Tipe: Koran
Tanggal: 1993-10-29
Halaman: 07
Konten
a 11 a a 1 n d u 51 er h sa n i, a- H 4 ng Jumat HARIAN EKONOMI NERACA 29 Oktober 1993 Perlu Peta Pasar Makro Film di Indonesia saat yang saling terpisah. Dari sini kemudian diharap- kan para produsen dalam membuat film secara "tepat sasaran" sehingga tidak me- mubazirkan dan membuat hangus modal yang ditanam. PARFI menurut cara PAR- FI, juga Perfiki menurut ukuran Perfiki sendiri. Kebijaksanaan yang ter- lahir kemudian adalah, ga- ris sporadis yang saling-si- lang, tumpang tindih menyuburkan "hutan per- aturan" melibas film nasio- nal sendiri. tor Secara sederhana, seg- mentasi itu jelas. Perkotaan lebih memberi peluang hi- dup bagi bioskop golongan A.II/Utama dengan film impor khususnya Eropa- Amerika. Sampai tingkat Ka- bupaten film impor E-A di- tambah Asia dan sejumlah Lalu semua pihak ber- tanggap, mencoba mencari solusi. Sayangnya, masing- masing dengan pola pikir dan pendekatan diri sendiri. PPFI menurut cara PPFI, Hidayat Effendie, Wakil Ketua Umum DPP Perfiki, menegasi kelemahan itu karena tiadanya peta makro pasar film di Indonesia. Pengenalan segmentasi pa- Pada segmen mene- ngah bawah misalnya, se- lama ini setidakanya seki- tar Rp 144 miliar pendapa- tan film nasional setiap tahun terabaikan, sebagai akibat kurang rapinya me- film Indonesia berjaya. Pada KFT menurut cara KFT, sar, adalah awal untuk kanisme pasar. (*) Perfiki, Distributor Alternatif nah air ini. Geografis yang pembinaan perfilman, sesuai memungkinkan tetap ada- fungsi dan perannya dalam nya blankspot, demografis kaitan seluruh kepentingan dengan keragaman pendu- nasional. Tetapi tetap ter- duk dari tingkat sosial mau- kandung tantangan, yang pun kesukuan. Pertunjukan sebagiannya harus diatasi film keliling, diharapkan oleh (dan dengan) kekuatan mampu menjadi jembatan Film Nasional pada sektor pengadaan dan perluasan peredaran/pemasarannya. Sederhana saja konsep- nya. Tak jadi kaku oleh teori Alvin Toffler meski sema- ngat Future Shock yang me- nawarkan tantangan masa depan, dan prakiraan per- ubahan besar-besaran abad 21 menurut Megatrends 2000 John Naisbitt dan Patricia Aburdene-tetap jadi acuan. Kemajuan ilmu pengeta- huan dan teknologi, globali- sasi komunikasi dan infor- masi yang mendorong terja- dinya perubahan sosiologis, kultural dan mungkin politis-belum menutup ke- mungkinan adanya blank- spot dalam jangkauan tek- nologi informasi televisi, apa- lagi bioskop yang harus per- manen berdiri di tengah pelosok dan perlu didukung hitungan bisnis yang "man- tap" pula. Bukan didasari sebuah keraguan, jika para pengusa- ha pertunjukan film keliling alias layar tancap dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga organisasi- nya, mengantisipasi praki- raan itu sebagai hal yang harus diisi -menghapus blankspot. Terus terang, antisipasi itu juga mengan- dung matematika bisnis. Film nasional Indone- tama kelompok permanen sia, terkendala di peredar- GPBSI, yang kedua dari ta- an. Kalimat ini, klise yang taran bawah, Perfiki yang telah mengalami be-ribu kali kemudian menghindar da- "ucap ulang." Masih untung ri sebutan "bioskop" (eks- kalau tak dibarengi keluh- Perbiki).Dua sektor eksibisi an, berkepanjangan. yang selama ini ter-alineasi oleh dugaan faktor ekstern, ternyata bisa bertemu pada satu titik. Dan itulah yang pada hakekatnya diperlukan oleh film Indonesia agar bisa "hidup di lapangan sendiri." Mengenali masyarakat dalam takaran segmentasi pasar film, adalah yang di kemukakan keduanya pada Tak bisa disangkal, me- mang. Tetapi upaya untuk mengenali penyebabnya, hampir tak pernah dilaku- kan oleh para pelaku ekono- mi perfilman, kalau tak ada orang sejenis Johan_Tjas- madi dan Hidayat Effen- die. Kebetulan, keduanya "orang bioskop." Yang per- Sering kali diucapkan Mayjen TNI (Purn) Acub Zainal, Ketua Umum Persa- tuan Perusahaan Pertunjuk- an Film Keliling Indonesia (Perfiki), usaha layar tancap hendaklah tidak ditekankan pemersatu. Kondisi itu juga yang diperhitungan dengan mate- matika bisnis bisa memban- tu para produsen untuk "menyampaikan pesan pro- duk" alias promosi -mela- lui layar tancap, yang relatif lebih praktis dan terutama mobilitasnya menembus dan mengelilingi pelosok. pada lihatan bisnis, tetapi lebih pada aspek sosial-bu- daya dan sosial-politis. AD/ART Perfiki secara jelas mencantumkan landas- an kegiatan yang didasari pemahaman atas kondisi geografis dan demografis ta- Kemajuan tak mungkin dibendung. Demikian pun, masyarakat yang semakin maju, tumbuh dan berkem- bang. Kondisi geografis ta- nah air ini, menjadikan pro- ses akulturasi semakin ce- pat. Modernisasi yang cen- derung mengarah kepada kultur Barat semakin pekat. Globalisasi teknologi dan informasi menawarkan era, dimana pergulatan budaya akan "seru." Pada saat mana aspirasi nasional (berke- inginan) menjadikan masa itu sebagai era industria- lisasi. Ada celah antara - era transformasi dan reformasi. Penerapan nilai-nilai baru serta penyesuaiannya de- ngan kebudayaan masyara- kat yang telah ada, meng- akar. Undang Undang No.8/ 1992 dan GBHN rumusan MPR 1993, menawarkan suatu keluasan jangkauan Film Nasional yang aspira- tif. Tegas arah dan tujuan H. Somad memandang memang dikenal sebagai film sebagai "istri dulu istri "Haji, juragan bioskop ke- sekarang Dulu opas se- liling yang ulet, tabah, dan karang direktur. H. Somad takwa," serta mulai dari ACARA HOTEL KARTIKA CHANDRA: Prambanan Coffe Shop "Glent's Vocal Group 12.00-15.00 Meidy 19.00-21.00 - Chandra Lounge Organist Luhut & Singer Nina A 17.00-19.00 'Organist Harry & Singer Winda 19.30-23.30* HOTEL INDONESIA: Lobby "Musik tradisional setiap hari 08.00-10.00 - Ganesha Bar "Netty Galles & Idrus - organis 19.00-21.45 'Jakarta Quintet $22.00-23.45 Ramayana Lounge *Musik tradisional modern 17.00-23.00 - Ramayana Terrace Kelompok 60 19.30-22.30 Festival makanan khas Bavaria-Nirwana Supper Club 'Jakar- ta Quintet 20.00-21.30 "Netty Galles, Grace dan Jakarta Band 21.30-01.00 JAKARTA HILTON INTERNATIO- NAL: Kudus Bar "Manneke & Renny O 18.00-21.00 'Eddy Sumlang & Heidy 18.00-tengah malam-Taman Sari Grill Restaurant 'Sari Nada Trio tiap hari 19.00-22.00-Pizaria Restaurant Rhyt- manila 20.30-00.30 Minuman bulan ini 'Simply Red, manis dan segarnya buah semangka, dipadukan dengan sari limau, yoghurt dan madu. LE MERIDIEN: Le Rendez-Vous Skipp Pollard (pianis Kanada) meng- hibur dengan lagu-lagu pilihan 20.00- 01,00 "Ucok H.S. (Indonesia) menghi- bur anda selama happy hour 16.00- 19.30 SAHID JAYA HOTEL & TOWER: Lobby Tower Musik tradisional Indo- nesia: Gamelan oleh Tina's Group - Sukohardjo-The Conservatory "Night Birds 07.00-10.00 "Live entertainment bersama G + 4 Quartet 20.00-23.00 New Lobby Lounge "Pakalolo's Band tiap hari 20.00-tengah malam "Ang- klung Plus 18.00-tengah malam MANDARIN ORIENTAL: Captain's Bar Take Four (Filipina) dan Al Castra Plus (Indonesia) menyajikan lagu-lagu pilihan 19.45-01.15- Club Room "Nick Mamahit 19.00-tengah malam PRESIDENT HOTEL: Sky Garden Grill & Supper Club "The Sky Riders Band & Ernie Johan 22.00-00.00 - Kahyangan Shabu-shabu Restaurant *Musik tradisional 18.30-22.00- Rain- bow Lounge 11.00-14.00 TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL: Pasar Seni 20.00 Friday Jazz Nite menampilkan Jazz and Blues bersama Bill Saragih dan Cross Road Band Pantai Ria Pretty Dankdut bersama OM Power Bekasi Group' TEATER IMAX KEONG EMAS: Film Indonesia Indah 12.00 "The First Emperor Of China 13.00/15.00 "Anak- anak Indonesia 14.00 "Untaian Mani- kam 16.00° TRRI Jumat, 29 Oktober 1993 14.30 Film Kartun "Lazer Patrol" 15.00 Film Pengetahuan 15.30 Film Seri "I'll Fly Away" 16.30 Cerdas Cermat 17.00 17.30 SDN Cideng 13 Pg. Jakpus SD Ria, Jaklim SD Kasih Ananda II, Jaktim Judul: Hidiqah Al Kubra (1) oleh: Drs. Hidayat 18.58 Tinjauan acara malam ini 19.00 Siaran Berita Malam 19.30 Siaran Pedesaan GBHN menyatakan eks- plisit: Pembinaan dan pengembangan film na- sional sebagai karya cip- ta seni dan budaya yang merupakan media komu- nikasi massa pandang-de- ngar perlu terus diting katkan peran dan fungsi- nya sehingga mampu me- iklim Efkatara, termasuk jenis koperasi primer, bersifat uni dan organik dari Perfiki. Ini tercermin dari kepengurusan- nya yang ex officio dari DPP dan DPD Perfiki. Bidang usaha Efkatara jelas: pemenuhan kebutuhan anggota koperasi/Perfiki untuk perlengkapan proyektor film, generator listrik, distribusi film Indonesia, layar dan tiang, dan peralatan lain yang diperlukan untuk mendukung usaha pertunjukan fiulm keliling itu bahkan dirancang untuk bisa memproduksi film sendiri.* (ibrs) mobeg spit eg Dulu Opas, Sekarang Direktur Siaran Berita Sore Lingkar Budaya Judul: Cagar Budaya Oleh: Dit. Lin. Bin. Járah (Depdikbud) 18.00 Pelangi 18.15 Sebaiknya Anda Tahu 18.30 Pelajaran Bahasa Arab 20.00 Bintang Nusantara 21.00 Siaran Dunia Dalam Berita 21.30 Arena dan Juara 22.30 22.35 Berita Terakhir 22.45 Film Cerita 24.00 Tutup Programa 2 Indonesia dengan pendu- duk diperkirakan mencapai 200 juta menjelang abad 21, selayaknya memang memi- liki gedung bioskop sesuai bawah sekali. Sebagai karyawan tertua yang teladan di perusahaan film NV Perfini yang didiri- kan oleh "Bapak Perfilman Nasional" H Usmar Ismail (almarhum), lahir di Kota Hujan Buitenzorg alias Bo- gor tahun 1941. Isi: Sepakbola Dunia "Brazil vs Cuba" Tinjauan Acara Esok hari Pada usia 15 tahun, te- patnya tanggal 3 Maret 1956 resmi menjadi karyawan Perfini. Ia orang kecil, tetapi kesetiaannya teruji sebagai tangan kanan sineas yang berangkat dari idealisme perjuangan itu. Pada dasawarsa 1960-an, ia mulai menjamah peralat- an yang namannya proyek- tor 16 mm karena ia bekerja sampingan memutar film ke- liling. Rupanya Usmar se- nang melihat anak buahnya mempunyai pikiran maju. "Kalau mau usaha seperti itu, bergeraklah di film 16 mm saja, supaya tidak ada anggapan orang bahwa kau mengkorup kekayaan Perfi- ni," kata Haji Somad meni- rukan pesan Usmar Ismail. 16.30 Film Kartun "Beetle Juice" 17.00 Film Pengetahuan "My Riviera" 17.30 Berita Ibu Kota & Agenda Jakarta 18.00 Film Seri "Midnight Caller" 19.00 Berita Malam mendukung peningkatan guhnya Balai Desa dapat Mengembangkan produksi serta perlin- dungan peredaran film nasional. dimanfaatkan untuk pertun- jukan film khusus dalam pendekatan pagar budaya Dari fungsi dan peran Perfiki selaku wadah perusa- haan pertunjukan Film Nasional yang berkeliling, maka agak lebih pasti jawab- nya: Diperlukan satu pagar budaya untuk menapis pengaruh buruk dari globa- lisasi teknologi informasi. Pagar budaya, yang tonggak- tonggaknya harus kokoh untuk bisa menjangkau wilayah blankspot secara lebih praktis. Ide pagar budaya dilan- dasi dua hal. (1) Layar tan cap yang diakui (dapat) menjadi embrio dari keber- adaan bioskop permanen, (2) kebutuhan bioskop di Indo- nesia yang masih perlu di- tambah. 19.30 English News Service 20.00 Seni Tradisional Judul: Campur Sari 21.00 Tutup AN teve Jumat, 29 Oktober 1993 16.30 Film Seri: Pound Puppies 17.00 Film Seri: She World of London 18.00 Film Seri: The Charmings 18.30 Laporan Anteve 19.00 Berita TVRI 19.30 Film Seri Houston Knight 20.30 Film Seri: Amazing Stories 21,00 Dunia Dalam Berita 21.30 Film Seri: Stingray 22.30 Film Seri: Murder She Wrote 23.30 Film Seri: Dear John tingkat Kecamatan dengan bioskop golongan C dan D, film Indonesia dominan. Jum'at, 29 Oktober 1993 05.30 Kuliah Subuh Tafsir 06.00 SPI 06.45 Bisnis Hari Ini 07.00 Berita Pagi 07.30 Membagi 80% penonton film impor di perkotaan (setara Jakarta) sebaliknya 80% di tingkat menengah ke bawah untuk film Indonesia, adalah takaran yang paling dini dilakukan. Taman Balita Film Kartun "Little Flying Bears (12) ratio UNESCO (1:50.000), hendaknya satu gedung bis- kop melayani 50.000 orang (penonton basis). Data akhir GPBSI memi- liki 3.048 layar dari 2.314 gedung. Tetapi akibat ber- ubahnya pola distribusi film, khususnya dengan direct dis- tribution film-film Amerika yang mempengaruhi pasok- an film Indonesia ke daerah- daerah, ditambah seretnya produksi film dalam negeri, 12,5% bioskop daerah terpak- sa ditutup. Pagar yang diperhitung- kan adalah 500 "gedung" bioskop -tersebar di kan- tong-kantong pelosok. Dari tersebut. Ini didasari penegasan UU No.8/1992 tentang Per- filman yang menyatakan film sebagai media komunikasi massa mempunyai fungsi (1) Penerangan (2) Pendidikan (3) Pengembangan budaya bangsa (4) Hiburan dan (5) Ekonomi. Pada konsep awal, "pa- gar" itu dapat saja diopera- sikan bersama BPR (Bank Prekreditan Rakyat) atau KUD (Koperasi Unit Desa) sebagai jajaran bioskop mini atau semi permanen. Dari matematika bisnis, penggolongan itu juga dapat mendukung pemasukan, dikaitkan dengan SK Men- dagri No. 1/1993 yang meng- gariskan pengenaan Pajak Tontonan (PTo) serendah- rendahnya. - dari nol sam- pai tertinggi 5%. Tidak bisa ditutupi kenya- 08.00 Pendidikan Sekolah Sistem Saraf Sadar Siete 08.30 Pendidikan Sekolah Perkembangan secara kawin pada Avertebrata Bicara soal kunci sukses dalam usahannya, Somad hanya mengucap tiga suku kata "Rajin dan Jujur!" Tidak mau serakah, tidak mau kaya sendirian. Usaha- Berbekal restu Usmar nya dikembangkan. Adik Ismail, ia membeli dua pro- iparnya, H Djumatik, diberi- yektor rongsokan di pasar nya unit lengkap untuk loak Jalan Surabaya dan Pa- mengikuti usahanya. Adik- sar Rumput Manggarai. Me- nya yang jadi kepala desa di reparasi proyektor merupa- Semplak, Bogor Hj Atih, di- kan bagian pekerjaannya di berikannya empat unit film Perfini. Dua proyektor itu lengkap. dirakit menjadi satu. "Keti- ka itu saya beli dua proyek- tor, 35 mm dan 16 mm. Yang 35 mm saya berikan kepada Ayong Suteja, sebagai gan- tinya saya dikasih diesel. Sejak itu, mulailah saya usaha secara beneran seba- gai bioskop keli- ling," kenangnya. Usmar Ismail dianggap- nya bapak angkat. Selalu ada Somad ke mana pun Usmar bepergian dalam kaitan ker- ja, apakah membuat skena rio di luar kota atau pergi menagih uang share film ke bioskop. 09.00 Bahasa Arab Menjemput Paman 09.30 Sinetron: Kedasih: Sang Pewaris (2) 10.00 Agenda Belanja Surat Anda- Kulsera 11.00 Musik: Gema Persatuan 11.30 Sinetron Pulanglah Si Anak Hilang (4) 12.00 Bahasa Inggris SST.... Listen (6b) 12.30 Pendidikan Sekolah "Ulangan" 13.00 Pendidikan Sekolah " Ulangan" 13.30 Tutup Siaran Sore Dan Malam 16.00 Documentary Marketing Africa 16.30 Film Seri Anak: Hendeson Kids (26) 17.00 Film Hiburan WKRP Cincinati. Eps. 3 17.30 Lawak Dunia Dalam Tawa (4) 18.00 Adzan Magrib/Lazuardi Imani 18.30 Serbaneka 19.00 Berita Malam TVRI 19.30 Film Seri "Mahabrata" Eps.: 49 20.30 Musik: Jenjang Pesona (25) 21.00 Tutup Jumat, 29 Oktober 1993 06.00 Nuansa Pagi 08.00 Sesama Street Inside 09.00 Film Jumat Pagi "Ateng Sok Aksi" 11.30 Selera Nusantara 12.00 Buletin Siang 12.30 Alfred Hitchcock presents 13.00 Wild Rose 14.00 The Plying Doctors 15.00 Airwolf 16.00 Riptide 17.00 The A Team 18.00 Sersan 18.30 Seputar Indonesia 19.00 Berita Malam 19.30 Tak Tik Boom 20.00 MacGyver taan, bahwa sebagian pelo- sok dengan tingkat ekonomi tinggi, misalnya daerah ne- layan, sudah ditembus de- ngan pancang-pancang an- tena parabola yang mampu menangkap tanpa sensor, siaran televisi asing. Sehingga sebuah persoal- an-tantangan-perlu lagi dijawab: Bagaimana mena- rik khalayak yang demiki- an, untuk bisa "kembali" ke tengah lapangan udara terbuka, berembun dan mungkin terpaksa bubar jika gerimis datang menyak- sikan layar tancap yang pas ti filmnya sudah terseleksi budaya itu. 21.00 Dunia Dalam Berita 21.30 Sajian Khusus Emmy Awards 1993 23.30 Buletin Malam 00.30 Another World 01.00 Berita Terakhir menyusun peta makro itu. Ini dipentingkan, karena jika peta makro sudah jelas ter- gelar, dapat dinilai seberapa kekuatan ekonomi (per film(an) nasional dapat men- jamin seluruh modal yang diinvestasikan di semua sek- Koperasi Mendukung gagasan Perfiki sebagai distributor alterna- tif bagi perluasan pasar film nasional, di dalam negeri, jelaslah diperlukan perangkat yang mampu mendinamisa- sikan para pengusaha film keliling lebih dari apa yang telag dicapai selama ini. Usahanya menunjukkan grafik menanjak. Keberha- silan ini dirintis saat menem- pati rumah ukuran 3 x 6 m2 di bilangan Jl. Tambak Ke- bon Sawo tahun 1956-75. Kemudian ia pindah menci- cil rumah di Jl. Sederhana Saharjo. MILIK MONUMEN PERS NASIONAL SURAKARTA Di sini usahannya tam- bah maju. Tetapi rumah dan kantor itu sekaligus terkena peroyek perluasan Jl. Casablanca. Ia di gusur dan hanya dapat ganti rugi Rp 70.000. melalui Badan Sensor? Jawabnya adalah: Film (nasional) yang harus baru, maksimal satu tahun sete- lah film "besar" (35 mm) un- tuk bioskop beredar, tidak perlu tenggang waktu 2 ta- hun seperti selama ini ber- laku. Hal itu terkait, karena dari pihak Perfiki sendiri muncul Bioskop 17- yang ide tentang jaringan pemasaran - diperkirakan mampu menjadi basis film nasional di tingkat menengah bawah. Bioskop 17 mencanangkan 500 bioskop (gedung dan atau semi permanen) dalam tatarannya. Sebuah tataran - apalagi baru yang tentu memerlukan persiapan total bagi sarana fisik dan nonfisiknya. Perfiki, sejak periode kepengurusan 1988-1993 telah mencoba mengantisipasi itu. Satu wadah koperasi diben- tuk: Koperasi Film Keliling Nusantara, Efkatara. Tak terlintas niat untuk menjadi kompetiter bagi Kofina yang telah lebih dulu ada. Karena Efkatara lebih bersifat ke dalam, bagi anggota Perfiki sendiri-meski hasilnya, pasti, untuk masyarakat seluas-luasnya. Sedih, memang sedih, te- tapi apa mau dikata. H So- mad memohon kepada Tu- han. Mengontrak rumah di bilngan Jalan Sederhana yang tidak kena dibongkar, ia berusaha bangkit kem- bali. Akhirnya ia bisa Tema film (nasional) yang perlu lebih variatif (agar dapat bersaing dengan ra- ganm film asing yang ber- edar). Kelebihan film na- sional untuk layar tancap satu pasti: berbahasa Indo- nesia. Tetap perlu rekayasa untuk membangun pagar Jakarta, NERACA Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya adalah, peristiwa yang sangat bese- jarah bagi bangsa Indonesia. Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut Pangu- yuban Warga Jakarta Asal Jawa Timur (PWJAJT) akan mengadakan satu rangkai- an kegiatan. Karapan Sapi akan menutup semua rang: kaian kegiatan tersebut. Tujuan diadakan per- ingatan ini kata Moestafa Haidar sebagai Ketua Koor- dinator Dana kepada Nera- ca katakan kami sebagai warga Jawa Timur yang ting- gal di Jakarta secara batin punya ikatan untuk menge- nang peristiwa tersebut. "Kami sadar bahwa pertem- puran di Surabaya pada 10 November 1945 itu bukan saja pemuda dari Jawa Ti- mur saja yang bertempur tapi pemuda yang berasal dari seluruh wilayah Indo- nesia," katanya. Pada peringatan Hari Pahlawan 1993 kali ini, akan diselenggarakan berbagai kegiatan yang mengarah ke- pada pemantapan rasa per- satuan dan kesatuan serta meningkatkan rasa keber- Melihat kue yang besar, Pudjiasmanto menata mana- gemen, karyawan dan pola pengembangan usaha ter- konsep dengan pendekatan bisnis, baik dengan pengusa- ha maupun dengan para pejabat yang ada kaitan dengan kehidupan perusaha- an. Ilmu kampus, terbukti bisa diterapkan praktis di sini, katanya. PT Tito Perkasa Film se- bagai wadah usaha, meru- pakan usaha film keliling lain ter- yang paling bergengsi. Se- masuk penggunaan sera- gam kerja. Pengawasan peralatan film, diesel, proyektor, diserahkan pada satu orang, yang benar-benar ahli dan berkualitas. Sementara "sang boss" merentas jalan, melihat kemungkinan per- luasan pasar, tak pernah diam. Ingin Sukses, Harus Profesional Pudjiasmanto BSc. je- bolan Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Departe- men Perindustrian tahun 1968, pengusaha sukses film keliling. Kesuksesan yang di- raihnya di bidang usaha ter- sebut, berkat menimba ngalaman dan memetik na- sihat, anjuran dari bebera- pa teman seprofesi. pe- Saran dari Hidayat Effen- di, Direktur PT Yudisi yang atau lahan layar tancap itu juga anggota Perfiki, "Kue besar. Jangan cuma makan kue pinggiran saja, Coba di bagian lain." Juga dari Chaerudin, Di- rektur PT Gemini Film yang lebih memusatkan pada pembuatan film-film doku- menter, menyarankan, ka- lau ingin sukses, harus pro- fesional. Kelengkapan surat- surat usaha harus dimiliki, sesuai dengan peraturan pemerintah. Saran itu sangat berhar- ga. Selain merupakan do- rongan dan motivasi usaha, membuat semangat besar. Pudjiasmanto yang semula membuka usaha pada ta- hun 1984 dengan hanya me- miliki 1 unit. "Maka tidak heran ketika memulai un- tuk operasional usahanya, saya sendiri yang jadi supir, operator." Sampai akhirnya berkem- bang pesat. Hingga kini ia memiliki 68 unit dengan 341 judul film dengan menggaji 98 karyawan. Maka dibukanya cabang- cabang PT Tito Perkasa Film di kota-kota Bandung, Suka- bumi, Cirebon, Tasikmalaya Karapan Sapi akan Memeriahkan Peringatan Hari Pahlawan 1993 menempati rumah di Jalan Kebon Baru Utara senilai Rp 250 juta, melalui cicilan tiga kali bayar. Saat ini CV H Somad Film memiliki 42 unit, dengan stok film 300-judul. Berkat kete- kunan, yang dibarengi jiwa sosial dan sikap amal, usa- hanya terus berkembang. Banyak suka dan duka yang bervariasi, yang paling ber- kesan pada bulan sepi hajat- an, umumnya Ramadhan. Dalam keadaan seperti itu, tidak jarang untuk menutup- i resiko dapur, terpaksa menjual salah satu mobil unit operasionalnya. Ia harus menanggulangi kesejahtera- an karyawan yang sama- sama harus mengeluarkan uang ekstra untuk lebaran. "Tuhan itu adil dan selalu memberikan rizki kepada ummat-Nya yang pasrah dan Langkah tersebut diam- terus mengingat-Nya. Siapa bil oleh Somad sebagai pe- sih yang tak kenal sama ngunjukan rasa terimakasih- Somad Film? Aparat di dae- nya kepada bekas pemim- rah sudah kenal siapa H pinnya yang dianggap pu- Somad dan Somad Film, nya andil membesarkan di- sudah jadi trade mark, dike- ri dan usahanya. (*) nal dan jaminan mutu. "Memang kalau tak tahu ilmunya, banyak sekali hambatan. tetapi saya tahu caranya menghadapi ham- batan itu. Hubungan harus dibuat baik dengan Tripika (Camat, Dan Ramil, Dan Polsek). Selain itu, kita ha- rus melengkapi surat yang diperlukan," katanya. be- Haji Somad memang nar-benar pencinta film na- sional, dan tak pernah melu- pakan "kulit asal'nya. Dua kali ia menyumbangkan film dan proyektornya kepada Sinematek Indonesia. Yang pertama pada tahun 1983, saatia menyerahkan 17 judul film dan tiga proyektor 16 mm merk BL. Kedua 6 Ja- nuari 1986, ia menyerahkan 20 judul film dan satu pro- yektor BL. Kepanitian didukung oleh seorang public figur sebagai ketua umum yaitu H Ratno Timoer yang lebih sebagai Ketua Umum PARFI (Persatuan Artis Film Indo- nesia). Juga beberapa men- samaan melalui kreativitas teri dan pejabat negara ber- dan aktivitas masyarakat sedia menjadi pembina dan dalam bakti sosial, kebuda- penasehat. yaan dan olahraga. H Ratno Timoer menya- Menyinggung mengenai takan, "kita telah merdeka kegiatan karapan sapi Moes- dan menikmati keindahan tafa katakan, sebenarnya dan kesejahteraan yang di- setiap tahun kami selalu hasilkan oleh para pahlawan mengadakan kegiatan untuk bangsa, maka seyogyanyalah mengisi Hari Pahlawan yang kita mensyukuri dan melan- hanya berkisar bakti sosial jutkan perjuangan ini de- dan perlombaan-perlombaan ngan membangun manusia olahraga saja. Baru pada Indonesia seutuhnya." Ia me- tahun ketiga kami selengga- minta segenap warga negara rakan pagelaran budaya Indonesia untuk mensuk- yang utama adalah karapan seskan acara ini, karena sapi, arak-arakan sapi hias kegiatan ini bukan saja milik dan pesta sinar laser." warga yang berasal dari Jawa Timur saja tapi milik seluruh bangsa. "Memang untuk kegiatan yang biasa kami selenggara- kan tidak membutuhkan dana yang besar. Cukup dari kocek' anggota paguyuban saja. Tapi pagelaran budaya apalagi dengan mengadakan karapan sapi kami membu- tuhkan dana yang cukup besar," kata Moestafa. Oleh karena itu, untuk suksesnya acara diperlukan beberapa sponsor. Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan baktí so- sial, perlombaan dan temu wicara yang akan berlang- sung pada 31 Oktober sam- pai akhir November. Arak- arakan sapi hias dan karap- an sapi akan berlangsung pada 4-5 Desember. Acara temu wicara, akan diisi dengan uraian tentang Hari Pahlawan, disampai- kan oleh para saksi pejuang 1945 diantaranya Dr Roes- dikenal lan Abdulgani. Juga para penerus yaitu Mensos Dra Endang Kusuma Inten Soe- weno dan Menpora Hayono Isman.*(wan) dan Pandeglang. Untuk lebih memperlan- car di kota-kota kecamatan yang dekat dengan cabang- cabang tadi, ditempatkan pe- rantara atau agen-agen se- bagai penghubung antara konsumen dan Tito Film. Umumnya agen penghu- bung, adalah orang-orang di daerah yang punya kegiatan identik misalnya orang- orang yang suka menyewa kan alat untuk pesta haja- tan dan tenda. Memberikan pelayanan kepada para konsumennya, diutamakan mutu, baik film maupun peralatannya, bah- kan unit yang dilengkapi dolby system. Ini luar biasa untuk ukuran layar tancep. Kepercayaan, dianggap- nya paling utama. Kalau se- karang memiliki 341 judul, tidak usah heran, karena film diantar oleh si pemasok dan bayarnya juga nyicil. Banyaknya unit yang di- miliki, menurut pengaku- annya, dia dapatkan dari kepercayaan, pernah satu ketika dia memiliki puluh- an unit termasuk projek- tor. "Itu saya bisa menda- patkan dengan harga Rp 1/2 miliar, yang saya bayar se- cara mencicil. Karena yang punya toko percaya. Begitu juga mobil- mobil unit, malah disodor- kan untuk diambil dan dibayar secara kredit." 7 dilakukannya. Bagi PT Tito Film selam bergelut di bi- dang usaha film keliling, dirasa tidak pernah mene- mui hambatan atau kendala yang berarti. Soal saingan usaha me- mang diakui ada, tapi de- ngan teori usaha organising, control dan pelaksanaan yang baik, ditambah dengan aktifnya anjangsana, lobby dengan para pejabat peme- rintah, terutama dengan pejabat-pejabat Deppen, sampai kini usahannya ber- jalan dengan mulus. Pudjiasmanto yang punya wawasan dan pandangan jauh ke depan. "Oleh karena itu saya punya keinginan un- tuk usaha di bidang lain mi- salnya jasa perhotelan. Un- tuk berjaga-jaga kalau film keliling sudah tidak laku la- gi, selain itu juga usaha ce- tak foto dan toko buku sudah menjadi incaran saya," katanya. Layar tancap diakuinya sebagai usaha yang bisa me- nempatkan diri dan keluar- ga pada taraf yang establish seperti sekarang ini. Bisa menyekolahkan anak dan se- bagainya. Dia harapkan a- nak-anaknya bisa selesai stu- dy dari hasil layar tancep. Itulah sebabnya dia me- miliki kerja mengembangkan usahalima tahun ke depan. rencana Pudjiasmanto yang meng- Selain memetingkan kua- aku lahir di kediri pada 24 litas, juga "lagu wajib," yaitu April 1945, kini berputra 6 ketika hendaknya melaku- orang, 3 orang sudah di pe- kan operasional, harus lapor guruan tinggi, tiga lagi ke Polsek, Jupen dan Kora-masing-masing di SD, SMP mil satu hal yang penting dan SMA (ex F Dwi di Saur Sepuh Dia ditakdirkan sebagai janda yang ditinggal mati suaminya di masa peperangan. Dengan segenap kekuat- an dia menghidupi Untari, putri satu-satunya, termasuk juga melindungi diri dan anak dari tekanan musuh, pasukan Gutawa. Wanita yang ternyata pendekar itu, Dwi Sekar Alim, ternyata mewarisi pula jiwa pendekar pada putrinya. Namun kejadian tragis kembali menimpa Dwi Sekar Alim. Putri satu-satunya yang telah berangkat remaja harus tewas di tangan pasukan Gutawa. Dendam sang ibu makin memuncak. Untung saja cerita di atas bukan fakta yang menimpa diri Baningsih HS. Kejadian itu hanya perannya sebagai ibu sekaligus seorang pendekar wanita dalam serial TPI Saur Sepuh. Bagi Baningsih turut berperan dalam sinetron sangat berbeda dengan kesibukan sehari-harinya sebagai se- orang pengusaha. Sebelumnya juga dia dikenal sebagai pemain ketroprak. Setelah itu barulah tawaran bermain dalam Saur Sepuh serta bakal menyusul sebuah sine- tron lepas yang segera ditayangkan TVRI, Telapak Tiga Dara. ******** Dalam sinetron TVRI itu, dia harus memerankan bidan berjiwa tomboy dan ke mana-mana harus menung- gang kuda lantaran tempat pasien-pasiennya terdapat di daerah terpencil. Mina, nama bidan itu kerap menda- pat sambutan hangat dari anak-anak kampung yang didatanginya. "Perasaan saya ketika mendengar sorakan itu begitu terharu campur bahagia. Saya merasa itu terjadi pada diri saya dan bukan bermain dalam sinetron. Apalagi ketika saya harus memberi pengarahan pada masyarak at di Posyandu, kegembiraan makin memuncak," kata Baningsih. Sinetron disutradarai Fred Wetik, produksi Erna Santoso: Sinetron berseri itu akan mengambil lokasi di Garut dan Bali untuk episode 7 hingga 12. Sebelumnya sinetron ini mengambil lokasi di daerah Jawa Tengah. Nama bintang Erna Santoso dan Sutopo HS akan turut berperan dalam sinetron itu. "Akting itu mengasyikkan. Karena suasananya jauh berbeda dengan kesibukan saya sehari-hari. Kerja seba- gai pemain sinetron tak kenal jam kerja. Saya pernah shooting pada pukul 3 dini hari, tapi saya merasakan keasyikan yang sulit digambarkan," jelasnya. Apalagi, katanya, bila kita berbicara tentang pemilih- an busana yang jelas-jelas berbeda dengan busana kan- tor. "Busana untuk shooting jelas lebih santai, jauh dari kesan formal," ungkapnya lembut. (martha/rat)
