Tipe: Koran
Tanggal: 1998-08-16
Halaman: 05
Konten
tus 1998 Minggu Pon, 16 Agustus 1998 Bali Post E B Y R Halaman 5 Dini erasal dari n memiliki cekurangan Es, sehingga kan bahan engandung hewani. a apa saja an kepada annya tetap us tumbuh ya berjalan balita se- erkaya un- mber tena- pertumbu- menambah lemak se yak sayur, yak jagung, ah atau ka- erlu diberi- kaya vita- gah terjadi dungi anak perlu kasih atkan per- aik secara emosional, n kasih sa- -anak me- , kehanga- yang dari g yang me dah mam- dan mene mengada- ngan, rasa ai merupa- ng dalam En seorang g semua ini kan rasa menyebab mpu berko- ang lain. tua yang onya yang anak akan empelajari harapkan sekaligus ik dan apa < kurang atian dari las tidak gia, mere- semangat elera ma- iran dan mbuh de- ma gan, yang kinan pa- pat sadar k menga- na sekali mengala- aerah ter- kami a kondisi em syaraf ang otak embantu k mem- sakit, bu- kata Ka- dari Ro- ien gang- n menga- sil peneli- embantu adaan si m, hasil kdokter banyak a dalam s per ka- enelitian memberi- n akurat masalah aka hal Fat mem- rsifat di- "komen- tanyaan cet. rtr/ant) J TIK hun me- a selalu y lotion, k hitam hand & da kulit an dan utarsih ngkung atannya mudian buh ter- dengkul m pecah- irimkan Mustika kecan- ), kirim tumkan san dari st, dan upaten. Pergelaran "The Poems of Music" Menempatkan Suara pada Ruang-ruang penonton mempertanyakan, mengapa Sudarta tak mener- jemahkan bahasa Kawi itu ke dalam bahasa Indonesia agar lebih bisa diterima penonton, Sudarta malah mengatakan hal ini akan menjadi lucu. "Saya sengaja membiarkan bahasa Kawi itu utuh apa adan- ya. Kalau itu diganti, saya malah kehilangan nuansa," kata Sudarta. *** " SUGUHAN musik kontem- porer itu berisiko ganda. Keti- ka sejumlah telinga-terma suk telinga awam yang terbi- asa menikmati musik konven- sional-dijajal musik kontem- porer, risiko ganda itu pasti terasa. Risiko pertama, pen- dengar bisa saja langsung ma- rah dan mencak-mencak, "Ini musik apa? Asal bunyi, seenaknya saja!" Risiko kedua, pendengar bisa langsung ter- perosok, takjub, tertegun, dan melayang sembari berdecak, Jika Sudarta total mengede- "Gila, ini karya luar biasa...!" pankan vokal, maka dalam Agaknya, risiko ganda itu "Komposisi II" karya Ketut sudah amat disadari akan ter- Yuliarsa, alat-alat musik mu- jadi oleh Kadek Suardana, lai diberi fungsi. Alat musik Wayan Gde Yudane, Ketut petik seperti sitar dan gitar Yuliarsa, dan Gusti Putu Su- akustik menjadi materi utama darta yang menggelar karya-karya ini, kemudian dilengka- karyanya dalam "The Poems of Music" di Taman Budaya Den- pasar, Jumat (14/8). Empat pegiat musik yang juga diban- tu beberapa pemain lainnya- seperti Sunu dan Ian White itu, sepertinya siap menerima risiko apa pun. Maka, empat nomor kompo- sisi yang digelar pun berjalan mulus. Dalam "Komposisi I" karya Gusti Putu Sudarta, ek- splorasi dan eksploitasi vokal menjadi menu utama. Sudar ta yang berlatar pendidikan pedalangan sengaja menjadi- kan karyanya ini spesifik, tak bergantung pada alat musik. Nuansa seni pewayangan yang sarat dengan seni olah vokal dalam bahasa Kawi dikemas menjadi sajian yang menarik, dalam aliran koor serta dialog yang terjalin rekat. Ketika dalam kesempatan berdiskusi ada salah seorang ON Th un Christine Hakim pi materi penjalin seperti tab- la dan rebab, Yuliarsa agakn- ya punya niat menjembatani dan merangkul sejumlah ke- inginan antara keinginan pemusik dan sejumlah penon- ton. Meski terkesan konvension- al, komposisi ini amat tegas menggariskan pemahaman bahwa sesungguhnya ide dan proses itu sangat penting. Ke- mampuan, keterampilan, kese- riusan, dan sikap apresiatif para pemusiknya amat ditun- tut dalam karya ini. "Komposisi III' karya Yudane, barangkali, boleh dimasukkan dalam jenis karya berisiko gan- da. Eksperimen Yudane yang sesungguhnya amat terkonsep ini memerlukan "tenggang rasa" penikmatnya karena per- mukaan atau kulitnya masih terkesan "beraneh-aneh". Sejumlah alat musik dicoba ditampilkan Yudane dengan PI karta 199 BPM/dok DISKUSI - Suasana diskusi usai pementasan "The Poems of Music" penafsiran-penafsiran baru. Bilah-bilah gamelan gender yang secara konvensional bi- asanya dipukul, kini digesek sehingga menimbulkan suara vibratif. Ada juga bilah-bilah gamelan yang dijejer di atas permukaan kendang sehingga memproduksi suara chorus yang tak sebagaimana biasa. Anehkah karya Yudane? Tidak, kalau saja orang mau menikmatinya dengan cara Garin Nugroho Film "Daun di Atas Bantal" BPM/dok Mimpi yang Jadi Kenyataan FILM "Daun di Atas Bantal" (DDAB) hasil garapan sutradara Garin Nugroho, merupa- kan film Indonesia yang berangkat dari mim- pi dan kemudian menjadi kenyataan. "DDAB merupakan mimpi yang jadi kenyataan, jika dilihat dari lesunya dunia perfilman Indone- sia, serta krismon yang sedang melanda Tanah Air," kata Christine Hakim, pemeran utama sekaligus produser DDAB di Jakarta, belum lama ini. Bagi Christine, DDB adalah fenomena me- narik yang hadir pada saat perfilman nasion- al sedang menghadapi banyak kendala, baik dalam hal permodalan, maupun hal-hal tek- nis lainnya di dalam penggarapan sebuah film. Sementara Garin Nugroho, selaku sutra- daranya, melihat hal unik lainnya yang be- lum pernah terjadi pada film-film Indonesia sebelumnya, namun terealisasi pada saat dirinya menyutradarai DDAB. "DDAB adalah film Indonesia yang tanpa sensor pada era reformasi. Bahkan masyarakat internasion- al banyak yang menilai film ini sudah dapat menyamai kualitas film internasional yang ada," ungkap Garin. DDAB merupakan film yang berkisah soal keseharian anak-anak jalanan. Kehidupan anak-anak jalanan yang direkam dalam DDAB tersebut ditujukan untuk mengajak masyarakat agar dapat melihat kenyataan yang ada di sekelilingnya. "Sebenarnya yang terjadi di Indonesia masih lebih baik dibanding dengan negara berkembang lainnya. Apalagi bila dilihat dari segi kuantitasnya. Tetapi sebelum angka itu bertambah, melalui DDAB kami ingin meng- ingatkan masyarakat dan pemerintah agar dapat bersama-sama memikirkan masalah sosial tersebut," kata Christine. Melalui DDAB, Christine bersama rekan- nya ingin menyajikan bentuk lain dari kehidu- pan anak-anak jalanan, dengan menampil- kan dialog polos dari komunikasi yang terja- di pada anak-anak jalanan tersebut. Sementara menyangkut "akting"-1 "-nya ber- sama anak-anak jalanan tersebut, Christine mengatakan, dirinya tidak merasa sedang "bermain" dengan pemain berkelas amatir. Sosok para pemain seperti Kancil, Sugeng, Heru, dinilai Christine sebagai para pemain film yang mempunyai bakat terpendam, dan tidak memiliki penyaluran untuk bakatnya tersebut. Kisah Nyata Dalam film yang skenarionya dibuat Ar- mantono dan Garin Nugroho ini, diceritakan kisah hubungan seorang wanita bernama Asih (Christine) yang hidup dengan tiga anak jalanan, Kancil, Heru dan Sugeng. Pada perjalanan ceritanya, satu per satu anak-anak "asuhan" Asih tersebut mening- gal dunia, tanpa Asih berbuat sesuatu. Kan- cil meninggal di atas kereta api, setelah men- curi bantal untuk diberikan kepada adiknya. Kemudian disusul Heru yang meninggal kare- na dibunuh untuk santunan asuransi. Begitu pula dengan Sugeng, meninggal ditusuk pre- man, dan tak bisa dikuburkan karena tak memiliki identitas diri. Dalam cerita yang diadaptasi dari tiga kisah nyata ini disebutkan, tempat tinggal Asih dan komunitasnya ditutup, dan diganti dengan bangunan baru. "Tetapi yang penting, bagaim- ana nasib mereka setelah tidak bermain film. Itu yang membuat saya mengajak mereka ke Jakarta untuk mengembangkan bakat mere- ka masing-masing," kata Christine. SENISANASINI LUKIS - Pameran lukisan bertajuk "Cakrawala Seni" dige- lar di Museum Puri Lukisan Ubud mulai Sabtu (8/8). Pa- meran yang melibatkan 26 pelukis dari enam kabupaten di (ita) Bali ini dibuka sampai 8 Oktober. MUSIK-Pemuda dan seniman muda Sanur yang tergabung dalam Himpunan Generasi Muda Sanur (HGMS) bekerja sama dengan kelompok Teater Agustus akan menggelar pentas musik pada Senin (17/8) di lapangan Kantor Desa Sanur. (ant) ACARA TV & RRI DENPASAR Minggu, 16 AGUSTUS 1998 BAJARAU CITA TEVIS INDONESIA 06.30 Hikmah Fajar 07.00 Nuansa Pagi 08.30 FS Anak-anak 11.00 FS Hercules 12.00 Sinetron Wiro Sableng 13.00 Wanita Gaya 13.30 RCTI Sport 14.00 Boom Basket (tin) 14.30 RCTI Sport LUKIS Pameran lukis bertema "Image of Meditating Fig- ure" karya Jerry T akan dibuka Senin (17/8) di Ganesha Gallery Four Seasons Bali. Acara pembukaan dilaksana- kan pukul 18.30. 15.30 Penyegaran Rohani Agama Kristen 16.00 FC Crazy Couple tangkap yang tidak biasa. Setidaknya, lepaskan dulu ke- biasaan menikmati musik yang acap "membuai" dan "me- manjakan" telinga. Dalam karya Yudane yang juga mema- sukkan unsur perkusi, gong, sampai gitar akustik dan elek- trik ini, musik menjadi sesuatu yang amat interpretatif, liar, dan eksotik. Dalam kesempatan diskusi, Yudane "digugat" salah seor- ang penonton yang mengatakan bahwa suara gitar elektrik san- gat tidak sinkron dengan suara gender. Gugatan ini mungkin sah-sah saja, tetapi akan jadi "tidak sah" kalau menilik karya Yudane secara keseluruhan. Keindahan kadang tercipta justru dari sesuatu yang tak sinkron. Suara gitar elektrik yang sarat raungan-raungan distorsif itu justru menjadi sinkron dengan dentingan ber- sangat bersifat personal. Sebab, semua dikonsep dan dikerjakan sendiri, bukan kole- ktif. Kadek hanya "bersenjata- kan" peralatan keyboard lengkap dengan perangkat ko- mputernya. Kadek meramu beragam materi dan elemen bunyi, dari materi orkestra sampai space music, dari elemen bass sam- pai biola. Dinamika, aksen, pengambangan, dialokasikan apik dalam ruang-ruang yang saling terkait. Babakan "mem- anas" dan memuncak terjadi ketika musik diimbangi vokal empat wanita. Betapa mengge- liatnya Kadek dan ada sebagi- an penonton yang mengaku te- lah "melayang" menikmati karya ini. Itulah pergelaran yang tata artistik panggungnya digarap pelukis Nyoman Erawan itu. Kalau toh pada akhirnya bany- ak penonton yang memuji karya-karya para pegiat musik ini, hal ini tidaklah menjadikan para pegiat musik itu sendiri tersenyum puas. Sebab, ini ba- BPM/WAN bak permulaan. Di tengah sub- urnya seni tradisi di Bali, musik kontemporer masih dilihat se- belah mata. Kegiatan ber- musik kontemporer yang kaya penjelajahan harus dikondisi- kan. Kesempatan dan kesepa- katan perlu diperbanyak, perge- laran harus ditradisikan. Mari menempatkan suara pada ru- ang-ruang yang tak berbatas seperti yang tersirat pada karya Sudarta, Yuliarsa, Yudane, dan Kadek Suardana itu... talu suara gender khusus dalam karya Yudane ini. Inilah ekso- tikanya karya ini. Sayang Yudane sendiri tak menangga- pi gugatan itu. *** Pada "Kompisisi IV", Kadek Suardana sepertinya mengan- tarkan penikmat musik pada babak yang lain: babak teknologi. Apa yang dilakukan dan dikerjakan Kadek sungguh Film "Godzilla" Gus Martin Sekali lagi, Amerika jadi "Pahlawan" INGAT Godzilla, ingat Toho Compa- nies, perusahaan film Jepang yang be- gitu getol memproduksi film-film ten- tang superhero sejak akhir 1950-an hing- ga awal 1990-an. Mendengar nama Godzilla, terbayang akan sosok makhluk raksasa yang sering bertempur mela- wan monster jahat, melindungi masyarakat dari bencana. Sosok pahla- wan yang begitu diidolakan dan menja- di pujaan anak-anak, meskipun ben- tuknya agak menyeramkan. Ketika awal 1998 terbetik kabar akan muncul film superdahsyat "Godzilla" buatan Hollywood, bayangan itu tak berubah. Mungkin banyak anak-anak atau remaja zaman 1980-an yang kini telah dewasa berpikiran akan kembali menyaksikan tokoh idola mereka dulu. Bahkan membanggakan, karena jika dulunya dibuat Jepang dengan teknik yang masih sederhana, sekarang tokoh itu bisa lebih mendu- nia dengan kemasan teknologi film yang kian cang- gih. Namun bolehlah sedikit kecewa, karena perkiraan akan Godzilla versi terbaru menyerupai atau mengulang Godzilla bikinan Toho Com- panies meleset seratus dela- pan puluh derajat. Godzilla kali ini betul-betuil berbeda dengan Godzilla-nya Jepang, kecuali dalam satu hal, sos- ok raksasanya yang memang tiada tandingan, menyamai gedung pencakar langit. Godzilla yang dulunya tokoh baik-baik, menolong manusia melawan monster jahat macam naga berkepa- la tiga King Ghidorah atau kelelawar raksasa Rodan, sekarang tampil sebagai sosok monster buas yang mau tak mau harus dimus- nahkan, sebelum menghan- curkan bumi. Godzilla yang dulunya mirip kadal raksasa dengan perawakan ala kang- guru, sekarang lebih menyerupai T-Rex, bangsa dinosaurus dari film "Jurra- sic Park"-nya Steven Spiel- berg. Pendek kata, Godzilla sekarang bukan lagi Godzilla yang dulu. Radiasi Nuklir Konon sosok Godzilla yang pertama 10.30 Pidato Kenegaraan RI 13.00 Liputan 6 Siang 14.00 FC The Chinese Ghostbuster 16.00 Gema Rohani Katolik 16.30 Boneka Sesame 2 17.00 Kruci 17.30 Ci Luk Baa IX 18.00 Weird Science 18.30 Derap Hukum 19.00 Liputan 6 Petang 22.30 FC Cryng Freeman INDOSIAR 07.00 FS Something Wilder 07.30 FS Secret World of Alex Mack 08.00 Acara anak-anak 10.00 Klab Disney 11.00 Pidato Kenegaraan Presiden 13.30 Penyejuk Iman Katolik RI 18.00 Kuis Kontak 18.30 FS The Adventures of Sinbad 14.00 Dangdut Ria (ita) 19.30 Seputar Indonesia 20.30 Sinetron Istri-Istri 21.30 Komedi Reaksi KECAK - Drama tari kecak kolosal akan digelar Minggu (16/8) malam oleh grup CV Mama & Leon. Acara yang dirang- kaikan dengan perayaan HUT Taman Budaya Bali ini di- pusatkan di panggung Ardha Candra, Taman Budaya Den- (ita) pasar. LUKIS Wayan Gunasta (Gun Gun) yang lebih dikenal sebagai kartunis, akan menggelar pameran lukisan di Grand Hyatt Bali. Pameran bertajuk "Back to Bali in the 1930's" yang mengetengahkan karya-karya sketsa Bali tahun 1930- an ini berlangsung 20-30 Agustus. (tin) 22.30 FC Hoffa SCTV SURYA CITRA TELEVISI 06.30 Di ambang Fajar 07.00 Liputan 6 Pagi 08.00 News Watch 08.30 Enno Ceria 5 09.00 FC Brave Little Toaster Goes To School 15.00 FC Ralszaada 18.00 Jangan Menyerah Indonesia 18.30 Dialog 19.00 Pesta 22.30 Tembang Kenangan 00.00 Liga Inggris AN Itever 07.00 Bursa Musik Indonesia 07.30 Prima Raga 08.00 FS Anak-anak 09.30 Video Anak ANteve 10.00 Musik Mingguan kali ditemukan muncul di lautan Pas- ifik, lahir dari perubahan gen pada seje- nis kadal akibat radiasi nuklir. Dengan kata lain, dampak uji coba nuklir se- cara tak disengaja menciptakan spesies baru yang luar biasa besarnya ting- ginya menyamai gedung berlantai se- belas, tapak kaki selebar tujuh meter. Celakanya, monster ini aseksual, bisa membuahi diri sendiri. Sekali bertelur, jumlahnya bisa mencapai 200 butir, menetas dalam waktu bersamaan. Bay- angkan saja jika makhluk ini berkembang, dalam waktu relatif singkat bisa menggusur populasi manu- sia sebagai makhluk paling dominan di muka bumi. Wajar saja jika kemudian pemerintah, militer, para ahli dan peneliti mence- Adegan film "Godzilla" tuskan perang melawan Godzilla. Sos- ok ini harus dimusnahkan sampai bet- ul-betul habis. Bukan karena kebetulan Godzilla mampir ke Amerika, mengo- 11.00 FS Wishbone 11.30 FS A Heartbeat Away 12.00 MTV Classic 13.00 Gema Rohani 13.30 Majalah Olah raga 14.30 Sirkuit Dunia 15.30 Sepak bola Dunia 16.00 Lensa Sepak bola Nasional 16.30 Sport Program 18.30 Cakrawala Minggu 19.00 Arliss 19.30 MTV Sport 20.30 Sport Program 22.30 Sport Program 23.30 Piala Dunia Pilihan TELEVIS PINODEAN DONESA 06.30 Kuliah Subuh 07.00 Selamat Pagi Indonesia 08.00 Film Kartun Anak-anak 10.00 AB Three 11.00 FS Little House On The Prairie 12.00 Komedi Pilah Pilih Kasih 13.00 Sinetron Laga Saur Sepuh 14.00 Dangdut Minggu Pilihan 15.00 Bimbingan Rohanil 15.30 DRTV Indonesia 16.00 Documentary Football Feva 17.00 FS USA High 17.30 FS California Dreams 18.00 Lintas 5 18.30 Di balik Bintang 19.00 Musik 12 Pas 19.30 Analisis Bola 20.30 Panggung Mania 21.30 Komedi Ngelaba 22.00 Dunia Dalam Berita 22.30 FS Profiler II 23.30 DRTV Indonesia TRI 15.00 Berita 14 brak-abrik kota terkenal macam Man- hattan, bangsa Amerika sekali lagi berkesempatan tampil sebagai "pahla- wan" penyelamat umat manusia dari ancaman kepunahan. Segala kekuatan dari ribuan tentara, tank, bazooka, ru- dal, kapal selam dengan torpedo, diker- ahkan untuk "tugas suci" menaklukkan Godzilla. Masih Ada Dengan segala gempitanya, "Godzilla" terkesan menjadi upaya sutradara Ro- land Emmerich- pernah menghasilkan "Stargate" dan "Independence Day"-un- tuk menandingi Steven Spielberg yang berjaya dengan dinosaurusnya melalui "Jurrassic Park" dan "The Lost World". Entah disengaja atau tidak, sosok Godz- illa kreasi Emmerich malah mendekati sosok T-Rex. Be- gitu pun bayi-bayi Godzilla yang baru menetas, mirip sekali dengan Scriptor, bangsa dinosaurus yang terkenal buas. Usilnya, Em- merich yang memiliki peru- sahaan sendiri Centropolis ini sempat-sempatnya me- ledek dua perusahaan hibu- ran besar, dengan menyelip- kan satu kalimat pada adegan laporan di televisi. "Sementara itu toko Warn- er Bross dan Disney habis dijarah perusuh." Ada-ada saja. Sekalipun mempesona dalam segi penampilan, kreasi efek khusus, "Godz- illa" yang menampilkan ak- tor Prancis Jean Reno, Matthew Broderick dan Hank Azaria sesungguhnya tak lebih pengulangan saja dari film sejenis yang sudah-sudah. Jika Spiel- berg sengaja menyisakan bagian akhir "Jurrassic Park" untuk kemudian diteruskan ke dalam "The Lost World", naga-naganya Emmerich juga demikian. Ia sengaja menyisakan se- butir telur Godzilla yang masih utuh dan selamat dari gempuran rudal. Telur ini pun segera menetas di pengujung film. Itu artinya, masih ada Godzilla yang akan lewat. Jadi, siap-siap saja menunggu Godzilla bagian kedua. 15.30 Musik Video Klip Daerah 15.35 Film Seri 16.00 Coba dan Terka (SLTP) BPM/ist 16.30 Film Seri "The Crystal Maze" 17.00 Siaran Berita TVRI 17.30 Humoria Daerah 18.00 Puja Trisandya 18.06 Balivision 18.26 Selingan Musik 18.30 Berita Daerah 19.00 Lintasan Berita 19.05 Rona Nusantara 19.15 Monitor Olah Raga 19.30 TVRI News 20.00 Siaran Berita TVRI & Ulasan TVRI 20.30 Vidia Musika 21.30 Mimbar Agama Kristen Prot- estan 22.00 Dunia Dalam Berita 22.30 Pesona Wisata 23.30 Siaran Berita Terakhir RRI DENPASAR 23.40 Film Cerita 06.06 Puja Trisandya 06.10 Canangsari P. Dewata 06,30 Berita Daerah 07.00 Warta Berita 07.05 Laporan ● Adnyana 07.11 Forum Negara Pancasila 07.25 Canangsari P. Dewata 07.50 Niaga Udara 08.00 Warta Berita 08.10 Parlementaria 08.16 Niaga Udara 08.30 Album Kita 09.00 Siaran Kebaktian Minggu 10.00 Hidangan Arja 11.00 Berita Kota 11.05 Pengumuman 11.10 Hidangan Arja 12.00 Berita Olah raga 12.11 Salam Muhibah/RTM 13.00 Varia Nusantara 13.11 Puja Trisandya 14.00 Warta Berita 14.05 Ulasan Pers 14.30 Berita Daerah 15.20 Pilihan Pendengar 17.35 Dunia Olah raga 18.25 Bingkisan Nada 18.45 Forum Negara Pancasila 20.30 R. Seni Budaya 21.00 Berita Ekonomi & Industri 22.15 Pengumuman 23.00 Aneka Berita 23.11 Hid. Pengantar ke peraduan ACARA INI SEWAKTU-WAKTU BISA BERUBAH LA KIL S Ayuni Sukarman: Tomboy PREDIKAT dan popularitas sebagai wanita jagoan ternya- ta tak selamanya menyenangkan Ayu- ni Sukarman. Seiring dengan perannya dalam sinetron "Jack- tayangan lyn-2" SCTV, rasa takut ke- hilangan sifat feminim pun penyelimuti kese- harian artis kelahiran Jakarta, 26 Desember 1975 ini. "Terus ter- ang, belakangan ini saya tiba-tiba jadi takut dicap orang se- bagai tomboy. Mak- lumlah, peran saya dalam sinetron sangat berpotensi menenggelamkan sifat- sifat feminim seorang wanita," tandas Ayuni Sukarman ke- pada Bali Post di Jakarta, akhir pekan lalu. BPM/As-10 Mengapa takut, toh Ayuni kini sudah berstatus ibu rumah tangga? Ayuni yang tiga tahun lalu resmi menikah dengan pria asal Australia, John Romny, dan hingga kini belum dikaruniai anak ini mengatakan, hal tersebut semata-mata karena ia tak ingin kiprahnya di dunia sinetron mentok di jalur action. "Saya punya obsesi ingin sukses dalam me- mainkan peran yang beragam. Mulai dari jenis laga, komedi hingga drama percintaan," katanya. Untuk itulah, kini Ayuni sangat terbuka dan mendamba- kan peran-peran sebagai wanita ideal yang jauh dari ade- gan-adegan keras. "Beruntunglah, oleh produser kini saya diberi kesempatan bermain dalam drama keluarga dan per- cintaan lewat sinetron 'Sentuhan Pertama'. Sayangnya aki- bat krismon, sinetron ini agak tertunda penayangannya," papar Ayuni. Lalu, soal Ayuni sampai saat ini belum hamil juga? "Be- berapa tahun belakangan ini, saya memang sedang berkon- sentrasi penuh dalam karier di dunia akting. Tetapi, bukan berarti tak mau punya momongan, lho. Sebab, begitu meni- kah, saya dan suami saya sudah bertekad ingin segera punya anak. Tetapi apa daya, Tuhan tampaknya belum memberi- kan," tegas Ayuni. (As-10) Jean Reno: Terpanas DALAM film "Godz- illa", Jean Reno tampil sebagai agen rahasia Prancis yang misteri- Namun ia begitu bersemangat mem- buru dan memusnah- kan monster kadal su- perbesar bernama Godzilla. Jika dalam arahan Roland Emmerich itu ia menjadi tokoh yang penuh misteri, seba- liknya bagi penonton film di Tanah Air, wa- jah aktor ini malah makin dikenal. Mak- lum, dalam tempo BPM/ist singkat, ia sudah tampil dalam sejumlah film populer seperti "Mission: Impossible" (sebagai lawan Tom Cruise) atau ko- medi mistik "Witch Way Love" sebagai penyihir Baron Molok. Reno, oleh kalangan film Hollywood diakui sebagai aktor Prancis "terpanas" saat ini. Terutama sejak pemunculannya dalam komedi "Les Visiteurs" karya Jean-Marie Poire yang memecahkan rekor Box Office di Prancis beberapa tahun lalu. Selain itu ia juga tampil bersama Mercedes Ruehl dalam komedi romantis karya Paul Weiland's, "For Roseanna" lalu dalam "French Kiss" bersama Meg Ryan dan Kevin Kline. Pujian dari kritisi datang buat Reno saat ia memerankan sosok pembunuh bayaran dalam karya Luc Bessons, "Leon The Professional" (1995) bersama Gary Oldman dan Na- talie Portman. Peran serupa pernah ia bawakan sebelum- nya dalam produksi Prancis "La Femme Nikita" bersama Anne Parilaud yang beredar di sini 1992 lalu. Dilahirkan di Casablanca 50 tahun silam dari pasangan orangtua Spanyol, Reno datang ke Prancis setelah menye- lesaikan wajib militernya di Jerman. Ia pun mulai mengejar impiannya di dunia akting. Di Paris, ia bergabung dengan sutradara panggung Didier untuk pertunjukan teater yang membawanya keliling negara itu. Kesempatan main film di- lakoninya pertama kali melalui "Claire de Femme" karya Costa Gavras (1979). Berikutnya dalam "Le Dernier Com- bat" karya Luc Bessons yang membuatnya diakui sebagai aktor berbakat. Ia lalu bekerja sama lagi dengan Luc Bes- sons untuk sejumlah film termasuk "Subway" yang dibinta- ngi Isabelle Adjani, "The Big Blue" bersama Roseanna Ar- quette dan tentu saja triler "La Femme Nikita". (adn) Farid Hardja: Dolar BISNIS kaset re- kaman yang lesu darah plus order mentas yang bela- kangan anjlok dras- tis, ternyata tak menurunkan se- mangat Farid Hard- ja. Buktinya, selain melansir album barunya "Partai Sembako" (PS), penyanyi dan pen- cipta lagu kelahiran Sukabumi, 7 Sep- tember 1948 ini BPM/AS-10 malah sedang giat-giatnya berburu dolar ke negara tetang- ga. "Krismon yang berkepanjangan ternyata melecut seman- gat saya untuk lebih kreatif dalam melansir album dan mer- ancang pertunjukan. Untungnya lagi, saat nilai tukar rupiah terpuruk, peluang saya untuk memburu dolar ke negara te- tangga justru terbuka lebar," papar Farid Hardja kepada Bali Post di Jakarta, belum lama ini. Menurut Farid, perjalanan meraup dolarnya dalam waktu dekat berlanjut ke Malaysia dan Brunei. "Menyusul bere- darnya album PS di Tanah Air, saya akan melansir sekali- gus melakukan promo album khusus 'Cut Cut Cut' di Malay- sia. Begitu pula di Brunei, selain melakukan pertunjukan juga mengedarkan album versi lain," tandas Farid yang se- belumnya lewat lagu "Ini Rindu" pernah populer di Shang- hai dan RRC-sampai-sampai syair lagu itu dibuat versi Mandarin. Tentang album terbarunya, Farid mengakui sedang men- coba menyerap aspirasi dan kegelisahan masyarakat. "Sia- pa tahu perhatian pemerintah akan lebih terfokus pada masalah tersebut, sehingga harga sembako yang terus melangit belakangan bisa normal kembali," harap Farid yang selama krismon rajin membagikan sembako gratis kepada masyarakat Sukabumi ini. Menyinggung selingan talk show reformasi yang berbau politik di album itu, Farid beralasan, ia semata-mata ingin memanfaatkan momentum bebas bicara. "Coba amati sekarang, di mana-mana orang berbicara politik dan ekonomi. Sebagai musisi saya mencoba merasakan sendi- ri suasana bebas bicara politik. Saya tampilkan talk show yang ringan-ringan, banyak humor, dan menghibur," jelas Farid. (As-10) 4cm
