Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-10-12
Halaman: 08

Konten


ANALISA - MINGGU, 12 OKTOBER 1997 JZUKI 091894AF KALAU mendengar tekad yang pernah diungkapkannya, kita semuanya pasti akan merasa salut dan "angkat topi". Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan Bibit Wahyudiono, salah seorang penyandang cacat asal Blitar-Jawa Timur. Pria berusia 34 tahun ini, bertekad mengelilingi Indone- HARI ini merupakan hari per- tama bagi Tuty di sekolahnya yang baru. Ia pindah sekolah ke Medan karena orang tuanya pindah ber- tugas. Sebelumnya mereka tinggal di Padang. Karena ini hari perta- manya di sekolah yang baru, ia di antar oleh ayahnya. Setelah dise- rahkan kepada kepala sekolah, ia dibawa ke kelasnya yakni kelas 5. la diberi bangku yang paling de- pan, sendirian pula. Itu tidak menjadi masalah baginya. Setelah lonceng istirahat per- tama berbunyi, ia berencana ingin berkenalan dengan teman-teman sekelasnya terlebih dahulu. Na- mun belum sempat ia beranjak sudah ada yang menghampirinya dan duduk di sebelahnya. "Kenalkan, nama saya Nelly. Bolehkah saya duduk sebangku denganmu?" Tanya anak tersebut sambil mengenalkan diri. "Boleh saja, saya lebih suka berduaan dari pada sendirian. Biar ada teman ngobrol. "Sambut Tuty. MENDATAR 1. Bisa 4. Masakan berkuah 5. Adalah (Inggeris) 6. Titel 7. Perkebunan inti rakyat 8. Tidak 9. Alat untuk memasak 11.Mangkat 13.Memotong 19.Tulis ASG 20.Andil 14.- 16. Rumah 17. Pekan Imuniasasi nasional 18.Sumbangan 116 Tak Kenal Putus Asa sia dengan kursi rodanya. Adik adik dapat melihatnya, dalam foto, betapa tegar dan bersemangatnya dia. Sedikitpun ia tidak mememperlihatkan rasa canggung ataupun rendah diri dengan kondisi cacat yang disandangnya. Dalam gambar Bibit Wahyu- diono terlihat sedang berpose di atas kursi rodanya saat tiba di Manado, Sulawesi Utara, be- berapa waktu yang lalu. Nah, keinginannya itu cukup menarik kan ? (hb/ant) Tampak ia benar-benar se- rius, dan sebagai insan ciptaan Tidak Tahu Membalas Budi 21 RU Menguji Kecerdasan 17 12 9 14 15 V 19 VIAMAR Ketika mereka berdua sedang bercakap-cakap banyak mata me- mandangnya dengan pandangan sinis. Tapi bagi Tuty itu biasa. Se- bagai anak baru memang biasa- nya begitu. Nanti istirahat kedua ia akan berkenalan dengan peng- huni kelas tersebut. Ketika istirahat kedua, ia mu- lai berkenalan dengan satu persa- tu penghuni kelas tersebut tanpa terkecuali laki-laki atau perem- puan. Ketika berkenalan dengan mereka itulah, Tuty baru tahu maksud pandangan dari teman- temannya. "Kamu jangan mau sebangku dengan Nelly. Di kelas ini mana ada yang mau duduk bersama- nya". Terang Meity. "Kenapa rupanya?" tanya Tu- ty ingin tahu. "Sifatnya nggak baik. Ia suka nyeritain orang, suka bergosip, su- ka nyontek bahkan ia mau meng- ambil barang milik teman sebang- kunya dengan alasan meminjam dan terus alasannya sudah hi- 22.Advis MENURUN 1. Semangat 2. Bola masuk gawang 3. Orang yang berpartisipasi 6. Jurang pemisah 10.Ahli bahasa 12.Inpres Desa tertinggal 15. Racun 17.Pohon yang daunnya jadi atap 2 Kiriman : Alimuda Siregar 10 22 Oleh: D.Fransiska Red 3 5 13 178 20 Antara 2 Tuhan, ia tak pernah mengenal putus asa, dan itu terekspresi dengan jelas dari wajahnya. lang...," papar Meity yang juga di- iyakan oleh Mona, Lisa. "Jadi selama ini ia duduk de- ngan siapa?" Tuty ingin tahu. "Dengan Eny," jawab Mona. "Kalau begitu sifatnya kenapa Eny mau?" tanya Tuty lagi. "Sifat mereka sama. Sama- sama suka gossip jadi sesuai. Ja- di kau hati-hatilah. Mana tahu kau mau dijadikan korban ber- ikutnya". Lia memberi nasehat. "Mudah-mudahan saja ti- dak.....," jawab Tuty dan mereka te- rus bubar karena lonceng tanda masuk sudah berbunyi. Bagi Tu- ty tidak menjadi masalah, karena kebenarannya belum dilihat sen- diri. Tidak boleh berprasangka buruk. Demikianlah keadaan di kelas Tuty yang baru tersebut. Dan apa- apa yang dikatakan teman-te- mannya tentang Nelly mulai keli- hatan. Hampir tiap hari ia tidak pernah mengerjakan pe ernya. Ia selalu meminjam punya Tuty. De- mikian juga ketika ujian, hampir selalu Nelly mencontek miliknya. Tapi Tuty masih berpikirannya po- sitif. Mungkin Nelly sibuk tidak sempat belajar dan sebagainya. Namun hal tersebut berlangsung terus menerus dan sampai pada puncaknya di suatu hari. Nelly berkata padanya sambil menghi bah-hibah. TAMAN RIANG Payung Impian : NIMCH SARAPAN APA KAMU MOI ! MAKA warga hutan resah! Keresahan itu timbul sejak Pak Srigala menunjukkan sikap tak bersahabat kepada hewan lainnya. Ia kerap mengganggu hewan yang lemah. Bahkan tak segan segan menyakiti mereka. PEKAN raya hadir kembali. Anti sangat senang. Sudah lama ia menantikan pekan raya ini. Pekan raya seperti itu memang sangat jarang hadir di daerah terpencil, tempat dimana Anti tinggal. Paling-paling hanya setahun sekali gadis kecil itu dapat menikmati pagelarannya. **** "Raja Hutan, mohon diambil tindakan atas kelakuan Pak Srigala yang semakin menjadi- jadi itu! Semalam anak saya men- jadi korban kebringasannya," ucap Om Kambing dengan nada tinggi. "Saya juga, Raja Hutan Kemarin hampir saja saya di lukai Pak Srigala. Untunglah saya cepat-cepat menyembunyikan diri. Kalau tidak, sudah jadi korban- nya saya!" sambung Ibu Domba, "Saya juga mengalami perlakuan menyakitkan dari Pak Srigala," lanjut Bibi Keledai. Di dusun nelayan ini, Anti ting- gal bersama kedua orang tuanya. Anti adalah anak tunggal. Meskipun ia sudah berumur delapan tahun, Tuhan belum juga memberikannya sorang adik. Namun Anti tidak sedih. Ia punya banyak teman. Semua orang menyenanginya. "Baiklah, pengaduan kalian menjadi perhatian serius bagi kami. Aparat kerajaan Hutan akan segera mungkin mengambil tindakan atas perlakuan Pak Srigala. Hal seperti ini jelas tidak dapat dibiarkan. Hukum harus ditegakkan. Namun kami minta Toeeet!! Toeeeet!! Toeeett!!! Suara terompet yang berasal dari arak-arakan gerombolan penari, mengejutkan Anti. Ia segera keluar rumah untuk menyaksikan. Wuiiih.... ramai sekali. Anak-anak kecil berlarian kesana-kemari. Selain penari yang berpakaian gemerlap, ada juga badut-badut lucu, yang membuat mereka tergelak suasana malam yang biasanya sepi, kini menjadi gempita. Tapi, dibandingkan melihat polah badut-badut itu, Anti lebih tertarik menyaksikan kakak-kakak penari yang baru melewatinya. Anti memandang mereka dengan takjub. Pakaian yang mereka kenakan berwarna keemasan, senada dengan payung yang dibawa. Payung itu bertambah gemerlap saja diterpa sinar rem- bulan. Semakin memperkuat ke- inginan Anti untuk menjadi penari, terutama dengan adanya payung itu. Payung yang selalu berada dalam impiannya. Keesokan malam, setelah selesai belajar, Anti pamit kepada orang tuanya untuk pergi ke pekan raya. Ia sangat ingin melihat gemulainya gerakan kakak-kakak penari di atas panggung. Bersama teman-teman, Anti berangkat menuju tempat yang tidak jauh dari rumahnya itu. Sebelum acara selesai, Anti dan teman-temannya sudah pulang. Soalnya, kalau menunggu acara usai, pulangnya pasti terlalu malam. Entah kenapa, tiba-tiba Anti berniat melewati jalan yang belum biasa dilaluinya. Anti ber- pisah dengan teman-teman. Ia melewati jalan berpasir dengan yang sebenarnya akan diperguna- kannya untuk membeli buku. Namun ketika waktu istirahat kedua di dengarnya suara Nelly didalam kantin sambil tertawa- tawa bersama Eny sambil makan bakso. "Tut, pinjam uangmu Tut. Aku sudah beberapa bulan belum membayar uang sekolah kalau ha- ri ini belum dibayar aku akan di- keluarkan dari sekolah". Kata Nel- ly sambil merengek dan wajah memelas. Karena kasihan melihat- nya, Tuty memberikan uangnya kir Tuty dalam hati. "Hebat juga permainanmu Nell" Puji Eny. "Siapa dulu Nelly....," kata Nelly sambil tertawa terbahak- bahak. "Kapan-kapan kita bisa makan seperti ini lagi..... lanjutnya. Sakit hati Tuty mendengarnya. Namun ia tidak bisa berbuat apa- apa lagi. Memang salahnya terla- lu mudah merasa iba, padahal su- dah diingatkan oleh teman-te mannya yang lain. Mudah-mudah an mereka kena batunya demikian rutuknya. waktu menyusun langkah dan strategi untuk menghukum Pak Srigala. Oleh karena itu, sekarang kalian pulang saja ke rumah masing-masing", suara Raja Hutan, sang Harimau itu meng- gema sarat kewibawaan. udara menusuk tulang. Tak disangka, sekelebat cahaya menyilaukan mata menghalangi langkahnya. Anti segera mendekati sumber cahaya itu. Ter- nyata sebuah payung keemasan yang tergeletak begitu saja di atas pasir. Payung yang terkembang itu terbang-terbang diterpa angin. Tuhan! Itu kan payung yang selalu kuimpikan! pekik hati An- ti. Ia berlari mengejar payung itu. Namun benda tersebut seakan tak mendengarnya dan terus men jauh. Payuuung! Payungkuuu! Kema rilah! Aku ingin bersamamu!" jerit Anti. Ia tak lagi melihat batu kecil di depannya. Anti tersan- dung dan jatuh. "Kutemukan !!!" Teriaknya gembira. Kemudian Kancil pun menyu sun persiapan untuk menjebak Pak Srigala. Setelah segala sesuatunya beres, ia pun mencari Pak Srigala. Hewan yang ber- papasan dengannya, selalu ia Buk! Anti mengusap-usap matanya sambil meringis. Ter- nyata ia terjatuh dari tempat tidur. Mendengar suara Anti mengaduh, Ibu segera memasuki kamar. "Anti! Ada apa, Nak? Ya am- pun, kamu bermimpi, ya?" Beliau bertanya cemas sambil memban- tu Anti duduk. Oleh Haya AZ Anti menceritakan mimpi dan keinginannya untuk menjadi seorang penari. Ibu hanya mengangguk-angguk. "Anti, kalau kamu punya ke- inginan, kamu harus berlatih keras untuk mewujudkannya. Agar dapat menjadi penari yang baik, kamu mesti tekun dan rajin HUMOR CUEK Suatu malam papa memang- gil Tina yang malam hari itu sedang menyelesaikan PR di ruang depan. Tina Papa : Kamu ini bagaimana sih, Tin? Papa dari tadi teriak-teriak, tetapi barang sedikit- pun kamu nggak ada perhatian sama orang tua. Dasar anak ban- del.... kalau masih seperti tadi terus suatu saat pasti papa menjewer kuping mu! : Huuhh, papa? Waktu itu papa bilang kalau di Jakarta harus Sati HUMOR RIANG neonora quek?b delsbaut* Papa : Masaallah.... ULAR Ratna Lilis Sati Ratna Lilis Maman Ketika masuk kelas kembali dan mereka sudah berada sebang- ku lagi, Tuty pura-pura tidak ta- hu saja. Namun ketika sedang asyiknya mereka belajar mate- matika, tiba-tiba saja Nely "me- ngerang memegangi perutnya. Pe- rutnya sangat mulas sekali dan be- lum sempat ia lari ke belakang sambil permisi, karena sudah dak tertahankan lagi, kotorannya sudah keluar di celana. Walaupun tidak kelihatan, namun baunya dengan segera menyebar ke selu- ruh kelas. Sambil menutup hi- dungnya, mereka tidak dapat me- nahankan tawanya karena lucu. Pak Husin guru mate-matika yang sempat terbengong melihat tingkah Nelly akhirnya ikut juga tertawa terbahak-bahak. Itulah balasan buat orang yang suka menipu pi- Sri Atun: Caileee? Maman Agus Carvalos : Rat, jenis ular apa yang sering dijumpai di rumah begitu juga di setiap rumah sakit. : Jenis ular apa ya? Ular lidi, tetapi.. ular air, nggak mungkin.... ular goni hiliihh. Ah nggak tau! : Ular tangga. : Dasar! JAKARTA : Man, kalau kamu tau kepanjangan Jakarta maka aku akan men- traktirmu makan bak- so di warung mpok Ijah pulang sekolah nanti! Jakarta? Apa ya.. oiya, jadi kaya raya tetapi angkuh! : Boleh juga tetapi kurang sempurna, Man. Jakarta kepan- jangannya adalah jalan karang rejo tandem. Busyeeet? belajar. Jangan hanya bermimpi", ujar Ibu sambil mengelus rambut putrinya. "Tapi Bu, bagaimana mungkin? Untuk mencari seorang guru kan perlu biaya. Anti tidak mau menyusahkan," tutur Anti. Walau masih kecil, ia telah menyadari bagaimana susahnya Ayah men- cari nafkah. Karena terkadang, dalam sehari belum tentu banyak ikan yang terjaring. "Lho, siapa bilang menyusah kan? Kan ada Eyangmu. Gitu- gitu, Eyang pandai menari, lho' jawab Ibu. "Beliau bisa menga- jarimu. Setiap libur sekolah, Ayah akan mengantarmu ke kota. Setelah itu, di rumah kamu bisa berlatih lagi, supaya cepat mahir, sambung beliau lagi. "Ibu kok, nggak pernah cerita bahwa Eyang pandai menari?" tanya Anti keheranan. "Hei, kau Kancil, Ada apa kau kemari! Pergi kau dari sini. Kalau tidak kulukai kau nanti!!" sergah Pak Srigala. "Habis, Anti juga nggak per- nah bilang pada Ibu, kalau ingin menjadi penari". Ibu tersenyum geli melihat tingkah anak semata Kancil tidak gentar di gertak begitu. Malah ia berujar, "Sabar dulu Pak Srigala. Aku membawa khabar dari Raja Hutan tentang pengangkatan Pak Srigala men- jadi Petugas Keamanan Khusus Hutan ini. Pelantikannya tinggal menunggu kehadiran Pak Srigala saja. Untuk itu saya sudah ber- wayangnya. Anti merangkul ibunya. Ia bahagia sekali. Suatu saat, ke- inginannya pasti tercapai. Menari, bersama payung impian. *** MONDING KAU BANTU UWAK DI- SINI, NANTI KU. BORI BUAH RAMBUTAN. Srigala Itu Kena Batunya Oleh: Masrida Asriani TAPI APA YANG AKAN SAYA BAN- TU. (Kiriman Maruli GM) penasaran. DI sekolah sebenarnya sudah ada larangan bahwa pada waktu jam istirahat murid murid tidak boleh ada yang keluar pagar. Itu adalah peraturan, dan murid murid yang melanggar biasanya diberi sanksi. Andi yang pernah kedapatan memanjat pagar untuk membeli es campur di seberang jalan diberi sanksi menyapu kelas tiap pagi selama 3 hari. Mira lain lagi, diberi hukuman berupa pekerjaan rumah atau pe er yaitu membuat karangan sebanyak 2 lembar yang isinya menceritakan penyesalannya memanjat pagar. Roy lain pula, karena sudah 3 kali kedapatan melanggar aturan makan orang tuanyapun dipanggil ke sekolah. MONEK KALAU BOTUL KAU DENGAN SEGERA MONER MAU MEMBANTU, AM. MEMULAI TUGASNYA BIL KAYU-KAYUÍTU DARI BELAKANG RU- MAH UWAK ITU. Begitulah peraturan itu ditegak- kan, tujuannya tidak lain agar hal hal yang tidak diinginkan terjadi kepada siswa. Misalnya tertabrak kenderaan yang lalu lalang, murid murid mengambil milik orang lain yang ada di ladang sebelah sekolah. Pokoknya pelarangan itu dimaksudkan agar siswa disiplin dan tidak mengalami kejadian buruk. tanyakan apakah bertemu dengan Pak Srigala. Tentu saja hewan- hewan lain pada menggelengkan kepala. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk tidak bersua dengan Pak Srigala, kok malah Kancil berusaha menemui Pak Pak Srigala dan Kancil Lalu Raja Hutan menitahkan Srigala. Dalam pikiran hewan- menyusuri jalan menuju tempat kepada Kancil si cerdik pandai un- hewan lain, keinginan Kancil Raja Hutan bersemayam. Namun tuk melakukan sesuatu agar Pak menemui Pak Srigala menjadi arah perjalan telah diatur Kancil. Srigala jera. Titah diterima Kan- Pak Srigala yang sudah cil dengan rasa yang tak tentu. Ia kegirangan mendapat jabatan itu belum menemukan cara yang ter- tak menyadari bahaya sedang baik untuk memperdaya Pak mengintai. Hingga di satu Srigala. Sedangkan titah dibatasi tikungan ia terperosok ke dalam oleh waktu. Karenanya ia berpikir lubang yang telah dipersiapkan keras satu harian. Belum juga ketemu. Esoknya ia pun berpikir lagi. Mondar-mandir. tanda tanya besar. Ada apanya? Hingga akhirnya Kancil menemui sendiri Pak Srigala dekat sungai. Kancil terlebih dahulu. Pak Srigala kesakitan, susah payah mencari Pak Srigala" Mendengar kata Kancil senang juga hati Pak Srigala. Hidungnya kembang kempis. Telinganya ke kiri ke kanan. Ekornya pun bergoyang-goyang riang. "Ayolah Pak Srigala kita menghadap Raja Hutan," ajak Kancil. AAH..,SAYA TAKUT MENGAPA PULA- KAMU TAKUT!! Akibat Melanggar Larangan "Aduh....! Tolong !!!! Tolong aku Cil!!!? Kakiku patah rasa nya..... ۲۱۱ Kancil sedikitpun tidak memberi tanggapan. Malah ia beranjak pergi. Maksudnya menghabarkan kepada Raja Hutan bahwa ia telah berhasil memperdayai Pak Srigala. *** Oleh Kak Henny "Semalam waktu aku pulang kulihat ada pohon itu, tapi entah apa namanya pokoknya buahnya lebat dan itu pasti enak kalau tidak bisa dimakan untuk apa ditanam si pemilik ladang" Gatot meyakinkan dua temannya. "Tapi bagaimana caranya ? wong sekolah kita dipagar keliling dan pintu depan digembok. Mana bisa keluar. Lagi pula bukankah kita dilarang keluar. Aku takut juga kalau kalau nanti ketahuan kita pasti diberi hukuman. Udah ah nanti aja pulang sekolah". Ayat agak ragu walaupun dalam hati sebenarnya ia begitu penasaran. "Sekarang mau ikut nggak !?" Gatot menantang keberanian Ayat. "Tapi..... "Sudahlah kalau memang penakut usah ikut sama kami" Ikbal memotong Ayat yang masih ragu. Dengan sangat hati hati mereka bertiga memanjat tembok gdeguk! gdebuk! gedebuk! ketiganyapun melompat dan sam- pai di ladang Pak Paimin. "Mana pohonnya" Ikbal setengah berbisik takut kalau ada si pemilik ladang. "Itu ! dekat pohon jambu itu!" SARAPAN ROTI KAMU MAU AMBILLAH MET?!. INILAH dua teman kamu yang cakep-cakep. Mereka masing masing adalah Boris Sanjaya (10) dan si cilik Han- dersen Pranoto (4), tengah santai berfoto dengan badut Mickey Mouse dan Kelinci Bobo, pada acara "Pesta Terima kasih" bagi penghuni Perumahan Citra Wisata/Lake View Medan. Keduanya bersekolah di sekolah Perguruan Sutomo TAKUT KALAU MATA KU JADI BIRU.. SEPERTI ORANG BARAT HA.HA.. ADA DIMANA-MANA Beberapa saat kemudian, ber- dasarkan analisis yaitu penelitian yang dilakukan terhadap Gatot Dokter memberitahukan bahwa ia memakan sesuatu. Sri Atun: Gus, koq kamu bilang Anton main kerumah Tiwi! Apa maksud- mu, Gus? Sebentar tadi aku sudah kete- mu dengan ibunya, Anton. Tante Irma bilang Anton pulang Rupanya hukuman hukuman yang telah diterapkan kepada mereka yang melanggar sebelum- nya tidak menjadi pelajaran bagi Gatot, Ikbal dan Ayat. Begitu bel tanda istirahat Gatot Ketika Gatot mulai siuman Dokter kemudian menanyakan apa apa saya yang dimakan tadi. Gatot sendiri bingung karena ia kampung mungkin yang badannya lebih kecil itu Boris Sanjaya dan Handersen tidak tahu nama buah yang hari minggu dia kembali?? membuat gagasan. Pranoto Ikut Pesta : Anton kan ada dima- na-mana. Jelasnya la- gi hutang Anton ada di mana-mana! "Yuk kita keluar pagar, aku melihat di ladang belakang sekolah ada pohon yang berbuah lebat," ajak Gatot ketika mereka baru keluar dari pintu kelas. "Kapan kau lihat?" Ikbal mereka makan tadi. Namun Gatot mengeluarkan sesuatu dari kan- tong bajunya. "Buah ini yang kamu makan tadi", ujarnya perlahan sembari menyerahkan- nya kepada Dokter. BERES WAK! AKAN KUBAWA - KAN. Uw w "Hati hati To! mana tahu ada pemiliknya, nanti makin kacau" Ayat sepertinya masih diliputi ketakutan. "Buah apa ini, sepertinya aku pernah lihat, tapi dimana ya!" "Aku juga Bal! sepertinya pohon ini pernah kulihat!" "Sudah sudah jangan seper- tinya sepertinya melulu, sikat aja semua lalu kita ke bawah pohon mangga sana" Gatot segera memetik satu persatu dan memasukkannya ke kantong celana, baju dan belum cukup ujung bajunya diikat lalu buah itupun masuk lagi ke dalam baju. Di bawah pohon mangga ketiganya lalu mengeluarkan seluruh isi kantongnya. Merekapun mengupas buah yang juga belum mereka tahu apa namanya. "Wah isinya ada ?! barangkali ini yang bisa dimakan!" Ayat menemukan isi buah itu berwarna putih mirip buah kemiri tapi ukurannya lebih kecil. "Gimana rasanya?" "M m m m ..... nggak bisa kukatakan coba aja sendiri, kayaknya seperti makan kuaci !" Ayat telah mencoba. "Asyik juga nih! hitung hitung HALAMAN 8 Medan. Boris duduk di SD kelas V, sedangkan Handersen duduk di Taman Kanak kanak. Sungguh terlihat kompak mereka dalam suasana pesta tersebut, padahal keduanya tinggal di tempat yang berbeda. Boris tinggal di Komp. Tasbi Blok RR/19, Handersen di Villa Polonia Indah no.51 Medan, namun mereka sama gem- biranya berada di lokasi Lake View itu. "Kami me rasa senang se- kali berada di tempat yang serba nyaman ini," ujar Boris Boris Sanjaya dan Handersen Pranoto (hb) berpose bersama yang ternyata punya hobi main basket dan memain- kan komputer. Sementara Handersen sukanya me- lawak, dan ber- cita-cita jadi bintang film. Wow, kereen!. Kalau ada yang mau kenalan mampirlah ke- rumah, tutur mereka bedua kepada Analisa Minggu. Nah sebuah tawa- ran yang ma nis, silahkan. HID em nisms & sebagai ganti kuaci atau apalah namanya yang penting bisa dimakan" Gatotpun dengan lahapnya mengunyah dan tangan- nya tak henti mengupas. Di kelas ketika pelajaran baru berlangsung perut Gatot mulai mules. Ia merasakan ada yang 'melilit lilit ditambah rasa ingin muntah. Tak lama kemudian rasa muntah itu makin menjadi jadi sampai akhirnya, uuaaakkhhh... sebanyak empat kali dan seisi perut Gatot tumpah ke lantai di bawah tempat duduknya. Melihat kejadian itu Pak Hasan, guru kelas, langsung menghampiri Gatot yang kini mukanya sudah pucat pasi. "Ayo ayo tolong Bapak membawanya ke kantor. Di kantor sekolah lagi lagi Gatot muntah. Tentu saja Pak Hasan dan guru guru lain tak punya pilihan selain langsung membawanya ke rumah sakit. Gatot yang sudah lemas dan pucat itu kini sudah terbaring di tempat tidur rumah sakit dengan tangan diinfus. "Lho inikah buah Jarak" Pak Hasan terkejut melihat benda itu. "Itu pohon yang daunnya sering digunakan sebagai obat untuk masuk angin dengan cara memanasi dan mengolesinya dengan minyak makan lalu ditempelkan di perut atau bagian badan lainnya", Pak Hasan menjelaskan. "Jadi kalian makan buah ini tadi?" "Iya Pak " kami mengambilnya di ladang belakang sekolah waktu jam istirahat dengan cara meman- jat tembok" Gatot terbata bata bercampur takut karena telah melanggar peraturan sekolah un- tuk tidak keluar lingkungan sekolah waktu istirahat. Begitulah, penyesalan tiada berguna dialami Gatot. Ia baru sadar apa kegunaan ketentuan di sekolah setelah akibat buruk dialaminya. Selama ini ia menganggap pelarangan itu sebagai penyiksaan bagi siswa. "Jadi kamu sudah tahukan akibat dari melanggar larangan" Pak Hasan berkata lembut. "Makanya kalau ada peraturan peraturan di sekolah ataupun di rumah dan tempat lainnya harus dipatuhi sebab peraturan itu dibuat untuk kebaikan dan keselamatan kita" nasihat Pak Hasan lagi.