Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Waspada
Tipe: Koran
Tanggal: 2002-03-01
Halaman: 12

Konten


4cm WASPADA Wacana Moral Akademik Mahasiswa Garda Depan & Mahasiswa Tersanjung tentang kebenaran dan keadilan, meskipun terhadap kekuasaan. Oleh Syahrin Harahap Guru Besar IAIN Sumatera Utara B arangkali tidak ada komponen yang tercitrakan sedemikian "wah" dan bergengsi melebihi pencitraan terhadap mahasiswa. Mahasiswa hidup dalam lingkup dan iklim akademik yang ilmiah dan intelek. Mereka hidup di kampus dengan medan pergumulan intelektual yang menawarkan sejumlah konsep dan alternatif bagi setiap detik perkembangan dan problema keilmuan serta pengembangan masyarakat, bahkan secara berlebihan disebut pelopor reformasi. Tidak hanya itu, mahasiswa juga dicitrakan dengan ketajaman analisis terhadap setiap masalah, kepekaan memandang realitas dan keteguhan memegang moral akademik. Posisi yang demikian elitis ternyata bertemu dengan kondisi psikologis mereka sebagai sosok yang masih belia dan memiliki watak yang sangat dinamis dan progresif. Apalagi peran politik mereka relatif netral dan memang seharusnya demikian. Pencitraan yang demikian 'selangit' ternyata menempatkan mahasiswa kita pada dua posisi yang kadangkala tidak sejalan, menampakkan prilaku dan tindakan yang tidak sejalan bahkan pertentangan secara diametral. Kelompok pertama adalah mahasiswa, yang dengan citra yang demikian mempesona-menempatkan dirinya pada posisi garda terdepan dalam pengembangan keilmuan, penalaran dan wawasan, serta pada saat yang sama menjadi garda terdepan pula dalam mengantisipasi dan menjawab setiap problema sosial di sekitarnya. Kelompok mahasiswa dengan visi semacam ini-jika rekana saya Mutsuhito Sholin, penekun bahasa Indonesia di Unimed tidak keberatan-akan saya sebut sebagai 'Mahasiswa Garda Depan' yang memiliki ghira (komitmen) yang kuat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan ketajaman kepekaan terhadap kepedihan hidup yang dialami sebagian masayrakat. Idealisme dengan derajat kepekaan ilmiah, sosial, politik dan intelektual yang cukup tinggi tersebut membuat mereka menjadi amat kritis, berani berbicara SESUAI dengan kurikulum Intra Kurikuler, Praktek Ibadah Haji diwajibkan sekali setahun secara bersama bagi seluruh sis- wa mulai dari TK sampai SLTA di Perguruan Al Azhar Medan. Di samping itu setiap catur wul- an di masing-masing jenjang pendidikan siswa juga mengikuti pelatihan manasik haji baik teori maupun praktek. Untuk itu mereka berusaha menyingkirkan segala macam yang menghalangi idealismenya, sekalipun itu merupakan kesempatan-kesempatan, berbagai fasilitas dan materi yang berkecukupan. Tetapi seorang teman berkata "apa masih ada mahasiswa semacam itu?" Pelaksanaan sekali setahun itu disebut pelatihan manasik haji akbar, dibimbing oleh Ketua Lembaga Pengembangan Ilmu Kelompok kedua adalah mahasiswa yang menjadi 'tersanjung' dalam pencitraan itu. Mereka memunculkan prilaku yang menikmati pencitraan tersebut dengan memoles wajahnya, busananya kendaraannya. Kemudian berjalan mondar-mandir, hilir-mudik di dalam dan di luar kampus agar selalu tampak layak disebut sebagai mahasiswa dengan sekeranjang atribut kehebatannya. Inilah yang kita sebut "Mahasiswa Tersanjung". Mereka akrab dengan pragmatisme dan glamour kehidupan sebagaimana masyarakat yang tidak terpelajar. Namun ia kehilangan ghirah (komitmen) pada pengembangan ilmu, penegakan moral akademik dan kepekaan sosial, bahkan seringkali terbunuh dan membunuh karakter idealismenya sebagai mahasiswa yang sesungguhnya merupakan habitat dan tanggungjawabnya. Lalu seorang temanpun berkata "kalau mahasiswa macam ini banyak jumlahnya di kampus- kampus, ditempat-tempat kost mereka dan bahkan di mall atau plaza. Kenyataan ini membuat kita bertanya: "apakah mahasiswa garda depan" itu semakin langka atau bahkan telah punah ditelan gempuran pragmatisme kehidupan?" Apakah sistem pendidikan kita tak lagi memiliki kemampuan untuk memelihara dan menjaga mereka? Apakah para pendidik kita sudah kehilangan keteladanan dan kedekatan kepada Tuhan untuk mengarahkan mereka? Atau setan kehidupan dan pragmatisme telah membunuh karakter keteladanan dan karakter untuk meneladani dari mahasiswa kita? Jawaban semuanya ini tampaknya ada pada kesediaan para mahasiswa, dengan idealisme yang tersisa bergerak kembali ke habitatnya', ke posisi garda depan, meninggalkan posisi tersanjung yang semu, yang hanya popularitas dan prestise yang sesaat saja. Wa Allahu A'lamu bi al-Shawab. Di kampus itu tersedia mi- niatur Ka'bah, sofa-marwa, sarana wukuf di Arafah dan tiga jumroh seperti di Mina. Praktek pelaksanaan ibadah haji dila- Praktek ibadah haji terma- suk salah satu dari ujian praktek ibadah lainnya. Tujuan praktek ibadah haji ini untuk meningkat- Sambungan Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Sumut..... Oleh Prof. H. Ahmad Samin Siregar Kebijakan dan peraturan yang mendukung Masalah kebijakan dan peraturan yang tidak mendukung adalah salah satu penyebab kualitas pendidikan dapat menjadi rendah. Kebijakan penempatan tenaga administrasi (pegawai) yang tidak tepat akan memperparah situasi birokrasi di dunia pendidikan. Pegawai administrasi terkadang tidak mempunyai keterampilan dalam bidang tertentu seperti apa yang diharapkan. Bahkan ada pegawai administrasi yang "hanya datang mengisi daftar hadir" saja dan tidak tahu apa yang akan dikerjakannya. Tenaga administrasi seperti ini bukan memperlancar, malahan dapat menghambat, proses belajar-mengajar di sekolah tersebut. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan kalau munculnya masalah 'sogok- menyogok/suap' untuk masuk "sekolah favorit" banyak terjadi dilakukan oleh calo dan para pegawai administrasi yang seperti ini. Hal ini kut lebih memperjelek citra dunia pendidikan yang kualitasnya memang sudah rendah. Belum lagi masalah yang muncul karena tidak meratanya tenaga administrasi di sekolah-sekolah. Ada sekolah yang kelebihan tenaga administrasinya sehingga menjadi tidak tahu apa yang mereka mau kerjakan. Lebih banyak lagi menganggurnya daripada bekerjanya. Sebaliknya ada pula sekolah yang kekurangan tenaga administrasi, bahkan terkadang hanya ada dua/tiga orang saja, sehingga banyak tugas yang tidak dapat diselesaikan sesuai dengan penjadwalan. Semuanya ini dapat terjadi sebab kebijakan dan peraturan yang tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Terkadang peraturan sudah ada dan disusun dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak dilaksanakan dengan sepenuhnya. Dengan perkataan lain, peraturan hanya ada di atas kertas saja. Masalah lainnya yang muncul adalah masalah penempatan tenaga pendidikan (baik administrasi maupun guru) yang tidak memenuhi persyaratan, tetapi karena KKN diberikan juga jabatan itu. Ada guru yang tidak melalui tahapan yang lazim naik menjadi kepala sekolah. Bermacam cara dipergunakan agar tujuan untuk dapat menjadi kepala sekolah tersebut dapat tercapai, bahkan sampai-sampai nta bantuan 'orang pandai.' Guru seperti ini seakan-akan didongkrak untuk naik menjadi kepala sekolah. Akibatnya, proses belajar-mengajar di sekolah tersebut menjadi tidak lancar. Guru menjadi berkelompok yang selalu berbeda dengan kelompok yang lain. Ada pula pegawai administrasi yang dilantik menjadi pejabat di dinas pendidikan kabupaten/kotamadya hanya karena "pandai bermain" dan "pandai menjilat ke atas. Belum lagi lagi masalah "beking" yang selalu harus dipetimbangkan. Sudah tentu hal yang seperti ini tidak boleh terjadi dan dengan segera dapat diberantas karena akibat yang muncul adalah rusaknya dunia pendidikan di daerah ini, alih-alih mau meningkatkan kualitas dunia pendidikan. Untuk itu, perekrutan dan penempatan baik para pegawai administrasi maupun guru seharusnya dilakukan dengan berpedoman secara konsekuen kepada peraturan dan ketentuan yang sudah ada untuk menanggulangi masalah ini. Kebijakan dan peraturan untuk dunia pendidikan seharusnyalah dapat mendorong anak-anak mau bersekolah. Salah satu faktor penghambat anak-anak harus bersekolah adalah masalah biaya pendidikan. Di samping itu, anak-anak usia sekolah ini dibawa orangtuanya pula bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Kalau hal ini yang terjadi, sudah tentu generasi muda Indonesia yang akan datang menjadi buta ilmu bahkan mungkin saja buta huruf. Semua masalah ini harus ditanggulangi dengan menyusun kebijakan dan peraturan yang tidak membebani orang tua anak. Kebijakan dan peraturan yang mendukung tentunya akan menarik anak didik untuk mau bersekolah karena dorongan dan dukungan orang tua dan keluarganya. Apalagi orang tua dan keluarga sudah mendorong anak-anaknya pergi ke belajar, tentu saja pendidikan akan berjalan lancar dan akan muncullah generasi muda yang berilmu untuk pembangunan bangsa. Peningkatan mutu guru Gur merupakan orang yang paling dekat berhubungan dengan masalah kualitas pendidikan. Untuk itu, mutu guru harus dapat ditingkatkan termasuk guru-guru sekolah yang bertugas di lingkungan Provinsi Sumatera Utara. Namun, ada beberapa permasalahan yang muncul untuk meningkatkan mutu guru tersebut. Masalah itu menyangkut empat faktor yang perlu dibenahi yaitu: 1) meningkatkan pendidikan guru; 2) meningkatkan kemampuan mengomunikasikan ilmunya kepada anak didik; 3) mempunyai moralitas dan loyalitas terhadap beban yang diemban; 4) meningkatkan kesejahteraan guru. Masalah pendidikan guru merupakan salah satu masalah yang sangat menentukan baik-buruknya atau tinggi rendahnya kualitas pendidikan. Umumnya, bertambah baik tingkat pendidikan guru, bertambah baik pula kualitas guru tersebut. Sebaliknya, bertambah rendah tingkat pendidikan gury, bertambah rendah pula kualitas guru tersebut. PENDIDIKAN Oleh Tanggung Jawab Moral Para Pendidik Kita kita belum bisa berharap jauh soal mutu pendidikan. Tetapi berkata demikian jauh lebih mudah daripada merealisa- sikannya. Ternyata (seperti tadi), mendongkrak anggaran pendi- dikan bukanlah semudah mem- balikkan tangan. Penulis tahu persis bahwa Pak Nazar sebagai Kadis Pendidikan di Sumatera Utara sendiri kalau ditanya, hampir pasti mumet pusing tujuh keliling juga memutar otak mem- program anggaran pendidi-kan yang ada dan tersedia saat ini. Boleh. Gaji tenaga pendidik naik- kan lagi. Boleh kalau dananya tersedia. Tetapi satu kenyataan harus kita lihat. Bahwa hari ini kondisi kesejahteraan guru kita boleh dikatakan jauh lebih lumayan' ketimbang waktu yang lalu-lalu. Fenomena tenaga (pegawai) pendidikan kita kiranya masih rumit sampai pasca berlakunya Otda pendidikan. Di daerah (Pemkab) maupun di koa (Pem- ko), persoalan formasi penem- patannya masih terkesan am- buradul di sana-sini menyusul berakhirnya masa kanwil. Ada sekolah yang berlebih pesonil- nya, banyak pula sekolah yang mengalami kekurangan tenaga. Kita sebagai awam pernah sama merasa berbungaria tat- kala mendengar pidato pengan- tar RAPBN oleh Presiden Mega- wati tempo hari. Anggaran pendi- dikan kelihatan mendapat porsi kenaikan yang sangat signifikan. Tetapi itu hanyalah pidato Rencana APBN. Kondisi riilnya ternyata masih sangat jauh panggang dari api'. Tetapi daripada semua per- soalan itu, jauh lebih penting me- negak berlakukan sanksi disiplin bagi PNS yang molor bertugas. Pengawasan ini sebenarnya ma- sih berada pada taraf yang masih mendasar sekali sifatnya. Belum menyentuh persoalan kualitas. Penulis khawatir, sektor pendidikan masih di bawah sepu- luh persen. Sumut? Dugaan pe- nulís ialah kurang lebih sama dengan yang dibuat pusat, ya kalau sampai menganggarkan lima persen untuk sektor pendi- dikan kita di daerah ini sudah syukur Alhamdulillah. Syaifuddin Zuhri Membaca artikel Prof. Ahmad Samin Siregar di rubrik ini Jumat (15/2), ada beberapa hal menjadi catatan penulis. Tulisan itu sendiri bertopik tentang pembangunan (membangun) pendidikan di Sumatera Utara. Kurang lebih seperti topik itu pula yang pernah penulis baca tulisan bersambung Dr. Belferik Manulang di harian ini (koran daerah juga) beberapa waktu lalu. Persamaannya bu- kan itu saja, tetapi kedua dosen PTN ini juga sama pendapatnya bahwa dasar pendidikan kita mestilah berlandaskan kejujuran dan kasih sayang. Walau harus diakui, muatan cinta kasih yang digarap Manu- lang jauh lebih luas dan 'menu- kik dalam' sebagai mensosia- lisasikan pemikiran tentang kekuatan kecerdasan emosional yang perlu kita aktualisasikan dalam pendidikan/pembelajaran di sekolah. Beberapa butir pemikiran Pak Samin dalam artikelnya itu, antara lain mengatakan bahwa membangun pendidikan Suma- tera Utara harus berfokus aspek dana, fasilitas sarana/prasarana, Praktek Ibadah Haji Di Perguruan Al Azhar Medan Agama (LPIA) Al Azhar, dibantu guru-guru agama, guru umum dan Kepala-Kepala Sekolah. kan kualitas ibdah bagi anak- anak didik sebab kalau kualitas ibadahnya baik maka akhlak dan budi peketrinya pun diharapkan menjadi baik. Tiap tahun pelatihan mana- sik haji akbar itu dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di tanah suci Makkah. Tahun ini berlangsung di Kampus perguruan itu Rabu 20 Februari lalu. kukan persis di tanah suci. Ketua Yayasan Hajjah Rach- mah Nasution yang mengasuh Perguruan Al Azhar Medan, H. Abdul Manan Muis mengemu- kakan, bimbingan manasik haji itu dilaksanakan pada setiap caturwulan sekali, mulai dari TK sampai SLTA di samping bimbingan manasik haji akbar sekali setahun. Pusat Pengabdian Masyara- kat (PPM) IAIN Sumatera Utara akan menylenggarakan penata- ran Metode Iqra' Al Quran yang akan dibuka Rektor IAIN SU Prof Dr H.M. Yasir Nasution di Gedung Bina Sarjana Kampus I Jl. Sutomo Medan 12-13 April mendatang. Kepala PPM IAIN SU Dr H. Hasan Mansur Nasution, MA me- ngemukakan, kegiatan ini meru- pakan kerjasama antara PPM IAIN SU dengan Lembaga Pembi- naan dan Peningkatan TK Al Quran dan BKPRMI Kota Medan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk membina tenaga pengajar Metode Iqra'Al Quran. Diharap- kan peserta mampu mengajar- kan cara cepat belajar membaca Al Quran. Menurut Dr H. Hasan Man- sur Nasution, MA, peserta ang- katan pertama ini diharapkan 100 orang dari Mahasiswa IAIN anggaran pendidikan yang lebih tinggi, tenaga pendidik (guru). Kata beliau, pendidikan dalam hal ini menyangkut dua jenis, yakni pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Sebenarnya jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah kita lebih mengguna- kan istilah pendidikan jalur sekolah dan jalur luar sekolah, dan formal/informal tak lagi dipakai. Tentang ini, kepala BPG kita di Medan sering menegor guru yang penataran yang masih memakai istilah pendidikan for- mal/informal dan nonformal. Selain itu, melatih siswa agar memahami betul pelaksanakan ibadah haji secara baik dan benar agar nanti pada saat menunai- kan ibadah haji yang sebenarnya mereka diharapkan menjadi jamaah calon haji mandiri, tidak perlu lagi dibimbing karena sudah mempunyai bekal yang cukup dari sekolah. Menyangkut aspek dana dan anggaran pendidikan, kita me- mang ternyata masih bersedih hati karena ternyata sampai hari ini pemerintah (pusat dan dae- rah) belum dapat mengaloka- sikan budged pendidikan seperti yang kita harapkan selama ini (zaman orde baru maupun era SU dan Mahasiswa Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta serta peminat lainnya. Materi penataran terdiri dari Sugesti Membaca al Quran oleh Dr H. Hasan Mansur Nasution, MA, Perkembangan Psikologi Anak oleh Drs H.M. Yusuf Said, Makharijil Huruf oleh Drs H. Fadlan Zainuddin, Kurikulum oleh Dra. Ermaini Farjan, Mana- jemen dan Administrasi TKA/ TPA oleh M. Daud, S.Ag, Metode Bermain, Cerita dan Menyanyi oleh Rudi Rakasiwi, dan Metode Iqra' oleh Drs Zuhri Pulungan. Setiap peserta dikenakan biaya Rp 25.000 untuk fasilitas makalah, biaya makan dan sněck dua hari dan sertifikat. Bagi yang ingin mengikuti kegiatan tersebut, kata H. Hasan mansur, dapat menghubungi Drs Abdul Jalil Hasibuan di Kantor PPM IAIN SU di Kampus I Jl. Sutomo Medan. (Rel/M13) PPM IAIN SU Selenggarakan Penataran Mahasiswa Baru Pascasarjana Ekonomi Pengajar Metode Iqra' Al Quran Pembangunan Jumpa Kakak Kelas Memotong Kurban Sementara itu, Humas Per- guruan Al Azhar Medan Drs Mu- hammad Yunus juga menginfor- masikan, pada Idul Adha 1422 H (22 Fabruari), keluarga besar perguruan Al Azhar menyem- belih hewan kurban terdiri dari lima ekor lembu dan delapan ekor kambing. Daging kurban tersebut dibagi kepada masyarakat di se- keliling kampus, guru-guru dan pegawai perguruan. (m13) Oleh karena itu, guru harus diberi kesempatan dan dipacu untuk terus menerus menuntut ilmu. Bahkan kalau dapat semampu dan setinggi mungkin. Kesadaran untuk ini perlu ditanamkan kepada setiap guru mulai dari guru taman kanak- kanak sampai guru sekolah menengah umum dan kejuruan. Untuk guru sekolah dasar, umpamanya tidak hanya cukup tamatan Sekolah Guru Atas (SGA) atau D3, tetapi pada masa sekarang ini sudah dituntut lulusan S1. Apalagi untuk guru sekolah menengah umum dan kejuruan, sudah tentu tuntutannya lebih tinggi lagi. Hal ini perlu dilakukan agar 'guru tidak ketinggalan' karena perkembangan ilmu akan terus terjadi. Banyak masalah dan hal baru muncul yang harus dikuasai oleh guru ketika mengajarkan ilmu untuk anak didik pada masa sekarang ini, termasuk kecanggihan alat-alat pendidikan. Untuk itu, guru harus diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikan agar dapat menerima dan menerapkan kemajuan teknologi itu. Masalah lain yang perlu dilakukan guru adalah meningkatkan kemampuan mengomunikasikan ilmunya kepada anak didik. Hal ini perlu disadar oleh guru karena anak didik sekarang ini sudah mempergunakan alat pendidikan yang lebih canggih dari gurunya ketika dahulunya menuntut ilmu di sekolah. Pemakaian komputer sebagai alat pendidikan, umpamanya, bukan lagihal yang baru sekarang ini bagi anak didik. Komputer sudah hampir merupakan barang biasa, terutama bagi anak didik yang berpunya. Oleh karena itu, guru juga harus dapat menguasai dan mempergunakan komputer. Guru perlu diberi pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan komputer ini sehingga kemampuan guru untuk mengomunikasikan ilmunya kepada anak didik dapat meningkat dan sampai dengan baik. Kemudian guru juga perlu melakukan pendekatan yang persuasif terhadap muridnya. Artinya, guru tidak menjadi diktator dan memaksakan kehendak, tetapi sebagai pengayom dan penuntun anak didik. Sikap seperti ini pasti akan menimbulkan rasa simpati dan empati anak didik terhadap gurunya. Kalau hal ini terjadi, ilmu yang ingin dikomunikasikan guru kepada anak didik akan lebih mudah sampainya. Anak didik dengan senang hati akan segera membuka diri terhadap semua ilmu yang disampaikan oleh gurunya. Masalah moral ini sekarang memang termasuk masalah yang memprihatinkan di dalam dunia pendidikan kita. Adanya tawuran di antara pelajar, umpamanya, menunjukkan bagaimana rendahnya kadar moral ini di dunia pendidikan kita. Belum lagi masalah penghargaan dan penghormatan kepada profesi guru yang sudah sangat rendah. Kemudian masalah loyalitas guru sebenarnya sudah terlihat dari tanggungjawabnya terhadap keberhasilan tugas atau beban walaupun gajinya dan kesejahteraannya belum memadai. Dengan segala keterbatasan ini, guru masih terus bekerja untuk mencerdaskan bangsa tanpa pamrih. Oleh sebab itu, guru yang bermoral dan mempunyai loyalitas yang tinggi seperti inilah yang pantas menerima penghargaan dari semua pihak. Masalah lainnya yang menyangkut guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah masalah kesejahteraan guru yang masih sangat memprihatinkan. Sudah gaji dan kesejahteraan yang masih rendah dan tidak mencukupi, ada pula lagi pemotongan-pemotongan yang dilakukan berbagai pihak terhadai gaji dan kesejahteraan guru tersebut. Terkadang terjadi pula keterlambatan pembayarannya. Contoh terbaru adalah masalah rapel kenaikan gaji guru yang sampai sekarang masih ada yang terkendala pembayarannya di beberapa daerah di Sumatera Utara. Oleh karena itu, tepatlah sebenarnya ungkapan, "guru itu adalah pahlawan tanpa tanda jasa. " Penutup Masalah kualitas pendidikan di Sumatera Utara merupakan masalah yang sangat pelik dan seperti benang kusut. Membenahinya tidak dapat hanya dengan cara tambal sulam saja, sepeti yang dilakukan selama ini, tetapi harus dilakukan secara mendasar dan menyeluruh. Namun kalau semuanya masalah ini dilakukan dengan berpedoman kepada ketulusan dan kejujuran yang disertai dengan kerja keras, yakinlah bahwa dunia pendidikan di Sumatera Utara pasti akan lebih baik dan lebih berkualitas nantinya. reformasi). Itu kenyataan pilu yang sela- lu menjadi senandung para pe- nyelenggara, pendidik, praktisi dan kritisi pendidikan di tanah air. Inilah beban yang sekarang berada di pundak Ir. H.O.K. Nazaruddin Hasyim, M.S. Kadis Pendidikan Sumatera Utara yang baru dilantik oleh Gubernur Sumatara Utara H. T. Rizal Nurdin pada tanggal 27 Desember 2001 yang lalu. Sebagai orang yang sudah banyak makan asam garam di dalam mengurus dunia pendidikan, semuanya hal ini bukanlah hal yang baru bagi beliau dan tentulah dengan penuh kebijakan dan kearifan beliau dapat menanggulanginya sesegera mungkin. Selamat bekerja keras, semoga sukses selalu di dalam jabatan baru ini Pak Nazar! Pak Samin dalam tulisannya menggambarkan kondisi bangu- nan, sarana serta fasilitas pendi- dikan di daerah Sumut (sampel Nias) yang sangat mempriha- tinkan. Penulis teringat ucapan seorang ibu guru juga kepala SMU Negeri di Medan, ketika be-liau baru pulang studi band- ing (?) dari Australia. "Ternyata memang sistem pendidikan kita masih sangat tradisional diban- ding mereka," katanya. Pak Samin kembali mengu- langi bahwa kondisi bangunan SD, SLTP di daerah yang kupak- kapik atapnya, berlubang-lubang lantainya, lapuk dindingnya dan seterusnya dan sebagainya mesti diperbaiki/dibangun/renovasi jika ingin memajukan mutu pendidikan kita di daerah ini. Oleh karena itu, budged pen- didikan harus ditingkatkan. Kemudian gaji tenaga pendidik (guru) kembali harus diper- hatikan, harus lebih disejah- terakan agar lebih meningkat pula tanggungjawab bertugas mereka. Tentang pernyataan itu, kita sambut dengan oke-oke saja. SAAT ini mahasiswa di Program Pascasarjana (PPs) Universtas Sumatera Utara (USU) Medan sudah sekitar 35 orang. Mahasiswa baru su- dah masuk kuliah awal Feb- ruari lalu. Mereka menjadikan angkatan kedua dari jurusan yang baru dibuka tahun lalu. Untuk mengakrabkan dan memperkenalkan para dosen yang memberikan mata kuliah, Studi Pemberdayaan Pemba- ngunan Masyarakat (SPPM), satu lembaga swadaya masya- rakat yang dibentuk maha- siswa Ekonomi Pembangunan PPS USU, menggelar acara ra- mah tamah antara mahasiswa baru, mahasiswa lama (kakak kelas), ketua jurusan, dosen dan direktur Pascasarjana USU 13 Februari lalu. Kemudian, tentang sarana/ prasarana dan fasilitas-fasilitas- nya. Pak Samin boleh menulis yang harus begini harus begitu'. Sarana fasilitas ditingkatkan. Acara yang mengambil tempat di restoran Lembur Kuring Polonia Medan tersebut dimulai pk. 20:00. Di tempat itu, mahasiswa baru dan lama saling berkenalan demikian juga dengan para dosen yang turut hadir. Selanjutnya, kata Lubis, mahasiswa baru juga diberi kesempatan seluas-luasnya untuk masuk SPPM. "Dalam organisasi tersebut kita menge- depankan spirit untuk mem- percepat selesainya perku- liahan." Abdul Hadi yang menjadi MC dalam acara tersebut ke- mudian mempersilakan Drs Jhon Tafbu Ritonga, MEc, ke- tua jurusan Ekonomi Pem- bangunan PPS USU, untuk memberikan kata sambutan. Ritonga mengatakan kebe- radaan jurusan ekonomi pem- bangunan diharapkan menjadi contoh bagi yang lain. "Perte- muan ini juga menandakan. Ketua SPPM USU Rizal P diluncurkannya Newsletter pertama. Mereka meraih In- Lubis mengatakan acara terse- MEP yang ditempel di papan deks Prestasi Kumulatif (IPK) but untuk menyamakan per- pengumuman dalam edisi ba- tertinggi yaitu Akbar, Sanusi sepsi di antara mahasiswa baru hasa Inggeris," katanya. dan Parulian. dan lama. "Ini juga untuk men- dorong semangat kita sebagai mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Kita tidak ingin dibeda-bedakan antara maha- siswa lama dengan yang baru," katanya. Kemudian Direktur PPs USU Dr Ir Sumono menam- bahkan agar mahasiswa eko- nomi pembangunan fokus pada perkuliahan. "Kita tidak ingin keberadaan mahasiswa tak berarti. Kita harus menunjuk- kan kalau mahasiswa ekonomi pembangunan itu ada," kata- nya. Commfil dan Sumatera memang pun ya hubungan dekat. Sudah sejak lama Mencintai budaya, Commfil hadir menghargai tradisi dengan cita rasa yang begitu akrab, sehingga meraih sukses besar. Keakraban ini terasa makin kental dengan program Bentang Budaya Sumatera, yang bertujuan mempopulerkan dan JUMAT, 1 Maret 2002 12 Tetapi, apakah dengan kon- disi yang demikian kita sudah bisa mengatakan tingkat kepe- dulian, tingkat tanggung jawab moral melaksanakan tugas para guru kita sudah kelihatan pe- ningkatannya setelah kenaikan gaji itu, setelah pembayaran rapel kenaikan itu kita sudah tak lagi menjadi persoalan dan alasan kaum panutan para murid itu untuk berunjuk rasa. Beranikah kita mengatakan bahwa indikasi meningkatnya mutu pendidikan cukup terlihat dari usaha menaikkan kesejah- teraan tadi? Penulis cenderung sependa- pat bahwa kecerdasan' emosio- nal insan pendidik, penyeleng- gara pendidikan, birokrat pendi- dikan kita agaknya penting diperhatikan. Gaji dinaikkan se- puluh kali, sara fasilitas diper- baiki, jia tanggung jawab moral pekerjaan (bertugas) saja masih menjadi fenomena yang buruk di banyak sekolah negeri, keha- diran melaksanakan bertugas belum dikontrol ketat, kiranya melestarikan tradisi setempat di berbagai daerah Sumatera. Melalui Bentang Budaya Sumatera, masyarakat setempat dapat memahami tradisi mereka serta nilai BENTANG BUDAYA SUMATERA Commfil Merangkul budaya Sumatera lebih akrab lagi Dia mengatakan maha- siswa S2 tidak harus mena- matkan studinya dalam waktu dua tahun tetapi cukup dengan 20 bulan sampai 22 bulan. "Da- lam semester kali ini ekonomi pembangunan juga menda- tangkan beberapa dosen dari Medan dan Abdul Gafur dari luar seperti Winantyo dari BI Malaysia." Specials Ritonga mengharapkan mahasiswa ekonomi pemba- ngunan dapat mengikuti per- kuliahan secara berkesinam- bungan. "Jadi well come bagi mahasiswa angkatan baru. Saya harapkan semua dapat berprestasi. Makin sulit nanti pertanyaan mahasiswa tentu para dosen juga akan makin banyak belajar," sambungnya. Dalam kesempatan ter- sebut Ritonga juga menyerah- kan hadiah kepada tiga maha- siswa terbaik dalam semester H Tetapi jikalau persoalan- persoalan elementer serupa itu sudah tak lagi menjadi masalah, kelak pada gilirannya arahnya bisa lebih ditingkatkan. Mungkin sampai pada taraf penilaian kompetensi, bahkan ke persoalan peninjauan kembali kepega- waian seorang guru. Kalau bisa ke level serupa itu, mungkin guru dan tenaga kependidikan lainnya bisa lebih diberdayakan. Tulisan ini dimaksudkan se- bagai pelengkap penyerta isi tulisan Pak Samin yang panjang lebar itu. Commfil Menurut dia, selama ini perkuliahan untuk mahasiswa S2 cenderung diselesaikan da- lam dua tahun. Tetapi jika ma- hasiswa ekonomi pembangu- nan mampu kurang dari waktu tersebut, itu juga sudah meru- pakan prestasi, lanjutnya. Acara tersebut berakhir se- kira pk. 22:00, dengan penyera- han map merah oleh Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangu- nan Drs Wahyu P MEc berisi nilai masingmasing mahasiswa di semester satu. Armin Rahmansyah Nst historikalnya lebih dalam lagi. Bukti kedekatan hubungan Commfil dan Sumatera salah satunya adalah keikutsertaan Commfil dalam tradisi lokal Sumatera Barat tahun 2001 lalu, yaitu dalam ajang Pacu Kuda Seizoen di Batu Sangkar pada bulan Oktober dan di Payakumbuh pada bulan November. Tahun ini, Bentang Budaya Sumatera menghadirkan Pacu Kuda Seizoen tanggal 3-4 Maret di Bukittinggi yang diperkirakan akan dihadiri oleh sekitar 100.000 orang penonton. Commfil pun akan berpartisipasi dalam program budaya lainnya di daerah-daerah lain di Sumatera. Inilah satu langkah untuk semakin mempererat hubungan antara Commfil dan Sumatera, satu langkah untuk menuju sesuatu yang lebih besar lagi. Sukses di Sumatera Lompat Batu, kesenian khas masyarakat kepulauan Nias, Sumatera Utara MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN Color Rendition Chart WASPADA BIASA SAJA: Pengisia di Medan, kemarin, terb rencana perubahan har Putra Kelana mengatake dan Niaga Pertamina te PSPD sesuai keputusar Rp 1.550/liter, minyal Sumut Per MEDAN (Waspada); Sumut yang dideportasi kedua setelah Jawa Tim Pebruari 2002. Jawa Timur sebanyak Data tersebut dipen Pelayanan Penempatar Kamis (28/2) dan merup WNI bermasalah dari 11 Pebruari 2002. Adapun jumlah TKI yang dideportasi melalu Sumut sebanyak 410 oran jumlah TKI ilegal yang t Menurut Wakadisn Sitorus kepada Waspada peringkat kedua tersebu faktor kedekatan denga segi letak wilayahnya. Sementara daerah J banyak TKI Ilegalnya jumlah penduduknya yan "Dengan jumlah pendudu saya kira jumlah TKI ilega proporsional termasuk sec Menhut C Kelu MEDAN (Waspada): 1 hammad Prakosa mencabu atau Bupati/Walikota di berikan Hak Pengusah. Pemanfaatan Hasil Huta alam yang berlaku efek Demikian bunyi salin Kehutanan tertuang dala Kpts-II/2002 diterima Wa (28/2), berkaitan dengan Menteri Kehutanan Nom- tang kriteria dan standar faatan hasil hutan dan hasil hutan pada hutan Surat tersebut ditand. tanan Republik Indonesi dan salinannya diketah dan organisasi Soeprayit 21 Februari 2002 di Jak Surat ditembuskan Negeri, Menteri Keuangar Departemen Kehutanan, G Indonesia, Bupati/Walik sia, Kepala Dinas Kehuta Indonesia, Kepala Dinas kota di seluruh Indonesia. Departemen Kehutanam pemanfaatan hutan alam c pemegang hak pengusahaa tanaman. Dalam keputusan kewenangan Kepala Pem Kabupaten/kota dalam m sahaan Hutan/Izin Usah Hutan yang diberikan set dihentikan atau dicabut. Sedangkan keputusan Peredarc La RATUSAN ton sayur mayur yang tumpah dipasar ka- kilima jalan Sutomo Medan ternyata tidak cuma membe- rikan kemacetan bagi pengguna lalu- lintas sekitar jalan tersebut, kontribusi- nya mampu mem- buka lapangan kerja baru bagi masyara- kat Medan khusus- nya dibidang ang- kutan. Berbagai jenis angkutan mulai dari kereta sorong, becak sampai mobil Jenis pick up usia tua berpeluang menda- Sebuah patkan order ang mengar kutan saat berope- rasi diantara pedagang say kaki lima terbesar kota Me Umumnya para pedagan sangat membutuhkan angku ringkas untuk mengangkut usai bertransaksi dengan par asal Tanah Karo.Menjelang pada Rabu (27/2) saat cahay masih malu-malu menyem puluhan mobil pick up bers jalan raya menunggu baraz Sampai menjelang siang becak pengangkut barang de sorong hilir mudik mengangk pedagang yang akan dijajaka sekitar dan lainya. Penghasil pelaku bisnis angkutan ters dari dua puluhan sampai tergantung jenis kenderaan an Walau tanpa modal sep berusaha peluang mendapa lokasi ini pasti terbuka leba pengendara kereta sorong pen, sering mangkal sekitar Jala Dari hasil kereta sorong Rp.5000 perhari Edison mana sampai Rp.25.000 perhari de mulai pukul lima sampai ja Sedangkan Simarmata, supir mobil pik up yang berc