Tipe: Koran
Tanggal: 1996-09-12
Halaman: 10
Konten
2.cm 4cm HALAMAN 10 Soal Sarjana atas Rasa Belas Kasihan Bali Post Kamis Kliwon, 12 September 1996 DIALOG MAHASISWA Benarkah Menambah Barisan Pengangguran? Nilai Belas Kasihan Berdampak Negatif DUNIA Pendidikan Tinggi baru-baru ini dikejutkan dengan ungkapan pemerhati ko- munikasi Universitas Brawijaya Malang, Drs. Timotius Hartono, MPA. Rendahnya kual- itas SDM di Indonesia menurutnya tidak lepas dari banyaknya sarjana Indonesia yang lulus atas pertimbangan kemanusiaan, bukan karena prestasi akademisnya (Bali Post, 2/ 9). Betapa tidak, rasa belas kasihan yang diberikan dosen kepada mahasiswanya berdam- pak luas, bukan hanya pada sarjana itu sendiri, tetapi juga pada lembaga pendidikan, dan bangsa. Untuk mengetahui lebih jauh, berikut Bali Post melaporkan. MENDIKBUD dan pejabat Depdikbud lainnya, hampir setiap ada pertemuan selalu mengungkapan dan mendorong, tingkatkan sumber daya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan. Tidak terkecuali, dari SD, SLTP, SMU hingga Perguruan Tinggi. Belum lagi mutu dicapai, tiba-tiba lembaga pendidikan tinggi dice mari dengan ungkapan rasa belas kasihan. Sehingga si mahasiswa bisa lulus dari Perguruan Tinggi. "Inilah akibat dari pengelola lembaga Perguruan Tinggi yang lebih mengutamakan segi komersialnya dibanding dengan mutu," ujar dosen Fakultas Teknik Unud Ir. I Nyoman Gelebet. Dengan berorientasi pada komersialisme, secara tidak langsung lembaga pen- didikan tinggi bersangkutan akan menerima calon mahasiswa sebanyak-banyaknya dan memproduksi sarjana juga dalam jumlah besar. Gelebet mengibarat- kan mahasiswa yang masuk ke Perguruan Tinggi sep- erti karcis masuk di gedung film. "Hanya lewat begitu saja," katanya. "Jadi instruksi agar Perguruan Tinggi meningkat- kan mutu, belum dipahami dengan baik. Mereka baru mengenal istilah mutu dan belum memahami bagaim- ana peningkatan mutu yang dimaksud," ujarnya. "Oleh karena baru mengenal kata mutu, akibatnya para sar- jana tidak mengetahui apa yang mereka pelajari. Aki- batnya, begitu selesai studinya mereka bingung, tidak bisa mandiri, lalu muncul pemikiran apa yang bisa di- lakukan/ dikerjakan di masyarakat," tuturnya. Akhim- ya, bertambahlah barisan pengangguran di negeri ini. Humas Politeknik Unud Drs. Nyoman Mandia juga berpendapat, bahwa pertimbangan kemanusiaan dalam proses meluluskan mahasiswa tidak mungkin dihin- dari. Unsur kemanusiaan, kata dia, mungkin dilaksan- akan sepanjang kriteria-kriteria prinsipil sudah dilak- sanakan. Misalnya, seorang mahasiswa Politeknik harus lulus ujian dengan nilai rata-rata minimal enam, dan sudah pernah mengikuti training di perusahaan swasta sesuai bidang studi masing-masing. "Kan malu nanti lulusan Politeknik tidak bisa bekerja," ujarnya. "Apa yang dimaksudkan dengan pemberian rasa kemanusiaan yang diberikan kepada sarjana, harus "jelas" tandas mantan Ketua Badan Musyawarah Per- guruan Tinggi Swasta Wilayah VIII, Prof. Suanda Wesnawa,S.H. Jika rasa kemanusian menyangkut nilai dari angka tidak lulus menjadi lulus, kata dia, itu keli- ru dan tidak dibenarkan di dunia pendidikan. Akan tetapi di dunia Pendidikan Tinggi ada istilah rasa kemanu- siaan yang biasanya diberikan kepada mahasiswa. Misalnya, seorang mahasiswa yang hanya tinggal menyelesaikan skripsi saja, tetapi tak pernah muncul- muncul di kampus hingga melampaui batas waktu kuli- ah. "Nah.. dari dosen muncul rasa kemanusiaan mem- bantu mahasiswa bersangkutan agar tidak sampai drop out. Caranya, bukan dengan memberi nilai dengan mudah, tetapi memotivasi mereka (mahasiswa-red) agar menyelesaikan studinya," ucap Wesnawa yang kini menjabat sebagai Ketua Yayasan STIMI Denpasar. Pembantu Rektor (PR) I Universitas Udayana Prof. Dr. Ketut Nehen dan PR I Universitas Warmadewa Ir. I Ketut Sunadra, M.Si. berpendapat rendahnya kuali- tas SDM Indonesia bukan semata-mata disebabkan banyaknya sarjana lulus atas pertimbangan kemanu- siaan tetapi banyak faktor. Nehen menilai adanya sar- jana lulus dengan pertimbangan kemanusiaan itu wa- jar. Menurutnya universitas manapun, pasti mempun- yai pertimbangan kemanusiaan untuk meluluskan ma- hasiswanya. "Tetapi persoalannya, pertimbangan ke- manusiaan yang bagaimanan? Itu yang perlu dipert- anyakan," katanya. Ditegaskannya, pertimbangan kemanusiaan itu harus mengacu pada ketentuan-ketentuan akademik, maksudnya kelulusan mahasiswa tidak diberikan cuma- cuma, tetapi harus merupakan jerih payah mahasiswa itu sendiri. Dicontohkannya memberlakukan peratu- ran yang dapat memaksa mahasiswa menyelesaikan studi, sehingga mereka tidak larut dalam suasana san- tai diakhir masa studinya. Sementara seorang pengamat yang menolak dise- butkan namanya berpendapat, tidak semua sarjana lu- lus atas pertimbangan kemanusiaan. Menurut dia di Fakultas Teknik Unud setahun lalu, ada kejadian yang mengiris hati, dimana seorang yang sudah dinyatakan Sarjana Instan MASALAH sarjana yang dilu- luskan karena alasan kemanusiaan, sudah bukan rahasia dikalangan dunia pendidikan bahkan di masyarakat. Tetapi apakah tindakan itu dapat dibenarkan? Sebelum menvonis benar atau salah, ada baiknya kita bertitik to- lak pada arti pendidikan. Arti pen- didikan menurut pasal 1 Bab I Un- dang-undang tentang Sistem Pen- didikan Nasional No. 2 Tahun 1989 mengungkapkan," usaha sadar un- tuk menyiapkan peserta didik mela- lui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. "Dari arti ini oleh St. Sularto (1990), tujuan pendidikan dipilah menjadi dua. Tujuan makro pendidikan di Indo- nesia adalah membentuk manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan mik- ro yang dikaitkan dengan kedudu- kan bangsa Indonesia sebagai bagi- an masyarakat dunia, kegiatan pen- didikan bertujuan untuk mengisi pasar kerja sesuai perkembangan iptek. Masalah kemudian, dari tu- juan mikro ini dunia pendidikan sering ketinggalan dibandingkan perkembangan iptek. Sampai sekarang pun dalam prakteknya, pemegang kebijaksanaan tidak te- gas memilih lebih mengutamakan tujuan mikro atau tujuan mikro? Akibat ketidaktegasan itulah melahirkan banyak penyimpangan penyimpangan sistem pendidikan. Diantaranya adalah meluluskan sar- jana karena alasan kemanusiaan. Jika fenomena ini dibiarkan terus berarti menyimpang dari tujuan, baik tujuan makro maupun tujuan mikro. Sebab bila sarjana tersebut belum siap se- bagai sarjana, bagaimana ia dapat membentuk dirinya sebagai manusia seutuhnya. Sebab untuk itu diperlu- kan kesiapan mental dan akademis yang tidak dapat dipenuhi oleh sarja- na instan (istilah yang cocok untuk sarjana yang lulus karena alasan ke- manusiaan). Atau bagaimana mere- ka mampu mengejar iptek bila aka- demisnya rendah! Sebab dalam hal iptek, yang sering ditonjolkan adalah kemampuan akademisnya. Yang juga menarik diulas, ad- lah mengapa kok sekarang bany- ak lahir sarjana instan? Kalau diu- rut hingga ke pangkalnya, sebenam- ya kita tidak perlu terkejut dengan lahimya fenomena tersebut. Sebab fenomena sarjana instan lahir se- bagai produk ketidakjelasan sistem pendidikan itu tadi. Karena ketidakjelasan itu maka orientasi pendidikan itu juga berubah. Bila dulu orientasi pendidikan didasari oleh semangat kebangsaan dan keagamaan sebagai salah satu ben- tuk pengabdian bagi masyarakat, maka kini yang lebih menonjol ad- alah orientasi bisnis. Meskipun ked- ua orientasi sebelumnya tetap ada. Tetapi persentasenya kalah dengan orientasi bisnis. Karena orientasi bisnis ini maka yang dihitung oleh penyelenggara pendidikan adalah keuntungan sebesar-besamya! Ak- ibatnya, kualitas in put mahasiswa diabaikan. Yang penting si maha- siswa dapat membayar uang pen- didikan ia dapat diterima. Kemudi- an lebih lanjut perekrutan in put pun bergeser menjadi kepentingan kuan- titas. Untuk mengejar keuntungan bisnis itu tadi. Disamping in put, ten- aga edukatif pun kualitasnya kurang diperhatikan. Sebab semakin berkualitas tenaga edukatif, tentu semakin mahal gajinya. Ini tentu kurang menguntungkan dari segi bisnis! Akibat lainnya, adalah sara- na dan prasarana tidak memenuhi standar. Ya itu tadi terbentur ong- kos untuk membeli dan mengop- erasikan sarana dan sarana tersebut. Akibatnya bermuara pada sistem pendidikan (metode ajar) yang tidak baik pula. Karena in put yang kual- itasnya rendah, tenaga edukatif yang kualitasnya pas-pasan dan sarana- prasarana yang minim. Sehingga jangan heran kalau out put pendidi- ARCOM COMPUTER COMPUTER HARDWARE-SOFTWARE-ACCESSORIES JI. Plawa 78 A Denpasar, Bali Telp. (0361) 240554 PENTIUM 166 MHz/1CMB (Rp. 3.250 000) PENTIUM 100 MHz/8MB (Rp. 2.175.000) PENTIUM PENTIUM 133 MHz/8 MB BONUS (Rp. 2.650.000) PENTIUM 75 MHz/16MB (Rp. 2.000.000) Mouse Disket Mouse Pad Stavolt 4860X4-100MHz (Rp 3.350.000) 4860X4-100MHz/4MB (Rp.1.675.000) 4860X4-100 Acer Nootbook 350C Harga Tidak mengikat Datang ke Show Room Kami SoftWare: Program Bank, Transport, Stock, Akutnansi, dan Program sesuai pesanan C. 2544 kan perguruan tinggi tersebut seka- dar menjadi sarjana instan! Lantas apa kita akan berdiam diri dengan fenomena tersebut?Ten- tu saja tidak. Langkah yang paling mendasar adalah perlu ketegasan untuk memperbaiki sistem pendid- ikan di Indonesia. Bila ini dilaku- kan maka orientasi pendidikan pun seyogyanya harus dikembalikan pada semangat semula, semangat pengabdian, baik yang dilandasi kebangsaan maupun keagamaan. Kemudian langkah teknis yang da- pat dilakukan beberapa diantaran- ya adalah memperbaiki sistem rek- ruitmen, sehingga in put yang diper- oleh pun berkualitas dan berpoten- si untuk dikembangkan. Disini as- pek kualitas harus di kesampingkan! Kemudian peningkatan tenaga edukatif di lembaga-lembaga pen- didikan yang ada. Perlu perekrutan tenaga edukatif yang benar-benar mempunyai sifat mendidik bukan mengajar! Ini tentu saja harus di- ikuti oleh peningkatan sarana-prasa- rana. Untuk itu lembaga pendidikan yang sarana dan prasarananya min- im diberi dua alternatif. Pertama, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana (baik secara langsung maupun bertahap dalam jangka waktu tertentu) atau kalau tidak mampu dapat ditempuh langkah kedua. Yakni, menutup lembaga pen- didikan itu atau diserahkan pada pi- hak yang mampu untuk itu. Tentu saja langkah kedua ini harus dilakukan secara hati-hati dan arif. Bila semua ini dapat dilakukan maka out put dalam bentuk sarjana instan tidak akan terjadi lagi. Tentu saja semua ini perlu waktu dan proses. Tetapi tidak ada salahnya dicoba mulai sekarang. Bukankah hati nurani kita alergi akan kehadiran sarjana-sarjana instan ini? ●Ananta Wijaya STAVOL ICA - UPS STAVOL lulus malah dibatalkan akibat kekeliruan pegawai ad- atas pertimbangan kemanusiaan. Ni Wayan Suriasih ministrasi dalam memasukkan nilai sehingga orang ibu dari Putu Mas Martiniasih, mahasiswi berprestasi yang seharusnya tidak lulus menjadi lulus. "Kalau wakil Universitas Warmadewa yang baru lulus meng- memang ada pertimbangan kemanusiaan semestinya harapkan para dosen tidak perlu meluluskan sarjana mahasiswa tadi diluluskan, tetapi kenyataannya ma- atas pertimbangan kemanusiaan. "Percuma nanti ge- hasiswa tersebut tidak diluluskan. Betapa sakitnya lar sarjana hanya sekadar embel-embel" ujar Suriasih perasaan mahasiswa yang diperlakukan seperti itu" ujar pendidik di TK Kuncup Mekar Swastiastu sumber itu dengan nada iba. Sementara itu Putu Setiawan, Sarjana Teknik Ar- sitektur lulusan Unud tahun 1995 melihat isu pertim- bangan kemanusiaan muncul tidak lepas dari trend per- saingan indeks prestasi (IP) output antar lembaga pen- didikan tinggi. Beberapa tahun lalu pernah muncul suatu fenomena orang berkualitas yang kuliah dengan sistem proses belajar mengajar (PBM) dan sistem penilaian yang ketat IP-nya lebih kecil dibandingkan dengan SDM kualitas pas-pasan tetapi kuliah dilembaga yang proses belajar mengajarnya sekadar jalan. Konsekuen- sinya kemudian orang yang berkualitas akan tersingkir lebih awal, bila pasar kerja menetapkan standar IP. Mis- alnya melamar pekerjaan harus punya IP 2,7 atau tiga "Dulu banyak orang berkualitas tidak punya IP di bawah 2,5," tandasnya. Saat ini munculah persaingan antar-lembaga pendidikan tinggi untuk meluluskan sar- jana dengan IP tinggi. Namun sayang IP tinggi tidak selalu diimbangi dengan kualitas SDM yang tinggi pula. Tentang kemudahan meraih IP tinggi, tampaknya menjadi salah tujuan mahasiswa memasuki perguruan tinggi tertentu. Wayan Sedana yang lulusan sebuah per- guruan tinggi swasta, mengaku sengaja memilih ma- suk di luar Bali lantaran lebih mudah mencari kelulu- san. "Jujur saja, saya masuk sekadar mencari lulus. Waktu nyusun skripsi, tak lebih dari sebulan, gelar sar- jana begitu mudah saya kantongi," katanya enteng. Sedana yang kini memegang sebuah perusahaan, melihat kebenaran atas sinyalemen adanya perguruan tinggi (swasta maupun negeri) yang memberi kelong- garan terhadap kelulusan mahasiswa. Artinya, para dosen yang mengajar sedikit lebih mudah diajak kom- promi. Entah karena pertimbangan apa, katanya, PTS itu sudah dikenal mudah meluluskan peserta didiknya. Ir. Gede Arta berpendapat, kemudahan yang diberi- kan seorang dosen bagi mahasiswanya tidak lepas dari 'budaya' kampus tempatnya mengajar. Apalagi bagi dosen baru, standar nilai yang ditetapkan mengacu pada tingkat kemudahan sesuai 'pemberlakuan' kampus. "Kualitas nilai di tiap Perguruan Tinggi memiliki bo- bot yang tidak sama. Bisa saja sarjana dengan IP ting- gi tetap bodoh di masyarakat, ini bukan semata lanta- ran rasa kasihan dosen terhadap mahasiswa," katanya. Kalangan orang tua yang anaknya baru lulus men- jadi sarjana, sangat menyayangkan jika ada sarjana lulus Dia mengaku selalu mendorong anaknya agar lu- lus dengan nilai memuaskan, tetapi juga diimbangi kualitas diri yang dapat dibuktikan nantinya ketika memasuki pasar kerja. Hal senada juga diungkapkan I Gede Suita, orang tua Luh Putu Parwati alumnus Un- war Denpasar. "Kurang dapat diterima kalau sarjana di- luluskan atas pertimbangan kemanusiaan. Apalagi sarja- na sekarang diharapkan dapat berwiraswasta karena ke- mungkinan untuk diterima di instansi pemerintahan sulit sekali," tambahnya. Sarjana yang diluluskan atas pertim- bangan kemanusiaan, menurutnya hanya akan memper- banyak jumlah pengangguran. Pegawai Dinas Pendidi- kan Dasar Kodya Denpasar itu mengaku bersyukur anaknya lulus tepat waktu. Menurutnya keberhasilan anaknya lulus dalam waktu empat tahun di jurusan Akun- tansi FE Unwar, dapat dijadikan acuan bahwa anaknya tidak lulus atas pertimbangan kemanusiaan. Secara terpisah Putu Suasta seorang pengusaha muda yang banyak merekrut tenaga lulusan sarjana mengaku prihatin terhadap kemampuan mereka." Bayangkan saya harus mendidik mereka selama dua tahun baru mampu bekerja sesuai harapan" tandasnya. Mengatasi persoalan tersebut, kata Nyoman Gele- bet, semua pihak harus turun tangan. Dari dosen, ma- hasiswa hingga pemerintah yang dalam hal ini instan- si/ departemen yang membidangi masalah ini. Lebih lebih lagi pemerintah, yang menyarankan agar Pergu- ruan Tinggi meningkatkan mutu hendaknya dibarengi dengan dana yang cukup. "Tanpa dibarengi dana yang cukup, mustahil saran agar meningkatkan mutu pen- didikan di Perguruan Tinggi akan sulit dicapai," ucap nya. Selama ini, ia menilai, bantuan pemerintah untuk menunjang mutu pendidikan masih rendah. Kata Gede Arta, campur tangan nilai kemanusiaan terhadap tugas kampus, tidak hanya membuat kegan- jilan terhadap proses pelulusan. Untuk itu, perlu kete- gasan sikap dan kesetiaan pada tujuan pendidikan, den- gan berpegangan pada obyektivitas nurani. Yang lebih tragis, malah terdapat pemaksaan kelulusan lantaran disertai embel-embal tertentu. Inilah yang perlu dis- ikapi lembaga pedidikan. "Bagaimana masyarakat tidak curiga, malah mereka (mahasiswa-red) yang be- rani berkata kalau gelamnya itu didapat dengan mudah. Apakah kita menolaknya, tentunya para dosenlah yang lebih tahu," tambahnya. (sri/jan/jep) Lulus atas Belas Kasihan Dosen MUKA biru legam dunia pen- didikan kita tampaknya masih harus berlanjut. Konon kabamya, seorang dosen di Tanah Jawa per- nah mengatakan banyak maha- siswa yang terpaksa diluluskan karena rasa belas kasihan dosen. Namun tak diceriterakan adanya dosen yang dulu juga lulus akibat belas kasihan eyang dosen yang mengajamya. Andaikata apa yng diungkapkan dosen tersebut be- nar adanya, tak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengusap dada sambil berprihatin, sambil bert- anya, "Lantas siapa yang ber- salah?" Tetapi mencari biang kerok dari kemelut pendidikan kita rasanya sudah banyak dilakukan orang. Ada yang mempersalahkan guru sebagai sudah kehilangan idealisme dan kehabisan bensin akibat gajinya yang rendah. Lan tas ada pula yang mununjuk sistem pengajaran kita yang ter- lalu kaku, semuanya serba diatur dari atas, sampai membuat ren- cana mengajar saja guru harus mengacu pedoman dan petunjuk dari atas, sehingga kehilangan ke- bebasan intepretasi dan inisiatif mereka. Bahkan, tak kurang yang mempersalahkan budaya latah "ganti menteri ganti sistem pen- didikan". Akibat budaya ini sistem pendidikan kita jadi se- makin amburadul, karena yang satu belum lagi mantap sudah harus ganti dengan yang baru. Kini muncul masalah kelulu- san. Pada hakikatnya, masalah ke- lulusan ini amat erat dengan ICA-UPS STAVOL DENGAN PEMASANGAN SECARA CENTRAL MENJAMIN SELURUH PERALATAN ELEKTRONIK ANDA TERLINDUNG DAN AMAN DARI TURUN NAIKNYA TEGANGAN LISTRIK UNTUK PERUMAHAN, PERKANTORAN, GARMENT, HOTEL DLL FULL AUTOMATIC KAPASITAS 0.5 KVA S/D 250 KVA 1 PHASE STAVOL ICA - UPS sistem penilaian. Bagaimana guru atau dosen menilai siswa atau ma- hasiswanya? Dalam masalah ini ada satu hal yang amat mendasar dan menjadi pertaruhan, yaitu makna nilai itu sendiri. Dalam tradisi pen- didikan di manapun, nilai selalu di- maksudkan sebagai alat evaluasi dan pengukuran kemampuan serta pengetahuan yang diperoleh anak didik melalui proses belajar-men- gajar bersama dengan guru. Jadi, pe nilaian yang dilakukan guru ter- hadap anak didiknya sebenarnya juga merupakan penilaian terhadap hasil kerja guru sendiri. Sejauh mana siswa mampu menyerap dan mengembangkan pelajaran yang diterima dari guru, dan sejauh mana guru berhasil menanamkan isi pel- ajaran kepada anak didik mereka. Namun sebenarnya nilai memi- liki fungsi yang lebih mendasar lagi, yaitu sebagai potret keberhasilan atau achievement anak didik. Barangkali inilah yang dimaksud nilai sebagai alat pengukur (meas- surement). Untuk menentukan naik atau tidaknya, demikian juga lulus atau tidaknya, seorang siswa, nilai dapat dijadikan sebagai pegangan. Berdasarkan nilai yang "dicapai" siswa atau mahasiswa, guru atau dosen dapat melihat dan kemudian menentukan tingkat keberhasilan peserta didik. Dalam dunia pendid- ikan dikenal skala keberhasilan melalui angka atau nilai, seperti sepuluh untuk skala sempurna, de- lapan sembilan sebagai skala baik sekali, tujuh baik dan enam cukup, sementara lima kurang dan empat ke bawah kurang sekali. Nilai sebagai alat pengukuran mengandaikan adanya validitas atau kesesuaian antara nilai, yang pada hakikatnya hanya sebuah simbol, dengan keterampilan dan pengetahuan yang diacunya. Se- orang siswa yang berhasil men- capai nilai sembilan untuk mata pelajaran bahasa Inggris, tentun- ya memiliki kemampuan yang lebih ketimbang siswa yang han- ya mencapai nilai enam atau lima. Sebaliknya, kemampuan siswa yang hanya berhasil meraih nilai enam dalam mata pelajaran terse- but semestinya lebih rendah apa- bila dibandingkan siswa yang ber- hasil dengan nilai tujuh atau de- lapan. Tetapi nilai hanyalah simbol yang dibuat manusia untuk meng- gambarkan kenyataan. Artinya, simbol itu sendiri tidak memiliki makna apa-apa apabila tidak dis- ertai oleh kenyataan yang diacu- nya. Dalam perkembangan bela- kangan ini, khususnya dalam du- nia pendidikan kita, fungsi nilai bergeser, atau digeser, karena ke- pentingan-kepentingan tertentu, seperti uang, kedudukan, dan fa- silitas yang lain. Apabila apa yang dikemukakan dosen di atas benar, nilai fungsi digeser untuk mem- berikan tempat kepada pertim- bangan kemanusiaan, dalam hal ini rasa belas kasihan. Akibatnya, nilai tidak lagi merupakan potret keberhasilan atau kemampuan, tetapi hanyalah potret kesukare- laan atau kebaikan hati. Dengan demikian, nilai tak lagi diperoleh (Bersambung ke Hal 15 Kol 1) PERUMAHAN JADI PESONA II PANJER - SESETAN Kawasan perumahan ideal di tengah kota Type: 45/140 Tinggal beberapa unit lagi FEUR Tanda Jadi Mulai Ro.960.000 Lakasi Proyek J. Tukad Irawadi SMAN 2 Lokasi strategis, kwalitas terjamin Developer Lokasi Proyek J. Tukad Banyu Sar Pasar Sangian J. Tukad Yeh Blu E 3 PHASE *GARANSI SERVICE & SPARE PART SELAMA 1 (SATU) TAHUN TERIMA SERVICE SEGALA MERK STAVOL DAN ELEKTRONIK HUBUNGI AUTHOORIZED DEALER & SERVICE PRIMA UTAMA MOTOR JL. IMAM BONJOL NO. 46 (80) TLP/FAX: (0361) 484597, DENPASAR -JL GATOT SUBROTO NO. 25 (SUZUKI GATSU) TLP.: 424544, 434961, DENPASAR STAVOL ICA-UPS Datang dan lihatlah ke lokasi kami,baru ke Kantor pemasaran kami Jl. Pulau Kawe No. 42 C Telp. 264902, 241993 KINI KAMI HADIR LEBIH DEKAT DENGAN ANDA STAVOL STAVOL STAVOL PT. NBU REI NO.: 13.00119 C. 6915 ISUZU PANTHER ROYAL HI Glx Fakta AC MOBIL PERAWATAN RUTIN MENGHEMAT BIAYA PENGELUARAN OLI COMPRESSOR ( 5.000 Km) AKIBAT COMPRESSOR ADA BUNYI COMPONEN DI DALAM COMPRESSOR AUS COMPRESSOR AC MACET ( OLI JARANG DIGANTI ) TARIKAN MESIN BERAT (BENSIN BOROS) BIAYA MEMBENGKAK, APABILA RUSAK MESIN MOBIL RUSAK KARENA ADANYA BEBAN BERAT ISI FREON DIAKIBATKAN KARENA SPARE PART MENGALAM KEBOCORAN DRYER/FILTER AC ( 10.000 Km) AKIBAT COMPRESSOR BUNYI/MACET SLANG PECAH EXPANTION/VALVE AKAN BUNTU (RUSAK) TARIKAN AC "ON" BERAT HUBUNGI: SUMBER JAYA SAKTI JLN. COKROAMINOTO 87 DENPASAR TELP. 420588, 420589 ISUZU PANTHER MIYABI ISUZU ELF AC DOUBLE BLOWER SLIM MASTER JUGA TERSEDIA DOOR TRIM SEMEWAH SEDAN REM DI LENGKAPI SYSTEM ABS HARI SENIN S/D SABTU MINGGU BUKA PK 08.00 S/D PK 21.00 WITA PK.10.00 S/D PK.16.00 WITA • ISUZU ROYALE ISUZU GRAND ROYALE INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI: PT BUANA PERKASA DEWATA PERMAI C. 9250 JL. TEUKU UMAR 99 TELP. 264274-243648, FAX. 264072 18020 C. 8737 KELULUSAN atas dasar belas kasihan, sudah tentu akan berpen- garuh terhadap kualitas sumber daya manusia. Kampus sebagai pengha- sil kaum intelektual, ten- tu harus menjawab soro- tan masyarakat lantaran tidak sedikit para sarjana yang kesulitan men- transper ilmunya di lapangan. Bahkan, bukan tidak mungkin merembet pada citra lembaga pen- didikan tinggi tertentu. Namun demikian, sistem penilaian yang sedikit 'miring" itu sulit dihi- langkan. Dosen juga manusia biasa, segala se- suatu yang berpangkal pada perasaan memang sulit dipisahkan dari Dewi Purnami logis, masih bisa diang- gap wajar. Kriteria pem- berian nilai tidak sema- ta-mata ditentukan hasil tes, faktor non-teknis lainya juga mendongkrak kekurangan nilai akade- mis yang diperoleh ma- hasiswa. Biasanya, ke- banyakan yang saya den- gar adalah kasihan seor- ang dosen muncul lanta- ran melihat mahasiswa abadi". Setelah tidak lu- lus tiga sampai empat kali, atau baru dua kali saja, dosen memberi nilai C sekadar bisa lu- lus. Sementara di pihak mahasiswa, ja-rang yang berpikir kalau nilai 'sekadar" itu berdam- pak pada mutu gelar yang disandang. Apala- proses aktivitas tiap or- (Sekretaris Umum HMJ Sipil Unud 1994/95) gi tuntutan lulus sarjana ang. Di sinilah objektivi- tas seorang pendidik akan teruji, tidak hanya bagi para dosen, guru SD, SLTP, dan SMU pun men- galami hal yang sama. Dan, bu- kan rahasia lagi kalau ada maha- siswa mendapat nilai lantaran rasa SOAL sarjana lulus atas dasar ke- manusiaan, menu- rut saya tidak ada salahnya. Asal kita melihat dari dua sisi. Pertama sisi positif mengurangi DO mahasiswa (droup out). Kedua, sisi negatifnya, pandangan masyarakat ter- hadap perguruan tinggi yang ber- sangkutan akan tu- run kredibilitasnya, kesiapan sarjana untuk terjun di masyarakat masih dipertanyakan. Tetapi kalau saya dipaksa harus me- milih apa setuju atau tidak dengan fenomena itu, saya saya tidak setuju. Sebab bagaimana pun bentuk kelulu- san seperti itu akan merugikan mamater dan maha- siswa itu sendiri. al- kasihan para pengajar. Permasalahan yang perlu diperhatikan, adalah bobot kasi- han yang diberikan dosen pada mahasiswa bersangkutan. Kalau dilatarbelakngi oleh alasan yang hanya sekadar untuk menyenangkan orangtua, menyebabkan mereka tidak ter- lalu berpikir masalah nilai, yang penting lulus. Untuk itu, perlu ketegasan sikap kampus ter- hadap proses kelulusan. (wen) Jadi sebaiknya up- aya tersebut dihin- dari saja! Untuk mengan- tisipasi hal tersebut perlu dilakukan be- berapa langkah pencegahan. Perta- ma, seleksi yang ketat saat maha- siswa mengikuti ujian masuk ke per- guruan yang ber- sangkutan. Jadi yg benar-benar mam- pu secara akademis yang dapat lolos kuli- ah di perguruan ting- gi. Kedua, perlu itikad baik dari pimp- inan perguruan ting- gi da-lam meningkat- kan disiplin dalam penerimaan maha- siswa baru. Ketiga, mahasiswa harus di- tuntut untuk benar-be- nar menyiapkan diri secara akademis dan juga melakukan kon- trol terhadap sistem Gede Rahadi di perguruan tinggi. (Pemimpin Umum Majalah "Almamater" Undiknas) (nan) Bobot Budaya Dalam Pendidikan Berkelanjutan ASAL-usul manusia memang liberal, sebagaima- na kehidupan kanibal dan nomaden di masa purba prasejarah. Dalam perkembangan peradabannya ter- bentuk kebudayaan perilaku, gagasan dan perwujudan. Kerinduan pada kebebasan cenderung merobohkan bentuk-bentuk doktrin yang mengatur. Karenanya, pen- didikan budaya perlu dimantapkan untuk pember- dayaan moral dan etika budaya yang melemah dalam budaya global dunia terbuka. Sejalan dengan pembangunan berbudaya berwa- wasan lingkungan yang berkelanjutan, pendidikan ke- budayan berlanjut dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi perlu mencari bentuk dan pemantapannya se- suai tuntutan global yang berorientasi ke depan walau- pun budaya cenderung merindukan masa lampau. Sasa- rannya pada masing-masing jenjang telah jelas untuk pengenalan di tingkat dasar, pemahaman di tingkat me- nengah dan pengertian di tingkat pendidikan tinggi. Penjelasannya ada pada silabus kurikulum dengan pem- bobotan materi sesuai tujuan. Sesuai jenjangnya, di perguruan tinggi bukan seba- tas transmisi pengetahuan keilmuannya, namun lebih jauh untuk transformasi pemahaman pemberdayaan- nya. Pola sebarannyapun jelas, dan didukung sistem- sistem penyelenggaraannya. Untuk jenjang pendidi- kan strata satu sasaran lulusannya, sarjana penganalisa yang mampu memecahkan masalah. Di jenjang pendidikan strata dua sasaran lulusan- nya, sarjana konseptor yang mampu memperkaya kon- sep-konsep terapan sesuai jalurnya. Jenjang pendidi- kan strata tiga sasaran lulusannya, sarjana filosofi yang mampu memperdalam pemikiran teori, methode dan teknologi keahliannya. pendukung budayanya. Sedangkan dengan transformasi budaya diharapkan kajian budaya mampu mengada- ptasikan secara aktif selektif dalam menumbuh kembangkan pengkayaan kebudayaan berkelanjutan. Sebagaimana difinisi budaya yang teramat sangat luas maka materi kajiannyapun seakan tanpa batas. Namun bagaimanapun juga batasan materi dan penekanan bobot kajian perlu untuk menghindari kelebihan be- ban sehingga porsinya tidak proporsional bila semua cabang ilmu merasa perlu, berhak dan sah adanya se- bagai materi kuliah kajian budaya. Sebagaimana penyelenggaraan pendidikan di per- guruan tinggi pada umumnya, bukan lagi merangkul menuju tujuan namun dari hakikat ketinggiannya (semacam nyegara-gunung) bentuk bimbingannya untuk menunjukkan dimana ada apa dan dari mana ke mana. Untuk selanjutnya merekalah yang mencari sam- pai menemukan apa yang dicarinya, menguasai dan mampu menerapkannya. Bila pembobotannya di stra- ta satu pada dasar umum, maka pada strata dua pem- bobotannya pada dasar khusus dan di strata tiga pada dasar keahlian. Namun, mengingat bahwa status bu- dayawan tidak harus ilmuwan akademis dan ilmuwan budaya tidak langsung budayawan (kemungkinannya sangat kecil), maka minat dan bakat dasar sangat me- nentukan kelancaran proses pendidikan dan tipologi lulusannya. Mengingat fungsi utamanya untuk kajian konsep-konsep budaya, maka bentuk penyelenggaraan- nya mendekati dialogis kreativitas alternatif yang me- motivasi pola pikir produktif. Dialog aktif selain dengan pengasuh juga dengan lingkungan budaya yang berpotensi melahirkan atau mengundang kehadiran budayawan-budayawan besar Sebagai sarjana dalam pendidikan berkelanjutan mancanegara yang dapat dimanfaatkan. Mengingat dari penganalisa masalah, konseptor pemikir dan filosof bahwa potensi unggulan lingkungan alam berperanan ahli (yang memang semakin langka) untuk kajian bu- besar menjiwai kelahiran budaya dan budayawannya daya perlu mencermati penekanan pembobotannya. maka studi kajian di alam luar ruang atau memanfaat- Dengan transmisi budaya dimaksudkan keajegan kan budayawan luar ke dalam ruang-ruang studi ka- menghayati keyakinan akan kebenaran nilai-nilai nor- jian merupakan cara efektif yang efisien. Dukungan matif tradisi yang telah mengakar pada masyarakat (Bersambung ke Hal 15 Kol 1) KAMI TELAH HADIR GRIYA CEMPAKA PENAMPARAN LC. GATOT SUBROTO LOKASI Terminal Ubung Ke Karobokan JL. Gatot Subroto ke Polres Badung namparan JL. Gunung Agung Kantor Camat AUTO 2000 Kamis Kliwon, 12 S BUN, M BALI pulau seribu bar membanggakan. Adakah H kan masyarakatnya. Atas p bannya. Bagi pengusaha di Bali menjadikan mere memijam uang. Mereka ti tu dan tingkat suku bunga tidak demikiah halnya ba harus sruduk sana srudul kredit yang tidak begitu itupun harus melengkapi ti proposal, izin usaha dan tidak kalah pentingnya 'y adalah tersedianya agur agunan mejadi persyarata bagian besar bank hal itu gan utama untuk merealis Yang menjadi pertar kebijaksanaan bank itu dengan aturan pemerint geluarkan kredit harus Karena agunan ini akan Perkecil Perdaga Denpasar (Bali Post Bursa Efek Jakarta bertahap akan melaks warkat untuk memper dll. Perdagangan saha gram otomatisasi BE Hal itu dikatakan Dire BEJ Felia Salim, Rabu (1) marin, di Bali Inter Con Resort, Jimbaran. Menu perdagangan saham tanpa ini jauh lebih efisien jika ingkan dengan menggu warkat seperti yang dilaks selama ini. Meski usia BEJ relati menurut dia, dalam tek hampir sejajar dengan te yang digunakan pasar m luar negeri. "BEJ akan t cara bertahap meningkatk ber daya manusianya unt gantisipasi kemajuan pas al dunia," katanya. Dikatakan, untuk mera investor lokal menan modalnya di pasar mod telah membuka Pusat In Pasar Modal (PIPM) di Selain itu, BEJ juga tela gadakan road show ke daerah termasuk di Bali. kan di UI (Jakarta), ITB ung), dan UGM (Yogy dibuka pojok BEJ. Dikatakan, kini otorit modal yaitu Bappepam BEJ giat melakukan berba untuk mengajak investo masuk ke bursa saham. Dengan PIPM, Pojo klinik investasi pada-roa dia mengharapkan calon lokal mendapatkan in gratis tentang bursa efek Hal ini jauh berbeda der modal asing, yang sanga memanfaatkan berita-b informasi pasar modal. Menyinggung kapa membuka PIPM di Denp lia Salim mengatakan melihat-lihat lokasi yan gis. "Kami harapkan se mitra kerja di Bali," kat Sementara itu, Mas Guna Cathay Pa Denpasar (Bali Post) - Cathay Pacific mulai mendatang akan meng pesawat ultra modern Ai untuk melayani rute pe Jakarta-Hongkong. Den figurasi tempat duduk 4 bisnis dan 270 tempat klas ekonomi. Di setia duduk dilengkapi perala visi pribadi dengan prog gram hiburan pilihan, s penumpang dapat menik Audio System. Demikian penjelasan yang diberikan Ida Bayun ing Communications Mar thay Pacific Jakarta, Selas Selain menawarkan manan terbang, Cath memberikan alternatif pi bang dua kali setiap har Senin hanya satu kali d ta ke Hongkong. Selai hubungkan Jakarta- Ho Cathay juga melayani ru bangan Denpasar - H empat kali seminggu se Selasa, Rabu, Jumat dar yang memperkuat layana Surabaya - Hongkong. Selain memperkuat pelayanan di kawasan thay menurut Gregory Country Manager Indon thay Pacific Airways, ju berikan kemudahan me tujuan terbang ke tujuh juan terbang di Eropa. maskapai penerbangan IJIN PRINSIP NO. 593.82/6250/T. Pem IJIN LOKASI NO. 70/SK/IL/KDP/95 Inilah alasan mengapa rumah di Griya Cempaka sangat disukal; lokasinya strategis, fasilitasnya lengkap, PEMBAYARAN YANG RINGAN LETAK YANG STRATEGIS KWALITAS BANGUNAN PRIMA TANDA JADI Rp 500.000 TERSEDIA: T.36/84, T.45/90, T.54/104, T.70/135 Developer PT. INTARAN PERMAI terletak di lingkungan eksklusif L.C. Gatot Subroto dan yang terpenting.... harganya sangat terjangkau. Bergegaslah karena unit yang tersedia sangat terbatas (hanya 75 unit) tahap pertama REI: 13.00063 wavin Jl. Raya Kuta No.82 Tel.0361-752076-752077 Perumahan Griya Cempaka didukung oleh sistem Pipa PVC Alat sambungan RUCIKA dan saklar-saklar berkualitas baik Jambungan legole Poo PVC C. 1558 Be 1 Septem 31 0 UNTUK S SEPED HUBUNGI SEGER DENPASAR PT. CAHAYA SU VARIA PRATAMA MOTOR, JL TABANAN: PT CANAYA SUR 96198. BANGLEPT CAHAYA RAHAYU PERMAI JI Ngurah R
