Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-10-12
Halaman: 06

Konten


ANALISA-MINGGU, 12 OKTOBER 1997 Para juara Pemilihan Bintang Radio Televisi BRTV Jangan Dijadikan Kegiatan Rutin KEGIATAN Pemilihan Bin- tang Radio dan Televisi (BRTV) jangan dijadikan sebagai event rutin saja, melainkan hendaknya harus terus dimanfaatkan untuk mengevaluasi kembali sejauh mana prestasi daerah ini dalam Pemilihan BRTV tingkat na- sional di tahun-tahun sebe- lumnya. Itu pinta Gubsu, ketika menyampaikan sambutan ter- tulis yang dibacakan Kakanwil Deppen Sumut Drs. Amir Ali Nasution pada pelaksanaan pemilihah BRTV'97 yang di- laksanakan Jum'at (3/10) lalu, di Studio ITVRI Stasiun Medan. Dan tampaknya imbauan Gubsu tersebut memang harus direalisasikan karena setelah melihat hasil yang didapat dari BRTV'97 tahun ini banyak sekali hal hal yang perlu di- (hb) FILM semi dokumenter karya sutradara Ari Ibnuhajar yang berjudul "Jakarta 468", mememangkan hadiah kedua pada "University Film & Video Association Student Film & Video 1997" di Philadelphia, Amerika Serikat. "Festival itu diikuti oleh 563 judul film yang berasal dari 190 perguruan tinggi di 24 negara," kata Ari di Jakarta, belum lama ini. Menurut Ari, penjurian pada festival itu dibagi jadi empat kategori, yaitu animasi, do- kumenter, eksperimen dan narasi. "Pada setiap kategori dipilih empat judul film sebagai pemenang dalam festival ter- sebut," ujarnya. perhatikan. Diantaranya tidak adanya pemenang untuk jenis seriosa karena peserta finalisnya hanya satu orang. Sedangkan yang tampil sebagai pemenang malam itu, juara jenis lagu Keroncong putra masing masing; juara I Tengku syafick, juara II Meindarianto, juara III Suharmo. Putri juara I,II: Indrie Sudharmono, Henny Lestari. Juara harapan I,II: Wahyu Irmayani dan Suryanti. Jenis Hiburan Juara I,II,III Putra > Yosekar, Martin Gom- gom Siahaan dan Indra Martias. Harapan I,II: Ahmad Sitompul dan Hendy Gultom. Juara Putri I,II,II: Joice Hutabarat,Marlina Imelda Sinaga dan Yohanna M.Nainggolan. Harapan I,II: Kristina Joic Panggabean dan Inggrid Silvana Hutagalung. Sementara untuk menen- tukan para pemenangnya, de- wan juri yang terdiri dari tokoh perfilman terkemuka di seluruh Amerika Serikat, memilih 37 judul film yang berhak masuk sebagai nominasi. "Dewan juri menilai film 'Ja- karta 468' sebagai film yang cukup menarik, karena meng- gambarkan kehidupan kaum urban yang dapat terjadi pada setiap bangsa." ielas Ari. Analisa/hb Penampilan Andre di ha- dapan penggemarnya di Mu- sicafe Medan Mall malam itu, "Jakarta 468" Menang di Festival ternyata tidak mengecewakan. Film Amerika Serikat Album "Nilai Sendiri Cinta- ku" ini, adalah merupakan pro- duksi NUR Records dan diedar- kan oleh Duta Melody Irama. Diakui oleh Venna, bahwa agak sulit baginya untuk menembus ja- lur dunia rekaman. Walaupun inodal untuk menuju kesana, se- benarnya sudah dikantongi oleh Venna. Misalnya saja, Venna per- nah meraih gelar juara pertama di Festival Lagu Pop Kroncong Se- Jatim, dan juara pertama Festival Selain menang dalam festi- val di Amerika Serikat itu, "Ja- karta 468", juga masuk nominasi dalam festival film dan video non-komersial di Brno, Re- publik Ceko. "Penentuan pemenangnya akan dilakukan di kota Brno pada suatu upacara yang ber- langsung pada 9-12 Oktober 1997," jelas Ari. Festival Brno dikenal sebagai "Festival B 16", yang merupa- kan jenis festival yang bergengsi di samping beberapa festival lain yang digelar di Prancis dan Jerman. LATAR BELAKANG Film "Jakarta 468" meng- gambarkan kehidupan kaum urban di kota metropolitan Ja- karta. "Mengenai ide pokok dari cerita di film ini adalah Tuhan tidak mengubah nasib se- seorang, kecuali orang itu berusaha untuk mengubahnya," papar Ari, (Ant) Venna Ingin ke Medan GADIS manis ini namanya. Venna Priscilla. Dan yang berha- sil mengajaknya masuk ke dapur rekaman, siapa lagi kalau bu kan Dadang S Manaf, yang dikenal se- bagai mesin industri lagu. Dan se- cara kebetulan, lagu unggulan dari rekaman perdana Venna- demikian panggilan sehari- harinya diciptakan oleh Dadang juga, yang diberi judul "Nilai Sen- diri Cintaku". Alasan Ari memilih tema kaum urban, karena masalah urbanisasi merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi RE kota metropolitan seperti Ja- karta. Karaoke Club Deluxs Se-Jatim. "Mungkin waktu itu, karena saya masih berdomisili di Surabaya ya," aku Venna yang kini duduk di semester 3 Universitas Petra Surabaya. Venna memang lahir dan be- sar di Surabaya, 29 Maret 1978, sebagai anak bungsu dari 2 ber- saudara. Venna memiliki tinggi 1,72 M dan berat 59 kg. Dan ku- litnya putih banget. Mungkin dia memiliki garis turunan dari Timor dan Madura Obsesinya boleh ju- ga, apa itu? "Dibidang musik saya ingin Go Internasional, kata Ven- na yang ingin sekali menyanyi di kota Medan. "Saya sendiri belum ngerti be- tul lho soal yang namanya cinta- cintaan itu apa. Kan saya belum punya pacar," kata Venna dengan polos menjawab pertanyaan, ada- kah kaitannya judul lagu unggul- an dengan kehidupan sehari-ha- rinya. (VK) Vena Priscilla Andre Hehanussa Merasa Belum Pantas Dilegendakan ARTIS yang menggelari musik karya ciptanya sebagai "Black Music" ini sempat mengaku secara jujur, bahwa dirinya sebagai penyanyi sebenarnya belum pantas menerima peng- hormatan sebagai penyanyi dan musisi legendaris. "Terlalu besar, dan sebenar- nya reputasi saya belum se- banding dengan julukan itu. Namun demikian saya sangat menghargainya, dan berjanji akan berusaha memenuhinya satu saat nanti," ujar Andre Hehanussa dalam acara per- gelaran "Lucky Nite di Musicafe Medan Mall, Rabu (8/10) malam yang lalu. Andre menganggap, yang lebih pantas memperoleh julu- kan legendaris tersebut se- sungguhnya, Koes Plus, The Mercy's, Titiek Puspa, dan lain sebagainya. Sedangkan dirinya belum. Itulah kerendahan hati An- dre, yang malam itu malah membuat dirinya tampil jadi lebih menonjol. SEDIKITNYA 27 dari 35 gedung bioskop yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) terpaksa "gulung layar" atau ditutup pemiliknya karena sepi penonton akibat kalah bersaing dengan televisi swasta yang menyajikan tayangan film menarik. "Setiap kali pemutaran film di gedung bioskop selalu sepi penonton, sehingga para pe- ngusaha rugi karenanya mereka menutup usahanya," kata Ka- kanwil Deppen NTB, L. Rus- miady SH seusai penutupan Diklat Jupen Fungsional se NTB di Mataram, Rabu lalu. Penampilan Andre Hehanussa yang memikat 27 Gedung Bioskop di NTB "Gulung Layar" Menurut dia, dengan adanya TVRI dan televisi swasta yang menayangkan berbagai jenis hiburan, seperti film sinetron, musik dan jenis hiburan menarik lainnya menyebabkan masya- rakat kurang berminat menonton film di gedung bioskop. "Masyarakat lebih senang menonton film yang ditayang- kan televisi selain bisa dinikmati secara santai bersama keluarga juga tidak perlu mengeluarkan biaya dan tenaga untuk datang ke gedung bisokop," katanya. Selain itu kadang-kadang film yang diputar di gedung GESTA PT BSO PODER SLOG RAND bioskop adalah film produksi lama yang sebelumnya sudah ditayangkan di televisi, sehingga dinilai kurang menarik. Kendati demikian sebenar- nya film bioskop memiliki pangsa pasar sendiri, karena masyarakat yang nonton film itu tergantung dari keinginan masing-masing, artinya walau- pun ada film ditayangkan di televisi, kalau ada film yang dinilai lebih menarik di bioskop mereka akan nonton. "Keberadaan gedung bios- kop sebagai sarana hiburan di suatu daerah memang perlu, terutama untuk memberikan alternatif hiburan kepada para wisat selalu mengimbau agar para untuk itu kami akan pengusaha bioskop memper- tahankan usahanya," katanya. Dan untuk kali kedua ini, Yu- nior muncul bertiga: Jimmy Van Houten, Okky dan ricky. Dima- nakah gerangan berada David? "Posisi David sebenarnya nggak jauh-jauh dari kami. Karena dia sangat sibuk, dan waktunya sa- ngat terbatas di urusan musik. Maka untuk rekaman yang kedua ini, David terpaksa tak bisa hadir. Mudah-mudahan nanti dia akan muncul di rekaman Yunior yang ketiga," kata Jimmy Van Houten. Barce Van Houten yang de- dengkot D'Lloyd menyatakan, bahwa yang namanya lagu "To- long Carikan Kekasih" ini, dulu- nya ngetop banget. Hingga mem- buat nama D'Lloyd jadi terkenal. Lantas, bagaimana pula dengan Yunior? Menurut Barce, "Lagu Tolong Carikan Kekasih ini, diba- wakan Yunior dengan sangat ba- gus. Artinya, Yunior menyanyi- kannya dengan tidak meninggal- kan gaya dan ciri khas D'Lloyd dulu!". Irama lagu dari "Tolong Ca- HIBURAN Analisa/hb FOTO: Manajer operasional Musicafe Medan, Andriani, tengah menyerahkan foto Andre Hehanussa untuk digantung di Musicafe Medan Mall. Dalam upaya mencegah semakin banyaknya gedung bioskop yang gulung tikar pihak Kanwil Deppen NTB berupaya untuk memberikan pembinaan dan keringanan kepada para pengusaha bioskop antara lain berupa perubahan sistem pe- ngenaan pajak. Beberapa tembangnya yang "Untukmu", "KK menjadi hit, seperti; "Kuta Bali", EP", "Dimana Ada", "Dalam Hati", "Melayang", "Bidadari", dinyanyikannya dengan baik diiringi Slogi Band dari Ban- dung. penggemarnya. "Kalau selama ini sistem pengenaan pajak dihitung ber- dasarkan persentase, kami DANN BUILTIN D'LLOYD YUNIOR (cukup rikan Kekasih" adalah pop rock menyebut dengan nama: Yunior- 'n roll. "Kami nggak mau kuwa red) kembali menggebrak blanti- lat. Karena itu, karakter yang ada ka musik pop Indonesia. Gebrak- pada senior kami itu tak boleh di- an kedua D'Lloyd Yunior ini di- lupakan. Kami berusaha sebaik tandai dengan beredarnya rekam- mungkin membawakan lagu yang an mereka yang bertajuk "Tolong bertutur tentang seseorang yang Carikan Kekasih", lagu yang di pengen dapat cewek, tapi nggak ciptakan oleh Chairul bersama dapat-dapat. Pokoknya, lagu ini bercerita tentang orang yang lagi pacaran," jelas Okky. Yustian. PL.ABC SONYA *** PERNAH Bagi mereka yang suka akan musik tempo dulu, pasti pernah WAME VASTS TECHNOFRICO RAPANCA 364 memberikan rekomendasi ke- pada Bupati/Walikotamadya se NTB untuk meninjau kembali sistem pengenaan pajak ton- tonan," katanya. PERAN BAPFIDA Menjawab pertanyaan ten- tang peran Badan Pembina Perfilman Daerah (Bapfida), Rusmiady mengatakan, kendati gedung bioskop semakin ber- kurang bukan berarti peran Bapfida tidak diperlukan lagi. "Peran Bapfida sebagai pembina perfilman di daerah masih diperlukan, karena Bap- fida tidak hanya membina film bioskop, tetapi juga menyangkut masalah penjualan, penyewaan kaset video, laser disk dan Video Cassette Disc (VCD)," katanya. Ricky, Okky & Jimmy Sekarang ini VCD juga masuk dalam pembinaan Bap- fida, karena di dalam film yang menggunakan media komputer itu juga bisa diselipkan film- film yang memuat adegan- adegan porno yang lebih ber- bahaya dibandingkan dengan jenis hiburan lainnya. "Untuk itu, kami meng- ingatkan para orang tua agar yang memiliki komputer yang dilengkapi VCD agar meng- awasi putera-puterinya terhadap kemungkinan memutar VCD porno," demikian Rusmiady. (Ant) Sementara gaya panggung- nyapun memikat membuat acara wawancara langsung dengan penggemar malam itu berlang- sung hangat. Dan ternyata Andre masih punya banyak penggemar di kota Medan. (hb) TNP Membangkitkan Kegiatan Showbiz di Sumut KONSEP dasarnya sudah tepat. Toba Nada Pesona (TNP) Entertainment & Production House, ingin membangkitkan kegiatan showbis di Sumut. Dan realisasinya sudah ditunjukkan melalui gelar acara Malam "Nada Pesona Bintang'97" yang dilaksanakan Sabtu (4/10) malam lalu di Pardede Hall Medan. Hasilnya terbilang sukses. karena beberapa artis kondang ibukota yang dihadirkan, ma- sing-masin; Kris Dayanti, Desy Ratnasari, Imam S. Arifin, dan Doyok Cs, Iis Dahlia, berhasil menghibur para pencinta musik kota Medan, kendati jumlah penonton yang menyaksikan malam itu tidak terlalu padat. Panggung yang dikemas Ayun Mahruzar malam itu cukup memadai, artinya menun- jukkan sikap bahwa TNP Enter- tainment yang dipimpin T. Gultom bersama mitra kerjanya Anthony Yudha, benar-benar serius ingin memajukan dunia showbiz di daerah ini. Sementara pertunjukan Ma- lam Nada Pesona Bintang '97 nya sendiri berlangsung sukses, karena panitia pelaksana selain menghadirkan artis artis ibukota juga menghadirkan penyanyi dan group band dari kota Medan. FOKUS Para artis yang muncul di panggung, masing-masing me- nunjukkan kebolehannya me- nembangkan beberapa lagu yang rata-rata sudah dikenal oleh penonton, sehingga tak urung mereka ikut menyanyi bersama ketika para artis men- dendangkan tembang-tembang- nya. Analisa/hb GELAR: Aksi artis ibukota di panggung Malam Nada Pesona Bintang '97 yang digelar di Pardede Hall. Tampak Doyok Cs (bawah), Kris Dayanti dan Desy Ratnasari (atas) menyanyi membawakan tembang pilihannya. Memang film itu diputar gratis di bioskop menengah melalui kerja sama Komite Film Dewan Kesenian Lampung (DKL) dengan Kanwil Deppen. setempat. D'Lloyd Yunior Menggebrak Lagi mendengarkan lagu dengan judul kan Kekasih" diproduksi oleh "Sepanjang Lorong Yang Gelap" Mithos Records dan diedarkan Betul. Bahwa lagu tersebut dicip- oleh Atlantik Records. Menurut ini dapat Anda jumpai pada re- takan oleh Is Haryanto, dan lagu Moelyono-produser Mithos Re- cords, "Yunior memberikan sur- kaman/album Yunior terbaru. La- prise pada penggemarnya, beru- gu lama lainnya: Berikan Daku pa bonus satu buah lagu lagi yang Cahaya (Chairul), dan Soleram (NN). Dan lagu baru yang berha- dibikin klip, dan dapat dilihat pa- da layar kaca TVRI dan TV swas- sil masuk untuk direkaman ada- ta. Lagu yang dibikin klipnya itu lah: Untuk Apa (Jimmy), Malam adalah berjudul Berikan Daku Ini (Jimmy/Yandri), Hari Ini Cahaya," ungkap Moelyono yang (Pongky/Stenly), Untukmu (Jim- juga menurut rencana dalam wak- my), dan Sia Sia (Pongky). tu dekat ini akan segera menge- Album Yunior "Tolong Cari- luarkan rekaman perdana dari bintang iklan dan sinetron, Moudy Wihalmina. Apa judul al- bum Moudy? "Tunggu dong ka- bar selanjutnya. Kalau dibilang sekarang jadi nggak surprise dong," katanya menambahkan. Menurut Ketua Komite Film DKL Hermansyah GA dan Ketua Harian DKL Iwan Nur- daya Djafar, sekali waktu masyarakat penonton perlu diajak bergratis-ria menikmati film yang bermutu dari segi sinematografi dan diacungi jempol oleh para kritikus film, meskipun tak laku dijual di pasar. "Makin banyak film serupa ditonton diharapkan masyarakat makin cerdas dan pintar memilih film untuk ditonton," katanya. Tapi, dari Jakarta, salah satu sutradara "Fatahillah", Imam Tantowi, yang menggarap film itu bersama Chaerul Umam, menyatakan pesimisme atas nasib filmnya yang dianggap gagal menjadi momentum ke- bangkitan film nasional. Namun, ia mengakui, se- belumnya memang film itu diproduksi bukan untuk meraih penonton tapi untuk membang- kitkan kembali perfilman na- sional, kenyataannya film nasional belum juga terdong- krak meskipun "Fatahillah" Kata Ricky, "Saya sangat se- nang dengan beredarnya, rekam- an album Yunior ini. Dan juga gembira, karena lagu Tolong Ca- rikan Kekasih ini mendapat sam- butan yang baik. Baik itu di radio- radio swasta atau pun disegi pe- masarannya. Dan terbukti, Yunior mendapat sedikitnya 6 tawaran untuk show keluar kota. Dan sa- Kris Dayanti salah satu contohnya, meski lagu yang dibawakannya sudah terlalu sering diperdengarkannya setiap kali ia ke Medan, namun tak mengurangi daya tarik karena, Kris mampu menjalin komuni- kasi yang akrab dengan pe- nontonnya. Begitu juga dengan Doyok yang kocak, selalu menim- bulkan gelak di antara penonton karena banyolannya, sementara Dessy Ratnasari malam itu terlihat jadi fokus perhatian penonton. yangnya permintaan ini tak dapat kami penuhi saat sekarang. Sebab, kami sedang mempersiapkan re- "Fatahillah" Digratiskan di Tengah Pesimisme sudah beredar cukup lama. FILM kolosal "Fatahillah" yang banyak disebut-sebut sebagai momentum kebangkitan film nasional, meskipun oleh salah satu sutradaranya, Imam Tantowi, dianggap belum bisa membangkitkan terpuruknya film nasional, masih mampu menjaring minat ratusan pe- nonton di Bandar Lampung. Di Lampung sendiri, kini ratusan bioskop kelas menengah ke bawah semakin terping- girkan, banyak yang sudah gulung tikar dan alihfungsi gedung, beberapa dibiarkan teronggok meskipun sudah ada penyerahan gedung bioskop tadi kepada Perusahaan Film Keli- ling (Perfiki) untuk mengelo- lanya. GRATIS Imam S.Arifin Kini, menurut data dari Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Lampung, praktis bioskop yang beroperasi hanya menengah ke atas, khususnya bioskop sekelas milik kelompok 21 ("Twenty- One") yang terus merambah Lampung. Namun, filmnya praktis didominasi film impor meng- ingat memang film nasional yang dinilai "laku dijual langka diproduksi", kecuali film kelas tak menarik bagi para kritisi film. Dalam diskusi film seusai pemutaran gratis "Fatahillah" di Bandar Lampung 4 Oktober 1997, melalui pembicara tunggal Hermansyah GA, diungkapkan kenyataan hasil resensi bahwa memang film itu nol persen mengandung unsur hiburan, tapi lebih banyak berisikan unsur pendidikan (30 persen). Justru nilai paling tinggi yang terkandung dalam film itu adalah harapannya bisa mem- bangkitkan perfilman na-sional kembali (sampai 70 persen). "Wajar kalau Fatahillah meskipun dinilai bagus, tapi di film umum, tak akan laku keras karena memang unsur hiburannya minim," kata Her- mansyah lagi. pasar Mungkin karena ia baru saja dilanda gosip tentang hu- bungannya dengan Menaker Abdul Latief, sehingga sorot mata penonton bagai tak putus melihat penampilannya. Dessy malam itu tampil santai, bahkan beberapa kali Imam S. Arifin Percaya Musik turun dari atas panggung me- ngajak penontonnya berden- dang bersama membawakan Dangdut akan Abadi Namun, amat wajar pula kalau pada film itu disandarkan masa depan kebangkitan film nasional. Setelah "Fatahillah" diharap- kan lahir film nasional bermutu yang laku dijual dan disukai untuk menggeser film impor yang mendominasi dunia perbioskopan di Tanah Air. Bagi Imam Tantowi, harapan itu ternyata masih belum ber- hasil, buktinya seusai "Fata- hillah", belum diikuti oleh pembuatan film lain. DIAGNOSA KERUNTUHAN Karena itu, Imam Tantowi menyarankan perlunya pembe- nahan manajemen pemasaran film nasional, didahului pem- bicaraan mendiagnosis kerun- tuhan film nasional secara de- tail melibatkan pakar bisnis sehingga benar-benar ketahuan penyakitnya. Ia menggambarkan penyakit film nasional sebagai sakit jantung yang diobati dengan obat panu. Sejak awal sudah diketahui keruntuhan film nasional akibat monopoli per- edaran film, persaingan luar biasa dari luar, dan persaingan dengan produk media siaran, terutama televisi swasta. "Tak bisa main tebak untuk mengobati penyakit film yang sudah parah, perlu dialog dengan pakarnya, jangan pula cuma oleh kaman ketiga," jelas Ricky-yang orang film, tak akan fair," menurut Moelyono akan bersolo katanya menegaskan. karir, tapi tetap di D'Lloyd Yu- nior. (MSL) Namun, Ketua Komite Film DKL Hermansyah GA tak patah Mise MADA-DECONA RINTARS lagu "Tenda Biru" dan tembang- tembang lainnya. Kalaupun ada yang tampak agak sibuk dan penasaran ingin mendekatinya malam itu adalah para wartawan. Mereka ingin mengkon- firmasi kelanjutan hubungannya dengan Menaker setelah ada pernyataan Menaker yang mem- bantah semua berita tentang PENYANYI kondang spe-. sialis dangdut, Imam S.Arifin, memang bukan satu-satunya artis yang membanggakan eksistensi musik dangdut kian meraja di persada nusantara ini, namun ia percaya bahwa keberadaan musik dangdut di Indonesia akan abadi sepanjang rakyatnya masih ada. "Buktinya di segenap penjuru kota dan pelosok desa orang kita banyak yang suka musik dangdut," ujar artis penyanyi yang baru meluncurkan album "Jandaku" ini, saat akan mengisi acara "Malam Pesona Bin- tang'97" yang diselenggarakan Toba Nada Pesona (TNP) En- tertainment di Pardede Hall Medan pekan lalu. Di blantika musik dangdut, arang. Ia masih berharap akan lahir film bermutu yang disukai masyarakat selepas kehadiran "Fatahillah". Guna "mengajari" masya- rakat penonton untuk mulai bisa memilih film yang baik dan bermutu milik sendiri dan dari luar (impor), Komite Film DKL juga akan mencoba bekerjasama dengan Kedubes beberapa negara yang dikenal memiliki film berkelas dunia. "Kami mulai jajaki hubungan dengan beberapa Kedubes seperti Perancis dan Inggris serta beberapa negara lain, kami juga perlu berkonsultasi dengan Parfi untuk merealisasikan pemutaran film dari negara mereka secara gratis," kata Hermansyah lagi. Sebenarnya penyakit kronis perfilman nasional sudah ter- deteksi dan bisa diobati sejak lama, kalau orangnya mau. Sutradara, sastrawan, dan tokoh perfilman Asrul Sani pernah berucap, adanya kemun- duran kehidupan perfilman nasional membuktikan sejarah kemunduran dengan kompromi besar dalam bidang kebudayaan. "Dulu film berada di tangan orang film, sedangkan sekarang berada di tangan pedagang film," kata Asrul Sani. Tapi apakah mungkin semua pihak lantas menuding peda- gang film yang "memegang" hidup-mati film nasional itu sengaja merusak film yang jadi lahan bisnis mereka? HALAMAN 6 Menurut pengamat perfilman nasional Dr. Salim Said, me- mang dipersoalkan mengapa banyak film nasional mutu dan kecenderungannya cuma seperti meniru film impor kelas dua atau tiga yang hanya menon- jolkan kemewahan, seks, dan kekerasan. Melalui buku "Profil Dunia Film Indonesia", Salim Said sudah memperinci kenapa kondisi seperti itu menjadi "penyakit" perfilman nasional mereka. Ternyata sama saja, nihil. Dessy sedikitpun tidak mau ngomong soal hubungan itu. Kendati didesak, tetap saja ia ngomong "Sudahlah jangan tanya soal itulah, yang lain saja. Saya enggak mau jawab kalau masalah itu saja yang ditanyakan pada saya," katanya sambil tertawa renyah. (hb) www men- Imam tergolong artis yang dikenal cukup produktif dendangkan tembang-tembang dangdut. Sudah puluhan album yang dibuatnya dan beredar di pasaran, semuanya disenangi publik. MELAYU Dalam menciptakan lagu- lagu dangdut, Imam terlihat lebih cenderung merujuk musik melayu, ketimbang warna musik lainnya seperti, dangdut remix, dangdut raggae, dan lain sebagainya. "Bagi saya lagu-lagu ber- irama seperti itu sifatnya hanya musiman, sedangkan yang dangdut melayu akan selalu bertahan lama," tutur penyanyi yang beristerikan penyanyi asal Medan ini. (hb) dalam kondisi sosial politik dan ekonomi dan kebijakan pe- merintah atas nasib perfilman Indonesia. Tapi, di tengah kondisi keprihatinan film nasional yang terus saja terhimpit film impor dan ikut didesak film nasional yang berselera rendah, toh masih lahir sejumlah film bermutu dari tangan para sutradara dan sineas unggul: Teguh Karya, Arifin C. Noer, Chaerul Umam, Slamet Rahardjo, Eros Djarot, dan beberapa sutradara generasi muda (termasuk wanita) yang muncul kemudian. Film Garin Nugroho, meski tak seperti "Fatahillah" yang menjadi sandaran kebangkitan film nasional, toh banyak mendapat pujian dan peng- hargaan dari luar negeri, mes- kipun tak juga mampu me- nerobos bioskop elite dan sulit menjaring penonton potensial. nasib "Lingkaran setan' perfilman nasional tampaknya masih akan terus meliuk-liuk meskipun karya film bermutu tetap akan lahir, tapi film impor masih terus akan mendominasi sehingga film nasional tetap hanya menjadi konsumsi pe- nonton menengah ke bawah yang tak laku di kelas atas. Padahal, peran film itu sangat strategis bagi kehidupan ke- budayaan bahkan perilaku sehari-hari. "Film memang harus memberikan kebanggaan kepada penontonnya. Jika hal itu dipenuhi, pasti film itu akan laku dan sukses," kata Imam Tantowi. Akan tetapi, "lingkaran setan" perfilman nasional yang belum bisa dibenahi masih terus saja membelit dan sulit dilepas- kan sehingga film itu tetap dinilai gagal membangkitkan film nasional yang sudah lama terpuruk di negeri sendiri. (Budi Santoso Budiman/Ant) Diskotik BERI PADAKU BERI PADAKU RASA YG TERDALAM UNGKAPKAN LEWAT KATA KATA APAPUN KISAHNYA INGIN AKU TAHU SEUTUHNYA JANGAN KAU RAGU Film "Fatahillah" tampaknya mulai berhasil memancing kebanggaan itu dengan pe- nonton khusus berjubel me- madati. MEN 2ADI KASIH MU ADALAH ZANJIRU SEUTUHNYA ENGKAU MILIKKU HARI DUKAMU DIMASA YG LALU KU AKHIRI DENGAN CINTAMU REFF MARILAH SAMBUTLAH HATIKU SEGENAP RASA INI MILIKMU 24UH KEDEPAN KITA BERTAHAN MEMBUAT SEMUA IMPIAN MENZADI NYATA BY: ANDRE машка