Tipe: Koran
Tanggal: 1992-10-17
Halaman: 04
Konten
Color Rendition Chart 2cm ww 4. SABTU WAGE, 17 OKTOBER 1992 OPINI Hikmah Kasus Andrei Chikatilo STRUKTUR kepribadian seseorang amat menentukan sikap dan perilakunya, apakah ia pendiam, garang, pemarah, sadis, penakut, dan sebagainya. Menurut ahli psikoanalisa Sigmund Freud, struktur kepribadian seseorang terdiri tiga bagian. Pertama Das Es yang merupakan semacam program nafsu dan kehendak sebagai- mana ada pada naluri binatang agar bisa hidup dan memperta- hankan hidup. Kedua Das Ich yang merupakan kesadaran akan diri, aku, atau ego, di tengah-tengah alam (benda/mahluk lain). Dan ketiga Das Uber Ich atau juga disebut super ego, semacam dunia norma atau tata nilai yang dimiliki seseorang, diperoleh dari pendidikan budi pekerti dan ajaran agama, berfungsi meng ego dan nafsunya. wasi Kalau struktur kepribadian tersebut tidak harmonis, apalagi super ego terganggu, seseorang bisa berbuat aneh menyimpang dari kewajarannya sebagai manusia. Salah satu kasus penyim- pangan demikian itu kini tengah menjadi pergunjingan, terjadi di Rusia. Seorang lelaki berusia 57 tahun bernama Andrei Chikatilo, hari Rabu yang lalu dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Rusia bagian Selatan, karena terbukti selama 12 tahun telah memperko- sa lalu membunuh 52 orang dan memakan organ seks para korban. Kelainan yang menonjol, spermanya yang susah dibeda- kan dengan darah, selalu diteteskan pada jasad korban. Dalam persidangan juga terungkap, korban keganasan itu bermacam- macam. Bukan hanya wanita, tetapi juga lelaki, anak remaja, gadis, bahkan anak-anak bawah umur. DAS Es yang merupakan bagian terbesar dari struktur kepriba- dian manusia, sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Mula- mula merupakan bagian dari kesadaran, tetapi kemudian mengendap ke bawah sadar, dan menjadi dorongan orang yang bersangkutan dalam mengambil sikap atau langkah, attitude maupun behavior. Dalam kasus Andrei terungkap di persidangan bahwa pada waktu ia masih kecil, menjelang tahun 1940, kakak lelakinya tewas dipukuli banyak orang dan dagingnya dimakan oleh pengeroyok. Tahun 1930-an, tuturnya, Rusia bagian selatan sangat kekurangan makan. Uni Soviet yang waktu itu membawahi Rusia, di bawah kekuasaan diktator Stalin. Andrei yang tak risih dipotret oleh para wartawan, mengakui perbuatannya kejam. Tetapi ia mengatakan bahwa dirinya mungkin merupakan salah satu korban pemerintahan komunis yang otoriter. la sendiri juga anggota Partai Komunis Uni Soviet. Sebagai guru, lelaki kurus bermata cekung dan berambut jarang itu cukup baik. Cacatnya, kalau di rumah ia selalu kalah dengan istrinya yang galak. KASUS semacam yang dialami/dilakukan Andrei Chikatilo mungkin saja masih akan terjadi, sebab kini keganasan belum reda di beberapa bagian dunia yang terlanda peperangan. Walau sudah ada Hukum Humaniter yang mengatur perilaku orang dalam peperangan, tetapi kekejaman tak terhindarkan. Niat untuk mencintai sesama yang diajarkan agama seakan kalah desak oleh semangat bermusuhan. Trauma yang ditimbulkan oleh kekejian terhadap sesama, dialami oleh anak-anak di belahan bumi yang ricuh. Kalau teori Freud berlaku pada anak-anak itu, bukan mustahil kelak mereka juga berperangai keras terhadap sesama. Kita tentu tak ingin anak-anak kita kelak bertemperamen keji, apalagi seperti Andrei Chikatilo. Maka ada baiknya kita memper banyak permenungan untuk menjauhi rasa dengki terhadap sesama, agar kedamaian senantiasa tinggal dalam hati. Anak-anak, para remaja, generasi muda, semua mempunyai hak memperoleh kasih sayang, pendidikan, dan teladan yang baik dari orangtua. Kita ambil hikmah dari kasus Andrei Chikatilo. Doktor Hakikatnya Derajat Penelitian DERAJAT doktor pada hakikatnya adalah derajat penelitian. Makin banyak jumlah doktor, dapat dipastikaan hasil penelitian dan karya ilmiah akan makin banyak dan kehidupan dunia pendidikan pasti tambah semarak. Sebab karya-karya tadi tidak dihasilkan begitu saja, tapi melalui proses panjang, berdasarkan pemikiran ilmiah dan punya relevansi dengan perkembangan iptek yang diperlukan oleh masyarakat. Untuk mencapai suatu tingkat kehidupan yang makin bertambah maju. UGM sekarang mungkin sudah mempunyai pakar yang mencapai derajat akademik tertinggi itu sudah mendekati 400 orang. Baik yang diraih di sini dan di luar negeri. Tiap kita mengikuti ujian promosi doktor atau menyaksikan upacara pemberian ijazah doktor bagi mereka yang memperoleh gelarnya di luar negeri -sebagai penghargaan terhadap yang bersangkutan dan keluarganya-, kita sebagai orang luar ikut bangga. Apalagi civitas akademikanya. Waktu mendengar sambutan yang diucapkan oleh Prof Dr Ir Tejojuwono Notohadiprawiro -sebagai pembimbing utama- pada wisuda Dr Ir HRT Soekardjo Prawiropoetra, 16 Oktober kemarin, di Balai Senat UGM, kita terhenyak sebentar. Dalam sambutan Prof Dr Ir Tejojuwono itu, terbersit rasa sayang. Sebab tidak sedikit penyandang derajat doktor ini yang memilih memegang jabatan administratif Di tempat yang "enak" itu tidak banyak lagi dituntut kemampuan dan keberanian berimajinasi, berfantasi, berspekulasi, berinovasi, dan berpetualang. Mereka akhirnya melupakan tanggung jawabnya untuk meneruskan melakukan penelitian. Kata pembicara pula, pada abad ke-20 ini, apalagi abad ke-21 nanti, iptek merupakan tulang punggung kekuasaan di segala bidang kehidupan dari ekonomi, daya pukul militer, mutu tinggi SDM dan lain-lain. Malah sampai seni gamelan dan seni suara Jawa dapat berkembang pesat di Inggris dan AS karena dukungan iptek. Betapa pentingnya penguasaan iptek di tangan sendiri akan menentukan posisi Indonesia sebagai negara yang makin maju, hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Kita garis bawahi apa yang dikemukakan oleh pembimbing utama ujian promosi di atas yang menegaskan bahwa nasib suatu bangsa ditentukan oleh seberapa tinggi prioritas yang diberikan kepada kegiatan penelitian oleh pemerintah yang mengatur kehidupan suatu bangsa. Pada saat kita membeli, lalu memiliki satelit Palapa yang secara fisik dan psikologis bisa menyatukan seluruh bangsa Indonesia dan segala hasil iptek mutakhir lainnya, kita semua gembira. Namun dibalik itu tersembul kenyataan lain. Pada kenyataannya pada saat itu pula kita sudah tertinggal beberapa langkah di bidang iptek. Memang kita masih harus berjalan untuk penguasaan iptek ini. Dari alih teknologi sampai yang terbaik menghasilkan sendiri. Dalam proses perjalanan ini tidak jarang kita dihadapkan pada kendala-kendala yang tersembunyi, dalam kerjasama yang menggunakan iptek mutakhir. Misalnya dengan dalih "turn key project, kita tidak jarang pula, harus merelakan suatu pekerjaan yang bisa kita kerjakan sendiri, pada investor. Penguasaan iptek selain merupakan tanggung jawab para pakar di lingkungan pendidikan tinggi, lembaga penelitian dan masyarakat ilmiah seluruhnya, perlu uluran tangan dari mereka yang menduduki posisi serba berlebihan, baik institusional maupun perorangan. Siapa tahu pada saatnya nanti, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, sudah ada nama-nama yang dipahat- kan pada lembaga-lembaga yang bergerak untuk memajukan iptek Seperti Rockefeller, Ford, Lord Thompson umpamanya. Rasa sayang kita kemukakan di atas, kita kembalikan sepenuhnya pada tanggung jawab pemegang predikat doktor. Bergelut di bidang iptek -baik pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan kebanggaan. Dan tidak lagi dianggap sebagai lahan kering, walau kenyataannya mungkin masih demikian sekarang yang harus segera diatasi. Jadi penguasa sendiri, bukan perakit lagi apalagi pembeli semata. BERNAS Pemimpin Redaksi : Abdurrachman Wakil: AM Dewabrata, R. Subadhi Redaktur Pelaksana: Trias Kuncahyono, J. Roestam Afandi Wakil: Bambang Sigap Sumantri, Y.B. Margantoro, Sulaiman Ismail Manajer Produksi : Yusran Pare Pemimpin Umum: Kusfandi Wakil: Pramono BS Sekretaris Redaksi : Ny. Arie Giyarto. Penerbit : PT Bernas ISSN: 0215-3343 SIUPP: SK Menpen No 110/Menpen/SIUPP/A.7/1986, tanggal 22 Maret 1986. Redaktur: Agoes Widhartono, Baskoro Muncar, Giyarno MH, Hari Budiono, Ireng Laras Sari, LB Indrasmawan, Putut Wiryawan, Rs Rudhatan, Sigit Setiono. Staf Redaksi : Anis Suryani, Anggit Nugroho, A. Tavip Pancoro, Basili, Bambang Sukotjo, Daniel Tatag, Dedi H Purwadi, Eddy Hasby, Endah Saptorini, Farid Wahdiono, Handoko Adinugroho, Herry Varia Deriza, Krisno Wibowo, Mantoro FX, Nuruddin, RHR Sarjana BS, Rr. Susilastuti, Suroso, Suryanto Sastroatmodjo, Sugeng Prayitno, Tertiana Kriswahyuni, T. Poerya Langga, Tarko Sudiarno, Wineng Endah Winarni, Yuliana Kusumastuti. BERNAS Musim Terkejut krasi, rasionalitas, dan tidak loyal terhadap atasan; tidak memandang asal-usul seseo- akan pernah menjadi aktor da- lam panggung politik. rang. Riswandha Imawan DI bumi Indonesia ini, selain musim hujan dan kemarau yang kita kenal, banyak sekali "mu- sim" yang membuat orang mela- kukan satu aktivitas tertentu. Ada "musim ujian", yakni saat mahasiswa dan pelajar menge- rutkan kening menghafal dan memahami obrolan dosennya selama satu semester. Ada musim liburan, yakni sa- at mahasiswa dan pelajar me- ngendorkan otak setelah ujian. Last but not least, ada musim kawin, yakni bulan baik bagi orang untuk mulai hidup baru. Di antara sekian banyak ter- minologi musim, "musim terke- jut" adalah khas milik orang In- donesia. Musim jenis ini hampir tidak ada duanya di dunia. Apa itu "musim terkejut?" Tulisan ini berusaha memberitahukannya. Campur aduk Ilmuwan dan pengamat poli- tik Indonesia sering dibuat frus- trasi oleh gejala-gejala sosial- politik yang saling bertentang an. Untuk menilai situasi sosial- politik sebenarnya gampang. Li- hat saja aturan-aturan tertulis yang berlaku berikut interpretasi resminya; kemudian kita cocok- kan gejala yang tampak dengan aturan itu. Sayangnya banyak gejala yang tidak cocok, bahkan bertentangan, dengan aturan yang umum dipahami. Mari kita renungkan, kalau betul semangat gotong-royong ada dalam dada tiap insan Indo- nesia, maka kita tidak membu- tuhkan lembaga pengadilan. Bukankah seluruh masalah bisa dipecahkan dengan semangat kekeluargaan? Kalau betul semangat itu ada, kita tidak akan membaca di ko- ran kenyataan 34 koperasi di ANGIN keterbukaan di bi- dang pertelevisian di negeri ini berhembus lagi. Kontrak antara PT Telkom dengan TV ABC (Australian Broadcasting Cor- poration) berkaitan dengan sewa transponder Palapa B2P, sudah ditandatangani (Bernas, 10/10/92). Dalam hal ini, TV ABC akan menggunakan trans- ponder Palapa B2P tersebut untuk menunjang siaran interna- sionalnya. Artinya, dalam waktu dekat masyarakat Indonesia akan dapat mengakses siaran TV ABC melalui satelit Palapa: Akan tetapi perlu dicatat di sini, karena dengan sistem DBS (Direct Broadcasting Satellite) maka hanya pemilik antena parabola yang dapat mengakses siarannya. Yang pasti, dengan masuknya TV ABC ke dalam jaringan Palapa, pilihan informa- si akan semakin banyak lagi, mengingat posisi Palapa yang dinilai strategis itu menjangkau kawasan Asia Tenggara. Kado Ulang Tahun buat Kulonprogo Lima tahun yang silam dan kini, terasa bumi Kulonprogo khususnya Kota Wates tak ba- nyak berubah. Kegiatan sosial- ekonomi dan wajah kota nam- pak sama. Hanya Monumen Nyi Ageng Serang, terminal bus dan Ruko Gawok yang sepi, bak lipstik tipis yang tak mampu merubah suasana menjadi sema- kin enerjik, dinamis, innovatif. Di tengah denyut pariwisata semakin menggema, sulit jika ingin numpang singgah di hotel, losmen atau her makan di restoran berbintang. DIY bubar. Sejak SD, kita bela- jar bahwa koperasi adalah soko guru perekonomian nasional. Kalau begitu kita tidak akan menyaksikan kejayaan kaum. konglomerat. Sebaliknya, kita justru melihat koperasi berkibar megah. Barangkali benar apa yang dikhawatirkan oleh Bapak Bu- pati Suratidjo seperti dimuat Dalam olahraga dapat juga dilihat betapa semangat gotong- royong saat ini hanya dinilai se- bagai satu slogan politik. Kita piawai dalam olahraga individu, seperti badminton dan tenis. Namun olahraga yang perlu ker- ja sama seperti sepak bola, kita selalu babak belur. Kalau mela- wan tim manca negara, babak belur dalam skor. Kalau mela- wan antartim kita sendiri, kom- petisi dalam negeri, babak belur karena berkelahi. Pemimpin Perusahaan : A. Kardjono Wakil: Bimo Sukarno Dengarkan pula pendapat Howard Jones, bekas Duta Be- sar AS untuk Indonesia, dalam bukunya Indonesia: The Pos- sible Dream (1973). Jika Anda mengemukakan satu pandangan ke orang Indonesia, mereka cenderung tersenyum. Tetapi senyum itu tidak berarti mereka setuju dengan pendapat Anda, karena bisa jadi mereka justru marah kepada Anda. Simak saja contoh yang lebih kontemporer: acara hiburan di TVRI. Banyak pemirsa yang bi- ngung, ini acara untuk mem- buat orang senang atau justru mengajak pesta tangis? Lagu yang ditampilkan sarat dengan pesan penderitaan. Hebatnya, lagu itu dibawakan sambil terse- nyum; seakan-akan penderitaan merupakan bagian dari kegem- biraan. Karena itu, setiap saat kita dituntut untuk selalu me- nerka apa yang sebenarnya se- dang terjadi. Pada tingkat makro, tingkat Sementara bagi masyarakat yang jauh dari perbatasan, penggunaan antena parabola untuk menangkap siaran TV asing merupakan alternatif yang DARI ANDA Pengirim rubrik ini harap melampirkan fotokopi KTP atau identitas lainnya bisa diambil. Dalam hal ini, hukumnya sah. Paling tidak bila. dirunut pada pasal 34 SK Men- pen No. 111/1990 tentang TV siaran. Keberadaan siaran TV asing di wilayah Indonesia, di- pandang sebagai dampak dari perkembangan teknologi yang sulit untuk dihindari. Dalam hal ini, penerimaan signal-signal tersebut merupakan spill over. Dengan demikian, masuknya siaran TV asing merupakan take for granted. Alamat Redaksi/Tata Usaha : Jl Jend. Sudirman 52, Yogyakarta 55224 Telepon Semua Bagian: 61211 (PABX) Fax: 64062 Permasalahannya kemudian memang berkaitan dengan si- kap yang masih "mendua" ter- hadap keberadaan arus informa- si asing. Kalau berdasar pada SK Menpen tersebut, memang, informasi asing tidak menjadi persoalan karena merupakan spill over dari penggunaan tek- nologi komunikasi. Dampak Bernas (15/10-92), bisa-bisa kabupaten ini tertidur angles. Sebagai warga, tentu kami menyambut gembira pernyataan Bapak Bupati bahwa penghar- gaan Parasamya yang dianuge- rahkan pemerintah pusat kepa- da Kabupaten Kulonprogo, bukan merupakan tujuan akhir pembangunan. Sebab untuk meningkatkan kesejahteraan masih harus dilakukan terus Dengan sistem penerimaan siaran TV asing secara langsung, potensi entropi yang mungkin muncul juga semakin besar. Tanpa adanya sensor, tidak ada lagi filter yang digunakan untuk menyaring informasi yang dirasa tidak sesuai dengan nilai-nilai domestik. Dalam skala kecil, mungkin hal menerus dengan dukungan seluruh masyarakat. Di ulang tahun kali ini, tak salah jika warga menyampaikan segelintir harapan agar potensi informal (pedagang asongan - sayur mayur) yang dibebani retribusi tidak dikejar-kejar. Agar diberikan tempat yang strategis dan padat hunian. Potensi alam Pantai Bugel yang Pelaksana Pemimpin Perusahaan : Bambang Trisno Manajer: Sirkulasi: Sugeng Hari Santoso, Iklan: Bimo Sukarno, Gunawan Wibisono (Wakil), Promosi: Indro Suseno, Keuangan: Daryono, Umum: Gunawan Wibisono, Personalia: Isnu Hardoyo. negara, sudah banyak model yang dibangun untuk menjelas- kan gejala sosial-politik di Indo- nesia. Ada ide Beamtenstaat (McVey, 1987). Ide ini mengata- kan, segala dinamika sosial- politik di Indonesia sangat ter- gantung pada dinamika biro- krasi. Ada ide Bureaucratic Polity (Jackson, 1978) yang mirip dengan ide Vey. Hanya, kata Jackson, tidak seluruh ja- ringan birokrasi yang sangat Tarif Langganan: Rp 9.000/bulan (7 x seminggu) Tarifiklan: Warna Rp 3.000/mmk (minimal 1.215 mmk), Umum Rp 2.000/mmk, Keluarga Rp 1.300/mmk, Kolom Rp 2.000/mmk (minimal 1x30 mm, maksimal 1x150 mm), Mini Rp 1.500/baris (minimal 3 baris, maksimal 15 baris). Semua ditambah PPN 10% BANK: Lippo Bank Sudirman Yogyakarta AC 787.30.0386.5, Bank Niaga AC 211.2078.2 BANK BNI '46 Rek No. 008561001 Yogyakarta, Rekening Dinas & Giro Pos: J 11848 Percetakan: PT Muria Baru Offset Yogyakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan Dinamika itu ditentukan oleh perwira militer bersama dengan birokrat tingkat tinggi saja, ter- masuk di dalamnya para ahli yang kita kenal sebagai tekno- krat. Masih ada model penjelas yang lain. Seluruhnya berusaha menerangkan bagaimana kesta- bilan politik dipelihara di Indo- nesia. Namun, dihadap- kan pada persoalan pergantian elit, mereka tidak jelaskanya secara ilmiah. Aspek politik ini dipandang sangat misterius (Emmerson, 1987). Sama misteriusnya dengan se- nyum orang Indonesia. Siaran TV Asing dan Potensi Entropi dan keberagaman budaya. Sedangkan yang terakhir, berkaitan dengan policy di bi- dang ekonomi, yang mengingin- kan sarana komunikasi yang memadai. Terutama bila dikait- kan dengan semangat untuk menarik investor asing. Biro Jakarta: J Soetardjo (Koordinator), Marcel Weter Gobang (Sekred), Manuel Kaisiepo, Richardus Satrio Hutomo, Ferdinand Matita, Arief Sofiyanto, Doddy Barnas, Josef Umarhadi, Rochyati, Yosef Suhimo, Alex Palit, Ries Mariana, Herryanto Prabowo, Heroe Baskoro, Budi Purnomo, Ermansyah Rachman, Nanik Ś Deyang, Andy Pribadi, Ratih Prahesti Sudarsono, Drajat Wibawanto, Daryadi Pribadi, Tatang Suherman, Paulus Sulasdi, Victorawan M Sophiaan, Tonnio Irnawan, Sugiyanto, A M Putut Prabantoro, Yan Supriyatna, Agus Setyabudi, Waris S Haroen, Antonius Bramantoro. (Jalan Palmerah Barat 33-35, Jakarta 10270, Telepon: 548363, 5495359, 5483008, 5490666 (ext: 4340-4341), 5494999, 5301991, 5495077, 5495006, (ext: 300-3005). Fax: 5495360 Semarang: Yupratomo Dwi P (Koordinator), Suherdjoko, Heru Prasetya, Yohanes Agus Ismunarno (Jalan Menteri Supeno No. 30 Telp. 319659) Solo: Mulyanto (Koordinator), Joko Syahban Panggih (Jalan Slamet Riyadi No. 284 Telp. 42767) Purwokerto: Sigit Oediarto. Untuk memahami politik di Indonesia, kita tidak boleh se- kadar paham akan struktur dan bagaimana "seharusnya" struktur itu harus berfungsi. Aspek bu- daya, di mana struktur itu be- kerja, memainkan peran sangat penting dalam melakukan inter- pretasi. Keadaan inilah yang berusaha dilakukan oleh Crouch (1986) dengan model Neo-Patri- monialisme-nya. Sebenarnya Crouch memin- jam ide dari Guenther Roth (1968). Ia melihat adanya gejala unik dari negara-negara baru, yakni negara-negara yang mer- deka setelah Perang Dunia II. Gejala itu adalah adanya upaya untuk meletakan otoritasnya di atas prinsip baru, yakni demo- Kurniawan KY yang mungkin muncul dari bang (termasuk Indonesia), pengaksesan teknologi komuni- kasi akan menjadi tanggung jawab pihak pengakses. Sementara pada sisi yang lain, pengaruh masuknya infor- masi asing seringkali dipandang sebagai variabel yang sangat dominan bagi munculnya entro- pi (kebingungan nilai) dalam teknologi komunikasi menem- pati posisi yang sangat strategis. Keberadaannya merupakan ba- gian dari perencanaan komu- nikasi yang diharapkan menun- jang proses pembangunan (Communication Planning for Development). Secara spesifik, peran yang dimainkan adalah sebagai katalisator dalam proses penyampaian informasi pemba- Dalam menyimak fenomena masuknya informasi asing mela- lui siaran TV dengan sistem DBS, tampaknya tidak dapat dilepaskan dari aspek politik dan ekonomi. Kasusnya bisa saja seperti yang akan dilakukan oleh TV ABC, ataupun yang saat ini sebenarnya sudah berlang- dsbnya). Secara ekonomi, kon- sung (misalnya TV-3 Malaysia, trak kerja antara PT Telkom ngunah (Hancock, 1981). THE teknologi komunikasi mempertimbangkan harus Berkaitan dengan fungsinya sebagai katalisator, penggunaan terlebih dahulu policy pembangunan yang akan dijalankan, dan infra- struktur komunikasi yang terle- bih dahulu terdapat di masyara- kat. Dengan demikian, arah dan muatan informasi yang hendak dibawa melalui ini Persoalannya memang tidak hanya berhenti pada aspek entropi yang diakibatkan oleh dengan TV ABC (atau bisa stasi- dapat dipandang sebagai sisi un asing yang lain) tersebut terpaan informasi asing an sic. Hal yang perlu juga dijadikan positif. Mengingat, devisalah pertimbangan adalah muncul- yang menjadi pertimbangannya. nya potensi konflik yang lain, Secara politis, sikap yang yakni entropi yang muncul diambil pemerintah RI pun sebagai dampak adanya kesen- sebenarnya dapat dinilai positif, jangan informasi dalam masya- rakat yang semakin besar. Varia- bel ini akan memiliki nilai yang semakin lebar, karena satuan- satuan ukurannya semakin ber- Dengan demikian, potensi entropi tidak hanya merupakan dampak dari akses terhadap informasi asing, yang sering dipandang secara negatif. Di sisi lain, pemilikan teknologi oleh sebagian anggota masyarakat itu sendiri sebenarnya memiliki ini bisa menjadi tanggung jawab pengakses sudah jelas. Persoalan selanjut yakni berkaitan dengan sema- teknologi tersebut. Akan tetapi pada skala Masuknya siaran TV asing ke wilayah Indonesia, sebenarnya ngat hal ini, ada kebebasan bagi anggota masyarakat untuk menggunakan bukan barang baru. Sejalan besar, sudah barang tentu tidak lagi bersifat sebenarnya pilihan akan tekno- teknologi komunikasi yang tambah sesuai dengan perkem- potensi bagi munculnya entropi dengan perkembangan teknolo- logi komunikasi menjadi pen- ting: individual, tetapi bahkan sudah berskala massa. Dengan demikian, karakter dapat mengakses siaran TV asing secara langsung. Masyara- kat dipandang cukup dewasa untuk menerima informasi, tan- pa disterilisasi terlebih dahulu. bangan teknologi komunikasi yang mungkin diakses oleh masyarakat. dalam masyarakat. Yakni, sema- kin tegasnya garis pemisah kesenjangan yang terjadi di masyarakat. *** entropinya juga berbeda. gi komunikasi, arus informasi tidak bisa lagi dibatasi oleh batas-batas wilayah suatu nega- ra. Beberapa saluran TV asing telah dapat disimak oleh masya- rakat kita. Sudah barang tentu, bagi mereka yang tinggal di daerah perbatasan dengan ne- gara lain, keberadaan siaran TV asing memang tidak bisa dihin- dari. Secara sederhana, pada da- sarnya masyarakat dibedakan antara mereka yang mengakses *) Kurniawan KY, staf penga- dan tidak mengakses teknologi jar jurusan Ilmu Komunikasi komunikasi (dalam hal ini ante- Fisipol UGM masyarakat domestik. Bahkan lebih jauh, cenderung dipan- dang sebagai bentuk imperialis- me budaya. Sehingga terkadang masih diperlukan adanya lem- baga sensor yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring potensi entropi tersebut. Katalisator Pada negara Sedang Berkem- kini masih perawan, segera dibangun sebagai kawasan wisata kedua setelah Glagah - Congot. Memanfaatkan gedung pemerintah yang kosong, jika mungkin untuk menambah keramaian dijadikan perumahan Pemda instansi terkait atau ge- langgang remaja. Yang tidak kalah penting, ditinjau kembali prosedur birokrasi yang berlaku. Misalnya, izin pendirian hotel atau usaha lainnya dipermudah dengan biaya murah. Namun upaya tersebut ter- nyata tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh nilai-nilai tradisional yang masih sangat kental. Ini dikarenakan kesadar- an berbangsa masih belum da- pat menggantikan kuatnya ikat- an primordialisme yang ada. Hardoyo Jalan Adyaksa 1 Wates Kulonprogo Bus Kota Tidak Lagi Lewat Fak Peternakan Gebrakan-gebrakan baru yang mengejutkan biasanya muncul di awal dan di akhir masa jabatan seseorang. Tujuan dari gebrakan- gebrakan ini, apalagi kalau bukan dalam konteks upaya mendekati pusat kekuasaan. Di antara awal dan akhir masa jabatan, sangat jarang terjadi gebrakan-gebrakan yang menyegarkan. Simak saja. Peresmian proyek, peninjauan keliling, berdiskusi dan Beberapa bulan yang lalu, kami keluarga mahasiswa Fakul- tas Peternakan UGM merasa lega dengan masuknya bus kota ke lingkungan kampus Fakultas Peternakan. Sehingga kesan seperti fakultas yang dianaktiri- kan terhapus sudah. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ber- peran dalam usaha penyempur- naan rute tersebut. Basis legitimasi politik bagi untuk memandang seluruh bu- seorang elit di negara baru, ter- daya itu sederajat. Padahal un- utama di Indonesia, bertumpu tuk keperluan satu sintesis, kita pada banyak faktor. Hal ini di- harus secara sadar menjadikan akui King (1979). Selain otoritas salah satu budaya sebagai pa- legal (seperti terpilih dalam tokan. Pemilu), prinsip tradisional me- mainkan peran sangat penting, seperti loyalitas dan kedekatan dengan pusat kekuasaan. Bahkan, kata Emmerson, prinsip tradisional ini memain- kan peran lebih penting diban- ding prinsip yang lain. Bisa saja terjadi orang yang populer, di- sukai banyak orang, memiliki kualitas, tapi dinilai sok meng- ambil inisiatif sendiri, kurang berlangsung secara berkala tergantung pada waktu dari pusat kekuasaan untuk mem- foto bersama rakyat kecil, dan sebagainya; perbarui otoritas legalnya. frekuensinya selalu meningkat setelah Pemilu. Ini kegiatan positif, dan akan lebih berarti bila dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan politik di Indonesia, sebenarnya berlangsung secara berkala, yakni lima tahun sekali, tidak sepanjang tahun. Gebrak- an-gebrakan baru yang menge- jutkan biasanya muncul di awal dan di akhir masa jabatan sese- orang. Tujuan dari gebrakan-ge- brakan ini, apalagi kalau bukan dalam konteks upaya mendekati pusat kekuasaan. Di antara awal dan akhir masa jabatan, sangat jarang terjadi gebrakan-gebrak- an yang menyegarkan. Simak saja. Peresmian pro- yek, peninjauan keliling, berdis- kusi dan foto bersama rakyat kecil, dan sebagainya; frekuen- sinya selalu meningkat setelah Pemilu. Ini kegiatan positif, dan akan lebih berarti bila dilakukan sepanjang tahun. nya tinggal memilih alat peng- angkut yang tepat. Di sinilah Dengan diluncurkannya sate- lit Palapa I pada 17 Agustus 1976, strategi komunikasi pem- bangunan di Indonesia terkesan mengambil "jalan pintas". Peng- gunaan satelit yang termasuk teknologi advance merupakan langkah besar yang didasari pertimbangan politik dan eko- nomi (Sasa Djuarsa, 1992). Yang pertama mengacu pada efektifi- tas dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, mengi- ngat kondisi geografis yang luas Akhirnya, di usia semakin dewasa, Kulonprogo bukan lagi kabupaten yang tertidur pulas. Warga sadar dan bangkit, mera- ih kemajuan dan prestasi. Kese- jahteraan akan tercapai, masya- rakat puas, tanpa membedakan siapa Anda. Karena Pak Bupati membangun bersama rakyat dengan manajemen yang benar RCTI Kapan Tanpa Parabola? dan profesional. Hal ini sangat mengecewa- kan kami, yang terpaksa sering terlambat masuk kuliah atau praktikum. Karena dengan rute lama kami terpaksa harus berja- lan kaki sekitar 10 menit. Apa- bila keterlambatan itu pada saat kami praktikum, maka terpaksa kami tidak boleh mengikuti. Padahal setiap hari, sejak pagi sampai sore selalu ada mahasis- wa yang praktikum. Kami sangat berharap bus kota kembali mentaati rute yang sudah ditentukan di wilayah Kampus UGM, termasuk mele- wati kampus Fakultas Peternak- an. Idha R Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM (90/77057/PT/02656) Bernas edisi 8/10-92 memuat berita berjudul RCTI Segera Siaran Nasional Tanpa Parabo- la. Disusul Bernas 9/10-92 me- muat berita Lampu Hijau Bagi RCTI Tradisi terkejut Harus diakui bahwa sampai detik ini kita belum berhasil membangun "Budaya Politik In- donesia". Usaha mensintesiskan unsur-unsur budaya yang ada, selalu terbentur oleh prinsip Membaca berita tersebut saya merasa lega, bangga sekaligus bahagia. Itu lah harapan saya sekeluarga yang tinggal di pede- saan. Di samping tentu saja masyarakat lainnya juga sangat menantikan, kapan mereka bisa menikmati siaran RCTI. Terkadang saya merasa se- perti "anak tiri". Sama-sama membayar iuran, tapi berbeda dalam menikmatinya. Malah menjurus kepada rasa iri de- ngan mereka yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya (tentu kecuali mereka yang punya Akan tetapi sangat kami sa- yangkan, hal itu tidak berlang- sung lama. Beberapa minggu kemudian kami amati sudah parabola). mulai ada yang melanggar, kembali ke rute yang lama. Hal seperti ini terus berlangsung, sehingga minggu-minggu tera- khir ini tidak lebih dari 25 per- sen saja yang masih disiplin. Mudah-mudahan rencana itu bisa segera teralisir. Daniel S Pelanggan Bernas di Bantul Entropi Sudah barang tentu, dengan TOPIK Peta KETIKA terjadi perubahan politik di Polandia, beberapa waktu lalu banyak orang ter- cengang. Sebenarnya tidaklah mengherankan kalau orang tercengang karena perubahan- nya yang terjadi memang begitu dahsyat: kekuasaan partai komunis dapat diganti- kan secara damai oleh partai lain, Solidaritas. Lalu, cerita baru muncul dari Hongaria. Di negeri itu partai komunis malah membu- barkan diri. Partai itu lalu berusaha bertransformasi men- jadi partai sosialis yang konon menurut mereka model Barat. (langsung ataupun tidak lang- sung dengan budaya Jawa (Van Neil, 1967). Yang umum dijadikan patok- an untuk menerangkan gejala politik di Indonesia adalah tradi- si Jawa. Mengapa? Karena ide tradisi ini terekam dengan rapih dalam berbagai peninggalan ter- tulis, seperti prasasti, hingga da- pat dibuktikan validitasnya (Moertono, 1968). Selain itu, ti- dak bisa dipungkiri bahwa tidak Sayangnya, gebrakan-gebrak- ada pemimpin Indonesia yang an yang dilakukan, yang bertu- tidak pernah bersinggungan juan untuk menyelamatkan ke- Pascasarjana UGM. Roda pun terus berputar. Cerita terus menggelinding. Orang tak henti-hentinya dibu- at tercengang, tertegun. Ketika roda sejarah melindas tanah Jerman lahirlah peristiwa dra- matis. Tembok pemisah nege- ri, pemisah dunia yang monu- mental itu runtuh sudah. Dan, puncaknya Kekaisaran Komu- nis Uni Soviet hancur lebur berantakan. Hal yang bersangkut-paut langsung dengan politik adalah ide tradisi Jawa tentang kekua- saan. Digambarkan bahwa ke- kuasaan itu didapat karena se- seorang mendapat "wahyu" dari Tuhan. "Wahyu ini milik perse- orangan, milik individu. Kalau pun kemudian ada orang lain yang ikut berkuasa, maka orang tersebut sebenarnya mendapat mandat untuk melaksanakan se- bagian kecil kekuasaan orang yang pertama. Setelah itu, orang bertanya- tanya: apa yang akan terjadi selanjutnya. Dunia akan men- jadi seperti apa. Tidak ada orang yang tahu persis. Orang kesulitan membaca peta duni- a. Tak ada lagi tanda merah, tiada lagi tanda hitam. Yang ada hanyalah tanda putih. Hirarki kekuasaan dalam tra- disi Jawa, dengan demikian, berbentuk seperti piramid de- ngan gaya sentrifugal. Maksud- nya, karena pusat kekuasaan berada di ujung piramid, maka orang berlomba-lomba untuk mendekat ke pusat itu. Dan, berdasarkan pemikiran Crouch dan King, karena basis kekuasa- an selain didasarkan atas "wah- yu" juga didasarkan atas otoritas legal (seperti dari hasil Pemilu), maka serunya perjuangan men- dekati kekuasaan SAAT itu, kita lantas ingat pelajaran ilmu bumi di kala mereguk ilmu di sekolah dasar dan sekolah menengah perta- ma. Pak guru seringkali mem- berikan soal yang disebut 'peta buta'. Di papan tulis ada gambar peta sebuah daerah, sebuah negara yang tidak ada keterangannya sama sekali. Di dalam gambar peta itu ada gambar kota, gunung, sungai, dan danau, tetapi semuanya tanpa nama. Pasti pak guru saat itu tidak sedang ingin menjadi penga- sistem penerimaan secara lang- sung seperti itu, potensi entropi yang mungkin muncul juga semakin besar. Tanpa adanya sensor, tidak ada lagi filter yang digunakan untuk menyaring informasi yang dirasa tidak sesuai dengan nilai-nilai domes- tik. Dalam skala kecil, mungkin hal ini bisa menjadi tanggung jawab pengakses teknologi tersebut. Akan tetapi pada skala besar, sudah barang tentu tidak lagi bersifat individual. Bahkan tidak menutup kemungkinan sudah berskala massa. Dengan demikian, karakter entropi-nya juga berbeda. nut Shakespeare, dramawan kondang dari Inggris yang selalu mengatakan apa arti sebuah nama. Bukan! Bukan itu maksudnya. Ia sedang mentes daya ingat dan penge- tahuan anak didiknya. Tetapi, walau si murid su- dah belajar semalaman atau mungkin lebih, ternyata tidak gampang juga membaca peta buta yang diberikan pak guru. Seakan semua yang sudah dihafalkan hilang begitu saja dari otak. Ujung-ujungnya nilai lima yang diperoleh dan bu- kannya sepuluh. Pada saat itu, siswa baru sadar bahwa memang sulit membaca peta buta itu. Pada- dudukan, sering mengorbankan lapisan elit yang ada di bawah- nya. Lumrah, untuk mencapai tempat yang lebih tinggi, kita harus berpijak ke sesuatu. Un- tuk mencapai puncak piramid, kita harus menginjak batu-batu yang mendukung piramid itu. Kadang kala, batu yang seharus- nya tidak perlu diinjak, terpaksa kita injak demi lebih cepat sam- pai ke puncak. Padahal belum tentu mandat akan diberikan kepadanya. "Terkejut menjadi bagian da- ri "permainan politik musiman" di Indonesia. Ada orang yang terkejut, karena merasa tidak melakukan kesalahan tiba-tiba di-PHK. Ada pula yang terkejut, karena merasa tidak memiliki kemampuan yang memadai, ti- ba-tiba ditunjuk untuk menja- lankan tugas tertentu. Akibat- nya, orang tersebut meneruskan "keterkejutannya" dengan mem- buat terkejut orang-orang di ba- wahnya. * Trias Kuncahyono hal sebarnya semuanya jelas. Kota Tegal tidak pernah pin- dah. Kalau dari Semarang, ia berada setelah Pekalongan, kalau dari arah Cirebon, kita akan menemuinya setelah Brebes. Pergeseran direktur, penco- potan pejabat eselon II, peme- riksaan terhadap mantan direk- tur perusahaan nasional, dan lain-lain, adalah contoh-contoh kejutan yang saat ini terjadi. Seri kejutan ini masih akan terus berlangsung sampai pertengah- an tahun depan. Saat itu, akan banyak orang terkejut karena tidak menyangka akan diberi mandat. Atau terkejut karena su- dah "membuat kejutan", justru tidak mendapatkan mandat lagi. Bengawan Solo dari dulu hingga kini tetaplah sebuah bengawan yang membelah kota Solo, bukannya Yogya. Kali Brantas letaknya tetap di Jawa Timur dan bermuara di Selat Madura. Gunung Arjuna, sejak lahir hingga sekarang dan nanti tidak pernah berpin- dah tempat tetap di Jawa Ti- mur. Model terkejut yang mana- pun rasanya tidak menyenang- kan. Setidaknya terkejut dapat, menyebabkan orang sakit jan- tung. Karena itu, tugas berat kita untuk masa mendatang adalah membangun pola karier dalam dunia politik yang jelas. Dengan pola ini, orang tidak perlu pusing memikirkan apa yang tersirat di balik yang tersu- rat. Selama pola ini belum ada, maka "musim terkejut akan te- tap hadir dibumi pertiwi ini se- tiap lima tahun sekali.*** Lalu persoalannya apa? Tidak ada! Sebab, yang pen- ting hanyalah kemampuan daya hafal dan daya ingat kita. ) Dr Riswandba Imawan, dosen Fisipol dan Program' na parabola). Akan tetapi, dam- pak yang muncul lebih lanjut adalah pemisahan masyarakat pada konsumen informasi yang tersensor dan konsumen yang tidak tersensor. Tidak kalah penting adalah, munculnya variabel kesenjang- an informasi ini melekat pada keberadaan kesenjangan berda- sar variabel yang lain. Bahkan dapat dikatakan, kesenjangan informasi yang terjadi di masya- rakat, berbanding lurus dengan kesenjangan yang lain. Yakni, hanya sebagian kecil anggota masyarakat yang memiliki ke- sempatan dan kemungkinan besar untuk mengakes teknolo- gi dan informasinya. Celakanya, bagian yang kecil ini juga me- miliki kesempatan dan kemung- kinan yang besar di bidang yang lain. Kalau semua itu beres ya se- muanya beres. *** CERITANYA akan menjadi lain kalau yang kita baca bu- kan lagi peta buta dalam pela- jaran ilmu bumi, melainkan peta politik, misalnya. Kalau yang satu ini, tidak cukup begitu saja menghafal dan mengingat. Mengapa ia begini, padahal dulu begitu? Mengapa kelompok itu diam padahal dulu paling suka bicara? Me- ngapa dia sekarang diam saja, padahal dulu senang nyanyi? Masih banyak pertanyaan yang didahului dengan kata 'mengapa' yang sulit dijawab. Mengapa begini? Mengapa begitu? Padahal... Jawabannya kadang didahului dengan kata 'Karena begini dan karena begitu... Yang begini saja tak cukup, masih butuh yang begitu. Prestasi hebat saja tak cukup kalau, misalnya, kurang loyal atau kurang penurut, kurang tahu diri, dan sebagai- nya. Berani ngomong saja tak cukup atau malahan jadi bu- merang kalau ngomongnya asal-asalan atau asal ngomong. Artinya saat ngomong tidak tahu arah angin, sedang ber- embus ke mana si angin. Ini angin sakal atau angin buritan. Kalau tidak tahu semua itu, malah jadi masuk angin. Yang pandai dan sedikit cerdik atau malah julik akan benar-benar menunggu, meli- hat, dan merasakan ke mana angin bertiup. Kalau perlu ikut saja ke mana saja angin ber- embus. Yang penting selamat dan nanti nikmat. Perduli amat disebut oportunis. Toh itu hanya sekadar sebutan. Akhirnya, orang lantas bersepakat, membaca peta memang sulit. Kok membaca, melihat peta saja sulit apalagi membaca dan memahami. Dari pada sulit-sulit dan pu- sing memikirkan semua lebih baik bermain petak itu umpet saja. *** 4cm BISN BA B BANK JAKARTA J.P. Mangkubumi No. 2, Telp. 6239E VALUTA AS Daftar Kurs Konw di Bank Indones Shilling Austria Dolar Australia France Belgia Dolar Brunei Darusalam Dolar Kanada Franc Swiss Mark Jerman Kron Denmark Franc Perancis Poundsterling Inggris Dolar Hongkong Lira Italia (100) Yen Jepang (100) Ringgit Malaysia Gulden Belanda Krone Norwegia Dolar Selandia Baru Peso Filipina Krone Swedia Dolar Singapura Bath Thailand Dolar AS BTN BPD Bank Summa Bank Jakarta BII BBI Lippo Bank Danamon Bank Niaga Bank BNI '46 BCA BTPN Bukopin BDN BHS Bapindo BONI BBD BRI Bank Pasar Bank Duta BPR Mandiri SP BPR Danagung R BUN 1 1 1 1 1. 3 1. SUKU BUNG 2 1 bu 15,5 17% 18% 19% 16% 17% 15% 17% 15% 16% 16% 18% 16% S 17,5 15,5 16% 15,5 15% 18% 17% 21% 21% 17% BPR Redjo Bhawono 18% BPR Bhumikarya Pala 18% Moh Amid Mundur d JAKARTA - Mohamad Permai Group menyatakar kutif sebagai direktur utam Group. Mundurnya Moham na seperti telah dilansir kelompok bisnis ini sedang isasi. "Saya sudah capai men; oleh sebab itu saya akan atau tiga bulan," kata Mol Permai Group kepada Berm Menurut dia, untuk selanjut perusahaan-perusahaannya sebagai komisaris, saya bisa pengawasan saja," kata Am Mentamben Terima M JAKARTA Selama kur bangan dan Energi Ginandja di ruang kerjanya di Jak Sumberdaya Suriname, HR bangan Umum, Dirjen Mig- Dirut PT Aneka Tambang, k dengan kunjungan kerja Bintan, Riau. "Suriname punya niat umum," tegas Ir Kosim Ga pertemuan singkatnya deng bangan Umum menegaskan masih akan berlanjut hingga itu kerjasamanya masih bell Menteri Sumberdaya Surina berkunjung ke IPTN, Bandu ke Candi Borobudur pada Jamin Jaya Dirikan P JAKARTA - PT Jamin Jaya konglomerat dari Indonesia dengan dua perusahaan dari bangun industri pengalenga Bitung dan Irian Jaya. Dem Jaya, Wawan Koswara kepa investasi untuk beberapa pro sekitar 19,5 juta dolar AS. D berpatungan dengan Jamin Holding Memorandum of Unders proyek tersebut telah dila Norwegia, dimana dari piha J.A. Sumendap, Robby Sum memegang saham mayoritas SELESAI RENOVA KINI...... MENERIMA PENDAFTAF SISWA BARU KMA KENAK ESC PIANO DRUM GITAR (Klasik Elektric, Jazz, BINA VOKALIA PRANADJAYA Mulai usia 4 Tahun SEKOLAH MUSI CRESCENDO J. Dieng 4 Telp. 62460 Kotaba Yogyakarta alat lukis APECO STUDIO Sedia Talens, Winston, Greco, Kanva JI. Malioboro 139 telp. 63234 Yogyaka alumunium M ALUMUNIUM DAN KAC MATARAM Pasang&jual bahan: Rolling Door, Kuse Aluminium, Almari Kaca, Aquarium, Awnin Krey, Jemuran, Rak Piring, Slep Kaca JI. Godean Tambak Mas No. YOGYAKARTA bahan kaos SH. COLECTION Jl. Jend Sudirman 11 Telp. 62411 Jl. Jend. A. Yani 102 Telp. 3628 Menerima pesanan: T.Shirt, Training P Jaket, Topi, Sablon. -Kwalitas Terjan
