Tipe: Koran
Tanggal: 2002-02-15
Halaman: 13
Konten
bruari 2002 12 Berpahala gniat baik saja untuk Allah SWT meski tidak Begitulah rahman dan dalam Hadits Qudsi: kan melakukan suatu liskanlah baginya satu iskanlah baginya satu makan suatu kebajikan, baginya satu kebajikan. va sepuluh ganda hingga ad Darda r.a.). khari dan Muslim yang amma) untuk melakukan atu dosa atasnya. tetapi kejahatan. dan apabila tidak dilaksanakannya, kannya, maka tulislah a yang maksudnya ber- nya. Jadi, hamma atau yang mengandung unsur dapat orang yang sudah siat dengan hatinya dan a, sebenarnya dia sudah kannya. at dalam Hadits Qudsi u yang hanya melintas tuk melaksanakannya. an, Hadits Qudsi, penerbit CV ahmuddin Nasution, M.Ag ana IAINSU FAI-UISU Dosa menjualnya dengan pihak- agang, panitia itu boleh saja ertentu, walaupun mencapai urban rida membeli dengan an adalah sah dan keuntungan sul Allah SAW, menyatakan kan salah satu waktu terbaik. g berqurban, untuk membeli beli hewan-hewan tersebut ng berqurban. dalam hal ini, wan-hewan itu sesuai dengan g menguntungkan bagi pihak beli hewan-hewan itu kepada menurut apa adanya. Mereka rena pembelian itu dilakukan engeluaran tambahan yang diri di luar harga pembelian ga meminta upah atas jerih pkan berdasarkan ketetapan Baik juga kami kemukakan dang tasamuh sebagai sikap al-Nawawi, dalam pembelian Ikan untuk ibadah, sebaiknya emikian Wa Allahu a'lam. n untuk satu orang sedangkan penjelasan, dan terima kasih sebagai qurban, Imam Abu t-turut, (unta (badnah), sapi tau sapi. Urutan ini sekaligus ng. Ditambahkan pula bahwa ng biasa (al-ma'z). Kemudian, baik daripada satu ekor unta ujuh ekor kambing lebih baik numpahan darah dengan tujuh ian dalam berqurban dengan n, berqurban dengan seekor unta atu keluarga (ahli bait wahid) pertujuh itu sama-sama berniat angkan sebagian lagi hanya arrub), baik hewan disembelih agai qurban sunat (tatawwu'). Imam Syafi'i beserta jumhur út. Akan tetapi, Daud hanya wu'), tidak pada qurban yang Hanifah bahwa perkongsian k berasal dari satu keluarga markan perkongsian itu sama ma hukumnya dengan kambing, apa hadis, seperti nal-mit Nabi SAW bersabda, uk (al-agran) H.R al-Baihaq. qurban bersama Rasul Allah tuk tujuh orang. (HR. Muslim) ar bersama Rasul Allah SAW, menyuruh kami agar berkongsi ujuh orang seekor unta (HR , dan Abu Mas'ud al-Ansari, orang". qurban itu haruslah disesuaikan SAW, bahwa seekor kambing atau lembu boleh untuk tujuh pkan kesetaraan antara seekor asarkan kesetaraan tersebut, nyembelih seekor unta ataupun g yang wajib atasnya, dengan iran, dan fawat, mubasyarah, mihram haji dan umrah, atau an. J. VIII, 395, 397-399. 2002 -Denai Drs. Zahiruddin Nst. fati Drs. M. Tuah Sirait vetia Drs. Askolan Lubis mur 3 dan Drs. Abdullah Jamil MSi H. Ismail Kota Drs. Ahmad Samsuri Drs. Masrahim Salaby Drs. M. Samin, N.W dan Dr. Fakhruddin Azmi dan Drs. Syahriddin Tanjung ggal Drs. H. Azhar AS Drs. Hasanuddin Drs. H. Zulkarnain Guchi Drs. Manaon Batubara Sahar Ismail ayang Drs. Mhd. Nasib Selmi Drs. Mhd. Shaleh Rambe Medan Drs. M. Zikri Pulungan 1 Drs. Basyaruddin Lubis Usman Ismail Drs. Ilyas Purba Mdn Drs. Jaffar Siddik Serdang Eko Gultom ar Mdn Drs. Asriel Arifin B Mdn Drs. Suryadi wung Drs. Dedi Khairuddin Drs. Zulkarnain Lubis ir Masnun Syafi'i gB Drs. Jamaluddin Drs. Mahyuddin Daulay Drs. Kaslim Nasution Drs. H. Anwar Sayuthi B Drs. Son Haji Harahap gal Drs. Irham Hasibuan 1 Mdn Ahmad Jais, M.Ag Drs. Amrin Siregar 2 Mdn Drs. Ishaq Ibrahim Drs. Agustono an Drs. Akhyar S.M Drs. Jamaluddin Ginting Dr. Asfan Bahri an H. Shohib Nasution Irfansyah, S.Ag Drs. A. Sayuti Rangkuti Drs. Rusnan Nasution Medan Marajaksa Harahap, S.Ag edan Bukhori Muslim Lbs S.Ag Johor Drs. Ishaq Ahmad Amplas Drs. Isa Ansory ingkar Drs. A. Ghazali Rangkuti Medan Drs. H. Muzakkir M.Ag Kastalani S.E Drs. Dariansyah Emde Drs. H. Zainal Abidin Zen Drs. Syahridin Tanjung M. Zubier Nasution WASPADA JUMAT, 15 FEBRUARI 2002 13 Poligami Yang Disunnahkan Nabi SAWrist Shahiha Pahala Kebajikan Sesama Muslim POLIGAMI atau beristeri lebih daripada satu orang perempuan adalah perbuatan yang dibolehkan dalam Islam dengan syarat harus mampu berlaku adil dalam pembagian waktu dan nafkah zahir. Ajaran ini dalam Islam langsung didasarkan kepada Al Quran surat an-Nisa', ayat 3 dan riwayat-riwayat tentang poligami Rasul SAW. Karena itu, secara umum orang yang melakukan poligami selalu menganggap perbuatannya itu mengikut Sunnah Nabi. Perbuatan mengikuti Sun- nah Nabi sangat terpuji dan se- dapat mungkin dilakukan se- tiap Muslim laki-laki yang mempunyai kemampuan me- menuhi syarat-syarat poligami. Akan tetapi, apakah praktek poligami yang dilaksanakan kaum Muslim sekarang ini sudah benar mengikuti Sunnah Nabi atau menyimpang. Tulisan ini akan mengungkap bagai- mana praktik Poligami Nabi yang seharusnya menjadi tolok ukur bagi Sunnah. Haji Ibadah Religius Bernuansa Sosial Islam sebagai agama yang diridai Allah swt (Q.S. 3:19) mengajarkan serta meng- gumandangkan persamaan dan kesetaraan sekaligus per- saudaraan (ukhuwah islami- yah) yang berazaskan iman dan takwa. Hal tersebut atakan Allah di dalam Al Quran, bahwa semua hambanya baik laki-laki, perempuan, tua dan mua se- mua di mata Tuhan sama, ha- nya yang membedakan antara satu dengan yang lainnya ha- nyalah ketakwaan. (Q.S. al- Hujrat: 13) Poligami Nabi SAW Informasi tentang perkawi- nan-perkawinan Nabi Mu- hammad SAW. ditemukan anta- ra lain dalam Al Quran, surat al-Ahzab ayat 37-40: kitab-kitab Shahih al-Bukhari, jilid II, hala- Mhs. Pascasarjana Ilmu Hukum Islam (IAIN-SU) MELAKSANAKAN iba- Oleh Rahmadan Syahmedi Siregar dah Kaji sebagai rukun Islam yang kelima, merupakan iba- dah yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia sekali seumur hidup. Kewajiban tersebut me- rupakan kewajiban yang sangat mutlak bagi seorang muslim yang telah mampu baik dalam finansial, kesehatan jasmani dan rohani. Ibadah haji pertama kali dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim a.s. sekitar 3600 tahun yang lalu. Ajaran atau praktik Nabi Ibrahim tersebut hingga saat ini secara kontinu dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia dengan waktu yang tertentu. warna putih yang tidak berjahid dan tidak boleh memakai wa- ngi-wangian apapun. Sean- dainya seorang jamaah me- langgar hal-hal yang diharam- kan ketika melaksanakan haji atau ihram, maka diwajibkan untuk membayar denda/dam tanpa memandang status. Keti- ka situasi ihram tersebut, begitu jelas nampak bahwa ibadah ri- tual ihram itu melambangkan persamaan serta kesetaraan sekaligus akan menumbuhkan rasa ukhuwah islamiyah yang kuat yang diikuti oleh akidah tauhid yang sama. Pada saat itu tidak ada lagi simbol-simbol yang membedakan antara satu sama lain, baik ia seorang har- tawan atau seorang bangsawan. Namun yang dituntut bagi se- orang hamba Allah saat itu ha- nyalah ketawadu'an serta kepa- tuhan dalam mengemban pe- rintah-Nya demi untuk menda- patkan keridaan Allah semata. Ketentuan pelaksanaan waktu haji tersebut telah dije- laskan di dalam Al-Quran (Q.S. 2: 197). Hal yang paling me- narik dalam pelaksanaan iba- dah religius tersebut adalah ber- samaan atau kesetaraan yang tercermin di dalamnya, sehing- ga begitu eratnya ukhuwah isla- miyah yang diikat dengan nilai iman yang begitu kokoh. Untuk itu dalam kesempatan kali ini sangat relevan untuk dibahas hal yang berkaitan dengan iba- dah haji sebagai ibadah yang bernuansa sosial/kesetaraan. Situasi di atas telah digam- barkan oleh Allah kepada ma- nusia dalam bentuk yang kong- krit, yakni dalam proses pelak- sanaan ibadah haji. Dalam pe- laksanaan ibadah haji tersebut seluruh umat muslim yang mempunyai kesanggupan da- tang memenuhi panggilan Allah dari berbagai penjuru dunia menuju tempat ritual yaitu Makkah al-mukarramah, dan waktu kunjungan haji tersebut ditentukan waktunya (Q.S. 2: 197). Tujuan dari kunjungan itu hanya untuk mengabdi, serta sujud dan tunduk kepada sang Khaliq. Di antara praktik ritual yang dikerjakan dalam pelak- sanaan ibadah haji itu adalah ihram, sebagai salah sa-tu ru- kun haji. Dalam pelaksa-naan ihram tersebut seluruh umat muslim yang menjadi tamu Allah harus berniat serta me- makai pakaian ihram yang ber- Sehubungan dengan penje- lasan praktik ibadah ihram di atas, berarti Allah telah men- didik umatnya agar menjadi umat yang berjiwa sosial yang kemudian diformulasi menjadi umat yang tidak membedakan antara satu dengan lainnya (ti- dak berlaku angkuh dan som- bong), sehingga mamp mem- bentuk jiwa yang bermoral serta mampu menundukkan hati hambanya menjadi hamba yang takwa. Seorang hamba yang takwa otomatis akan tercermin jiwa yang religius yang tunduk terhadap Perintah-Nya, sebab Allah telah berfirman di dalam Alquran tentang tujuan pencip- taan manusia. Yakni pada surat az-Zariayat yang berbunyi: "Wa- ma khalaqtu al-jinna wa al-insa illa liya'budun (Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah- Ku) (QS. 51: 56). Jika ibadah haji mampu membentuk jiwa seorang ham- ba yang takwa, yang akhirnya tercermin di dalam dirinya ukhuwah serta sifat sosial yang tinggi. Janji Allah terhadap orang yang melaksanakan haji yang mabrur adalah Dengan berkat kemabruran haji tersebut akan tercipta insan yang begitu sem- purna, baik sempurna dalam pandangan Allah juga dalam pandangan manusia. Sebab dia mempunyai sifat dan ciri khu- sus yaitu sifat ukhuwah yang terpuji dan berjiwa sosial. Dengan demikian pantaslah Allah menempatkan diri orang yang takwa tersebut di tempat yang begitu tinggi dan mulia di sisi-Nya. man 230-231, 251-252; Shahih Muslim jilid I, halaman 590- 591, 593-595, 598-603; Sunan at-Tirmizi, jilid V, halaman 659- 666; al-Ishahah fi Tamyizi ash- Shahabah dan Tahzib at-Tahzib yang keduanya karya ulama dan kritikus Hadis, Ibn Hajar al-Asqalani. Berdasarkan in- formasi ini, Poligami Nabi SAW. dapat diterangkan berikuti ini secara ringkas. Isteri Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah Khadijah binti Khuwailid. Keti- ka kawin, Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 ta- hun. Perkawinan mereka ber- lanjut sampai hayat Khadijah berakhir dalam usia 65 tahun. Ini berarti bahwa Muhammad hanya memiliki satu orang is- teri dalam usia muda dan pun ak kegagahannya selama 25 tahun. Ketika Khadijah me- ninggal, Muhammad sudah ber- umur lebih 50 tahun. Meskipun poligami merupakan bagian dari kebiasaan kehidupan Arab zaman itu, usia Muhammad berada pada puncak kelaki-la- kiannya, dan tak suatu pun ha- langan baginya untuk berpoli- gami, ternyata ia tidak melaku- kannya selama Khadijah masih hidup. Sesudah Khadijah mening- gal, Nabi Muhammad SAW. mengawini Saudah binti Za- m'ah yang usianya hampir 70 tahun. Saudah adalah seorang janda yang tidak memiliki tem- pat tinggal kecuali rumah ayah- nya yang masih musyrik. Ke- mudian, Nabi mengawini putri sahabat kentalnya Abu Bakar bernama Aisyah yang ketika itu berusia 6 tahun. Karena Aisyah terlalu muda, Nabi Me- nggaulinya sesudah tiga tahun kemudian dan setelah hijrah ke Madinah. Sekiranya Nabi mengawininya karena kebutu- han biologis, niscaya nabi me- milih gadis yang sudah layak digauli saat itu juga. Akan teta- pi, Nabi mengawini Aisyah un- tuk tujuan memperkuat hubu- ngannya dengan Abu Bakar sebagai orang yang disegani kaumnya. Oleh DR. H. Ramli Abdul Wahid, MA Pendahuluan ADA sebuah pertanyaan yang menarik di musim haji ini bila kita korelasikan de- ngan fenomena kehidupan kita yang multi kritis, khu- susnya keprihatinan kondisi ekonomi masyarakat. Yakni jeritan tangis akibat kekura- ngan ekonomi, di berbagai sektor senantiasa menggaung, tetapi kenapa data statistik orang yang melaksanakan haji tiap tahunnya terus me- ningkat dan melonjak? Bukankah biaya ongkos haji bisa kita standarkan de- wasa ini bagi negara kita ada- lah suatu yang sulit terjang- kita mungkin akan cenderung kau? Asumsi awal, jawaban subjektif yakni bahwa boleh jadi bagi orang yang melaksa- nakan haji itu adalah refleksi kesadaran bagi orang-orang kehidupannya yang tidak ter- sentuh dengan hambatan eko- nomi (kelas elit, birokrat/bang- sawan) atau mungkin yang kita harapakan mereka yang berhaji karena kesadaran akan nilai spiritualitas ibadah itu yang tinggi. Oleh sebab itu, bicara soal spiritualitas, Islam menga- jarkan satu ibadah yang berni- lai spiritualitas demikian ting- gi, bahkan tertinggi dibanding ibadah lainnya, yakni ibadah haji. Ini juga menunjukkan bahwa spiritualisme adalah Zainab Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin). Disebut Ummul Masakin karena Zai- nab memelihara banyak anak yatim dan orang-orang lemah, sedang ia sudah tidak mem- punyai suami. Agar halal ke luar masuk ke rumahnya mem- bantu anak-anak yatim itu, Na- bi mengawininya. Zainab tidak sempat lama hidup bersama Nabi karena meninggal. Setelah itu, Nabi mengawini putri sahabatnya, Umar bin Khattab yang bernama Hafsah. Perka- winannya dengan Hafsah ha- nyalah untuk meningginya martabat perempuan yang sua- minya meninggal dalam suatu peperangan. Perkawinan Nabi dengan Hafsah mempunyai kisah. Pada mulanya Umar Feisal Tanjung Sumbang Masjid: Mantan Panglima Angkatan Bersenjata (PANGAB) Jenderal Purn Feisal Tanjung awal Februari lalu menyerahkan sumbangan sebesar Rp 25 juta untuk pembangunan kembali Masjid Amal Bakti Jl.S.Raja Gang Perhubungan No.10 (belakang Perguruan Eria) Kelurahan Teladan Barat. Sumbangan yang diterima Ketua Pembangunan Masjid Amal Bakti H.Masly Yatim bersama Bandehara Syamsuar serta sejumlah pengurus lainnya diserahkan Jenderal Feisal Tanjung pada kesempatan lawatan "tapak tilas" ke beberapa masjid yang mana semasa almarhum ayah tercinta masih hidup dijadikan sebagai tempat mengajarkan ilmu agama Islam kepada jamaahnya. Sebelumnya, Jend. Pur Feisal Tanjung juga telah membuktikan ketulusan hatinya semasa menjabat PANGAB dengan membangun Masjid Al Amin di Jl. Prof.M. Yamin sebagai mengingatkan serta menghargai jasa orangtuanya ama besar di Serdang-Weg (kini bernama Jl.Serdang). (m23) sebagai meminta Abu Bakar agar me- ngawini putrinya itu. Abu Ba- kar tidak menjawabnya. Se- telah itu Umar meminta Us- man mengawini putrinya, teta- pi Usman juga tidak menja- wabnya. Akhirnya, Umar mene- mui Nabi untuk maksud yang sama. Sebagai pengayom umat, Nabi memberikan jawaban po- sotifi, "Akan mengawininya orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Usman, sedang Usman akan kawin dengan ora- ng yang lebih baik daripada Hafsah. "Nabi mengawini Haf- sah dan mengawinkan Usman dengan putrinya sendiri. Untuk memenuhi rasa har- Kemudian, Nabi mengawini ga diri keluarga Zainab dan se- Setelah itu, Nabi menga- wini Zainab binti Jahsy. Kisah perkawinannya dengan Zainab berbelit-belit membuat sebagi- an orang berprasangka buruk kepada Nabi. Zainab adalah anak paman Nabi, cantik, dan keturunan terhormat. Semula, Nabi mengawinkannya kepada anak angkatnya, Zaid bin Hari- sah yang sempat dikenal de- ngan panggilan Zaid bin Mu- hammad. Zaid sudah meng- gaulinya, tetapi Zainab tidak senang dengannya karena me- rasa dirinya lebih mulia se- hingga berakhir dengan per- ceraian. Spiritualitas ini dibahas dalam tasawuf, sebagaimana Imam al-Ghazali menuang- kan pandangannya mengenai spiritualitas antara lain dalam Pada kitab ini ada bagian As- karyanya Ihya-'Ulumuddin. raru'i ibadah atau Rahasia ibadah, kajian yang mene- kankan uraiannya pada as- pek-aspek spiritual dalam ibadah. Haji Berspiritualitas Yang Tinggi Penunaian ibadah haji me- mang berat, sehingga dampak yang diperoleh seorang hamba yang menunaikan ibadah haji juga sebanding. Ini karena pembersihan diri seorang hamba melalui haji begitu tinggi tingkatannya. Pada ga- libnya, berhaji adalah bagian dari mewujudkan pola hidup bersih. Sebagai penegasan, kita simak bagaimana harta yang kita dapatkan untuk berhaji, bagaimana hubungan kita dengan Allah sebelum berhaji, dan bagaimana ketika melafadzkan niat berhaji. Hartanya bersih, hubungan dengan Allah (dan sesama) juga bersih, dan niatnya lil- lahi-ta'ala, tulus mengabdi kepada Allah. Apa yang dikupasnya tak ditemukan dalam kajian fikih tasawuf. Tasawuf sendiri secara detail, kecuali dalam membahas segala sesuatu me- nyangkut pergerakan hati atau batin manusia sebagai daerah spiritualisme. Oleh Ahmad Sabban Rajagukguk hal yang mutlak dalam iba- dah. Tanpa spiritualisme iba- dah tak ada artinya. Sebalik- nya, spiritualisme ada pada saat kita akan memulai iba- dah. Perwujudan spiritualis- me dalam ibadah ini, adalah niat. Dalam konteks ini, ada penegasan dari Rasulullah, innamal a'malu binniyati, per- buatan itu tergantung pada niatnya. Menyangkut persiapan haji, ada yang luput dari per- hatian kita. Sebagaimana kita akan shalat, ada yang harus dipersiapkan, antara lain ber- wudhu, dan kita juga harus adzan, lalu iqamah. Hal-hal semacam ini termasuk dalam persiapan jiwa memasuki pin- tu gerbang shalat. Dalam ra- ngkaian adzan dan iqamah ada sesuatu yang amat pen- ting. Kalimat-kalimat adzan maupun iqamat mengandung aspek peremajaan komitmen keimanan kita, di dalamnya ada syahadat sebagai pangkal keimanan. Menghayati kalimat demi kalimat sejak kita mendengar adzan, iqamah, adalah dalam rangka mempersiapkan sepe- nuhnya kondisi batin kita un- tuk beribadah. kaligus membatalkan adat Jah- iliah yang tidak membolehkan menganini janda anak angkat secara total, Nabi mengawini Jainab atas perintah Allah SWT. Dalam hal ini, Nabi ditu- duh seolah-olah membuat ske- nario untuk melegitimasi per- kawinannya dengan Zainab. Padahal, tanpa proses apa pun, Nabi sah saja mengawini Zai- nab dalam keadaan gadis sebe- lum disentuh bekas sahayanya, Zaid. Nabi kenal betul dengan Zainab sejak kecilnya dan Nabi telah berupaya mendamaikan antara Zainab dan Zaid agar kekal dalam perkawinan mereka. Demikian pula ketika kita akan menunaikan ibadah haji. Persiapan rohani juga tak boleh diabaikan. Minimal ketika kita mulai Miqat-garis perbatasan ketika masuk wi- layah ibadah haji - kita harus mulai mengucapkan kalimat "Labbaik, Allahumma Lab- baik". Setelah perang Bani Musta- lik, Nabi mengawini Juwairiyah binti al-Haris. Dalam pepera- ngan ini, kaum Muslim menja- dikan tawanan sebagai ram- pasan. Juwairiyah termasuk tawanan yang adalah anak pe- rempuan pembesar kaumnya. Tawanan lainnya adalah kera- batnya sendiri. Untuk memo- tivasi kaum Muslim memerde- kakan budak masing-masing, Nabi langsung mengawini Ju- wairiyah sehingga para tawa- nan lainnya menjadi keluarga Nabi. Karena merasa tidak layak memperbudak keluarga Nabi, kaum Muslim berlomba- lomba memerdekakan tawanan yang ada di tangan masing-ma- sing. Aisyah berkata bahwa ti- dak ada orang yang paling ber- jasa kepada keluarganya selain Juwairiyah yang sebabnya merdeka 100 rumah bangsa Arab. Ketika itulah kita harus menghayati pengucapan ka- limat ini, karena penghayatan yang mendalam akan men- dorong keimanan kita guna memenuhi panggilan Allah. Ketika kita menjiwainya, batin kita didorong memasuki pintu gerbang ibadah haji. Namun bukan ini saja yang dimaksud persiapan ro- Nabi mengawini Ummu Sa- lamah yang mempunyai ba- nyak tanggungan sepeninggal suaminya yang gugur dalam pertempuran. Nabi mengawini Safiah binti Huyay yang bersa- ma saudara perempuannya menjadi tawanan perang Khai- bar. Paman-paman dan kerabat keduanya dibunuh di hadapan keduanya karena mereka ter- masuk pemimpin Yahudi yang menyakiti kaum Muslim dan menghukum sebagiannya de- ngan hukum bunuh. Nabi hani. Kita berpedoman pada al-Qur'an, terutama dengan menghayati ayat-ayat haji. Antara lain firman Allah, watazawwaduu fainna hai- razzatittaqawaa (Q. Al-Ba- qarah: 197), sediakanlah be- kal, dan sebaik-baik bekal adalah takwa. Allah berfir- man, "Sediaknalah bekal", karena salah satu unsur haji adalah perjalanan. Karena itu pula, seorang hamba harus berkesanggu- pan, istitha'ah, menempuh perjalanan yang bukan seke- dar pengembangan, atau wi- Bekal jasmani dan materi me sata fisik tapi juga rohani. mang perlu, tetapi bekal tak- wa sangat penting. Penja- barannya, orang yang mem- persiapkan diri untuk mela- kukan ibadah haji, perba- nyaklah istighfar kepada Al- lah. Taubat adalah wujud me- nyucikan batin, juga adalah terminal pertama dalam tasa- wuf. Bertaubat artinya mem- bersihkan diri dari noda. Yang lebih ekstrim lagi, termasuk persiapan haji, me- lunasi utang-utang yang ber- sangkutan, baik utang kepada Allah maupun utang kepada sesama manusia. Utang ke- pada manusia ini dirinci lagi dengan hal yang disebut rad- dul madhaalim, mengembali- kan segala sesuatu terutama harta benda yang diperoleh secara tidak sah. Inipun sa- ngat dianjurkan. Ini mengisyaratkan apa yang dilakukan sebagai per- siapan rohani ini sebenarnya adalah pola umum tasawuf. Dalam kata kunci sederhana, pola umum tasawuf adalah: bersih, sederhana dan me- ngabdi. Korelasinya tentunya kita jangan dilalaikan soal kebersihan perongkosan haji kita. Dalam suatu riwayat disebutkan, Nabi pernah me- ngatakan, orang yang mema- nggil-manggil Allah dengan kalimat talbiyah, kalau bera- ngkatnya dengan biaya yang tidak bersih, maka doa dan ibadahnya tidak diterima (HR. Muslim). menawarkan agar para sahabat mengawini keduanya. Satu dikawini salah seorang sahabat dan Safiah yang perawakannya pendek dikawini Nabi. Nabi mengawini putri musuh ulung Islam, Abu Sufyan yang berna- ma Ummu Habibah yang ma- suk Islam. Ia hijrah ke Habsyah dan sampai di sana suaminya murtad. Nabi mengawininya untuk menjaga keselamatan imannya. Nabi juga mengawini Maimunah untuk menghormati keluarganya. Pada dasarnya semua iba- dah membina manusia hidup bersih, dalam tingkatan ber- beda-beda. Tingkatan pem- bersihan melalui ibadah yang tertinggi, pada penunaian ha- ji. Sehingga sampai dikata- kan, barangsiapa berhaji de- ngan memenuhi semua sya- atnya, ia ibarat polos dan su- cinya bayi, tak ternoda. Sebu- ah hasil yang luar biasa diban- ding pelaksanaan ibadah lainnya. Rangkaian ritual haji sendiri merupakan wujud ta- hap-tahap pembersihan diri. Kesimpulan Riwayat-riwayat di atas menjelaskan bahwa poligami Nabi tidak bertujuan memenu- hi kebutuhan biologis. Isteri- isteri Nabi adalah janda-janda tua dan perempuan-perempuan yang membutuhkan pengayo- man. Perempuannya yang muda dan cantik adalah Aisyah dan Zainab. Akan tetapi, Aisyah terlalu muda dikawininya se- hingga harus menunda masa menggaulinya. Jika untuk kebutuhan biologis, Nabi tidak perlu mengawini Zainab sesu- dah janda dan tak perlu Nabi bersusah payah mendamaikan keduanya sebelum cerai. Haf- sah, Safiah, dan Juwairiah adalah perempuan muda. Akan tetapi, Hafsah hitam. Sebelum dikawini Nabi, Abu Bakar dan Usman sudah tidak bersedia mengawininya. Safiah adalah pendek dan sebelum dikawini Nabi, terlebih dahulu ditawar- kannya kepada para sahabat. Sementara Juwairiah dikawini Nabi untuk menghormati ka- umnya dan memotivasi kaum Muslim memerdekakan budak. Pendeknya, poligami Nabi SAW tidak bertujuan memenuhi nafsu dan tidak mempersunting gadis cantik yang menjadi rebutan. Karena itu, poligami yang disunnahkan Nabi bukan untuk mencari isteri muda seperti yang dilakukan orang- orang kaya dan para eksekutif masa kini. Kalau hendak meng- ikuti sunnah Nabi, berpoliga- milah dengan janda-janda tua, gadis-gadis tua, para ustazah tua, dan perempuan-perem- puan yang tak diminati orang. Maka kalau seluruh rang- kaian ibadah ini kita jalani dengan harapan mencapai mabrur, ini artinya berhaji adalah ikhtiar menempa kita menjadi orang baik, patuh kepada Allah, dan terkendali seluruh perilaku kita dengan petunjuk-petunjuk agama. Sebaliknya kita yang ber- haji benar-benar menghayati semua manasik yang kita lakukan, mulai ihram, thawaf, sa'i, wukuf dan Arafah, mabit di Mina, sampai rampung se- mua ritual haji ini. Yang bisa secara visual kita saksikan, soal pengorbanan. Entah itu namanya fidyah, ataupun kurban, semua harus dihaya- ti, terutama memaknainya sebagai upaya persiapan jangka panjang. Bahwa hidup ini tidak bisa tanpa pengor- banan. Dalam konteks pe- ngorbanan langsung, jangka pendek, tetapi ada juga yang menyangkut pengorbanan jangka panjang. Yakni sesuatu capaian, terutama, apa yang diharapkan sesudah berhaji. Penghayatan manasik, insya Allah akan mendorong ber- kembangnya keimanan da- lam diri kita, terutama wujud keimanan yang paling dite- kankan dalam haji atau tau- hid, mengesakan Allah. Wujud kebersihan akidah adalah jika tauhid berkembang dalam diri kita. Kesimpulan Setidaknya kita berharap, bahwa setiap ibadah yang kita lakukan (khususnya pelak- sanaan haji) yang berspri- tualitas tinggi ini, mampu mengimplikasikan serta membawa manifestasi takwa pada diri kita, yang memiliki korelasi hablum minalloh yang baik dan hablum minan- nas yang harmonis. Tentunya hal ini, akan terwujud bila diiringi dengan niat yang suci dan tulus menuju mardhatill- ah. Amin. MEMBANTU saudara se- iman memang sangat dianjur- kan sehingga banyak hadits yang bisa kita kutip sbb: Orang muslim menjadi sau- dara sesama muslim, tidak boleh menganiaya dan tidak boleh menyerahkannya kepada musuh. Barang siapa dapat membantu memenuhi keper- luan saudaranya pasti Allah selalu memenuhi keperluannya pula. Dan barang siapa dapat menghilangkan (menghin- darkan) satu kesulitan hidup sesama muslim di dunia, nisca- ya Allah menghilangkan kesu- litannya di akhirat. Dan barang siapa dapat menutup/menyem- bunyikan keaiban sesama mus- lim niscaya Allah akan menu- tup aibnya kelak di akhirat (HQR Muslim yang bersumber dari Ibnu Umar). Dalam hadits lain: Demi Allah yang menguasai jiwaku, tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mengharapkan ke- baikan bagi saudaranya, seba- gaimana ia harapkan bagi diri- nya sendiri (HR Muslim yang bersumber dari Anas). Disebutkan pula dalam hadits HR Bukhari yang bersumber dari Abu Hurairah sbb: Orang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya, dan orang mukmin adalah saudara sesama mukmin, mencegah dari hal-hal yang merusaknya serta memelihara segala sesuatu di saat orangnya tidak ada. Ayat tersebut memerintah- kan agar umat Islam menegak- kan shalat dan menyembelih binatang kurban, terutama bagi mereka yang memiliki kelapa- ngan harta. Antara shalat de- ngan ibadah kurban memiliki keterkaitan tersendiri. Orang yang meiliki harta cukup tetapi tidak mau berkurban, maka sha- DENNY & VADIL Dalam berdoa kita dianjurkan mendoakan sesama saudara kita: Ya Rabbana, limpahkanlah kepada kami cinta kasih-Mu, cinta kasih sesama manusia karena cinta-Mu, Gemarkanlah kami beramal baik kepada-Mu. Jadikanlah kami orang yang diridhai oleh-Mu serta kami ridha melaksanakan tuntunan-Mu. Amin ya rabbal Alamin. latnya tidak sempurna sekali- pun ia tekun mengerjakanya. Hal ini telah ditegaskan oleh Ra- sulullah SAW dengan kecaman yang tajam, sebagaimana dike- mukakan dalam sabdanya: A Karenanya jangan ragu dan pikir panjang untuk membantu saudara seiman. Berikan apa yang bisa diberikan. Kalaupun tidak ada yang bisa kita diberikan secara materi, jangan pula menyakitkan perasaan hatinya. Hibur dia dengan kata-kata yang menyejukkan. Jadi berusahalah membuat kebajikan kepada sesama muslim. (KHM Ali Usman -HAA Dahlan - Prof Dr HMD Dahlan, Hadits Qudsi, penerbit CV Diponegoro, Bandung)/m03 Keutamaan Barang siapa yang memiliki kemampuan untuk berkurban tetapi ia tidak mau berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalatku! (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Hadis tersebut lebih jelas la- gi dalam mengungkapkan ke- terkaitan antara shalat dengan kurban. Sekalipun shalatnya tekun, tetapi jika tidak mau ber- kurban padahal dia mampu, ma- ka shalatnya seakan-akan tak bernilai sama sekali. Sehingga oleh Rasulullah SAW disabda- kan: "Janganlah mendekati tem- pat shalatku (masjid, surau, mu- shallah)!" Ini merupakan keca- man yang amat pedas! Itulah yang dikatakan oleh Allah SWT sebagai amal shalat yang terpu- tus, yakni nilai ibadah shalatnya seakan-akan tak bermakna. Ibadah Kurban Allah SWT berfirman: Se- berikan kepadamu nikmat yang sungguhnya Kami telah mem- banyak. Maka dirikanlah shalat karena kepada Tuhanmu dan berkurbanlah! Sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al- Kautsar: 1-3). Kita hendaknya menyadari, bahwa kenikmatan hidup yang kita terima dari Allah SWT tidak terhitung banyaknya. Jika da- lam shalat kita tidak hanya me- kan berusaha menghayati mak- nghafalkan doa-doa saja, melain- nanya yang terkandung di da- lam bacaan ini, akan terasa beta- pa besar kenikmatan hidup yang telah diberikan Allah kepada kita. Apabila kita juga diberi ke- nikmatan berupa harta yang berkurban, selain diperintahkan cukup, kita diperintahkan untuk shalat. Itulah salah satu bukti rasa syukur kita atas harta yang dilimpahkan kepada kita. Selain memiliki keterkaitan dengan shalat, kurban juga me- miliki keterkaitan dengan iba- dah haji. Ibadah haji ditunaikan pada bulan Dzul Hijjah, demiki- an juga ibadah kurban. Bagi yang menunaikan ibadah haji, pada tanggal 9 Dzul Hijjah mere- ka menunaikan wuquf di Pada- ng Arafah, kemudian pada tang- gal 10 Dzul Hijjah mereka menu- naikan ibadah kurban. Bagi yang tidak menunaikan ibadah haji, pada tanggal 9-nya disunat- kan berpuasa Arafah sehari dan tanggal 10 menunaikan shalat Idul Adha serta melakukan iba- dah kurban bagi yang mampu. Ibadah kurban merupakan salah satu wujud kepedulian umat Islam terhadap kaum le- mah. Pada hari itu kaum fakir miskin diberi kesempatan untuk menikmati sebagian dari karu- nia Allah berupa daging kurban. Inilah salah satu ajaran kasih sayang dalam Islam. Yang ter- penting bukanlah nilai daging- terhadap agama dan sekaligus nya, melainkan kepedulian kita terhadap sesama insan, teruta- ma kaum lemah. Ini berartu pu- la merupakan wujud pertolong- an kita terhadap tegaknya aga- ma Allah. Rasulullah SAW me- ngisyaratkan dalam sabdanya: Sesungguhnya Allah me- nganugerahkan pertolongan kepada umat ini lantaran doa, shalat dan keikhlasan golongan yang lemah (HR. Nasai). INILAH BANTUAN SEKEDARNYA DARI SAYA, Allah SWT melimpahkan anugerah-Nya kepada kita, lan- tara doa yang dipanjatkan oleh ALHAMDULILAH.. kaum yang lemah, lantaran sha- lat mereka, dan lantaran ke- ikhlasan mereka. Hadis tersebut mengingatkan kepada kita bah- wa jasa-jada orang lemah itu sangatlah besar bagi kejayaan dunia. Apabila kaum lemah me- rasa ikhlas dalam menjalani kehidupannya dengan keadaan yang serba kekurangan, kemu- dian mereka tetap tekun menu- naikan ibadah kepada Allah SWT, maka doa-doa mereka akan mustajab. Dan berkat doa merekalah dunia ini tetap kukuh dan berdiri tegak. Oleh karena itu, seyogianya kaum yang ber- ada membalas jasa-jasa kaum lemah dengan cara memberikan sebagian dari hartanya untuk membantu mereka. Kehidupan mereka perlu mendapat perha- tian yang serius dari kaum kuat. Mereka perlu diperhatikan dari segi usahanya dengan cara memberikan harta zakat kepada mereka. Segi kehidupan yang lain juga perlu diperhatikan dengan cara memberikan sede- kah, binatang kurban, bantuan pemikiran dan lain-lain. Sehing- ga mereka dapat berusaha de- ngan baik untuk mengentaskan diri dari keadaan yang lemah tiasa mengajarkan, agar kita menjadi kuat. Allah SWT senan- selalu perduli terhadap kaum lemah dengan memberikan hak- hak mereka secara wajar. Hal ini difirmankan oleh Allah SWT Dan berikanlah kepada ke- luarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang mis- kin dan orang dalam perjalanan: dan janganlah menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. (QS. Al-Isra: 26). Berdasarkan ayat tersebut, maka ibadah kurban termasuk Oleh H. Rizal Mahaputra salah satu wujud pemberian hak kaum kaya kepada kaum lemah. Dan pahala yang bakal diperoleh oleh para pelaku kurban amat- lah besar. Rasulullah SAW me- ngibaratkan besarnya pahala kurban dengan jumlah bulu bi-. natang yang dikurbankan, akan dinilai dengan satu kebajikan. Hal ini disabdakan oleh Rasu- lullah SAW: Setiap lembar bulu binatang kurban akan dinilai sebagai satu kebajikan bagi yang mengur- bankannya. (HR. Ibnu Majah). Sekecil apa pun binatang kurban, niscaya kita tak akan mampu menghitung jumlah bu- lunya. Padahal berapa pun ba- nyaknya jumlah bulu binatang kurban itu, Allah akan memba- lasnya dengan kebajikan. Itulah keutamaan ibadah kurban. Na- mun Islam mengajarkan kepada kita bahwa semua bentuk peri- badatan dalam Islam akan di- nilai dari niat dan tingkat ke- ikhlasannya. Semakin dalam keikhlasan ibadah kita, semakin besar pula pahala yang bakal kita terima. Dan semakin dalam keikhlasan ibadah kita, berarti juga semakin tinggi tingkat ke- takwaan kita. Dalam hal penila- ian ibadah kurban ini diisyarat- kan oleh Allah SWT dalam fir- man-Nya: Daging-daging dan darah kurban itu tak akan dapat men- capai keridhaan Allah, melain- kan ketakwaanmulah yang dapat mencapai keridhaan-Nya. (QS. Al-Hajj: 37). Akhirnya, semoga Allah SWT senantiasa berkenan mem- berikan ke lapangan rizki kepa- da kita agar kita dapat menunai- kah ibadah kurban! Allahumma Amin, ya Rabbal'alamin. A'a Gym: KH Abdullah Gymnastiar, 40, adalah dai muda yang kerap disapa Aa Gym. Dia merupakan dai yang ketenaran- nya mampu mengimbangi KH Zainuddin MZ. Khas KH Abdullah Gymnastiar mampu beretorika dengan pilihan kata memikat, mudah dicerna dan mengandung humor sehingga dalam setiap ceramahnya mendapat sambutan hangat. Motto A'a Gym: Hidup hanya untuk mempersembahkan yang terbaik dn berarti bagi dunia, serta bermakna bagi akhirat. Karena itulah dia memilih terjun total sebagai juru dakwah. Padahal, pendidikan A'a Gym adalah ahli administrasi dan kuliah di fakultas teknik. A'a Gym dikenal juga sebagai 'anak kolong karena ayahnya seorang perwira pensiunan ABRI (kini TNI), namun bakat dakwahnya sangat menonjol, sampai dia mampu mengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung. Metode dakwahnya bertumpu pada manajemen qolbu. Ditanya bagaimana dia mengatur waktunya yang padat, dengan enteng Aa Gym menjawab: "Waktu itu kita yang mengatur, bukan kita diatur waktu. "Tampak, ustadz A'a Gym ketika menerima tamunya dari Medan H. Rizal Mahaputra yang juga berasal dari keluarga TNI (anak kolong), di kediamannya yang sederhana tanpa kursi awal Februari lalu. (Ist) 2cm Color Rendition Chart
