Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-08-16
Halaman: 07

Konten


s 1998 Minggu Pon, 16 Agustus 1998 Bali Post INTERMESO Halaman 7 1996 Hengan Jaya, uta, Ba- smiyani er 1993 oman a dengan mer De Bali 5 , Bali i Yantini 95 ar de- ies Kam Den- an Letra n, E PMSujena enang anya. KETIKA Little Boy, nama bom atom pertama AS, dijatuhkan di Hiroshi- ma, 6 Agustus 1945, disusul tiga hari kemudiannya Enola Gay (nama pesawat AS) me- nelorkan lagi satu di Nagasaki, seluruh bala tentara Jepang di Asia Pasifik bertekuk lutut tan- pa syarat 14 Agustus, 53 tahun lalu. Kekejaman mereka sirna dan teriakan yang memuliakan kaisar, Tenno Heika Banzai pun terlupakan. Lalu, 17 Agus- tus 1945, atas dukungan sebagi- an besar rakyat Indonesia yang benci segala bentuk penjajahan, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerde- kaan bangsa dan Tanah Air In- donesia di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Rubag saat kemerdekaan diproklamasikan belum nongol di dunia, sebab dia lahir sepu- luh bulan kemudiannya. Na- mun masih dalam suasana ke- merdekaan dan dari hingar- bingarnya kehidupan politik di Tanah Air, seiring dengan per- tumbuhannya dia banyak men- dengar cerita tentang kemerde- kaan dari para orang tua. Saat dia kecil hingga remaja, sejarah ditutur- kan orang tanpa unsur manipulasi atau rekayasa. Bukan hanya sejarah tentang kemerdekaan, semua sejarah nasional maupun dunia didengarnya seperti tertera di buku-buku teks. Sejarah tidak dibengkok-bengkok- kan, namun dituturkan sebagaima- na adanya. Saat itu belum ada atu- ran yang memaksa para guru ber- naung di bawah Korpri atau meng- haruskan guru jadi anggota organisa- si profesi yang berafiliasi pada salah satu golongan yang punya target may- oritas tunggal. Jadi, guru yang apa pun aliran politiknya selalu menga- takan Bung Karno dan Bung Hatta adalah pejuang besar, proklamator, negarawan terpandang dan banyak lagi sebutan lainnya. Ironisnya, setelah dijatuhkan se- cara licik dengan menyembunyikan Surat Perintah Sebelas Maret (Super- semar), Bung Karno wafat dengan status tahanan politik tahun 1970. Tragis memang! Orang yang pernah menghabiskan setengah dari usian- ya di penjara-penjara dan tempat pembuangan kolonial Belanda, akhirnya harus menghembuskan napas terakhirnya dalam status tah- anan. Ditahan oleh bangsa sendiri. Sekelompok agitator, yang dulunya menyembah-nyembah Bung Karno ketika masih berkuasa, serta merta memprovokasikan bahwa almarhum adalah PKI dan terlibat Gerakan 30 Obrobari Grolan di ale aujar Doa Agustusan September 1965 (G 30 S). Namun hingga akhir hayatnya semua tudu- han tersebut tidak bisa dibuktikan. Sekarang, dengan runtuhnya rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soe- harto setelah berkuasa 32 tahun, ban- yak pihak yang sadar bahwa sesung- guhnya Bung Karno seorang pemimpin besar, yang pernah dimili- ki bangsa Indonesia. Kebesarannya bukan hanya dirasa- kan di Tanah Air, bahkan banyak pemimpin di Asia yang mengaku bah- wa Bung Karno adalah guru mereka. Nama dan jasanya bisa disejajarkan dengan Gandhi di India, Dr. Sun Yat Sen di RRC bahkan Abraham Lincoln di AS. Rubag tidak berkeberatan kalau dituduh sebagai pemuja atau pen- gagum Bung Karno. Dia tidak mengkultusindividukan orangnya, namun mengagumi betapa jenius dan luar biasa luas pengetahuan Presiden I RI tersebut. Ajaran-ajarannya men- genai nasionalisme dan persatuan serta kesatuan bangsa, baik lewat tulisan maupun pidato, merupakan cermin bahwa pikiran-pikiran Bung Karno mendahului zamannya. Keti- ka diadili pemerintah kolonial Belan- da di Bandung karena dituduh se- bagai penghasut dan pemberontak tahun 1930, dalam orasi pembelaan- nya yang terkenal dengan nama In- donesia menggugat, dia telah mera- malkan akan terjadinya Perang Pas- ifik antara Jepang melawan AS dan sekutunya. Bahkan ketika menyam- paikan pidato tanpa teks dalam bahasa Inggris di depan SU PBB tahun 1960, dia juga meramalkan akan terjadinya globalisasi di du- nia, lewat pidato berjudul "To Build The World A New" atau Membangun Dunia yang Baru. Meski dalam era pemerintahan- nya, sering terjadi pemberonta- kan di berbagai daerah, Bung Karno selalu mengimbau para pemberontak sadar dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Pen- gakuan sejujur-jujurnya diakui Tengku Daud Beureueh, mantan Gubernur Daerah Istimewa Aceh, yang pernah memberontak di tahun 1950-an, namun akhirnya menyerah dan diberikan pengam- punan oleh pemerintah. Berbeda dengan rezim Orde Baru, yang lewat DOM banyak membantai, menganiaya rakyat Aceh, yang di antaranya tidak tahu menahu tentang Gerakan Aceh Merdeka pimpinan Hasan Tiro, yang kini hidup dalam pengasingan. Kecintaan Bung Karno pada bangsa ini tercermin pula pada obses- inya terhadap persatuan dan keatuan yang senantiasa terancam disintegra- si. Dia tidak pernah memihak pada salah satu golongan untuk melestari- kan kekuasaannya. Meski dia mendi- rikan partai politik di era penjajahan Belanda, tahun 1927 bernama Partai Nasional Indonesia (PNI) dan parpol ini pernah jaya di era kemerdekaan. Namun dia tidak pernah memanja- kan dan memprioritaskan partai tersebut. Jangankan membentuk yayasan buat menopang dana partai, perpeca- han yang terjadi di tubuh PNI yang terkenal dengan sebutan PNI ASU (Ali Sastroamijoyo-Surahman) dan PNI Osa Usep (Osa Maliki-Usep Ranawi- jaya) pun dibiarkannya berlangsung. Sebab dia tidak mau memihak, kare- na keberpihakan baginya bukan menyelesaikan masalah, justru menanam dendam bagi yang merasa dikalahkan. Seperti keberpihakan pe- merintah pada kelompok Soerjadi dalam perpecahan PDI sekarang ini, sehingga Megawai dalam era reforma- si pun tetap dalam posisi didiskredit- kan. Sayang, kecintaan Bung Karno pada persatuan dan kesatuan yang terlalu kental menjadi bumerang bag- inya. Ide Nasakom yang pernah dilon- tarkannya justru menjadi penyebab ke- jatuhannya. Malah dia dituduh komu- nis, lalu ditahan hingga akhir hayat. Kekaguman orang pada Bung Kar- no beserta ajaran-ajarannya yang dikenal dengan Soekarnois- me, agaknya kini bangkit kembali. Kerinduan yang besar akan isme Soekarno yang berciri khas Indonesia itu bisa dibuktikan lewat larisnya potret proklamator dan pencetus gagasan persatuan bangsa-bangsa Asia Afrika dan The New Emerging Forces itu. Bahkan menurut harian terbitan Jakarta edisi Minggu, 9 Agustus lalu diwartakan bahwa buku-buku Bung Karno laku keras di pasaran buku loak di Jakarta. Kumpulan karangan dan pidatonya sejak usia belia ber- judul "Di Bawah Bendera Revolusi" (DBBR), cetakan ketiga tahun 1964, jilid pertama konon mencapai harga US $ 4.000 -5.000 per jilid. Bahkan bila ditambah beberapa buku lainnya yang menyangkut tulisan dan pidato Bung Karno, penjualnya bisa menga- ntongi uang hingga US $ 8.500. Kat- anya, para pemburu karya Bung Kar- no ini bukan hanya kaum berduit dalam negeri, juga banyak orang as- ing yang datang memborong. Konon, di seluruh Indonesia cuma ada 20.000 eksemplar buku DBBR. Andaikata kabar itu bukans ekadar rumor, Bung Karno yang kini berada di alam lain, boleh jadi berbangga. Meski pernah dinista dan disengsarakan la- wan-lawan politiknya, minimal dia tidak pernah dihujat keras, apalagi di- tuduh sebagai pengkhianat bangsa. Rubag sempat terperanjat mem- baca judul sebuah berita Bali Post, Rabu 12 Agustus lalu berjudul," Men- gundang Soeharto, Mengundang Pengkhianat Bangsa". Judul tersebut disarikan dari pendapat pengamat politik LIPI, Muhammad AS Hikam, Ph.D. Dia mengatakan, DPR yang mengaku sebagai wakil rakyat jangan lagi menyakiti hati rakyat dengan meninggikan posisi orang yang sela- ma ini dianggap pengkhianat bang- sa. Hal ini dikaitkannya dengan ren- cana DPR-RI untuk mengundang mantan presiden II RI itu hadir dalam sidang Paripurna DPR-RI, 15 Agus- tus untuk memperingati Hari Kemer- dekaan ke-53 RI. Kata dia, Soeharto sekarang ini penuh dengan masalah, sehingga dominan rakyat menuntut agar dia diadili. Bila DPR mengun- dangnya, berarti DPR tidak lagi ko- mit dengan semangat reformasi. Bagi Rubag, meski keselamatan fisik Soeharto beserta anak-cucunya ada yang menjamin, keselamatan men- tal dan rohaninya tidak akan pernah luput dari berbagai serangan. Mudah- mudahan, doa dia, mantan presiden itu makin tua kian tebal kuping dan kulit wajahnya, agar tidak gampang sakit hati mendengar ocehan rakyat. al iauds Aridus SANGUT DELEM TUNJUKKAN BAHWA KAU BANTENG SEJATI KUAT, KOKOH, GAGAH, DAN SIAP BERLAGA DI ARENA JANGAN KALAH GERTAK HANYA KAU BANTENG YANG DIAKUI! BERJALANLAH TEGAP, MATA JALANG, MEN- DENGUS! TAPI.. Brewok MERDEKA.. Mister Bali FIKSI- REMAJA Cucu Seorang Pengkhianat Those who can win a war can rarely make a good peace and those who could make a good peace would never have won the war. (Winston S. Churchill) RUMAH sederhana itu cuma berdiri sendirian di lereng bukit yang sepi. Tidak ada tetangga di kanan-kiri. Yang ada cumalah ladang dengan tumbuhan jagung dan ketela. Sedang di latar belakang ada hutan yang sekalipun tidak be- gitu lebat dan angker, tetapi tetap mampu menunjukkan perbawanya sebagai hutan yang masih perawan, belum terjamah tangan manusia. Matahari yang bersinar hangat, diserap oleh atap rumbia rumah sederhana itu. Halamannya yang sempit tampak bersih, bekas dis- apu. Angin yang menggoyang pucuk dan pohon yang tumbuh berderet- deret di sebelah kanan rumah, sea- kan-akan merupakan penjelmaan sebuah tarian yang lemah gemulai, hasil ciptaan penata tari yang jenius. Bagaimana tidak? Lentur-lentur daun pinus, begitu teratur dan be- gitu berirama. Tidak pernah salah langkah, dan juga tidak pernah tersendat-sendat. Dan... selama an- gin masih mengiringinya, sehari se- malam pun pucuk-pucuk pinus akan tetap mampu membawakan kreasi tari yang menakjubkan itu. Cuma sayangnya, semua keinda- han, semua keajaiban itu, tak seor- ang pun yang menyaksikannya. Ah, betapa tololnya manusia! Mereka lebih suka berjejal-jejal di tempat tempat yang ramai, sementara di tempat yang hening ini alam sedang mempertunjukkan potensi dan bakat yang luar biasa. Dua ekor burung tiba-tiba melay- ang datang dan hinggap di pucuk pi- nus. Sesaat kemudian, tubuh mere ka ikut bergoyang ke sana ke mari. Ya ampun, lebih pandai dan bijaksa- na burungkah dibandingkan dengan manusia? Burung itu mampu melu- angkan waktunya, menyaksikan irà ma yang begitu indah, bahkan dia juga ikut terjun dan larut bersaman- ya. Sedang manusia, tak seorang pun yang hadir di tempat itu! Tetapi akhirnya, ada juga orang yang hadir di tempat itu. Seorang laki-laki, bertelanjang dada, dengan celana berwarna biru lusuh seten- gah lutur, tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu rumah sederhana itu. Dengan bahu kanan menyend- er di tiang pintu, laki-laki itu men- dongkakkan kepalanya. Matanya tentu menangkap dua ekor burung yang sedang asyik menikmati tari- an alam. Cuma dia menghayati atau tidak keindahan itu, tak seorang pun yang tahu. Bintik-bintik keringat kecil tam- pak membutir di dadanya yang te lanjang. Rupanya laki-laki itu baru saja selesai mengerjakan se- suatu. Dan ini memang benar. Dia baru saja selesai membelah kayu, konsumsi kayu bakar, yang merupakan tugas rutin- nya. Sedang ladangnya, tidak terlalu membutuhkan per- hatiannya sekarang. Dalam masa-masa menunggu panen seperti ini, memang banyak waktu luang untuknya. Selesai membelah kayu, dia punya banyak waktu un- tuk mengerjakan apa-apa yang menjadi kesenangannya. Begitu juga dengan istrinya; setelah selesai memasak nasi jagung yang kadang-kadang dicampur ketela, dia punya banyak waktu untuk bersan- tai. Atau kadang-kadang ka- lau persediaan ikan asin sudah hampir habis, wanita itu pergi ke pasar terdekat, yang jaraknya tidak kurang dari 15 km dari tempat itu. Cuma itu kegiatannya. "Kang, sudah selesai den- gan membelah kayunya?," tiba-tiba dari arah belakang laki-laki yang sedang terbengong- bengong menatap pucuk pinus den- gan dua ekor burung sedang ber- goyang-goyang itu mendatangi se- orang wanita. Jelas wanita itu is- trinya! Memang sudah tidak terla- lu muda, tetapi jelas nampak kelem- butan dan kecantikannya. Seandainya Anda melihat wani- ta itu dengan mata kepala sendiri, mungkin Anda akan menggumam dalam hati: ya ampun, di tempat terpencil seperti ini, masih juga bisa kita temukan wanita selembut dan seayu itu! Anda tidak salah kalau menggu- mam seperti itu. Dia memang ayu dan lembut, seakan-akan hendak menyaingi daun-daun pinus. Bulu matanya yang lentik, tidak pernah tersentuh kosmetika produk kema- juan, mencuat hitam indah. Pipin- ya yang segar berseri-seri, jelas seka- li kalau tidak pernah disapu oleh segala macam bedak, yang konon kabarnya menurut kata orang bisa menambah kesegaran dan kecanti- kan. Padahal yang benar adalah se- baliknya. Bedak dan segala macam make-up tidak akan pernah mam- pu menciptakan kecantikan alami. Hanya alamlah yang mampu melakukan ini semua. Sebenarnya benar-benar omong kosong kalau ada yang berangga- pan segala macam bedak itu bisa menambah kesegaran. Untuk jan- gka pendek mungkin itu benar, teta- pi untuk jangka panjang? Bah! Itu omong kosong dan mustahil manu- sia bisa mengalahkan ciptaan Tu- han Yang Maha Kuasa! Bedak dan segala macam jenisnya adalah ciptaan manusia, sedang alam, an- gin, dan udara segar, adalah ciptaan Cerpen Tri Budhi Sastro Yang Maha Kuasa! Adalah sangat mengherankan kalau banyak wanita lebih memper- cayakan wajah mereka pada segala macam bentuk bedak dari pada an- gin, air dan udara segar! Laki-laki yang dipanggil dengan sebutan kang itu mengangguk pel- an, sedang matanya terus menatap ke atas sana. 'Dik, kau lihat dua ekor burung yang bertengger di atas sana itu?" tiba-tiba laki-laki itu berkata sam- bil berpaling pada istrinya. Wanita itu melangkah maju, me- megang bahu suaminya dari bela- kang dan sedikit menjulurkan ke- palanya. "Ya, aku melihatnya," katanya lembut. Ada apa?" "Mereka berdua bermain-main begitu gembira. Tetapi kita, teruta- ma aku, mengapa aku tidak bisa segembira dia?" Wanita itu mengusap-usap bahu suaminya yang berpeluh. "Kau mulai menyesali dirimu lagi, kang?," tanyanya. Tampaknya sang suami sudah sangat sering menyalahkan dirinya sendiri. Kalau tidak, istrinya tentu tidak akan ber- kata seperti itu. Laki-laki itu tidak menjawab. "Tidak ada gunanya terus me- nerus merasa rendah diri, apalagi sampai terus menerus menyesali diri sendiri!" "Betapa inginnya aku tidak sep- erti itu! Tetapi aku tidak bisa, Las- tri!," kata laki-laki dengan nada lemah sementara kepalanya terus mendongak, menatap dua ekor bu- rung yang asyik bermain-main di pucuk pinus. Nama istrinya ternya- ta Lastri, dan kalau dia sudah sam- pai menyebut atau memanggil istrinya dengan namanya, ini menandakan hati laki-laki itu benar-benar tertekan. "Kau panggil aku dengan Lastri lagi! Padahal engkau sudah berjanji akan selalu me- manggilku dengan adik, bu- kan?" Tidak, Lastri! Engkau tetap Lastri, engkau bukan adikku! Aku tidak ingin engkau menja- di adikku. Tidak ada yang pan- tas kubanggakan dengan diriku. Tidak ada yang pantas kubang gakan dengan apa yang kumili- ki! Tidak ada yang pantas dalam keluargaku untuk kubangga- kan." "Engkau salah, kang! Manusia tidak bisa memilih di mana dia harus dilahirkan, bukan? Apalagi sampai memi- lih dari rahim wanita mana dia harus muncul! Begitu juga en- gkau! Semua tindakan keluar- gamu, bukan merupakan tang- gung jawab mutlak dirimu." Wanita itu berhenti sejenak, seakan-akan memberi kesem- patan pada suaminya untuk mere- sapi semua kata-katanya. "Mereka memang boleh berbuat salah. Juga siapakah orangnya di dunia ini yang luput dari kesalah an dan kekhilafan?" "Tetapi keluargaku melakukan itu semua dengan kesadaran penuh. Mereka melakukannya bukan kare na mereka tidak mengerti, tetapi... tetapi... karena mereka berjiwa pengkhianat. Dan aku keturunan nya harus menanggung itu semua!" Mengapa harus, kang? Menga pa? Dan juga siapa yang meng- haruskan engkau menanggungnya? Kukira yang paling tepat adalah berusaha bertindak untuk men- gubah semua citra itu!" "Kau enak saja bicara, karena engkau tidak mengalaminya sendi- ri! Ah, aku masih ingat, betapa te man-temanku di satu kesatuan mencibirkan bibirnya kalau mem- bicarakan orangtua dan kakakku. Mereka mencibir, Lastri, bahkan membuang muka dan ludah den- gan jijik. Lalu bagaimana dengan aku? Bagaimana Lastri?" Laki-laki itu bertanya dengan suara serak separuh berteriak. Wan- ita itu semakin merapatkan tubuh nya pada punggur suaminya, sea- kan-akan hendak menyalurkan se mua ketabahan yang dimilikinya agar suaminya dapat ikut menggunakan. KENAPA KAU HANYA BISA BERKUBANG DI LUMPUR 2 MARTIN 16/8/1998 ...YA HARGA- HARGA MERDEKA MERDEKA PASAR SEMBAKO Kemerdekaan di Mata Pelajar Era Reformasi Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus tiap tahun kita peringati. Berbeda den- gan tahun-tahun sebelumnya, momen- tum HUT ke-53 RI tahun ini menjadi begitu penting. Sebab, saat ini bangsa Indonesia memasuki tonggak baru se- jarah kehidupan, yaitu era reformasi yang boleh dibilang sebagai "era ke- merdekaan "yang ke sekian kalinya, setelah 17 Agustus 1945. Persoalannya sekarang, bagaimana menyikapi kondisi era reformasi ini, ter- utama bagi kalangan pelajar yang saat ini sedang mempersiapkan masa depannya? Berikut komentar bebera- pa pelajar soal itu. BAGI Ni Putu Mahaputri, sekretar- is OSIS SMUN 1 Tabanan, meski kita sudah hidup di alam reformasi, pelajar sekarang belum benar-benar bisa merasakan kemerdekaan dalam pen- didikan. Pelajar masih saja dijadikan sebagai objek dan dikekang pendidikan. Selain biaya pendidikan cukup tinggi, para siswa terlalu banyak dikekang dan dibebani tugas-tugas berat yang mengikat, bahkan kadang di luar kap- asitas kemampuan siswa. "Setiap guru membebani tugas se- suai pelajaran masing-masing. Bisa dibayangkan, berapa tugas yang harus diselesaikan siswa dari sekian banyak pelajaran. Padahal hal itu tak banyak mendukung kualitas pelajaran," katan- ya. Ia juga mencontohkan sistem pen- didikan yang kurang efektif dan tump- ang tindih. Misalnya ada materi yang sudah ada di mata pelajaran yang satu, masih juga dibahas di mata pelajaran lain, sehingga terkesan sia-sia. Hal tersebut dibenarkan Agus Anan- ta Noor, Ketua Pelaksana Sanggar Sas- tra SMUN 1 Tabanan. Menurut Agus, paket-paket pelajaran dari sekolah san- gat mengikat dan menyita waktu. Guru memompa murid dengan pela- jaran dan tugas yang bertubi-tubi, kare- na takut target yang ditetapkan dari atasan padanya tidak terkejar. Akhirn- ya murid yang jadi korban," ujar Agus. Namun pelajar lain, Ni Wayan De- sia Sagita, lebih suka menyikapi kondi- si pendidikan di sekolahnya-SMU TP 45 Marga Tabanan yang sering ter- bengkalai karena sering banyak pelaja- ran yang kosong yang diurus sekadarn- ya oleh guru-guru. Kadang-kadang guru hanya datang mengajar selama 15 menit, lalu bubar. Sehingga kami pun sering pulang agak pagi," akunya. Maka Desia mengakau cenderung memacu pelajaran dengan belajar sendiri dan tak Hal.8 bergantung pada guru. "Kalau kita pasif, Cerpen ya ketinggalan jauh dengan pelajar dari "Cucu Seorang Pengkhianat" sekolah lain," tambahnya. Desia, peraih juara I Lomba Cipta Puisi Pelajar Tingkat Nasional Depdikbud ini, me- manfaatkan waktu luangnya memban- tu orangtuanya berladang. KUPON "SANGGAR POS REMAJA" Lain lagi dengan Ni Nyoman Ayu Ariyati, pelajar teladan II SLTPN 1 Mar- ga Tabanan, yang mengaku masih bisa menyesuaikan diri dengan pelajaran sekolah dan tugas di rumah. "Memang agak terasa berat dan terbebani. Tetapi, mau bagaimana lagi, namanya saja masih sekolah. Jadi ya, harus mengikuti dan menurut semampu kita," katanya. Pusing dan Dikekang "Banyak persoalan yang sering mem- buat saya pusing. Saya sering merasa dikekang dan kurang bebas di sekolah maupun di rumah," ujar Kurnia Sari, siswi SLTPN 2 Denpasar, yang sering menjuarai Lomba Baca Puisi. Menurut- nya, pelajaran di sekolah terlalu bany- ak dan tugas menumpuk, membuatnya kalang kabut. Belum lagi jika ada pela- jaran yang kurang disukai dan guru yang kurang cocok. "Jadi, sebenarnya kita ini belum merdeka. Orangtua dan sekolah sering memaksakan kehendak, harus begini dan begitu, yang belum tentu bisa kita terima. Apakah ini yang namanya merdeka?," protesnya. Kemerdekaan, menurut IGA Sri Wahyuningsih, pelajar kelas 3 SLTPN 1 Semarapura, berpendapat bukan be- rarti kebebasan sebebas-bebasnya. Pel- ajar, katanya, harus tahu batas dan tanggung jawab di sekolah maupun di rumah. Sekarang memang harus ber- susah-susah dulu. Tapi ya jangan ter- us diperlakukan seenaknya. Guru atau orangtua harus menghargai dan mem- berikan hak kita yang masih perlu menikmati usia remaja. Jangan terlalu dikekang, diatur dan dibebani yang be- rat-berat. Kita juga ingin baik kok. Mana ada orang yang mau buruk?," usul siswi yang rajin membantu ibunya seu- sai sekolah, menjaga warung di latar Pura Agung Penataran Br. Sengguhan Semarapura ini. Sementara Ni Made Ariani, Ketua Teater Angin SMUN 1 Denpasar, menanggapi pendidikan yang belum benar-benar mencerminkan semangat reformasi. Menurutnya, masih banyak kebijakan yang belum pas. Biaya pen- didikan yang tinggi, harga buku yang terlalu mahal dan masalah-masalah lain yang perlu diperbaiki. "Pokoknya banyak yang perlu direformasilah. Ter- masuk guru yang kurang fair, murid yang suka nyontek dan melakukan keg- iatan negatif lainnya, yang bertentan- gan dengan semangat kemerdekaan dan reformasi." Lebih menarik lagi adalah pandan- gan Eki Putra Yuliadi. Pelajar yang baru diterima sebagai calon mahasiswa baru Faksas Universitas Udayana ini meli- hat sistem pendidikan sekarang masih kacau dan semrawut. "Pendidikan kita sering bikin bin- gung dan tidak jelas," katanya. Ia men- contohkan acuan yang berubah-ubah, tiap ganti menteri ganti kebijaksanaan. Akhirnya kita para pelajar yang dirugi- kan dan jadi korban," katanya. Nuryana Asmaudi SA PAMAN INI 'GIMANA, DIA BUKAN BANTENG TAPI KERBAU! HBK...KKA.. Gun Gun PERPUNOZ 1998 Suryadharma KONGRES PALU SANGGAR POS REMAJA Sanggar Pos Remaja merupakan wadah dan media ko- munikasi antar-remaja (siswa SLTP, SMU, mahasiswa, umum) pembaca Bali Post. Dalam wadah ini, remaja bisa menjalin komunikasi terkait dalam bidang kesenian, olah raga, keorganisasian, dan hobi. Ingin bergabung? Silakan data nama, tanggal lahir, pendidikan, hobi, alamat, dan pasfoto ukuran bebas, ke Redaksi Bali Post. Jangan lupa tempelkan "Kupon Sanggar Pos Remaja". No.Induk Nama Tgl. lahir Pendidikan Hobi Alamat No. Induk Nama Tgl. lahir Pendidikan Hobi Alamat : 0866 : Stephanie Octariani : 28 Oktober 1984 Siswi SLTPK Swastiastu Denpasar : Renang, baca, koresponden, main "roller blade" : Jl. Pulau Moyo Perum Jadi Pesona (JI. Pesona Utama No.26) Denpasar : 0867 : Rizal Mahendra S. : 15 Mei 1984 Siswa SLTPN 6 Mataram : Koresponden, nonton film, bulu tangkis, menulis puisi : Jl. Catur Warga Gg. IX No.9 Karang Seraya Mataram NTB 83126 : 0868 No. Induk Nama : Nila Deviantari Tgl. lahir : 23 Mei 1983 Pendidikan: Siswi SMU Hobi Alamat No. Induk Nama Tgl. lahir Pendidikan Hobi Alamat Telp. No. Induk Nama Tgl. lahir Pendidikan Hobi Alamat : Koresponden, musik : Jl. Brigjen Ngurah Rai No.26 Bangli 80613 : 0869 : PPG Anantha Wikrama P. : 14 Juli 1984 Siswa SLTPN 1 Singaraja : Olah raga, memasak, nonton TV, baca komik : KPR BTN Banyuning Indah B.36 Singaraja : (0362) 25890 : 0870 : I Gusti Ayu Arinie Wiadnyani :15 Mei 1981 Siswi SMUN 1 Amlapura : Koresponden, menulis cerpen : JI. Ngurah Rai No. 28 Amlapura 80811 : 0871 No.Induk Nama Tgl. lahir Pendidikan: SMKN Gianyar Hobi Alamat : Kusuma Arya Pering : 8 Oktober 1982 : Dengar musik, basket : Jl. Pantai Saba Br. Pande No.7 Blahbatuh Gianyar 80581 4cm