Tipe: Koran
Tanggal: 1988-08-15
Halaman: 05
Konten
SULAWER + Sulawesi Tenggara Gubernur Sultra Ir Alala : Gersamata, Menata Masyarakat Pedesaan Siap Tinggal Landas Kendari, NERACA PEMERINTAH daerah provin- si Sulawesi Tenggara (Sultra) da- lam tahun anggaran 1988/1989 masih prioritaskan pembangunan yang mengarah kepedesaan, kare- na penduduk Sultra yang berjum- lah 1,2 juta jiwa, 91 persen berdo- misili di desa. Dalam tahun anggaran ini, APBD Sultra mencapai Rp 23,5 miliar, sebanyak 75 persen dialoka- sikan bagi pembangunan wilayah pedesaan. Selain itu, juga untuk memahami pentingnya percepatan pembangunan nasional di Sultra, melalui sektor-sektor penting, utamanya bagi pemba- lebih Tahun anggaran 1988/1989 Sultra diperkirakan mengelola da- na sebesar Rp 100 miliar termasuk dana-dana dari APBD, APBN, In- pres dan dana-dana bantuan luar negeri untuk membiayai beberapa sektor pembangunan. Gubernur Sultra, Ir. H. Alala dalam wawancara khusus dengan NERACA di Kendari belum lama ini mengatakan, program pemerin- tah daerah yaitu, GERSAMATA (Gerakan Desa Makmur Merata) yang telah menjadi peraturan da- erah nomor: 6 tahun 1986 yang sasarannya meletakkan sendi-sendi kehidupan desa dan masyarakat- nya agar kokoh dan kuat baik dipandang dari segi material mau- pun spiritual. Sulawesi Tenggara Begitu pula menata persiapan menuju era tinggal landasnya pem- bangunan nasional pada Pelita VI mendatang. Sedang sasaran GERSAMATA meliputi yaitu, lima momentum pokok, peningkatan produksi sek- tor pertanian dalam arti luas, pe- nyediaan dan peningkatan prasa- rana, sarana fisik dan sosial eko- nomi, pengembangan dan penerap- an tehnologi pedesaan, meningkat- kan kualitas lingkungan hidup dan peningkatan kualitas manusia /ma- syarakat pedesaan. Kelima sasaran pokok tersebut bertitik berat pada sektor pertani- an dalam arti luas dan tidak me- ngucilkan bidang maupun sektor pembangunan lainnya, karena se- mua saling terkait satu sama lain- nya. pemerintah daerah akan menyebar sebanyak 15 juta bibit coklat (ca- cao) hibrida kepada masyarakat petani dengan harga lebih murah, namun tahun sebelumnya telah pula dialokasikan bibitcoklat se- banyak 12 juta lebih, semuanya telah disalurkan kepada petani. guh dipedesaan. nyak 4.000 ton lebih coklat kering. ngunan bidang ekonomi yang tang Sultra mampu berproduksi seba- ujar Alumi IPB itu. Berbagai hal yang menunjang keberhasilan pembangunan di da- erah ini, seperti dibidang industri, sebanyak 11.435 perusahaan dewa- sa ini memperlihatkan kegiatan- nya sangat menggembirakan. Dari 11.435 perusahaan industri telah tertanam investasi sebesar Rp 25 miliar lebih yang dapat menyerap 29.000 tenaga kerja. Perluasan areal tanaman coklat di Sultra sampai akhir Pelita V ditargetkan mencapai 100.000 hek- GUBERNUR Sultra, Alala me- mun hambatan yang kecil itu bu- tar. "Saya optimis ini akan terca- ngatakan, hambatan jelas ada, na- pai, karena Sultra telah punya modal tanaman coklat hingga men- capai 30,000 hektar. Pengemba- ngannya hanya empat tahun sejak tahun 1983", ujar Alala. ngendorkan semangat untuk mem- kan mengecilkan hati atau me- bangun, tapi hambatan atau keter- batasan merupakan tantangan me- nuju kemajuan dan kesuksesan, Sebab itu, pada Pelita V yang merupakan tahapan perbaikan dan memperkuat landasan era tinggal landas, maka pemerintah daerah Sultra menyesuaikan APBD tahun ini dengan dasar-dasar tersebut, agar dapat tinggal landas bersama daerah lainnya di Indonesia, ujar H. Alala. Dikatakan, memasuki tahun 1988/1989 sebagai tahun terakhir perlaksanaan Repelita IV menuju Repelita V perlu dimanfaatkan dan sekaligus diupayakan peningkatan nya, namun hasil-hasil dicapai se- Tahun lalu, sekitar 30 persen dari luas areal tanaman coklat di lama ini telah banyak memberikan sumbangan berarti, untuk kesejah- teraan masyarakat di daerah. Ini dapat dibuktikan pada tingkat per- tumbuhan perekonomian di daerah Sultra melebihi tingkat pertumbuh- an secara nasional yakni rata-rata diatas 10 persen setiap tahunnya. Untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat pe- desaan di provinsi jazirah Teng- gara pulau Sulawesi ini, berbagai upaya telah dan akan dilaksana- kan. Tahun anggaran 1988/1989 ini. Menyinggung perkembangan perkoperasian di daerahnya, Ir. Alala mengatakan, mulai tahun 1988 seluruh bantuan yang diper- untukkan bagi pembangunan desa sepenuhnya akan diserahkan pe- ngelolaannya kepada koperasi unit desa (KUD). Pemda Sultra membulatkan te- kad untuk mengembangkannya ke- pada koperasi di daerah ini secara konsepsional bagi terwujudnya ba- sis-basis perekonomian masyara- kat yang berasaskan gotong ro- yong, ujarnya. Bantuan-bantuan dan dana-da- na yang bersumber dari Banpres, APBN, APBD tingkat I dan II yang diarahkan buat kepentingan pengembangan produksi pertanian di pedesaan akan disalurkan mela- lui KUD untuk dijadikan modal dasar dalam kegiatan operasional yang berorientasi pada kepenting- an anggota para kelompok tani dalam wilayah kecamatan bersang- kutan. Tahun ini Sultra mendapat Ban- pres berupa mesin penggiling kipo 100 unit yang akan dijadikan mo- dal dasar bagi 100 buah KUD di daerah ini. Kendari, NERACA ANGKA pengangguran di provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) selama lima tahun. pe- riode 1980-1985 mengalami penurunan disebabkan angka pengangguran di pedesaan tu- run cukup tajam yaitu, dari 1.69 persen menjadi 0.09 per- sen. Terobosan ini juga merupakan upaya menghadirkan koperasi/ KUD yang benar-benar bermutu sehingga mampu mengimbangi makin berkembangnya berbagai jenis komoditi hasil pertanian yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat di sek- tor bukan migas, berupa komoditi kopi, coklat, lada, jambu mete, udang dan rumput laut, ujar Alala. Pemda terus berupaya mendo- rong pertumbuhan unit-unit usaha industri untuk dikembangkan ke- dalam wadah Kopinkra agar mem- peroleh kemudahan mendapatkan permodalan sampai pada sistim pemasaran yang layak, melalui bimbingan terpadu oleh instansi terkait, ujarnya. Sultra yang memiliki luas 138. 000 kilometer persegi, memiliki berbagai sumber daya alam yang potensial. Khusus di sektor kehutanan se- perti potensi hutan rotan yang Pemerintah daerah Sultra ber- tekad melampaui target pembina- an KUD model dari 40 buah men- jadi 64 buah sesuai jumlah keca-luasnya mencapai 400.000 hektar, matan di provinsi ini. kini yang baru diolah mencapai Sebagai konsekwensi penam- 1,6 persen, hutan jati yang terdapat bahan itu, pemda harus menge- di kabupaten Muna luasnya men- luarkan biaya ekstra melalui capai 25.000 hektar diantaranya APBD setiap tahun hingga akhir sekitar 17.000 hektar merupakan Pelita V. Tahun ini Pemda menye- jati alam yang sudah berumur 60 diakan dana Rp 100 juta untuk tahun keatas. pembinaan KUD model. Gubernur Alala mengatakan, pi- hak pemda akan membina KUD model itu dengan memadukan da- na APBD dan APBN. Dana APBD dipakai untuk membiayai proyek- proyek fisik, sedang APBN untuk proyek-proyek bukan fisik, ujar- nya. Alala optimis target pembinaan KUD model di daerahnya akan tercapai dengan mantap sebab seca- ra umum ia menilai kehidupan berkoperasi di Sultra semakin ber- kembang dengan baik, kendati ada beberapa diantaranya yang masih perlu dibenahi. Data dipantau NERACA di kantor Perwakilan Statistik Kendari menunjukkan. hasil sensus penduduk 1980 dan Sur- vei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 menunjukkan. angka pengangguran menurun dari 1.68 persen pada tahun 1980 menjadi 1.29 persen pada tahun 1985, sementara tingkat partisipasi angkatan kerja me- ningkat dari 44,89 persen men- jadi 56.99 persen. Kepala Perwakilan Biro Pu- sat Statistik (BPS) Kendari. Su- lawesi Tenggara. Muljadi Soe pangat ketika dihubungi NE- RACA di ruang kerjanya me- ngatakan, usaha pemerintah daerah meningkatkan pemba- ngunan pedesaan melalui stra- tegi dan pendekatan GERSA- MATA (Gerakan Desa Mak- mur Merata) tampaknya secara berangsur telah menyediakan kesempatan kerja disektor per- tanian. la memberi contoh KUD Wa- mose di pedalaman Sultra. Sewak- tu dibentuk 1984 memiliki ang- gota 138 orang dengan modal ker- ja Rp 6 juta lebih. Sewaktu diben- tuk 1984 meningkat menjadi 432 orang, sedang modalnya menjadi Rp 60 juta, sekitar 1.000 persen peningkatannya dibanding saat di- bentuk, ujarnya. Kegiatan ekonomi di pede- saaan dengan usaha rumah tangga lebih menonjol dari pa- da usaha non rumah tangga, umumnya bersifat lebih mudah. menyerap tenaga kerja. Dalam usaha rumah tangga ini, pen- duduk yang tidak mempunyai pekerjaan dapat ikut bekerja sebagai pekerjar keluarga. Sementara di kota, selain ter- batasnya kesempatan kerja, orang cenderung menahan diri untuk mencari pekerjaan sesuai Saat ini kelompok industri di Sultra yakni, kelompok industri kecil dan aneka industri sedang industri masih dalam tahap pem- bangunan. Kelompok industri kecil yang paling banyak dikelola ma- syarakat di daerah ini. Dalam ta- hun ini terdapat 992 perusahaan dengan kenaikan 7,9 persen dari tahun lalu. Kelompok industri dasar di da- erah ini dalam tahap pengembang an yaitu, PT. Dock Kendari (PM- DN) dengan investasi 6,6 miliar lebih. Dengan perkembangan in- dustri daerah ini tercermin peluang besar bagi daerah Sultra untuk mengembangkan sektor industri di- masa datang, khususnya di sektor industri kecil karena ditunjang ber- bagai potensi sumber daya alam yang cukup potensial. Dikatakan, tingkat pengang- guran di daerah kota tahun 1980 tercatat 1.55 persen, ke- mudian bergerak naik menjadi 6.57 persen tahun 1985. Kayu hitam (ebony) di kabu- paten Kolaka bagian utara yang cukup potensial. Pengelolaan kayu- kayu tersebut di Sultra, dikelola oleh sebuah badan oterita yang dibentuk pemda setempat. Sektor pertanian khususnya per- ikanan kini semakin digalakkan, seperti kedatangan beberapa inves- tor asing menanamkan modalnya di daerah ini dibidang pertambak- an udang berlokasi di kecamatan Watubangga, kabupaten Kolaka. Perusahaan berasal negara Taiwan bekerjasama dengan sebuah per- usahaan swasta dalam negeri. (Paterai Andi Tjulang) Bila dilihat menurut pendi- dikan ternyata angka pengang- guran berpendidikan SLTA me- ningkat dari 2.85 persen di tahun 1980 menjadi 10.36 per- sen pada tahun 1985. Semen- tara yang berpendidikan SLTP ke bawah menurun dari 1.58 persen menjadi 0.38 persen. Proporsi angkatan kerja ber- pendidikan SLTA keatas me- ningkat dari 7,62 persen tahun 1980 menjadi 9.13 persen ta- hun 1985. Terjadi kenaikan se- besar 19,82 persen lima tahun terakhir. Kenaikan penawaran angka- tan kerja berpendidikan me- nengah keatas ini, belum diikuti u oleh kesempatan kerja yang tersedia terutama yang dapat menampung kerja baru, karena proporsi pengangguran yang be- lum pernah bekerja untuk SLTA mencapai 80.97 persen dari jumlah penganggur. /Mereka belum banyak mem- punyai pengalaman kerja se- hingga mungkin tidak dapat memenuhi permintaan yang ada. Perlu dipikirkan tercipta- nya kesempatan kerja baru se- luas-luasnya yang dapat me- nampung angkatan kerja yang kian bertambah tinggi mutu pendidikannya, kata Muljadi. Dalam analisa BPS Kendari mengungkapkan daya serap sektor lapangan kerja selama lima tahun terakhir itu seba- gian besar angkatan kerja yang bekerja diberbagai sektor, ter- catat 273.5 ribu orang pada tahun 1980 meningkat menjadi 423.6 ribu orang pada tahun PROFIL DAERAH SEMAKIN TUMBUH: Industri rotan di Sulawesi Tenggara kini semakin tumbuh. Bermula dikelola secara tradisional, namun kini telah dibina Kanwil Perindustrian setempat. Meski demikian, baru 1,6 persen potensi rotan di propinsi ini yang dimanfaatkan untuk komoditi. (Ist/K-24) Baru 1,6 Rotan Kendari, NERACA POTENSI rotan di provinsi Su- lawesi Tenggara (Sultra) yang tum- buh secara alami di atas areal seluas 400.000 hektar, hingga kini baru sebesar 1,6 persen diman- faatkan. 1,6 Prosen Potensi al town. Menurut Kepala Sub Dinas Bina Program Dinas Kehutanan Sultra, Ir. Ren Prenrengi ketika dihubungi NERACA belum lama ini mengatakan, potensi rotan di daerah ini belum diketahui secara pasti. Namun dari hasil survey Dinas Kehutanan Sultra tahun 1985 be- kerjasama dengan fakultas Kehu- tanan Universitas Gadjah Mada potensi rotan di daerah Anoa ini rata-rata 1,98 ton per tahun, yang terdiri sekitar 20 jenis yang dido- minasi oleh jenis rotan batangan yaitu, tohiti dan jermasin. Upaya pemungutan dan pe- ngumpulan rotan oleh masyarakat HARIAN NERACA Kendari, NERACA AWAL Pelita V ini pemerintah daerah Tingkat II Muna, akan membangun pelabuhan ekspor dan kini sebagian persiapan dan persyaratan telah disiapkan. Rencana pengembangan fasili- tas infrastruktur pelabuhan laut bagi kepentingan ekspor di daerah penghasil jambu mete dan kayu jati di Sultra ini sudah mendapat persetujuan pemerintah pusat, ker- jassama dengan program pemba- ngunan PBB (UNDP) yang akan menangani desainnya. Dalam percakapannya dengan NERACA di Raha ibukota kabu- paten Muna, Bupati Muna, Drs. Maola Daud mengatakan, hasil penelitian pemerintah daerah un- tuk penentuan lokasi pelabuhan ekspor tersebut ditetapkan di pan- tai Lohia sekitar 15 Km dari kota Raha, berseberangan dengan kota Bau-Bau melalui selat Buton (ka- bupaten Buton - Sultra). Penetapan pantai desa Lohai 1985. Selama lima tahun ter- akhir rata-rata terjadi kenaikan kesempatan kerja sebesar 9.15 persen pertahun. Selama periode 1980-1985. daya serap tenaga kerja ter- besar masih tetap diduduki oleh sektor pertanian. Kesempatan kerja disektor ini tercatat 70,08 persen tahun 1980 dan 70.68 persen tahun 1985. Dimanfaatkan Penyerapan lapangan kerja kedua adalah perdagangan be- di daerah ini dilakukan secara tra- di wilayah Sultra, potensi rotannya disional. Menebang dengan parang lebih besar dibanding daerah kepu- terhadap rotan-rotan yang telah lauan. tua dan mengumpulkannya hingga mencapai 3-4 ton, kemudian me- nyeret ke luar dari hutan. Mereka yang dibolehkan memungut dan mengumpulkan hanyalah yang te- Menurut Ren Parenrengi, kegiat- an pengolahan rotan di Sultra telah lama dilakukan, namun kegiatan tersebut hanya sampai pada pe- ngolahan pengawetan yang sangat sederhana dengan penjemuran dan pengasapan sampai perendaman dengan bahan kimia pengawet ser- ta penggorengan. Akan Dibangun Pelabuhan Ekspor di Kabupaten Muna Angka Pengangguran di Sultra Turun dengan pendidikan dan status sosial. Selama menunggu mem- perolehnya lapangan kerja. umumnya mereka ditanggung keluarga. Dengan demikian jumlah pencari kerja lebih ba- nyak. Tingkat pengangguran di kota menjadi lebih tinggi diban- ding di daerah pedesaan, kata Muljadi Soepangat. Hutan rotan yang ada di Sultra tingkat kerapatannya berbeda-be- da, ada yang sangat potensial yang terletak jauh di pedalaman untuk mencapai lokasi tersebut sangat sulit. Ia mengakui di daerah daratan sebagai lokası rencana perkem- bangan pelabuhan ekspor di dae- rah kepulauan itu, menurut Bupati didasarkan pertimbangan faktor alam yang mendukung kelancaran kegiatan ekspor hasil-hasil perke- bunan antara lain jambu mete dan kayu jati. Daerah kepulauan Muna memi- liki wilayah 4.887 Km persegi de- ngan penduduk sekitar 200.000 jiwa lebih yang mendiami 11 wi- layah kecamatan. Sebelum Pelita IV komoditi andalan daerah ini adalah kayu jati, namun dengan munculnya komoditi baru yakni biji jambu mete mulai bersaing Sementara Humas Kanwil Per- industrian Sultra, Drs. Kamarud- din dalam percakapannya dengan NERACA mengatakan, dalam tingkat perkembangan pengolahan rotan dan hasil produksinya, ke- adaan industri rotan saat ini di Sul- tra dikelompokkan dalam tiga ke- lompok industri. sar, eceran, rumah makan dan hotel (Sektor Perdagangan). Di daerah pedesaan penyerapan te- naga kerja di sektor ini mendu- duki tempat dibawah pertanian secara keseluruhan tercatat 7,80 persen tahun 1980 menjadi 9,57 persen tahun 1985. Kecenderungan angkatan kerja menjadi pegawai negeri, membawa sektor jasa-jasa ber- peran cukup besar bagi terse- dianya lapangan pekerjaan. Pe- Ketiga Kelompok industri itu adalah, industri yang menghasil- kan rotan bulat (washed and sul- fhurized), yang merupakan usaha pengawetan rotan bulat sebagai bahan baku. Kelompok industri kedua adalah yang menghasilkan bahan baku siap pakai atau barang setengah jadi yang disesuaikan de- ngan sifat dan keperluan yakni berupa rotan polish (peel/bark and core) sedang kelompok indus- tri ketiga yaitu yang menghasilkan MENGURANGI PENGANGGURAN: Berbagai kegiatan di pedesaan kini banyak bermunculan sebagai hasil usaha Pemerintah daerah meterapkan Gersamata. Usaha wiraswasta masyarakat pedesaan ini, bermakna mengurangi pengangguran. Antara lain membuat meja dari batang atau akar kayu jati. Meja ini di Sultra disebut meja gembol. (Ist/Neraca K-24) Biaya yang diperlukan untuk pembangunan pelabuhan yang akan dilaksanakan dengan kons- truksi permanen ini diperkirakan mencapai 7 sampai10 juta dollar AS. Dana sebesar ini meliputi pem biayaan fisik dermaga, fasilitas pe- Produksi dari ke tigabelas jenis komoditi ini, pada kurun waktu yang sama mencapai 5.275,49 ton. belum lagi komoditi andalan lain- nunjang kegiatan ekspor dan ke-nya seperti hasil hutan berupa ka- perluan sarana perangkat lunak yu jati dan hasil-hasil palawija be- rupa jagung dan ubi-ubian. lainnya. Seiring terjadinya peningkatan jumlah produksi, maka pemasaran hasil rotan asal Sultra juga terus meningkat dari. Pelita ke Pelita selanjutnya. Berdasarkan data di- peroleh, Pelita I produksi rotan di Sultra mencapai 3.865,058 ton, Pelita II mencapai 8.001.784, Pe- lita IIInaik menjadi 19.579.880 ton dan pada Pelita IV ini mencapai 18.077.393 ton (data 1987/1988). Sementara kegiatan pemasaran, selain perdagangan antar pulau har (lokal) perdagangan ekspor juga Ang terus meningkat di mana pada Peli- eta IV ini telah diekspor sebanyak 10.532.000 ton dengan mengha- silkan devisa sebesar 10.811.615 dollar AS. Tujuan pemasaran eks- por rotan asal Sultra yakni,Singa- pura, Hongkong, Taiwan, Jepang dan Philipina. dalam empat tahun Pelita IV Sementara data dipantau NE- RACA di Muna menunjukkan, luas areal perkebunan rakyat di daerah ini sampai akhir 1986 men- capai 26.142,44 hektar ditumbuhi beberapa jenis komoditi yang ber- nilai ekspor seperti kelapa, jambu mete, kopi, pala, lada, kapas, tebu, coklat, cengkeh, kapok, kemiri dan tembakau. Ekspor khusus komoditi kayu jati selama tahun 1987 mencapai 20.000 M3, sedang jagung seba- nyak 15.000 ton ditujukan ke In- dia, tambahnya. Kabupaten Muna dalam upaya menggerakkan roda pembangunan cukup dibanggakan dimana keberhasilannya mening- kat taraf hidup masyarakat. (K,24) satnya pertumbuhan usaha ru- mah tangga dibidang jasa per- seorangan, perbengkelan dan sejenisnya memberikan dam- pak positif bagi kesempatan kerja di daerah kota khusus- nya. Secara keseluruhan kesem- patan kerja disektor jasa-jasa tercatat sebesar 10,95 persen tahun 1980 menjadi 9,53 per- sen tahun 1985. Peringkat berikutnya adalah sektor industri pengolahan, mengandalkan sub sektor in- dustri kecil dan industri besar serta industri sedang belum be- gitu berkembang. Kesempatan kerja disektor ini cenderung menurun dari 5,24 persen men- jadi 4.40 persen tahun 1985. Sektor angkutan menunjuk- kan perkembangan menggem- birakan. Tahun 1980 menye- rap tenaga kerja sebesar 1,62 persen meningkat menjadi 2,43 persen tahun 1985. Terjadi ke- naikan hampir 50 persen sela- ma lima tahun terakhir, pada periode tersebut. Sektor-sektor lainnya seperti pertambangan dan galian, ba- ngunan, listrik dan air minum serta keuangan dan jasa peru- sahaan relatip konstan dalam penyerapan tenaga kerja sejak 1980. Sektor-sektor ini memi- liki daya serap sekitar 1 - 2 persen selama periode lima ta- hun. barang-barang jadi dan barang- barang kerajinan berupa anyam- anyaman (webbing, furniture dan sebagainya). Sejak tahun 1987 di Sultra ter- dapat 21 industri pengolahan rotan dengan berbagai tingkat pengola h- an dan jenis produk. Namun seba- gian besar dari industri yang ada itu masih memproduksi "washed and sulfhurized" atau rotan folish, sedang industri yang memproduksi barang jadi berben- tuk anyaman (webbing) jumlah nya belum berskala besar. rotan Belum berkembangnya sek- tor industri ini disebabkan be- lum berkembangnya sektor in- dustri besar yang padat modal. Disamping itu menurunnya proyek-proyek pemerintah ju- ga cenderung menurunnya da- ya serap tenaga kerja disektor bangunan sektor pertambang- an khususnya penggalian. (K.24)* DEN PERS NASION Halaman V MAKARIA Warga Transmigran Tangketada Kesulitan Air Bersih diadakan pemasangan pompa air tangan (sumur gali). Memang di- sana benar-benar kekurangan air, ujarnya. (K.14) Kolaka, NERACA WARGA Transmigran lokasi Tangketada, kecamatan Watuhang- ga, kabupaten Kolaka, provinsi Su- lawesi Tenggara mengalami kesu- litan air bersih. Sejak ditempatkan- nya di daerah ini tahun 1985/1986 umumnya warga transmigran swa- karsa ini berjalan kaki sekitar dua kilometer guna mendapatkan air bersih. Kárenanya mereka mengingin- kan agar pihak Departemen Trans- migrasi segera turun tangan.. Abd. Kadir, S (28 thn) warga transmigrasi Tangketada dalam ke- terangannya kepada NERACA ke- tika meninjau lokasi tersebut me- nyatakan keluhannya mengalami kesulitan air bersih. Ia memohon pihak Departemen Transmigrasi kalau memungkinkan diadakan pengadaan sumur gali (sumur bor) seperti yang dipasang dilokasi transmigrasi di daerah lainnya. f. "Kami betul-betul disini pak, kesulitan mendapatkan air bersih," ujar berkali-kali kepada NERA- CA. Pendekatan fungsional telah di- upayakan dengan pihak-pihak ter- Dikatakan, disamping itu tanah lokasi transmigrasi disini memer- lukan pemupukan. Kami juga mengerti, transmigrasi swakarsa ti- dak mendapat bantuan pupuk, teta- pi banyak lokasi transmigrasi seper- ti lokasi Wawotobi (Kendari) ta- nahnya tidak membutuhkan ba- nyak pupuk, sehingga para trans- migran hanya menyimpan pupuk- nya diemperan rumah, bahkan ada yang menjualnya, karena tanah cukup subur kendatipun tidak di- pupuk. Kakandep Transmigrasi kabu- paten Kolaka, Drs. Achmad Daka- ri ketika dihubungi NERACA me- ngatakan, lokasi transmigrasi Tang- ketada memang kini mengalami kesulitan air bersih. Sumber air di daerah itu agak minim dibanding lokasi transmigrasi seperti Toari, Î, II dan III di kabupaten Kolaka, ujarnya. Sementara sumber NERACA di Kanwil Transmigrasi Sultra me- nyebutkan, tahun anggaran 1988/- 1989 ini pihak proyek bagian pe- nempatan dan pembinaan trans- migrasi SESTAD-ADBKendari akan memasang sebanyak 500 unit pompa air tangan (sumur gali) di beberapa lokasi transmigrasi. Dikatakan sumber itu, sebaik- nya juga diprogramkan di lokasi transmigrasi swakarsa yang me- mang betul-betul kekurangan dan sulit mendapatkan air bersih. Ditargetkan 88.000 Akseptor KB Aktif Pencapaian peserta KB baru pa- da kurun waktu sama mencapai 19.838 pasangan dari target 26.000 yang harus diajak ber-KB atau mencapai 73,2 persen. Sementara pencapaian target ini diharapkan dapat terpenuhi menjelang akhir tahun anggaran 1988/1989. Para peserta KB di Sultra seka- rang ini kebanyakan mengguna- kan kontrasepsi pil disamping kon- trasepsi lainnya seperti IUD, sun- tikan, kondom dan lainnya. Untuk tahun mendatang dengan meng- gunakan metode susuk KB diha- rapkan peserta KB di daerah ini akan meningkat, karena pemakai- Pemantauan NERACA ketika berada dilokasi transmigrasi Tang- ketada menunjukkan lokasi terse- but memerlukan sekurang-kurang- nya 20 unit pompa air tangan perlu dipasang, guna menanggulangi ke- sulitan mendapatkan air bersih. Lokasi tersebut berpenduduk seki- tar 1.000 jiwa atau sekurang-ku- rangnya setiap 5 KK (kepala ke-, an kontraspsi ini sangat mudah. luarga) sebaiknya dipasangkan sa- Menjawab pertanyaan NERA- tu unit pompa air baru dapat CA Andarus Darahim mengata tertanggulangi. kan, pada tahun anggaran 1988/ 1989 atau tahun terakhir Pelita IV. BKKBN Sultra masih menemui hambatan geografis karena tidak semua wilayah pemukiman pen- duduk dapat dijangkau dengan mu- dah. Karena umumnya pompa air tangan (sumurgali) yang telah di- pasang dalam tahun anggaran lalu, di lokasi-lokasi transmigrasi yang mudah mendapatkan air bersih. Kendari, NERACA BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 1988/1989 men targetkan peserta KB aktif seba nyak 88.000, melebihi target tahun 1987/1988 yaitu hanya 74.000 pasangan. Sedang target peserta KB baru sebanyak 22.000 akseptor, kurang dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 26.000 pasangan. Kepala BKKBN Sultra, Drs. An darus Darahim, MPA kepada NE- RACA belum lama ini. Dikatakan, penentuan target ter- sebut berdasarkan atas hasil yang dicapai selama tahun anggaran 1987/1988, dimana hasilnya sam- pai akhir 1987 mencapai 62,997 peserta KB aktif atau 85.11 persen baru target sebanyak 74.000 pa-- sangan, Belum lagi faktor keadaan sosial ekonomi masyarakat, keterpaduan antara sektor pembangunan yang terkait dan tenaga yang ada dalam menangani masalah ini, baik mutu maupun jumlahnya masih dirasa minim, ujarnya. Untuk mengatasi kendala-ken- dala itu sukar diselesaikan dalam waktu yang singkat, tetapi diper- lukan waktu yang cukup panjang, sekaligus memilih strategis yang Kendatipun lokasi transmigrasi dapat mendobraknya, tandas An- (K.24) di Tangketada itu swakarsa, perlu darus Darahim. (K-24) Hambatan lain belum tersedia tenaga-tenaga terlatih untuk mema- sang kontrasepsi norplan, MOP/- MOW. Tenaga PPLKB dan PLKB yang ada baru memiliki pengeta- huan dan ketrampilan tingkat awal, sehingga masih sukar men- jadi dinamisator/pembina peran serta masyarakat melalui PPKBD. sub PPKBD, kelompok KB dan kader dasa wisma, katanya. SARUNG ADAT BUTON: Kabupaten Buton (Sultra) yang kaya dengan obyek wisatanya bukan disektor pariwisata saja yang terutama digalakkan, namun industri pengolahan sarung secara tradisional, semakin berkembang dan banyak diminati wisatawan asing maupun domestik. Harga mencapai Rp. 25.000,- (Photo: Kanwil Perindustrian Sultra/K-24), per lembar asli Dipersiapkan, Program Terpadu Transmigrasi 5 Tahun Mendatang Kendari, NERACA KANTOR Wilayah Departe- pada tingkat kecamatan sampai penyelenggara program transmig kabupaten untuk mengetahui se- rasi, daerah Sulawesi Tenggara men Transmigrasi Sulawesi Teng-cara konkrit jumlah penduduk akan diupayakan tidak menjumpai yang ada, kemampuan dan potensi masalah yang dialami seperti dae gara bekerjasama Bappeda Ting-wilayah yang dikaitkan dengan rah Lampung yang saat ini memi- kat 1 dan instansi terkait lainnya, kemungkinan penambahan tenaga liki pertumbuhan penduduk tak kini mencari konsep yang tepat kerja trampil melalui kegiatan pe- terkendali lagi akibat membanjir- dan cermat bagi pelaksanaan pro- mukiman penduduk secara swa- gram transmg rasi di daerah ini karsa di daerah-daerah bersangkut- pada Pelita V mendatang. nya pendatang dari luar daerah secara swakarsa. an. Program transmgrasi di Sultra dalam Pelita V dititik beratkan pada sifatnya transmgirasi swakar- sa, kata Ondjo. Keterkaitan semua pihak yang sebut melalui kordinasi, konsultasi berkompeten bagi pelaksanaan dan pembahasan berbagai hal men- transmgrasi di daerah Sultra da- dasar tentang persiapan dalam lam Pelita V mendatang, ditentu- rangka penyelenggaraan program kan perlunya konsep mekanisme nasional ini untuk lima tahun men- kerja yang lebih kongkrit sehingga antara satu instansi dengan instansi datang. Dalam percakapannya dengan lainnya memiliki kesamaan baha- sa. NERACA belum lama ini, Ka- kanwil Transmigrasi Sulawesi Pendekatan dengan pihak agra- Tenggara Ondjo Edy Suryadi ria dilakukan karena akan sangat mengatakan, masalah pokok yang menentukan program-program de- dibahas meliputi mekanisme kerja, ngan baik terutama untuk pena- keterkaitan semua pihak, soal daya nganan masalah tata guna tanah tampung wilayah dan khusus di (TGT). intern Kanwil Deptrans Sultra di- Menurut Ondjo Edy Surjadi, Pelita III sebanyak 29.097 KK upayakan masalah ketrampilan setelah konsep terpadu nanti di- dan kemampuan aparatur baik me- sepakati bersama, secara integral atau 117.084 jiwa dan Pelita IV nyangkut tehnis administrasi mau- diwujudkan dalam bentuk peren- target penempatan menurun hanya pun kewajiban petugas lapangan. canaan yang akan mencerminkan mencapai 9.363 KK atau 36.476 Pengenalan daerah masih akan peranan dan tanggung jawab ma- jiwa sudah termasuk penempatan dibahas berdasarkan data-data sing-masing instansi terkait. transmigrasi bantuan dari Bank yang bersumber dari bawah mulai Ondjo mengemukakan, sebagai Pembangunan Asja (K.24) Sejak pra Pelita sampai IV ini di Sultra telah ditempatkan warga transmgrasi sebanyak 49.169 KK atau 200.290 jiwa asal pulau Jawa," Bali, Madura dan Lombok yang dimukimkan di kabupaten Ken- dari, Kolaka, Muna dan Buton. Pada pra Pelita (1968) seba- nyak 300 KK asal Bali, menyusul lima tahun Pelita I sebanyak 3.865 KK yang menampung 18.178 jiwa sedang Pelita II tercatat 6.522 KK atau 27,057 jiwa.
