Tipe: Koran
Tanggal: 2002-03-01
Halaman: 11
Konten
Maret 2002 10 Bhitz... ana Saja saat dia hidup senang, termasuk kemiskinan. bb: Wahai anak Adam. adaan sunyi sepi, Aku i sepi. Apabila engkau , Aku akan ingat pula Lebih baik dari tempat ng bersumber dari Ibnu zikir yang maksudnya ngucapkan Allah, Allah, allah) dan melakukan dan cara. a: 1. Dzikir dengan hati asakan lidah berdzikir ada Allah dengan hati an keagungan-Nya di pat mendarah daging. aan sunyi sepi adalah empat terpencil ataupun kan diri ke gua, gunung an 'mala' ialah khalayak -kemuka, orang-orang man kita semua masuk kir kepada Allah baik -HAA Dahlan - Prof -bit CV Diponegoro, rani ng sahabat Nabi SAW, anusia menjadi gelap. batas yang diperlukan. iga, melupakan dosa- mpat, panjang angan- as'ud, ada pula empat ama, hati-hati dalam orang baik. Ketiga, pendek angan-angan. erkataan orang bijak. mesti kita perhatikan aitu: Pertama, mem- am perut mereka. Kita gizinya saja, tapi juga esuai. lah pergaulan mereka, an berimplikasi kepada g kaya akan cenderung hak orang miskin akan selalu senang dengan = membentuk pribadi bentuk pribadi senang k-anak agar terbiasa emua perbuatan yang ik maupun yang buruk. ita telah mengajarkan alistis, tapi tidak kehi- kenyataan-kenyataan kompleks.* tab mpin negeri ini", katanya egeri ini", jawab Umar erkunci, takjub bukan ari bayangannya sebe- an dengan rahib Yahudi a, ada seorang pemimpin t istirahatannya cuma awah pohon kurma be- i Yahudi di antara rasa alau yang kau maksud an itu, bangunan nomor P". "Ya, namun itu bukan hatiku yang tenteram g semula panas oleh ke- asa tidak puas, cairlah saya yakini keberadaan -luk Islam sampai mati". 2002 Drs. Muslim Wahid Siregar Drs. M. Saleh Manurung Drs. H.M. Saleh Harahap H. Ibrahim Daud Kota Drs. Hasan Maksum ur an dan Drs. A. Latif Khan dan Drs. Zainal Abidin Zein ggal Drs. Azizon, S.H Dr. Abdul Rahman Dahlan, MA ayang Darwinsyah Pasaribu, S.Ag Drs. Hadi Syam Harris edan Drs. Ahmad Saukani H. Ali Akbar, L.C M.H.R. Syafii, S.H Drs. Suparmin Sareh Mdn Drs. Sulaiman Barus erdang Drs. H. Syarifuddin Sinda, S.H Mdn Drs. Mhd. Syafii Nasution Mdn Drs. M. Tarmizi Effendy ung Drs. Ali Amran, SKD Drs. Hasanuddin. M.D 3 H. Machmud Sembiring Drs. H. Shalahuddin Lubis gB Drs. Ali Amnar, T. Drs. Khalidin Musa Drs. Burhanuddin Nasution Drs. H. Harris Fadillah Drs. H. Harianto ir Sugito K. S.Ag Drs. Hizbullah Hamid al I Mdn Drs. Nazrun, Z.A Drs. Hamidal Wirya Mdn Drs. Sempurna Silalahi Prof.Dr.H.Hashallah Thaib,MA Drs. Sariyanto Drs. A. Sayuti Rangkuti Ikhwan Lubis. B.A Prof. Dr. H.M. Ridwan Lbs. Drs. Ali Asri Drs. Mas Rahim Salaby Drs. Waldemar Gazali Pasaribu an Medan Drs. Abdullah Sani dan Drs. Rizaluddin Siregar Johor Drs. H. Bahrum Saleh Amplas Drs. Masyhuddin ingkar Drs. Hasan Basri Ritonga Medan Drs. H. Abidin Azhar Lubis Ir. Zulkarnain M. Silahuddin, B.A DR. H. Asmuni, M.A Drs. Hamzah Sibarani n Syafi'i Umar Lubis Bulan Drs. Komaruddin WASPADA JUMAT, 1 MARET 2002 11 Sikap Menghadapi Khilafiahst Shahiha (Tanggapan Terhadap Ayahanda Dr. Arifin Dan Sdr Asnawi A Rahman Dan Salim Adnan) dihasilkan oleh akar dan pohon yang sama yaitu Al-quran dan sunnah. Jadi ia adalah bagian dari ajaran Agama. ngan keluarnya darah dari hidu- ng atau karena luka, sedang Imam Malik dan Ibn Musayyab berpendapat sebaliknya yaitu tidak batal wudu' dengan keluar- nya darah dari hidung atau ka- rena luka. Ketika pada suatu kali ia ditanya seseorang apakah ia mau shalat di belakang kedua orang itu, ia menjawab: "Bagai- mana saya tidak mau shalat di belakang mereka?", Karena ia bagian dari ajaran agama, jelas ini bukan masalah yang sepele, jadi untuk memba- hasnya diperlukan ilmu yang memadai, tidak asal-asalan dan "ngawur". Banyak ilmu yang harus dimiliki untuk itu, seperti Bahasa Arab, tafsir, hadis, fiqh dan usul fiqh dengan berbagai cabang-cabang dari ilmu itu ma- sing-masing. Jadi standarnya bukan S1, S2 atau S3, artinya jika S3 sekalipun, kalau tidak memadai ilmunya dalam bida- ng-bidang itu, lebih baik me- nguasainya terlebih dahulu baru kemudian berbicara. PERSOALAN-persoalan khilafiah memang selalu disajikan oleh ayahanda Dr. Arifin Sakti Siregar, hal inilah yang menyebabkan banyak tanggapan-tanggapan yang diberikan kepa- danya, baik oleh Sdr Asnawi A Rahman atau Sdr Salim Adnan ataupun yang lainnya. Tulisan-tulisan dan tangga- pan yang diberikan tersebut, menurut saya timbul dari sikap yang sama, yaitu ingin menja- lankan agama ini dengan baik dan benar serta dalam rangka saling nasihat menasihati dalam kebenaran. Namun, terkadang terlihat ada sikap yang "kurang pas" dalam tanggapan dan me- nanggapinya. Bagaimana me- nyikapi masalah-masalah khil- afiah ini?. Tulisan singkat ini coba menjelaskannya. Khilafiah Kata ini berasal dari kata khalafa, yakhlifu, khilfan. Mak- nanya perbedaan faham (penda- pat), makna ini lebih umum dari kata al-dhiddu yang artinya ber- lawanan, sebab hal yang berten- tangan pasti berlawanan. Secara istilah khilafiah ada- lah berlainan pendapat antara dua atau beberapa orang terha- dap suatu objek (masalah) ter- tentu, baik yang berlainan terse- but dalam bentuk "tidak sama" ataupun "bertentangan secara diametral". Jadi khilafiah tidak samanya atau bertentangannya penilaian hukum terhadap satu objek hukum. Dalam masalah ini, khilafi- ah ditujukan kepada hukum Is- lam yang bersifat furu'iyyah, bu- kan masalah yang bersifat ushu- liyyah, disebabkan perbedaan faham atau perbedaan metode dalam menetapkan hukum sua- tu masalah dan lain-lain. Misal- nya perbedaan pendapat fuqoha tentang hukum wudu' seorang laki-laki yang menyentuh pe- rempuan, sebahagian menyata- kan batal dan sebahagian me- nyatakan tidak batal. IJTIHAD, yang diwajibkan kepada ummat Islam dalam Qu- ran dan hadits, berarti mengolah mental, intelektual dan usaha- usaha yang berkaitan dengan pengetahuan dengan tujuan menghasilkan satu pandangan Islam yang meyakinkan sebagai solusi masalah-masalah yang dihadapi para ulama. Itulah tu- juan utama yang ingin disam- paikan Dr. Muhammad Al-Awa lewat artikel ini. Kemampuan manusia me- nyimpulkan arti dari ayat yang tertuang dalam kitab suci ber- beda-beda. Begitu pula dengan kemampuan untuk mengapre- siasi manfaat atau kerugian yang ditimbulkan dari satu tin- dakan tertentu. Akibatnya, orang-orang me- nghasilkan kesimpulan yang be- ragam meski mereka mengacu pada ayat yang sama dari Quran dan Hadits, walau berusaha mencapai tujuan yang sama yak- ni meraih manfaat dan mence- gah kerugian. Perbedaan yang timbul dari akibat tersebut di atas tidaklah menimbulkan ke- rugian, kalau tidak boleh disebut tidak bermanfaat. Yang jadi masalah adalah bila seseorang terlalu fanatik terhadap satu pendapat, ide, atu- ran atau ajaran. Fanatisme se- perti itu membuat orang terse- but merasa memonopoli kebe- naran dan kebijaksanaan, se- hingga merasa hanya dia yang benar sedang orang yang berbe- da dengannya salah. ● Para Ulama Hargai Beda Pendapat menegur orang yang memperta- nyakan kepada mereka saturma- salah yang kontroversi. Imam Syafii pernah berkata kepada seseorang yang mempertanya- kan satu masalah di mana dia berbeda pendapat dengan Ha- nafi "Apa kamu mengharapkan saya tidak shalat berjemaah de- ngan Hanafi?" Pendapatnya itu menunjukkan bahwa dia meng- hargai perbedaan. Para ulama ternama dari generasi berbeda mengecam si- fat fanatisme seperti itu. Imam Abu Hanafi pernah ditanya apa- kah pendapatnya merupakan kebenaran yang tidak diragu- kan. Dia menjawab "Sejujurnya, saya tidak tahu apakah penda- pat saya itu malah salah total." artikan sentuhnya kalau ada syahwat, begitu juga yang me- ngartikan dengan persetubu- han", maka hanya sentuh saja, tidak membatalkan wudu'. Oleh karena itu, masalah khilafiah itu terjadi menurut Syekh Al- Madani disebabkan perbedaan dalam 4 hal yaitu: 1. Pemaha- man terhadap Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah, 2. Sebab- se-bab khusus tentang sunnah Rasulullah. 3. Sebab-sebab yang berkenan dengan qaidah-qaidah usuliyyah atau fiqhiyyah. 4. Se- bab-sebab yang khusus menge- nai penggunaan dalil di luar al- Qur'an dan sunnah Rasulullah. Imam Malik juga pernah berkata "Saya hanya manusia biasa yang terkadang benar dan terkadang salah. Pertimbang kan ajaran saya dengan sung- guh-sungguh. Jika sesuai den- gan Quran dan Sunnah ikuti dan tinggalkan jika berten- tangan dengan ke duanya." Imam Syafii sering mempe- ringatkan pengikutnya untuk tidak mengikuti ajarannya atau ajaran yang disampaikan orang lain jika bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Imam Ahmad mengatakan "ja- ngan ikuti ajaran saya, begitu juga ajaran Malik, Syafii, kecuali ajaran itu sesuai dengan Quran dan Hadits." Melihat acuan di atas jelas sekali bahwa masalah-masalah seperti do'a qunut, badal haji, tepung tawar dan sebagainya adalah masalah khilafiah. Oleh karena masalah tersebut timbul dari perbedaan-perbedaan di atas dan masalah tersebut tim- bul dari masalah furu'. Para sahabat Nabi, para pe- nggantinya dan ulama ternama dari generasi berikutnya biasa berbeda pendapat dan mereka sering menggelar diskusi untuk adu argumentasi. Jika dari dis- kusi mereka tersebut dicapai sa- tu kesepakatan, mereka me- nyambutnya dengan gembira, namun jika tidak tercapai satu kesepahaman mereka tetap sa- ling menghormati, dengan keya- kinan mereka mencari kebena- ran lewat kemurnian hati. Para ulama tersebut sering Persoalan furu' menurut pe- nulis adalah masalah penting untuk dibahas, hal ini disebab- kan oleh dua hal: 1. Ia merupakan bagian dari ajaran agama kita. 2. Ia merupakan kekayaan Islam yang tidak boleh diabai- kan begitu saja, ia semacam ke- kayaan emas yang tidak habis dipakai sepanjang zaman, hanya saja memakainya perlu melihat kondisi dan tempat. Dengan demikian, sikap se- bagian orang yang menolak dan alergi membicarakan khilafiah adalah suatu yang kurang bijak- sana, karena "seolah-olah" meli- hat masalah furu' itu bukan aja- ran agamanya dan mendangkal- kan pemahamannya dalam hu- kum Islam. Artinya orang yang tidak ingin membicarakan khi- lafiah hanya melihat hukum Is- lam itu adalah apa yang difaha- mi saja, yang lainnya bukan hukum Islam. Padahal masalah furu' adalah buah-buah yang Perbedaan ini disebabkan berbedanya mengartikan kata lamasa dalam surat al-Maidah ayat 6. Kaum yang mengartikan "menyentuh" kulit dengan kulit, maka hanya dengan sentuh saja batallah wudu'. Ada yang meng- Ijtihad, Kunci Pelaksanaan Ibrahim Berkurban Ibadah Yang Murni Bila para ulama membatasi diri mereka dalam menelaah buku Islam yang berbeda, tanpa mempertimbangkan bukti di mana setiap pendapat yang dica- tat di buku itu ditujukan untuk memastikan kebenarannya, sikap mereka ini tidak bisa di- terima. Satu aspek terburuk dari masyarakat Arab sekarang ini adalah orang-orang yang menilai pendapat mereka sendiri selalu menuntut agar mereka diberi hak untuk berdakwah dan mem- bela diri, namun menolak hak yang sama untuk pihak lain. Tidak ada yang bisa mele- paskan kita dari penyakit sosial tersebut. Sedihnya, generasi ba- ru dari orang-orang fanatik yang berpegang teguh pada penda- patnya dan menyebut setiap ajaran yang berbeda dengan mereka sebagai ajaran sesat semakin meningkat. Orang-orang seperti inilah yang mendukung ekstri- misme yang perlahan tapi pasti membunuh kehidupan intelek- tual dan kebudayaan kita. Hanya dengan kembali ke- pada proses ijtihad dan selalu mencari yang benar, akan men- cegah kita dari sisi buruk fanatis- me. Dengan ijtihad pula rasa toleransi dan kelapangan hati orang akan bangkit kembali dan itu akan terwujud pada sema- ngat melakukan penelitian dan pembelajaran. Memang, tinda- kan ini tanpa bisa dicegah akan mengundang tanggapan, kritik dan diskusi. Lewat latihan pikir seperti inilah keputusan yang benar terhadap masalah apapun akan menjadi jelas. Orang-orang akan memilih pendapat mana yang mereka rasa benar dan didukun- g bukti yang lebih jelas. Tidak masuk akal kalau Muslim sekarang membatasi diri mereka pada ajaran ulama- ulama lama tentang sesuatu yang berlaku di masa mereka. Yang juga tidak bisa diterima adalah kalau kita mau dikung- kung ajaran ulama-ulama yang menempati jabatan di peme- rintahan. Begitupun, saya juga tidak sepakat jika ada orang yang "mumpuni" ilmunya kemudian secara maniak" membicarakan khilafiah untuk menghilangkan perbedaan pendapat yang ada, ini pekerjaan yang sia-sia. Per- bedaan pendapat adalah sebuah keniscayaan dan memang harus ada. Yusuf al-Qardawi berkata: "Orang-orang yang ingin menya- tukan kaum muslimin dalam satu pendapat tentang hukum- hukum ibadah, muamalah dan cabang-cabang agama lainnya, hendaknya mengetahui dan me nyadari bahwa mereka sebenar- nya menginginkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Upaya- upaya mereka untuk mengha- puskan perbedaan pendapat (da- lam masalah furu'iyyah) tidak menghasilkan apa-apa kecuali makin meluasnya perbedaan pendapat dan perselisihan itu sendiri. Upaya seperti ini hanya lah menunjukkan kedunguan saja, karena perbedaan mema- hami hukum-hukum syari'at ya- ng tidak asasiah itu merupakan suatu kemestian dan tentu tidak dapat dihindari". (Fiqhul Ikhti- laf: 56). Sikap seperti ini tidak sesuai dengan sunnatullah agama kita yang menuntut kita untuk terus menuntut ilmu dari anak-anak sampai tua. Bila ada seorang cerdas yang menuntut ilmu ka- rena takut kepada Allah, orang akan menyadari ulama seperti itulah yang patut diteladani, tanpa mengkhawatirkan apa tanggapan penguasa terhadap sikap tersebut. Karena tujuan utama kita adalah menegakkan Fiqih.(m 18/AN) Perpecahan di kalangan umat ini, bukan karena masalah khilafiah, tetapi kesalahan sikap menghadapinya. Kesalahan itu terletak pada sikap fanatik yang berlebihan sehingga mengang- gap diri paling benar, sedang yang lain adalah salah dan pasti masuk neraka. Mari kita contoh sikap imam Ahmad bin Hanbal. Ia berpen- dapat bahwa wudu' batal de- DIKISAHKAN bahwa se- bab-sebab penyembelihan Nabi Ismail oleh Nabi Ibrahim as ada- lah karena Nabi Ibrahim telah mengurbankan 1.000 ekor kam- bing, 3.000 ekor lembu dan 100 ekor unta. Semuanya dilakukan karena mengharapkan ridha Al- lah SWT. Hal itu sungguh me- nakjubkan bagi orang lain dan para Malaikat. Lalu beliau ber- sumpah seraya bersabda: "Se- mua yang telah kukurbankan Allah, sekiranya aku punya itu belum apa-apa bagiku. Demi anak laki-laki, niscaya aku rela menyembelihnya demi pengor- bananku di jalan Allah Ta'ala. Nabi Ibrahim as seakan tak menyadari ketika mengucapkan kalimat tersebut sehingga bebe- rapa tahun kemudian, nampak nya beliau terlupa akan kata- katanya sendiri yang mengan- dung kalimat sumpah tersebut. Pada saat Nabi Ibrahim berkunjung ke tanah suci, di sa- na beliau berdoa kepada Allah SWT mohon dikaruniai seorang anak yang saleh. Doa beliau di- kabulkn oleh Allah sehingga la- hirlah Nabi Ismail as dari istri mudanya (Siti Hajar), dan Nabi Ishaq dari istri tuanya (Siti Sarah). Setelah Ismail berumur 7 tahun, menurut riwayat yang lain berumur 13 tahun, telah pantaslah sang anak berjalan bersama ayahnya. Maka pada umur inilah Nabi Ibrahim as memperoleh ilham dari sisi Allah dalam mimpinya, bahwa Allah SWT berfirman: Hai Ibrahim, penuhi nadzarmu! Pag harinya beliau berpikir merenungkan mimpinya sema- lam, apakah itu peringatan dari sisi Allah atau godaan dari se- tan? Hari yang dipergunakan untuk berpikir-pikir oleh Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dinamakan Yaumut Tarwiyah, yang berarti hari untuk berpikir. Hari Tarwiyah adalah tanggal 8 Dzulhijjah dan puasa sunat pada hari itu dinamakan Puasa Tarwiyah. Begitu juga sikap Imam Ma- lik ketika khalifah Harun me- minta izin untuk menggantung- kan kitab Muwatta" karangan- nya di Ka'bah hingga setiap ora- ng mengikut pendapatnya, ma- ka Imam Malik menjawab: "Ja- ngan engkau lakukan itu, kare- na sahabat Rasulullah saja ber- selisih pendapat dalam masalah furu'...." Pada malam berikutnya, Nabi Ibrahim bermimpi lagi de- ngan mimpin yang sama sehi- ngga beliau menjadi benar-benar yakin bahwa mimpinya itu be- nar-benar berasal dari Allah SWT bukan dari setan. Dan hari itulah yang kemudian dinama- kan dengan Yaumul Arafah, yang berarti hari mengerti seca- ra yakin. Hari Arafah adalah tanggal 9 Dzulhijjah dan puasa sunat pada tanggal tersebut juga Sedangkan tempat berlangsung- dinamakan puasa sunat Arafah. nya mimpin Ibrahim as, akhir- nya dinamakan Padang Arafah. Malam berikutnya, Nabi Ibrahim as bermimpi lagi untuk yang ketiga kalinya, sehingga pada pagi harinya beliau berniat hendak menyembelih sang put- ra terkasihnya. Hari penyembe- lihan itu kemudian dinakaman yaumun nahar, yang berarti hari penyembelihan, yakni pada ta- nggal 10 Dzulhijjah. Ketika Nabi Ibrahim as hen- dak melaksanakan penyembe- lihan, beliau bersabda kepada sang istri tercinta, yakni Siti Ha- jar: "Wahai ibu Ismail, kenakan pada putramu Ismail pakaian yang paling bagus, karena aku hendak bertamu bersamanya!" Maka Siti Hajar pun memakai kan pakaian yang terbagus pada Ismail, rambutnya pun tak lupa diminyaki dan disisir. Kemudian Nabi Ibrahim membawa putra terkasihnya itu dengan memba- wa tali dan pisau di tangannya. Ismail dibawanya ke dekat kota Mina. Melihat gelagat yang demi- Sikap-sikap seperti ini yang harusnya dikembangkan dalam menghadapi masalah khilafiah, yaitu mengemukakan pendapat kita dan berbesar hati dengan pen- dapat orang lain. Di samping itu, hal yang sangat penting dalam me- ngemukakan pendapat hendak- lah dengan ilmu dan memakai bahasa yang beradab. Al-Qur'an menyatakan: "berdakwalah de- ngan bahasa yang penuh hik- mah"An-Nahl: 125), "Serta ucap- kanlah kata-kata yang baik ke- pada manusia" (Al-Baqarah: 83). Di atas itu semua, menurut Yusuf Al-Qardhawi ketika mem- bicarakan khilafiah hendaklah disertai dengan landasan moral, yaitu: 1. Ikhlas karena Allah dan terbebas dari hawa nafsu. Persoalan khilafiah jangan dijadikan sarana untuk meme- nuhi ambisi-ambisi tertentu, mungkin kedudukan, populari- tas, keuntungan pribadi baik yang nyata maupun terselubu- ng. Rasul bersabda: "Dua ekor serigala lapar yang dilepas di tengah kawasan kambing, masih kalah besar bahayanya ketimbang ambisi seseorang yang akan merusak agamanya" (HR Ahmad dan Tirmizi). 2. Meninggalkan fanatik terhadap diri sendiri, mazhab, golongan dari kelompok. Hendaklah seseorang mele- paskan fanatik terhadap penda- pat pribadi, mazhab dan golo- ngannya, orang yang mengha- dapi khilafiah tanpa melepaskan kian itu Iblis terlaknat sibuk mencari akal untuk menggagal- kan niat Nabi Ibrahim as. Dia mondar-mandir kian ke mari sambil menari-cari akal busuk. Kemudian ia menghampiri Nabi Ibrahim as seraya berkata: "Hai Ibrahim, apakah engkau tidak merasa sayang terhadap putra- mu yang tampan rupawan dan santun budi pekertinya itu?" Be- tidak mundur selangkah pun liau menjawab: "Ya, tetapi aku untuk menyembelihnya. Karena aku diperintahkan untuk itu!" Setelah iblis gagal membu- juk Nabi Ibrahim as, maka ia langsung mendekati Siti Hajar seraya berkata: Hai Hajar, me- ngapa engkau enak-enak duduk disini, padahal suamimu pergi membawa putra kesayanganmu untuk disembelih? Hajar: "Jangan mengumbar dusta hai Iblis terlaknat! Aku belum pernah mendengar seora- ng ayah tega menyembelih anak sendiri!" Oleh H. Rizal Mahaputra Iblis: "Bukankah suamimu itu pergi dengan membawa tali dan sebilah pisau? Itu buktinya!" Hajar: "Untuk apa beliau menyembelihnya?" Iblis: "Ibrahim mengira bah- wa Tuhannya memerintahkan untuk itu". Hajar: "Seorang Nabi tak pernah diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang batil. Apa pun yang diperintahkan Al- lah kepada suamiku adalah hak. Jangankan anakku, bahkan nyawaku sendiri pun kurelakan bila hal itu untuk memenuhi pe- rintah-Nya". Iblis ternyata tak berhasil menggoda Hajar. Maka ia pergi menghampiri Ismail seraya ber- kata: "Hai Ismail, mengapa eng- kau bersenang-senang, padahal ayahmu membawa tali dan pisau untuk menyembelihmu?" Ismail: "Hai Iblis terkutuk, kamu jangan mengumbar dusta! Mana mungkin aya hendak me- nyembelihku?" Oleh Ismail Hasyim Iblis: "Wahai Ismail, engkau jangan begitu. Sungguh ayahmu mengira bahwa beliau diperin- tah Tuhannya untuk itu!" Ismail: "Kalau begitu, aku akan setia mentaati perintah Tuhanku!" dirinya dari fanatisme tersebut akan senantiasa mempertahan- kan pendapatnya sekalipun ta- hu pendapat dan argumentasi- nya lemah, seolah-olah hanya ia yang boleh benar sedang ora- ng lain sekali-kali tidak benar. Imam Syafi'i berkata: "Demi Allah, aku tidak peduli apakah kebenaran itu nampak melalui lidahku atau lidah orang lain (hal itu sama saja)". Al-Qur'an juga mencela Bani Israil yang bersikap fanatik: "Dan bila dika- takan kepada mereka: "beriman- lah kepada Al-Qur'an yang di turunkan Allah", mereka berka- ta:" Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al-Qur'an yang diturunkan se- sudahnya, sedang Al-Qur'an itu adalah kitab yang hak, yaitu yang membenarkan apa yang ada pada mereka" (Al-Baqarah: 3. Menjauhkan diri dari fa- natik menentang mazhab. Fanatik menolak mazhab dan para imamnya secara mut- lak adalah sikap yang tercela. Jika kita membandingkan diri kita dengan diri mereka, maka bagaikan langit dan bumi jauh bedanya. Misalnya Imam Syafi'i, ia telah hafal Al-Qur'an umur 7 tahun, umur 13 tahun sudah hafal seluruh hadis yang terda- pat dalam kitab Muwatta'. Imam Malik. 10 tahun ia berada di tengah suku Huzail, hingga ia mahir bahasa arab yang fasih, murni dan asli dengan berbagai seluk beluk ilmu yang berkaitan dengannya. Kita bagaimana?. Memang benar bahwa mere ka adalah manusia biasa yang mungkin benar maupun salah, tetapi jika mereka pun salah dalam fatwanya, mereka telah mengharungi Al-Qur'an dan ha- dis dengan ilmunya yang dalam, lagi pula" jika benar, mereka akan mendapat dua pahala, jika salah mendapat satu pahala" (HR Bukhari-Muslim). Oleh ka- rena itu tidak perlu fanatik me- nentang mereka. 4. Berperasangka baik peada orang lain disertai sikap rendah hati. Setelah itu, tampaknya iblis masih akan melontarkan kata- kata yang lain. Maka sebelum Berprasangka biak dan ti- dak sombong merupakan sikap utama menghadapi khilafiah. Orang yang merasa paling be- nar, paling suci, paling bersih dari kesalahan merupakan ora- ia sempat bicara lagi Ismail me- ngambil sebuah batu lalu dilem- parkan ke arah kepala iblis ter- laknat itu. Ternyata batu menge- nai mata sebelah kirinya, hingga pecah. Maka hingga kini iblis terlaknat mata sebelah kirinya buta. Akhirnya iblis pergi de- ngan tangan kosong, sia-sia da- lam menggoyang niat suci Nabi Ibrahim as. rak, sehingga ayah tidak terlalu iba melihat keadaanku. Hadap kan wajahku ke tanah, sehingga ayah tidak merasa kasihan terhadapku! Lipatlah kain ayah ke atas, sehingga tidak terkena percikan darahku. Sebab bisa jadi hal itu akan mengurangi pahalaku dan mungkin pula akan diketahui oleh ibuku, sehi- ngga menjadikan hati beliau me- rasa duka! Tajamkanlah pisau yang hendak ayah pergunakan untuk menyembelihku, sehing- ga leherku cepat putus dan tidak terlalu lama merasakan sakit, karena mati itu sendiri sudah terasa sakit sekali. Bawalah bajuku ini sebagai kenang-kena- nganku bagi ibu, sampaikan salamku kepadanya dan kata- kan kepadanya: "Bersabarlah terhadap perintah Allah!" Hen- daknya ayah tidak mencerita- kan kepada ibu, bagaimana ayah mengikatku dan menyem- kejadian ini ayah tidak mema- belihku! Hendaknya sesudah sukkan anak kecil ke rumah kita, agar perasaan ibu tidak selalu teringat kepadaku yang akhir- nya dapat menjadikan beliau bersusah hati! Dan kumohon jika ayah melihat anak seprtiku, ayah tidak memandangnya terlalu sering mengingatku!" terlalu lama, agar ayah tidak Maka Nabi Ibrahim as ber- dalam menunaikan perintah Al- sabda: "Sebaik-baik penolongku lah adalah engkau wahai putra- ku!" Kemudian keduanya berse- rah diri kepada Allah dan siap me- nunaikan perintah-Nya. Ismail dibaringkan menghadap kiblat dan Nabi Ibrahim as menyem- belihnya. Pisau di tangannya ditekankan pada leher Ismail kuat-kuat, tapi ternyata tak ber- hasil menempel pada lehernya. Kemudian Allah SWT meng- gantikan tubuh Ismail as dengan seekor kambing Kibas dari surga yang berbadan gemuk lagi sehat. Kambing itu merupakan bina- tang kurban yang dulu diper- sembahkan oleh Habil putra Adam. Malaikat Jibril as meng- ambil kambing tersebut dari Maka Nabi Ibrahim memuji dan berterima kasih kepada pada pembaringan Ismail as. surga langsung ditempatkan Allah, dengan pujian yang ba- Namun Nabi Ibrahim as meli- nyak. Sebelum prosesi penyem- hatnya tetap sebagai tubuh put- belihan dilangsungkan, Ismail ra terkasihnya, lalu beliau me- berpesan kepada sang ayah: nyembelihnya dan ternyata le- "Wahai ayahku, sebelumnya per- hernya dapat terpotong. Setelah kanankanlah aku memohon kambingnya mati, tahulah beli- kepada ayah, ikatlah tangan dan au bahwa putra terkasihnya ma- kakiku agat tidak bergerak-ge- sih hidup sehat tanpa cacat. Sehubungan dengan itu, ma- ka Allah SWT mewajibkan kepa- da kita untuk melemparkan batu (Jumrah) di Mina dalam menunaikan ibadah haji. Lem- paran batu itu merupakan sya- rat mengusir setan laknatullah dan sebagai bentuk ketaatan kita mengikuti jejak Nabi Ismail as, putra terkasih Nabi Ibrahim Khalilur Rahman (Kekasih Al- lah Yang Maha Pengasih). Sesampainya di tanah Mina, Nabi Ibrahim as bersabda kepa- da putra terkasihnya: "Wahai Ismail, putraku dalam tidurku aku diperintah- kan oleh Allah untuk me-nyem- belihmu. Bagaimana penda- patmu?" (QS. Ash-Shaffat: 102). Pertanyaan Nabi Ibrahim itu termasuk sebuah kalimat untuk menguji keimanan putra terkasihnya. Tapi tak disangka- sangka, Ismail benar-benar telah memiliki keimanan yang sangat tinggi, sehingga beliau menja- wabnya: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada- mu: Insya Allah kamu akan mendapatku termasuk orang- orang yang sabar!" (QS. Ash- Shaffat:102) ng yagn dikecam Allah, sebagai- mana Allah mengecam orang Yahudi yang menganggap suci diri mereka," Apakah kamu ti- dak memperhatikan orang-ora- ng yang menanggap dirinya ber- sih, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya" (An-Nisa': 49). Dan "Allah mela- rang masuk ke dalam surganya orang yang ada sedikit kesom- bongan di hatinya" (HR Muslim). 5. Tidak menyakiti dan men- cela. Ketika Nabi Ibrahim men- dengar jawaban sang putra ter- kasih itu, beliau merasa bersyu- kur kepada Allah. Karena per- mohonan yang dulu pernah beli- kan-Nya, yakni doa berikut: au panjatkan ternyata dikabul- "Ya Tuhanku, anugerahkan lah kepadaku (seorang anak) yang termasuk golongan orang-orang salih!" (QS. Ash-Sahf-fat:100). Mencela pendapat orang lain dalam masalah ijtihadi adalah kebodohan nyata, sebab tidak ada kepastian benar dalam ma- salah yang sedang diperselisih- kan itu. Kalaupun ia salah ia dapat pahala, bagaimana mung- kin seseorang yang diberi pahala oleh Allah kita cela?. ka Lihatlah bagaimana kata- Imam al-Lai bin Sa'ad ketika berbeda pendapat dengan Imam Malik. Ia menulis kepada Imam Malik: "Semoga kesejah- teraan terlimpahkan kepada anda...semoga Allah memaafkan kami dan anda serta memberi- kan balasan yang baik di dunia dan akhirat, Saya bergembira telah menerima surat anda yang mengkhabarkan anda dalam keadaan baik...sesungguhnya telah sampai berita kepada anda bahwa saya telah berfatwa kepa- da masyarakat dengan bebera- pa fatwa yang bertentangan de- ngan apa yang dianut oleh ma- syarakat anda. Saya merasa ta- kut kepada diri saya sendiri de- ngan adanya orang yang berpe- gang kepada apa yang saya fat- wakan,...(kemudian beliau men- jelaskan perbedaan pendapat- nya dengan jelas dan terang) (fiqhul ikhtilaf: 220). 6. Menjauhi jidal (pertengk- aran) dan permusuhan sengit. Rasul mengecam keras ora- ng yang suka berbantah-ban- tahan, Tidak sesat suatu kaum, setelah mendapatkan petunjuk, kecuali mereka melakukan per- bantahan, kemudian nabi mem- baca surat Az-Zukhruf ayat 58: "Sebenarnya mereka adalah ka- um yang suka bertengkar". (HR Turmizi). Akhirnya, kepada Al- lah saya mohon ampun dan ke- pada yang saya tanggapi saya mohon maaf, disertai harapan semoga tulisan ini tidak menjadi bahan polemik. termasuk Departemen Agama. Karena itu tidak aneh, bila haji selalu menjadi proyek bisnis bagi banyak kalangan. Peluang bisnis di musim haji Banyak kaum muslimin yang tidak menyadari bahwa ibadah haji sesungguhnya me- miliki peluang bisni yang cukup menjanjikan. Di musim haji, para jamaah haji biasanya suka belanja di kota Mekkah, sehing: ga musim haji menjadi meningkat. Namun, sangat disayangkan produk-produk yang dominan bukan berasal dari Indonesia, tri, peternakan untuk dam/kur- ban, catering makanan, lembaga perbankan, para ustaz, dan ba- nyak lagi yang mendapatkan keuntungan ekonomis dari haji. Bahkan haji mendatangkan ke- tetapi justru dari negeri-negeri yang notabene bukan muslim, Bahkan produk-produk bernu- ansa ibadah sperti tasbih, saja- dah, dan serban bukan produk negeri muslim. Demikian pula supplyer (pemasok) hewan ter- untungan ekonomi bagi negara, nak, bukan dari Indonesia, tapi Haji Dalam Perspektif Ekonomi Syari'ah Oleh Agustianto dari Australia. Banyak lagi con- toh-contoh peluang bisnis yang peran kaum muslimin, khusus- nya umat Islam Indonesia, tidak tampak apalagi dominan. IBADAH haji bisa ditinjau dari berbagai perspektif. Salah satu perspektif yang bisa dilaku- kan adalah dari sisi ekonomi. Dalam berbagai tulisan tentang haji, khususnya di kolom agama harian ini, belum ada tulisan yang meninjau haji dari perspek- tif ekonomi. Karena kekosongan itu, penulis tertarik untuk mem- bahasnya. Ibadah haji memiliki dimen- si ekonomi yang amat luas. Ka- rena itu, tulisan ini hanya me- ngulas sebagiannya saja. Ibadah haji secara ekonomi mendatang- kan keuntungan bagi banyak pihak, seperti biro perjalanan, hotelan, perdagangan dan indus- perusahaan penerbangan, per- Padahal dalam al-quran, cu- kup banyak ayat-ayat yang me- ngisyaratkan keharusan umat Islam untuk berbisnis dalam skala internasional, misalnya di kota Mekkah. Firman Allah, "Apabila shalat telah ditunai- kan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karu- nia Allah" (QS. Al-Jum'ah: 11). yang harus dicermati. Pertama, Dalam ayat ini ada dua hal Fantasyiru Fil Ardh (berteba- ranlah di muka bumi). Kedua Wabtaghu min fadhlillah (cari- lah karunia/rezeki Allah). Perin- tah bertebaran di muka bumi dalam perspektif bisnis berarti bahwa umat Islam harus go in- ternational N (Berlanjut Jumat Depan) Cinta Allah ALLAH berfirman dalam. Hadits Qudsi sbb: Mereka yang berteman satu sama lain karena Aku berhak memperoleh cinta- Ku dan mereka yang saling membantu antara sesamanya, karena Aku berhak memperoleh cinta-Ku. Dan tiadalah seorang mukmin (pria atau wanita) ber- serah diri karena Allah atas ke- matian tiga orang dari antara anak kandungnya yang belum dewasa, pasti Allah memasuk- kannya ke dalam surga dengan limpahan kurnia rahmat-Nya. (HQR Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan As-Shaghir, dari Amr. Anbasah ra). Allah swt dengan karunia dan kemurahan-Nya menetap- kan bagi orang yang saling ber- kawan dan berteman dengan tulus ikhlas dan suci karenal Allah untuk menerima cinta kasih sayang-Nya. Allah membe- ri karunia pahala dan nikmat kepada mereka, melindungi mereka pada hari kiamat di kala tidak ada naungan dan perlin- dungan selain dari-Nya. Meme- lihara mereka dari siksaan dan melimpahkan berbagai kesena- ngan dan nikmat kepada mereka. Adapun orang yang dicintai Allah sbb: 1. Orang sabar, 2. JANGAN TERGOPOH-GOPOH MAM. BERSABAR AWAK. Oleh Puspo Wardoyo JAMAN SEKARANG MANA ADA CERITA BERSABAR LAGI PAP KELAUTLAH! Orang-orang yang bersatu padu berperang di jalan Allah, 3. Orang adil, 4. Orang yang tawakkal, 5. Orang yang berbuat baik, 6. Orang-orang yang takwa. Untuk memperoleh cinta kasih Allah kita hendaknya mencintai Allah dan Rasul-Nya yang dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan hukum syariat-Nya serta berpedoman dan bertauladanlah kepada Rasul-Nya. Semoga Allah memasukkan kita dalam golongan orang- orang yang dicintai dan dikasihi Allah. Amin. (KHM Ali Usman -HAA Dahlan - Prof Dr HMD Dahlan, Hadits Qudsi, penerbit CV Diponegoro, Bandung/m03 (Pelaku Utama Poligami) "DAN diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia men- ciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya ka- mu cenderung dan merasa ten- teram kepadanya, dan dijadi- kan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. 30:21) Terdapat banyak stereotip barat dalam memandang Islam diantaranya: pembagian waris dua banding satu antara laki- laki dan wanita, potong tangan bagi pencuri, poligami dan lain sebagainya. Sayangnya stereotip tersebut termakan sebagian be- sar kalangan umat. Memang permasalahan tersebut sangat sensitive dan bermuatan gender dan HAM jika dilihat dari kaca- tama barat. Tetapi permasala- hannya, akankah kita mengikuti begitu saja. Tulisan ini sekedar mencoba melihat poligami dari aspek dan sudut pandang yang lain semoga dapat menambah wacana akademi imaniyah, se- bagai bagian dari pengabdian dan ibadah kita. Sekali Lagi Poligami Yang Disunnahkan (Pilih tua muda, janda - gadis) hormat-mulia-dan sekaligus menyebarkan dakwah Islamlah kemudian Rasul menikahinya. Zainab binti Jahsy, anak paman dan bekas isteri anak angkat kesayangan, bagaimana gun- dah dan gelisahnya hati Nabi atas perintah Allah untuk meni- kahi Zainab, dimana tradisi ma- syarakat ketika itu mengha- ramkan. Zainab binti Khuzai- mah bin Al-Harits - Ummul Masakin - ibunya para orang miskin, dinikahí Nabi sebagai bentuk kasih sayang Nabi kepa- da fakir miskin dan anak-anak. Nabi adalah sosok ideal da- lam hal memegang amanah - tanggung jawab-begitu besar tanggung jawab itu, dalam kisah disebutkan bagaimana Nabi shalat malam sampai bengkak kakinya dan sampai menangis membaca ayat 118 surat Al-Mai- dah yang artinya "jika Engkau menyiksa mereka, maka sesu- nguhnya mereka adalah hamba- hamba-Mu". Ada sebuah kesada- ran yang begitu dalam pada diri Nabi. Walaupun beliau adalah seorang Nabi dan Rasul akan tetapi beliau sadar bahwa beliau adalah juga hamba Allah yang mungkin saja akan mendapat siksa, padahal beliau sudah di- jamin ampunan atas dosa yang lalu dan yang akan datang. Ini artinya ada suatu logika yang dapat diambil, bahwa kelalaian dari menunaikan amanah dan tanggungjawab menyebabkan seseorang itu akan mendapat- kan siksa dan menunaikan ama- nah dan tanggungjawab itu de- ngan mengoptimalisasi posisi dan peran yang dimiliki. TENNU VADIL han dan pelacuran dengan ber- bagai implikasinya, yang jika itu terus berkembang boleh jadi kita hanya menunggu kehancu- ran dari bangunan sosial kema- syarakatan kita. Solusi dari semua tadi bara- ngkali dengan dipahaminya masalah poligami itu dengan benar tanpa harus memudah- mudahkan dan meringan-ri- ngankan, juga tanpa harus memberat-beratkan, karena Is- lam adalah ajaran yang menilai sesuatu dengan adil-pertenga- han-dan bijaksana. Juga tidak dari ummat ini yang mengha- ada kesepakatan jumhur ulama ruskan poligami harus dengan nafikan dan hormat yang dalam yang tua dan janda. Tanpa me- kepada pelaku poligami yang lebih memilih yang tua dan jan- da untuk isteri berikutnya, se- moga itu semua akan menjadi ijtihad amali yang akan menda- patkan balasan dari Allah Swt. Akan tetapi untuk juga tidak arif kemudian menyalahkan pelaku poligami lain yang kemu- dian dalam memilih isteri beri- Barangkali tanpa bermak- kutnya (tambahan) lebih memi- sud mempolitisir maka dengan lih yang gadis dan muda. Yang poligami itulah kemudian Rasul perlu ada kesepakatan dan bah- dapat mengoptimalkan peran kan pernyataan "perang bersa- ke-Nabian dan ke-Rasulan kare- ma" dari setiap kita adalah ter- na dapat menjadi wali (pemim- hadap praktek perzinahan dan pin, pendamping, penyantun, pelacuran. Jika kita lebih jernih pengasih) bagi banyak kelompok dalam melihat permasalahan kepentingan, janda, gadis, tua, seputar poligami yang dilakukan muda, anak-anak, fakir miskin, Rasul Saw, maka ditemukan di- tawanan perang dll,. Ini artinya dalamnya satu kata kunci, yaitu bahwa disyari'atkannya perni- untuk membantu dan meme- kahan dan atau poligami tidak cahkan masalah yang ada. Dan harus dipahami dengan kaku dalam hal membantu, maka se- dan tekstual, misalkan harus jauh mana manfaat dari suatu bantuan itu jika tepat pada wak- menikah pada usia 25 tahun bagi pria dan menikah dengan tu dan sasarannya sesuai de- janda umur 40 tahun, atau ta'a- ngan kebutuhan. Betapa banyak dud (kawin lagi) kepada janda- gadis tua dan janda yang mende- janda yang sudah tua atau de- sak segera perlu dikawini dan ngan wanita-wanita yang sudah begitu juga betapa banyak gadis muda dan perawan yang juga tidak diminati oleh orang lain. Karena substansi dari pernika- segera perlu diselamatkan un- han adalah untuk mendapatkan tuk segera dikawini. Kalau ada yang mengatakan bahwa orang yang kawin dengan gadis muda dan perawan lebih karena doro- ngan nafsu, maka hal itu, terlalu simplistik (dangkal) dan terlalu menggeneralisir, sebab cinta tidak selalu identik dengan ha- wa nafsu (syahwat). ketenangan, litaskunuilaiha (agar kamu merasa betah atau berbahagia). Bahkan untuk m- endapatkan kondisi ma'nawiyah itu dalam suatu hadits Rasulu- llah menganjurkan untuk meni- kah dengan gadis, karena me- reka itu akan dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan de-ngan canda rayu yang dimiliknya. Untuk itu dialog Rasul de- ngan seorang sahabatnya suatu ketika, menjadi perlu untuk di- renungkanya Rasulullah saya akan kawin (menikah). Dengan arif, Rasul berkata: sudahkah engkau melihat. Kata sahabat "belum". Lalu kembali Rasul menjawab, "lihatlah olehmu dan carilah bagian mana dari bagian anggota badannya yang menarik hatimu". Juga dalam shahih- nya, Muslim meriwayatkan dari Abu Dzar bahwa: "Kawinilah olehmu sekalian gadis-gadis. Sebab, mereka itu le- bih manis pembicaraannya, lebih banyak melahirkan anak, lebih sedikit tuntutan dan tipuan, serta lebih menyukai kemudahan" (HR.Ibnu Majah dan Baihaqi). "Barang siapa mau bertemu de- ngan Allah dalam keadaan ber- sih dan lagi suci, maka kawinlah dengan perempuan terhormat" (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi). "Telah menjadi sunnah bah- wa kalau seseorang mempunyai isteri janda, lalu kawin dengan seorang gadis, maka ia tetap tinggal isteri mudanya selama tujuh hari, setelah itu ia bergili- ran. Kalau ia mempunyai isteri gadis, lalu ia kawin dengan se- orang janda, maka ia tinggal se- lama tiga hari dengan isterinya yang baru setelah ia bergiliran" (HR. Bukhari). Poligami Rasul Saw Adalah merupakan keyaki- nan dan pemahaman kita bah- wa setiap perilaku Nabi Saw se- lalu dalam arahan dan bimbi- ngan Allah Swt- dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Qur'an) menurut hawa nafsunya (QS. Al-Najm: 3) dan pada sisi lain disebutkan bahwa perilaku Nabi juga banyak yang sangat manu- siawi, dalam arti dapat diikuti oleh umatnya, dan dapat disebut termasuk perilaku poligami. Adalah suatu keniscayaan bah- wa Nabi adalah uswah dan Qud- wah bagi seorang muslim, supa- ya umatnya meniru dan men- tauladaní kehidupan pribadi maupun sosial kemasyaraka- tannya. Sudah mahfum bagi kita semua bahwa isteri-isteri Rasu- lullah ada yang tua dan ada yang muda, ada yang janda dan ada yang gadis, dari suku Quraish, Arab, Yahudi dll. Dari semua pernikahannya itu Rasulullah dan isteri-isterinya mendapat- kan ketenteraman, kasih saya- ng, yang saling melengkapi me- nambah kesempurnaan rumah tangga Rasulullah, sampai- sampai ia bersabda baiti jannati (rumahku adalah surgaku). Jumlah isteri Nabi yang pernah dinikahinya 12 orang, tetapi yang saling ber-temu satu dengan lain 9 orang. Sebagai- mana kehidupan rumah tangga lainnya pada umumnya, rumah tangga Nabi juga diwarnai de- ngan rasa cemburu, dan saling "iri" antara satu isteri dengan isteri lainnya, riak-riak kecil da- lam rumah tangga Nabi itu se- makin mempertegas sisi kema- nusiaan dan semua itu menam- bah indahnya jalinan kasih dian- tara para isterinya. Misalnya bagaimana Saudah RA. isteri beliau yang sudah tua dalam usia mau-pun kebutuhan biolo- gis, mem-berikan hari dan hak gilirnya kepada isteri beliau yang masih muda dalam sega- lanya, Aisyah RA., tak terbaya- ngkan indahnya jalinan kasih itu menyatu dalam satu kata, ummahatul mu'minin (ibunya para orang beriman). Pantas me- reka mendapatkan gelar mulia - begitu mulia dan agungnya se- hingga tidak seorangpun diper- kenankan menikahi mereka se- sudah beliau wafat - seperti itu karena memang demikian ada- nya, mereka adalah orang-orang mulia teladan para isteri dan ibu rumah tangga. Dari semua Bukhari dan Muslim meri- pernikahan Rasul dengan ke- wayatkan bahwa: Rasulullah sembilan isterinya, beliau meni- juga menjelaskan kepada Jabir kahi dengan banyak alasan. RA Kawin dengan seorang gadis Misalnya pernikahan Rasul itu akan melahirkan kecintaan dengan Ummu Habibah RA. dan aspek kesucian. "Sebagai-ma- (Ramlah binti Abu Sofyan bin na dialog antara beliau dengan Harb), adalah seorang diantara Jabir pada suatu ketika: Rasu- sedikit orang yang masuk Islam lullah telah bersabda kepada pada awal dakwah Nabi dan Jabir sekembali dari perang Dza- wanita satusatunya yang ikut tu'r Riqo': hai Jabir apakah telah hijrah ke Habsyah dengan sua- kawin?" saya (Jabir) berkata, minya, tetapi sampai ditujuan, "benar wahai Rasulullah", beliau Habsyah, suaminya murtad ke- bersabda, "janda atau gadis?", luar dari Islam, untuk menghi- saya (Jabir) berkata, "bukan ga- langkan kesedihan ini kemudian dis, tetapi janda". Beliau bersab- Nabi menikahinya. Juwairiyah da "bukankah dia itu seorang binti Al Harits adalah tokoh dan hamba yang kau permainkan dan pemimpin bani Musthaliq yang dia mempermainkan engkau?". pernah mengumpulkan pasu- Hikmah dan ibroh (pelajaran) kan sangat besar untuk meme- dari Poligami Rasulullah SAW rangi Rasul dan sahabatnya. Kekelahan bani Musthaliq me- lawan Nabi lah menyebabkan Juwairiyah menjadi tawanan. Bisa dibayangkan sedih dan pilu seorang gadis ditinggal ayah dan kemudian menjadi tawanan da- ri musuh ayahnya-seorang ba- ngsawan mendadak menjadi pesakitan-untuk memposisikan maqam tetap sebagai orang ter- Dari paparan di atas dapat dimengerti dan dipahami, bah- wa poligami banyak memberi- kan inspirasi kepada kita dalam menyelesaikan masalah terkait dengan sosial kemasyarakatan, Betapa miris rasanya hati ini melihat begitu buruknya hubu- ngan sosial kemasyarakatan kita hari ini, tumbuh dan ber- kembangnya budaya perzina- Orang-orang dari kalangan sahabat Nabi saw berkata ke- pada Nabi, "wahai Rasulullah, orang yang kaya telah pergi membawa pahala-pahala. Mere ka shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa dan mereka bersede- qah dengan kelebihan harta mereka Nabi saw bersabda, "bukankah Allah telah menjadi- kan bagi kalian apa-apa yang dapat kalian sedeqahkan?". Se sungguhnya pada setiap tasbih ada sedeqahnya, pada setiap takbir ada sedeqahnya, pada se tiap tahlil ada sedeqahnya, pada 'amar ma'ruf itu ada sedeqah- nya, pada nahyi munkar itu ada nya salah seorang diantara ka- sedeqahnya dan pada berjima' bertanya, wahai Rasulullah, apa- mu itu ada sedeqahnya". Mereka kah jika salah seorang diantara kami mendatangisyahwatnya, ia mempunyai pahala dari-pada- nya?" Nabi menjawab, "bagai- mana pendapat kalian jika ia meletakkan syahwatnya itu di- dalam perbuatan haram, apa- kah ia mendapatkan dosa reka berkata "tentu" beliau ber- sabda, "demikian pula jika ia me- letakkannya didalam perbuatan halal, maka ia akan mendapat- kan pahala". Jika kita lanjutkan dialog antara Rasulullah dan Jabir diatas maka diketahui bahwa motivasi Jabir RA kawin dengan janda adalah untuk membantu dan memecahkan masalah dirinya sendiri dan juga wanita yang dikawininya, karena Jabir RA "diwarisi" oleh orang tuanya perempuan yang banyak, dan itu dibenarkan oleh Rasulullah. 'me- 2cm Color Rendition Chart
