Tipe: Koran
Tanggal: 1996-10-25
Halaman: 07
Konten
4cm er 1996 Jumat Pon, 25 Oktober 1996 6 Kambo- hampir atas risi- etua pe- ah tinggi linya ke an Siriv- rena di- afp) Thailand ta dolar -Mistral ter yang , Rabu. Bangkok da 1999, uga bua- Pelaksa- a-Herze- ar kubu Sebuah jatuh ke mening- m suatu atnya AS. bat UNH- pengung- berada di ana mere- at pertem- lebih dari undi juga Bukavu, bertempu- timur hari kati kota berwajib alam dan i di jalan- utu dari mg naik ke vira men- oleh et- melawan akan, satu wa rekan a berada selatan tan data- 5 km dari k seorang ngatakan, undi yang ni mema- pasukan melawan ar Goma,. No. YA 17983 Harian untuk Umum Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Terbit Sejak 16 Agustus 1948 Tajuk Rencana Hati-hati dalam Menyingkap Kasus Kematian Udin SEBAGAI seorang individu, Udin bukan sus yang menimpa Udin beberapa bulan lalu. apa-apa dan juga bukan siapa-siapa. Dia Protes itu pada hakikatnya memiliki sekurang- tidak lebih dari seorang dari sekian banyak kurangnya dua muatan moral. Yang perta- wartawan yang ada di Indonesia. Kebetulan ma, masyarakat melihat kasus semacam itu da bekerja atau, dengan bahasa yang men- sebagai tindakan tak bermoral dari sebuah tereng, mengabdikan dirinya untuk harian kekuatan tertentu terhadap pekerja koran. Bernas, Yogyakarta. semacam itu segera mendapatkan kejelasan, Kedua, masyarakat menginginkan kasus dalam arti siapa yang terlibat dan apa masalah yang sebenarnya. Dari sini dapat kita pahami mengapa masyarakat menuntut pi- hak kepolisian segera bertindak dan men- gungkap masalah tersebut secara tuntas. Masyarakat tidak sekadar ingin melihat or- ang ditangkap, tetapi melihat dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan siapa-sia- pa yang terlibat. Akan tetapi Udin, lengkapnya Fuad Mu- hammad Syafruddin, bukan lagi hanya seor- ang Udin, wartawan dan karyawan harian Bernas. Dia adalah seorang tokoh yang me- wakili dunia jurnalisme yang kini berhadapan dengan kekuasaan dan kekuatan tertentu dalam masyarakat. Udin muncul pertama sebagai simbol kekalahan dunia jurnalistik atas kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, yang memiliki kepentingan amat berbeda dengan dunia yang dijunjung Udin. Namun dalam perkembangannya, simbol kekalahan atau korban itu bergeser menjadi simbol perjuangan, bahkan akhirnya justru muncul sebagai simbol dunia jurnalistik. Den- gan demikian, begitu orang mendengar Udin, begitu mereka akan teringat dan berpikir ten- tang dunia jurnalistik Indonesia dewasa ini. Kasus Udin memang hanya terjadi di In- donesia, tetapi udinisme, dengan arti pegawai koran menjadi korban kebiadaban kekuatan tertentu dalam masyarakat, bukan hanya milik Indonesia semata. Kasus wartawan ter- bunuh atau dibunuh karena laporan yang dibuatnya, terjadi bukan hanya sekarang dan bukan pula hanya di bumi Indonesia. Di Amerika Latin, Afrika dan beberapa negara Asia, pembunuhan terhadap wartawan ban- yak kali terjadi. Dengan demikian, keprihati- nan terhadap praktik udinisme pada hakikat- nya keprihatinan pencinta kemanusiaan dan kebebasan di seluruh kolong dunia. Kesadaran masyarakat, khususnya kesa- daran wartawan, mengenai hak-hak dan na- sib wartawan belakangan ini mulai meningkat, bahkan dapat dikatakan berkembang dengan amat pesat. Masyarakat tidak bisa melihat dengan berdiam diri kasus udinisme terjadi dalam wilayahnya. Hal itu amat jelas dari munculnya reaksi-reaksi keras terhadap ka- Penyelesaian dengan cepat, apalagi den- gan proses asal menangkap orang untuk di- adili demi memuaskan hati masyarakat, jus- tru akan membuat masyarakat lebih gelisah lagi. Kasus Marsinah belum hilang dari inga- tan orang. Mereka pun belum bisa melupa- kan betapa proses persidangan yang begitu berlarut-larut ternyata telah menyeret the wrong men for the trial, orang-orang yang tidak sepantasnya diseret ke persidangan kasus itu. Untuk menghindarkan hal itu, wajar apa- bila kita, rakyat yang mendambakan diterap- kannya prinsip keadilan yang berkemanu- siaan serta kemanusiaan yang berkeadilan, mengimbau semua pihak, termasuk kepoli- sian, untuk bertindak ekstra hati-hati dalam memeriksa kasus pembunuhan Udin. Masyarakat memang menginginkan ter- ungkapnya peristiwa itu dengan cepat dan tuntas, tetapi lebih dari sekadar itu, masyarakat menginginkan ditegakkannya ke- benaran, keadilan dan kejujuran terhadap se- mua orang di bumi kita ini, karena kebenaran, keadilan dan kejujuran itulah harkat dari ke- manusiaan yang kita idealkan. Apabila kita ber- pijak di atas prinsip tersebut, tidak perlu ada pihak-pihak tertentu yang harus dikorbankan. Korban yang jatuh adalah mereka yang den- gan sengaja melakukan kesalahan. Dampak Kemenangan LDP HASIL pemilihan umum di Jepang, Sabtu (19/10) tampaknya abukan lagi merupakan kejutan. LDP (Partai Demokrasi Liberal) yang pernah berkuasa di Jepang 38 tahun dan terjungkal tahun 1993, memperoleh kembali posisinya sebagai pemenang. Walaupun hasil ini tidak mencapai kemenangan mutlak (mayoritas mutlak), hal itu sudah cukup bagi LDP untuk menyusun kekuatan baru. Seu- sai perhitungan suara hari Minggu (20/10), Perdana Menteri Jepang Ryutaro Hashimo- to, yang juga merupakan ketua LDP, tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Walaupun demikian, dari hasil yang sudah dicapai tersebut masih ada keragu-raguan, apakah LDP sudah memperoleh kembali kepercayaan yang dilimpahkan masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang sempat kaget ketika pada pemilihan umum tahun 1993, LDP kalah. Selama setahun, dan setelah melakukan konsolidasi intern, LDP merebut kembali kedudukannya sebagai mayoritas (tidak mutlak) dan dengan itu membentuk pemerintahan koalisi hingga sekarang. Menurut rencana, 7 November mendatang Ryutari Hashomoto akan dipilih kembali se- cara formalitas sebagai PM Jepang. Dalam kedudukan tidak mencapai may- oritas mutlak, dengan hanya meraih 239 dari 500 kursi Majelis Rendah, dan dengan itu berselisih 12 kursi dari 251 kursi yang diper- lukan untuk memimpin pemerintahan (kabi- net) sendirian, LDP terpaksa mencari kawan seiring membentuk pemerintahan koalisi. Bursa taruhan mengenai siapa yang akan digaet Hashimoto untuk duduk di kursi pe- merintahan menjadi ramai kembali. Hal ini terjadi karena ada beberapa kelompok mi- noritas yang selama ini tetap menjaga jarak dengan LDP dan menjadi kelompok oposan, sedangkan sebagian lagi memang menjadi mitra LDP pada pemerintahan yang baru berumur dua tahun ini. Sekretaris Jenderal LDP Koichi Kato sudah mengisyaratkan, partainya akan seg- era mendekati SDP (Partai Demokrat Sos- ial) dan Partai Baru Sakigake yang sekarang menjadi mitra koalisi LDP. Hal ini wajar-wa- Surat Pembaca Persyaratan: Sertakan Fotokopi Identitas Masukan untuk Bank Panin Luar biasa, itulah yang saya rasakan pada waktu antre bayar rekening telepon di Bank Panin di Kuta, 21 Oktober 1996. Saya harus menunggu dua jam dan sempat berdiri kurang lebih dua jar saja oleh karena selama ini kedua partai tersebut telah memperlihatkan kesetiaannya pada LDP. Mungkin LDP akan membujuk lagi partai lain agar bergabung dalam koalisi tersebut. Masalah utama yang dihadapi LDP adalah soal klasik yang selama ini menyudutkan partai-partai yang berkuasa di negara-nega- ra berkembang khususnya di Asia dan Afri- ka, yaitu kolusi dan korupsi. Sebagian besar jatuh-bangunnya partai yang berkuasa di Jepang disebabkan mosi tidak percaya par- tai-partai oposisi itu, karena kolusi dan ko- rupsi tersebut. Soal kedua adalah berapa lama pemerin- tahan koalisi ini dapat bertahan. Pengalaman menunjukkan, kabinet Jepang sangat labil dalam jangka waktu yang relatif singkat. Mes- tinya labilitas pemerintahan ini mempengaruhi kehidupan di segala lapisan kehidupan. Akan tetapi Jepang ternyata mampu membedakan, mana yang pantas dijadikan sebagai batu pijak dan mana yang menjadi masalah samp- ingan. Dengan kata lain, kehidupan ekonomi hampir tidak terpengaruh gejolak politik. Hal ketiga adalah kerja keras Jepang un- tuk mempertahankan hegemoninya terhadap negara-negara lain. Di bidang ekonomi, mis- alnya, Jepang diimbangi sangat serius oleh Korea Selatan dan Taiwan. Sementara itu seluruh dunia dengan harap-harap cemas mengarahkan pandangannya pada Jepang dalam kasus perebutan kepulauan yang diklaim Jepang seperti Kepulauan Sakhalin dekat perbatasan dengan Rusia, Kepulauan Zenkaku (Diaoyu) yang terletak di perairan Laut Cina Utara antara Jepang, Taiwan, dan Cina yang tengah menghangat dewasa ini. Apakah Ryutaro Hashimoto mampu men- gatasi berbagai kemelut yang dihadapinya selama ini? Ini juga merupakan persoalan, apakah ia juga didukung sebagian partai di Jepang. Salah-salah Hashimoto hanya akan bertahan dalam jangka waktu singkat, kare- na masalah utama yang dihadapinya yaitu membersihkan partainya dari berbagai kec- ulasan tidak dapat dilaksanakannya dengan tegas. gan panggilan Mbak Jina yang bertugas di Pemda Timtim yang kini dicangkok" di Bagian Kepegawaian Pemda Bali, dan beralamat di Jl. Sidakarya Gang Manukrawa, Denpasar, saya me- mandang perlu untuk menjelas kan hal-hal sebagai berikut: 1. Nama saya Alsina B. Bukan Rp 250.000 Menanggapi artikel Bali Post Bali Post Sorotan Hadiah Nobel Kolom HALAMAN 7 terhadap Politik Kita di Timtim Pemuda dan Kemajuan Bangsa "WE want to honour Bishop Carlos Belo and Mr. Ramos Horta for their intah boleh diam atau mantuk- oleh anugerah itu, pihak pemer- mantuk sejenak saja. Apa boleh sustained and self-sacrificing contributions for a small but oppressed people. We want to put the spotlight on this 21-year old conflict. I hope this situation buat! will strengthen their negotiating basis and also protect them personally". (Kita ingin menghargai Uskup Carlos Belo dan tuan Ramos Horta untuk sumbanga- nya yang terus-menerus dan penuh pengorbanan diri dalam membela bangsa kecil yang tertindas. Kita ingin menempatkan konflik yang sudah 21 tahun berjalan ini di pusat sorotan perhatian dunia. Saya harap situasi ini akan mem- perkuat posisi perundingan mereka, juga membela keamanan pribadi mere- ka). ta? Tokoh, yang di mata pemer- Tetapi mengapa Ramos Hor- intah kita seorang pengacau an- tiperdamaian, antiintegrasi, perdalah melarikan dig dari wilayah Timtim dan melarikan diri ke Australia? Mengapa dan sekali lagi mengapa? Penjelasan Panitia Untuk dapat memperoleh jawaban itu, kita seyogianya mengikuti dengan kepala dingin Keterangan Ketua Panitia Nobel, Francis Sejersted, di Oslo tanggal alasan si pemberi, yaitu panitia 11 Oktober 1996. "What we may never understand is just what message the Nobel Commit- tee was trying to convey with this award to Ramos Horta. Did it mean to encourage the people of East Timor to renew their 'just struggle' for indepen- dence from Indonesia? Did it hope te encourage this generation of young Timorese to renew the armed struggle against Jakarta's troops and Javanese settlers?" paikan oleh panitia nobel untuk memberikan hadiah kepada Horta. Apakah (Yang kita tidak mungkin akan pahami ialah pesan apa yang ingin disam- ingin membangkitkan kembali perlawanan suci mereka melawan Indonesia? Ataukah untuk mendorong generasi muda Timtim memperbarui perlawanan senjata melawan tentara Indonesia dan pendatang Jawa?) Tajuk Rencana "Asian Wall Street Journal", 19 Oktober 1996. Isi Piagam Hadiah Nobel Sejak penemu bahan peledak dinamit, yaitu Alfred Nobel dari Swedia meninggal dunia pada tahun 1896, dan menyisihkan sebagian kekayaannya 8,5 juta dolar untuk memajukan ilmu kesehatan, kimia, fisika, dan sas- tra serta menyuburkan usaha per- damaian, maka terkenallah "Hadiah Nobel" ke seluruh pen- juru dunia. Dalam wasiatnya, Alfred Nobel yang lahir pada tahun 1833 menegaskan bahwa hadiah itu diberikan kepada tiap pria dan wanita yang memberi- kan sumbangan luar biasa untuk kepentingan kemanusiaan di bidang fisika, kimia, fisiologi atau kesehatan, sastra dan perd- amaian. Kemudian bidang ini diperluas ke ilmu ekonomi. "The nobel awards will be. given to man and woman, who confer and have made outstand- ing contributions for the benefit of mankind in the fields of phys- ics, chemistry, physiology or medicine, literature and interna- tional peace and economics." Demikianlah antara lain bunyi Statut Hadiah Nobel. Oleh Dr. H. Roeslan Abdulgani Lembaga Nobel ini lahir pada akhir abad ke-19 di bumi kebu- dayaan dan peradaban Barat, dan sudah barang tentu dengan ukuran-ukuran domi- nan Barat pula. Sekalipun begitu, pada tahun 1913 hadiah nobel diberikan ke- pada satrawan dan ahli pendidik India Rabindranath Tagore. Ada pun hadiah perdamaian, yang sejak tahun 1901 dimulai, umumnya diberikan kepada tokoh-tokoh Eropa. Ini sampai akhir Perang Dunia kedua. Baru sesudah itu, hadiah perdamaian nobel ada yang diberikan kepa- da warga bukan Eropa. Umpa- ma kepada Kissinger (Amerika) dan Le Duc Tho (Vietnam) pada tahun 1973, kepada Anwar Sa- dat dari Mesir pada tahun 1978, kepada Mother Teresa dari India/ pada tahun 1979, dan yang tera- khir pada tahun 1994 kepada Aung San Suu Kyi dari Myan- mar. Ini menunjukkan bahwa masalah perdamaian tidak han- ya ditangani oleh tokoh-tokoh Eropa, tetapi juga oleh tokoh- tokoh dari benua lain. Sekalipun pilihannya ada kalanya menim- bulkan kontroversi, prestise dan reputasinya sangat tinggi. Hadi- ahnya dianggap besar nilainya, juga di alam pikiran dan angan- angan sebagian besar bangsa kita. Tersengat Karena itu dapat kita pahami bagaimana tercengang dan tersengatnya alam perasaan dan alam pikiran kita, sewaktu akhir pekan lalu tersiar berita dari Oslo, bahwa hadiah perdamaian nobel tahun ini diberikan kepa- da Uskup Belo dan Ramos Hor- ta dari Timtim. hadiah perdamaian nobel, yang berkedudukan di Oslo, Norwe- gia. Kata ketuanya, yaitu Fran- cis Sejersted yang saya kutip di atas, bahwa panitia hadiah per- damaian nobel ingin menghar- gai Uskup Carlos Belo dan Ra- mos Horta untuk sumbangannya yang terus-menerus dan dengan penuh pengorbanan diri dalam membela bangsa kecil yang ter- sudah berjalan 21 tahun itu di tindas, Panitia nobel ingin men- empatkan konflik Timtim yang pusat sorotan perhatian dunia. akan memperkuat posisi perund- Panitia nobel berharap situasi ini ingan mereka, dan juga membe- la keamanan pribadi mereka! Demikianlah motivasi pani- tia nobel, yang sangat mencen- gangkan dan sangat menyengat kita. Kita boleh saja tercengang tersengat, tetapi inilah motivasi si pemberi. Si pemberi adalah panitia nobel, yang prestise ser- ta reputasinya tinggi, terutama di dunia Barat. Tidak begitu ting- gi di Dunia Ketiga, tetapi toh kalau ada tokoh-tokoh Dunia Ketiga memperolehnya, mereka akan bangga juga! Kesimpulan Kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari realitas ini? Kes- impulan, bahwa bagi panitia no- bel, dan juga bagi mayoritas du- nia luar, Timtim itu adalah daer- ah yang diduduki" secara pak- sa oleh Indonesia. Mereka me- nolak pendapat kita, bahwa Timtim adalah daerah yang kita "bebaskan" dari kolonialisme Portugal atas permintaan may- oritas rakyat Timtim sendiri. Di mata mereka politik integrasi kita adalah suatu politik kek- erasan penuh dengan pelangga- ran HAM. Semua itu didasarkan atas realitas, bahwa mayoritas Kalau Uskup Belo memper- (Bersambung ke Hal 15 Kol 1) Dimensi Etis Rumah Sakit Swasta Pemodal kejadian di rumah sakit swasta di Jakarta yang lebih mementingkan keuntungan daripada BEBERAPA waktu lalu Presiden Soeharto menyatakan kekecewaannya atas banyaknya pelayanan sosial. Apa yang telah beliau sesalkan, sesungguhnya bukan hanya terjadi di Jakarta. Kecenderungan "profitisasi" rumah sakit swasta telah pula terjadi di kota-kota besar lainnya yang ditandai hadirnya rumah sakit-rumah sakit pemodal. Istilah "rumah sakit pe- modal" merupakan kosa kata baru dalam dunia perumahsaki- tan yang memiliki konotasi negatif. Rumah sakit pemodal berarti rumah sakit yang senga- ja didirikan sebagai ladang pen- anaman modal. Tiap penanaman modal tentu didasari motif men- cari keuntungan bisnis. Orienta- sinya tidak lain adalah profit. Jika kehadirannya menimbulkan berbagai kekhawatiran, amatlah mudah dipahami, terutama bagi mereka yang dalam lingkaran ekonomi hanya menduduki po- sisi periferal - marginal, sebab sekurang-kurangnya mereka akan mengimplikasikan mahal- nya biaya pelayanan kesehatan. Padahal mampu membayar atau Bukan Hasil Wawancara Menanggapi berita Bali Post, 24 Oktober 1996 hala- man 2 tentang pensertifika- tan tanah di Kelurahan Dan- 24 Oktober 1996 dengan judul gin Puri, dengan mencan- "Jor-joran Biaya Wisuda," yang tumkan Kepala Kelurahan memerinci biaya wisuda untuk Dangin Puri sebagai sumber wisudawan Politeknik Unud Rp informasi, dengan ini kami 250.000, jumlah itu tidak tepat, tegaskan bahwa saya Kepala Biaya yang dibebankan kepada Kelurahan Dangin Puri tidak wisuda tahun 1996 ditambah dua cara dengan wartawan Bali orang keluarga hanya Rp Post tanggal 23 Oktober 198.000 bertempat di Nusa In. 1996. Jadi pencantuman puluh menit, karena tempat Casimero, karyawati Biro Kepe- mahasiswa Politeknik untuk pernah mengadakan wawan- duduk terbatas sedangkan yang antre banyak sekali. Beberapa orang berdiri seperti saya dan beberapa lagi duduk di tangga ke lantai atas. Sepengetahuan saya, dulu pernah dua komputer diop- erasikan sekaligus, tetapi sekarang tidak lagi. Komputer tersebut masih ada di situ, tidak "on" dan tanpa operator. Sehubungan dengan hal itu, saya mengusulkan kepada pihak yang berwenang di Bank Panin Kuta supaya pada waktu hari- hari awal pembayaran rekening telepon, operator komputer dita- mbah satu lagi. Pica Kuta Penjelasan Alsina B. Casimero Berkenaa dengan berita Bali Post, 23/10 halaman 2 berjudul "Calo PNS Berseliweran, 379 Pelamar tidak Ikut Ujian", di mana disebutkan ada calo den- gawaian Pemda Tingkat I Timtim yang kini sedang men- gadakan studi banding di Bali dan diperbantukan di Biro Kepe- gawaian Pemda Tk. I Bali. Ala- mat saya di Denpasar di Jalan Sidakarya Gang Manukrawa. 2. Saya tidak merasa menawarkan kepada pelamar yang sedang menjalani tes calon pegawai negeri sipil di GOR Yuwana Mandala Tembau, 22 Oktober 1996 dengan meminta uang Rp 2 juta dengan janji yang bersangkutan pasti diterima se- bagai PNS, sebagaimana diberi- takan. Saya juga tidak pernah dah Hall Bali Internasional Con- vention Centre, Sheraton Nusa Indah Resort, Nusa Dua. nama saya dalam pember- itaan tersebut tidak berdasar. Kepala Kelurahan Dangin Puri Drs. I Wayan Nesa Kusuma NIP 600005842 Catatan Redaksi : Drs. I Nyoman Mandia NIP 131918225 Mencari Teman Sehobi Saya ingin mencari teman yang sehobi. Sejak kecil saya sangat menyukai kesenian tradi- Dalam penyajian berita sional khususnya tarian Jawa. Namun sejak masuk SLTA hing: tersebut memang terdapat ga sekarang saya tak pernah lagi kekeliruan. Keterangan Ke- 3. Tampaknya ada orang lain, latihan. Dari kecil saya mengal pala Kelurahan Dangin Puri ami kesulitan dalam bergaul, lalu yang diberitakan itu bukan yang mengenal identitas saya dan alamat saya di Denpasar, saya salurkan kesepian saya le- hasil wawancara Bali Post wat tarian dan di sana saya me- Rabu (23/10), tetapi keteran- dengan menyebut dirinya "Mbak Jina", untuk kepentín- nemukan kepuasan tersendiri. gan Kepala Kelurahan Bila mana ada yang sehobi, saya dalam acara dengar penda- gan percaloan tersebut. Demikian agar masyarakat sangat menanti uluran persa- pat dengan Komisi A DPRD luas maklum. menerima uang dimaksud. Alsina B. Casimero Jalan Sidakarya Gang Manukrawa Denpasar habatan Anda. Sri Utari Dusun Krajan RT 03 RW 02Pasigitan, Boja, Kendal, Jateng Kodya Denpasar, Selasa (22/ 10). Terima kasih atas korek- si Anda. Anggota Redaksi Denpasar: Agustinus Dei, Dwi Yani, Legawa Partha, Nikson, Palgunadi, Pasma, Riyanto Rabbah, Bali Post Srianti, Sri Hartini, Suana, Suasana, Sudarsana, Sueca, Sugendra, Suja Adnyana, Sutiawan, Emanuel Dewata Oja, Artha, Alit Suamba, Subagiadnya, Sugiarta, Sutarya, Wahyuni, Wilasa, Kasubmahardi, Martinaya, Mas Ruscitadewi, Rusmini, Umbu Landu Paranggi. Bangli: Karya, Buleleng: Tirthayasa, Gianyar: Alit Sumertha, Jembrana: Edy Asri, Karangasem: Dira Arsana, Klungkung: Daniel Fajry, Tabanan: Alit Purnatha, Jakarta: Wisnu Wardana, Muslimin Hamzah, Bambang Her- mawan, Darmawan, Sahrudi, Dadang Sugandi, Alosius Widiyatmaka, Djamilah, Rudiyanti, Sri Wulandari, Suharto Olii. NTB: Agus Talino, Nur Haedin, Suyadnya, Raka Akriyani, Siti Husnin, Izzul Kairi, Syamsudin Karim, Ruslan Effendi. Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Wiliarto. NTT: Hilarius Laba. Yogyakarta: Suharto. Wartawan Foto: Arya Putra, Djoko Moeljono. tidak, orang sakit tetap membu- tuhkan perawatan. Relevan dengan permasalah- an ini, adalah pertanyaan-pertan- yaan seputar etika. Etiskah jika pelayanan kesehatan hanya men- jadi hak orang-orang mampu? Lebih mendasar lagi adalah per- tanyaan berikut: Etiskah jika bidang jasa pelayanan kesehatan dijadikan ajang bisnis? Jawaban- nya tentu bukan sekadar "ya" atau "tidak". teri Kesehatan No. 924/Menkes/ SK/1986 dan SK Dirjen Pelay- anan Medis No. 098/Yan.Med/ RSKS/97. Dalam batas-batas ter- tentu rumah sakit dibenarkan menarik keuntungan ekonomi, namun fungsi sosialnya harus diutamakan. Idealisasinya, keun- tungan ekonomi itu diharapkan dapat menunjang peningkatan jangkauan maupun mutu pelay- anannya. Dengan menyandang status sebagai lembaga sosial- Oleh dr. Didiet L Peralihan Fungsi ekonomi, rumah sakit telah Rumah sakit pada awalnya mempunyai kode etik. Perhim- dikenal sebagai "dewa penyela- punan Rumah Sakit Indonesia mat" yang atas nama kemanu- (Persi) telah merumuskan Etika siaan hadir untuk mengentaskan Rumah Sakit Indonesia (ERSI) manusia dari penderitaan sakit. yang kemudian diberlakukan Pengabdiannya ditunjukkan le- dengan SK Menkes No. 924/ wat cara memberikan pelayan Menkes/SK/1986. Secara ek- an kesehatan kepada tiap orang splisit etika itu mengakui bah- tanpa memandang atribut-atribut wa rumah sakit telah ber- sosial, politik, agama, ras, war- kembang menjadi "unit sosio- na kulit maupun status ekonom- ekonomi" yang oleh karenanya inya. Oleh karenanya, rumah sa- perlu dikelola secara profesion- kit dinobatkan sebagai institusi al untuk dapat menjalankan tu- sosial nonlaba, pengemban misi gasnya dengan baik. sosial kemanusiaan. Tetapi di pihak lain, rumah sakit tetap dituntut untuk men- gutamakan kepentingan dan ke- selamatan pasien khususnya dan umat manusia umumnya. Orien- tasinya tetap harus diarahkan pada kepentingan masyarakat luas dan pembangunan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Kepentingan ekonom- inya dibatasi dengan larangan membedakan mutu dan kesung- guhan pelayanan berdasarkan tingkat kemampuan ekonomi si pasien. Terhadap golongan masyarakat yang tidak mampu bahkan rumah sakit berkewa- jiban menyediakan fasilitas dan jasanya dengan arif rendah alias memberikan keringanan (bab III pasal 1 huruf (a) sampai (f) ERSI). Secara perlahan realitas ke- mudian memaksakan sesuatu yang tak bisa ditolak. Komponen ekonomi dalam penyelenggaraan rumah sakit dan pelayanan kese- hatan secara umum kian sukar diabaikan. Ini disebabkan pesat- nya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran canggih yang memakan biaya investasi tinggi. Industri obat-obatan pun tidak dapat mengembangkan dan memproduksi obat-obat yang dibutuhkan yang kian bany- ak dan beragam jumlah maupun jenisnya, karena datangnya je- nis-jenis penyakit baru tanpa di- tunjang pendanaan yang mema- dai. Keadaan ini memaksa ru- mah sakit mesti melibatkan diri dengan kalkulasi-kalkulasi ekonomi. Akan halnya rumah sakit Sejak itu rumah sakit men- swasta yang karena sifat kes- definisikan ulang atas dirinya. wastaannya harus lebih serius Status dan fungisnya pun berges- bermain dengan kalkulasi er dari hanya sebagai institusi ekonomi, pun bukan berarti ber- sosial menjadi institusi sosial- hak membelot dari misi sosial ekonomi. Demi mempertahan- kemanusiaannya (bab III pasal kan eksistensi dan kemampuan- 3). Oleh karena itu, guna men- nya menjalankan fungsi sosial- jamin agar tidak menjurus pada nya, yakni memberikan pelayan- semata-mata mengejar profit an kepada masyarakat, tidak da- seperti halnya badan-badan usa- pat menghindar dari tekanan-te- ha swasta, melalui SK Dirjen kanan faktor ekonomi yang ber- Pelayanan Medis No. 098/Yan. tambah kompleks. Med/RSKS/87 diatur rumah sa- kit swasta hanya dapat dikelola yayasan. Di Indonesia, keberadaan ru- mah sakit dengan status fungsi sosial-ekonominya diatur dalam UU No. 9 tahun 1960, Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang telah berlaku sejak 1982, Peratu- ran Menteri Kesehatan No. 920/ Menkes/Per/XII/1986, SK Men- Pergeseran status dalam fung- si rumah sakit sampai pada men- jadi unit sosio-ekonomi tampa- knya merupakan keharusan yang masih dalam batas-batas kewa- jaran. Namun perkembangannya Kecenderungan makin kuat, ru- ternyata berlanjut terus tidak mah sakit-rumah sakit kini mu- lai lebih serius lagi menekuni matematika ekonomi. Gejalanya mulai tampak setidak-tidaknya sejak dicanangkannya program swadana bagi rumah sakit pe- merintah yang berarti pasien harus membayar ongkos pelay- anan kesehatan lebih besar dari- pada sebelumnya. Sementara itu rumah sakit swasta mulai men- genal istilah rumah sakit pe- modal, media investasi yang menjual komoditi jasa pelayan- an kesehatan. berhenti pada titik itu. SEORANG negarawan Amerika, John F Kennedy per- nah berkata, "Jangan engkau bertanya, apa yang diberikan negara kepadamu, tetapi bert- anyalah apa yang bisa kau sum- bangkan untuk bangsa dan negara". Ucapan yang telah menjadi kata-kata "mutiara" dari seorang mantan kepala negara AS ini bukanlah seka- dar bagaimana generasi muda memegang teguh "kebangsaan- nya", tetapi lebih jauh bagaim- ana generasi muda itu harus memikul kewajiban untuk me- neruskan perjalanan sejarah bangsanya. Maju mundurnya tiap bangsa amat ditentukan oleh generasi mudanya. Merekalah penentu sejarah masa depan. Karena itu, mem- persiapkan mereka secara ma- tang dan mandiri untuk mem- peroleh peluang dan kehidu- pannya kelak adalah di antara tugas sejarah dalam dinamika suatu bangsa, termasuk kita yang beberapa hari lagi (28 Ok- tober) memperingati Sumpah Pemuda. Di samping melihat kilas ba- lik sejarah tentang eksistensi generasi penerus, kita perlu melihat tantangan peran mere- ka untuk meraih masa depan- nya. Generasi macam apa yang perlu dikembangkan, dan bagaimana tantangan zaman yang perlu diantisipasi? *** Sumpah Pemuda (28 Okto- ber 1928) adalah salah satu tonggak sejarah penting dalam kedirian bangsa ini. Waktu itu- lah, anak-anak muda kita - dari berbagai wilayah Nusant- ara ini sama-sama sepakat dan berikrar: satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Ek- sistensi kebangsaan negeri ini, bukanlah dimulai sejak ikrar persatuan dan pengokohan na- sionalisme generasi 1928-an itu, tetapi telah hidup sejak nenek moyang kita ada. Peris- tiwa Sumpah Pemuda merupa- kan kelanjutan dari suatu real- itas yang telah berkembang dalam kehidupan bangsa kita, bahwa kita memang satu bang- sa majemuk, terhimpun dari aneka ras, suku, agama; kita adalah bangsa yang Bhinne- ka Tunggal Ika. *** atau kepribadiannya" untuk lebih memajukan bangsa ini. Dalam hal ini, beberapa prin- sip yang perlu dimiliki kaum muda kita adalah: Pertama, mereka tetap menjiwai ''seman- gat kebangsaan" seperti yang pernah mereka ikrarkan dahu- lu. Generasi muda kita tak han- ya sekadar menyadari proses sejarah bangsanya, tetapi juga mereka memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan wawasan Nusantaranya. Dalam kaitan ini, pengajaran ilmu se- jarah bangsa untuk menumbu- hkan jiwa kebangsaan pada generasi penerus mutlak diper- lukan. Agar anak-anak kita bisa memahami mata rantai sejarah pendahulunya, dan berupaya meneruskan perjuangan mere- ka. Kedua, generasi muda harus memiliki jiwa "mandiri dan profesional". Tantangan hidup yang kian keras, persaingan yang kian tajam di segala lini kesempatan berkarier misaln- ya, perlu manusia-manusia yang tidak hanya memiliki skill tertentu, tetapi juga mandiri. Kompleksitas bidang kehidupan di era informasi dewasa ini, menuntut kehadiran sosok manusia yang profesional dalam tuntutan bidangnya mas- ing-masing. Apalagi di era per- dagangan bebas yang bebera- pa tahun (2000-an) lagi dibu- ka, tentu memerlukan SDM yang ulet, siap bersaing secara sehat dan kompetitif di segala bidang, termasuk bidang mana- jemen dan ekonomi. Menyadari akan tantangan tersebut, jelas generasi muda sekarang tak bisa "ongkang- ongkang kaki" saja, atau ter- jerat kepada gaya hidup foya- foya dan percuma, bersikap sempit dsb. karena hal ini akan tidak berarti, bahkan akan be- rarti kegagalan bagi mereka sendiri kelak. Mereka haruslah aktif, inovatif dan dinamis me- nempa diri untuk merebut pe- luang yang ada. Ketiga, generasi penerus haruslah beriman dan takwa. Iman merupakan kepercayaan seorang hamba terhadap khal- iqnya (Penciptanya) yang terek- spresi dalam hidup sehari-hari, sedangkan takwa adalah upaya menjaga, mengembangkan, membentengi diri dari segala hal yang menjurus kepada lep- asnya rel manusia dari fitrah kemanusiaannya. Di sini, mengejar kemajuan dan upaya meraih prestasi sebaik-baiknya adalah bagian dari proses tak- wa itu. Semangat iman dan tak- wa perlu senantiasa dipupuk untuk membangun eksistensi kepribadian masyarakat kita yang religius, termasuk bagi kalangan generasi muda. Den- gan iman dan takwa ini pula, perilaku keseharian kita akan senantiasa dinapasi oleh ke- manusiaan kita sebagai ma- khluk Illahi. Itulah beberapa tuntutan bagi generasi penerus kita se- Setelah 51 tahun kita mem- suai dengan napas zaman. bangun bangsa ini, tentunya Kedirian mereka sebagai tantangan masyarakat, terma- penerus di masa depan, tak suk peran generasi muda sudah hanya perlu dinapasi oleh se- berkembang sesuai dinamika mangat kebangsaan (nasional- kehidupan. Oleh karena itu, isme), namun juga mereka suatu keniscayaan apabila gen- harus profesional serta me- mengembangkan diri untuk me- dalam menjalani hidup kese- erasi penerus kita terus megang teguh "keimanan" nentukan arah masa depannya. harian. Semoga.....!!! HS. Habib Adnan Mereka harus memiliki "sosok kehilangan citra kemuliaannya, terputus dari rantai sejarah cita- cita awalnya. Antisipasi Sejak tahun 1979 sebenarnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menseja- jarkan penyelenggaraan rumah sakit dengan bidang usaha prof- it. Melalui SK No. 2 tertanggal 28 Mei 1979, BKPM membuka peluang bagi penanaman modal dalam negeri untuk berbisnis di Idealnya pelayanan kesehatan bidang ini. Kini setelah terpen- tentu tidak dibiarkan mengarah dam hampir 20 tahun, perdeba- menjadi komoditi bisnis dan tan normatif tentang SK itu dilepaskan hidup dan bersaing berubah menjadi kecemasan ber- dalam mekanisme pasar bebas. samaan dengan munculnya Oleh karena itu kecenderungan perkembangan real dunia peru- profitisasi yang telah kian nyata mahsakitan yang kontroversial. perlu dikontrol. ayanan kuratif. Pemerintah juga perlu meru- muskan kebijakan baru dan men- gambil langkah-langkah tegas untuk mengantisipasi perkem- bangan gejala profitisasi bidang pelayanan kesehatan oleh swas- ta sebelum segalanya berubah makin parah. Di pihak lain, penyelenggara rumah sakit atau penyedia jasa pelayanan kesehatan juga ditun- tut menyadari bahwa betapa pun Dalam hal ini pemerintah secara ekonomi mereka sah un- Masalah Etika tampaknya sudah saatnya turun tuk mengeruk keuntungan, teta- Deskripsi tersebut tidak lain tangan guna memastikan efek- pi harus menjaga konsistensin- menggambarkan arah pergeseran sakit swasta wajib menyediakan mesti diembannya yakni misi tivitas ketentuan tentang rumah ya dengan misi semula yang "profitisasi" status dan fungsi rumah sakit. Adalah sulit bagi 25 % dari jumlah tempat tidurn- sosial kemanusiaan. Sistem Kesehatan Nasional rumah sakit mana pun untuk ya untuk mereka yang tidak mampu. Dengan demikian kel- perlu dijaga agar tidak dicacati mengembangkan pelayanan so- sial, pada saat yang sama ditun- ompok masyarakat yang tak kua- rona-rona kapitalistik. Dalam tut secepat mungkin mencapai sa membayar tetap berkesempa- sistem masyarakat Pancasila, su- titik impas permodalannya dan tan memperoleh pelayanan kese- lit diterima jika pelayanan kese- atau mengejar keuntungan sebe- hatan yang memadai, baik pel- hatan hanya menjadi hak istime- sar-besarnya. Jika motif profit ayanan diagnostik maupun pel- wa milik orang-orang mampu. menjadi dasar usahanya, rumah sakit semacam itu akan mener- apkan prinsip-prinsip ekonomi secara ketat. Pelayanan sosial dengan sendirinya terabaikan. Nyatanya, banyak rumah sa- kit swasta memang telah benar- benar menjadi lembaga profit dan meninggalkan fungsi sosial- nya seperti telah disesalkan ban- yak kalangan, termasuk Pres- iden. Dokter Kartono Moham- mad misalnya, melihat sekarang ini tiap orang yang memerlukan pelayanan kesehatan harus mem- bayar secara tunai dan ia akan mendapatkan atau tidak menda- patkan pelayanan sesuai dengan uang yang dikeluarkannya. Rumah sakit tak ubahnya toko yang menjual komoditi den- gan harga yang tak bisa ditawar- tawar lagi. Menirukan istilah Jane Levitt, the fast food concept applied to medicine. Di sinilah timbul pertanyaan etis. Rumah sakit yang dahulu merupakan medan pengabdian para dokter, perawat dan profesi kesehatan lainnya, yang senan- tiasa dijaga dan dijunjung tinggi nilai-nilai keluhurannya, yang dijiwai sumpah Hipocrates dan semangat keteladanan Florence Nightingale, kini menjadi bursa komoditi jasa kesehatan yang Catatan Diperlukan suatu penelitian khusus mengenai gejala kurangnya minat anak-anak menyaksikan seni peway- angan. - Dapat dibayangkan di sanalah letak ujian se- ninya. *** Dilontarkan gagasan awal, desa Hindu modern yang merupakan perpaduan budaya progresif dan ekspresif. Memberdayakan seribu daya berbudaya. *** Kesulitan yang dihadapi wong cilik seperti petani dan nelayan tetap diperhatikan dengan syarat pada pemi- lu mendatang jangan lupa pada warna kuning. Dikhawatirkan jangan-jangan lupa ingatan? Bang Podjok
