bagaimana kita dapat membuat suatu konklusi besar dari suatu contoh kecil. Jadi co- balah seluruh minat dan perhatian kita tumpahkan. Sebagai abdi bangsa marilah kita menjadi Habibie- Habibie kecil untuk meningkatkan derajat kepakaran dan kemampuan intelektual secara optimum," katan- ya lagi-lagi sambil menyantap molen. "Bagi saya tidak ada yang nonsen di republik ini. Bertamasya ke bulan menjadi mode yang telah ketinggalan zaman. Batu gin- jal dapat dipecah hanya dalam waktu sedetik. Janin manusia dapat direkayasa sebagaimana Habibie mem- buat CN 235. "Let's go!" Bagai mesin, kesibukan mendadak masif, padat. Sebagai partisipan yang aktif Rokayah-istri gue mendadak menjadi Habibie kecil yang lincah, sigap dan gesit. Tentu, pertama kali yang disambarnya adalah sandalnya sendiri. Sandalnya itu ia tarik ke bawah mik- roskop mata tepat di bawah hidung. Tentu baunya menyeruak. Tentu kemudian dengan cara yang sedemikian rupa ia memasukkan kedua sandalnya tersembunyi di balik kebaya terbungkus selendang. Tentu kemudian ia menyelinap ke kamar mandi, men- cari jalan keluar dan mengendap-endap pergi menyu- sur gelap gang Bosnia. "Hati-hati Mam," bisik saya menguntit dari bela- kang. Awas jangan sampai nginjek lagi," bisik saya. "Kita musti belajar dari sejarah," parau suara saya. Setiba di mulut gang yang bersebelahan dengan apotek barulah kami dapat bernapas dengan lega bah- wa dalam usia 90 tahun jungkir balik kawan dan lawan dulu dan sekarang realitas dan fantasi tak dapat saya kenali dengan baik. Waktu meluncur ke depan semen- tara masa lampau menyerobot masa kini "Hapus ingusmu," kata saya pada Rokayah. "Mas," bisiknya. "Apa?" "Saya nginjek lagi." Seminggu kemudian sebagai pernyataan terima kasih surat Kipling datang. "Maaf", begitu bunyinya. Sekalipun pembangunan rumahku sudar klar, WC aku belum punya. Bila tak ada aral melintang pada peresmi- annya tahun depan kau dan istrimu InsyaAllah tak akan belepotan lagi. *Hormatku Maruto Cerpen ini kuserahkan kepada dokter yang merawat jiwaku Dari Pesta l SINGARA DERMAGA Buleleng tanggal 31 Maret 1996 ber nar menjadi saksi bisu te kebangkitan gairah berke di Buleleng. Lewat hajat sar degnan label PESTA DERMAGA BULELEN bagai rangkaian acara dar 392 Kota Singaraja. Be puisi dibacakan secara b oleh para pejabat Bulelen birokrat kampus, seniman leng, pecinta seni sastra d langan kampus dan kal pelajar SMU di Singaraja Adalah Ketut Wirata S orang nomor satu di Bu (Bupati) yang membuka puisi ini dengan vokal ya lat dan lantang, beliau n mandangkan tiga kali be turut semboyan kota Si "Hidup Singaraja S Hidup Singaraja SAKTI, Singaraja SAKTI" dan di kan dengan pembacaan Suara Ang Nur Wahida AKU tahu suara angi kau hembuskan dikegerah sudut suaka bilik istana bukanlah gumpalan embu yang kita janjikan. Tapi malam yang meruang d waktu dipengembaraan p ianmu pada keinginan m kan sesak napas pemburud ga-bunga Bungaku yang liar mer kuasa ilalang di hutan ja lagi bermusim daun-daun serta kemarau panjang ka hadir untuk tumbuh seiri pas kesadaran alam be mengelilingi matahari nanku. Keyakinanku meng kan tiap lekuk nadi tidurn yang bermimpi mengirin jalanan ke ujung batas Tapi kini sampai di pendakian kita yang ta oleh panas hari, di musin kita kedinginan sendiri. kemana langkahku kau dilena tembangmu yang ta tak erat kugenggam" tahu, aku letih mengha prolog pada pementasan panggung ini kini harus kau setelah peranku usai. Hani aku tak sanggup m kan sisa usia skenario in menuntaskannya, aku ta gup lagi meyakini akhi ini. Penghayatanku ter dikuasa angin, kesepian udramu. Aku takut teng lalu mati terombang-an "Aku tak tahu!" Sarat melumuri sayat-sayat di tubuhku, perih lukanya UD.MAJU M Jl. Raya Se TELP. 72137 KAYU KAMPER KAYU KRUING KAYU MERANTI HARGA M BI Balai Pelatihan Bis & Penge Paket Program Teknik meningkatk dalam kepemimpin Strategy/Kiat-kiat Akuntansi Praktis Instruktur Profesiona Informasi & Pendaft Jl. Raya Pupu Telp. 236 PAKET KHUSUS UN Kami menyiapkan ruangan da RESEPSI PERNIKAHAN PERAYAAN HARI BAHA SEMINAR PERTEMUAN MAUPUN A WISUDA MENERIMA PESANAN C Hidangan Indonesia yang kan yang enak Untuk pemesanan silakan hub Jl. Veteran No. 2cm Color Rendition Chart