Tipe: Koran
Tanggal: 1986-08-15
Halaman: 03
Konten
Berita Yudha - Jum'at, 15 Agustus 1986 MENYAMBUT HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE-41 Untuk mengobarkan kembali dan melestarikan semangat joang serta nilai-nilai luhur 1945, guna mengisi kemerdekaan Republik In- donesia dalam era Pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Orde Baru dewasa ini, dan menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI Ke-41, kami cuplikan beberapa peristiwa penting yang terjadi di sekitar Jakarta. Mengenang kembali bagaimana kegigihan rakyat Jakarta pada waktu itu, dalam upaya melenyapkan penjajahan di bumi Nusantara kita. Bahan penulisan ini diambil dari Dinas Museum dan Se- jarah DKI Jakarta. Red. F DITINJAU dari sudut per- juangan nasional, bangsa Indonesia sejak dahulu kala telah berjuang kearah terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera lahir dan batin. Bangsa Indonesia sejak jaman Sriwijaya dan Majapahit, telah berjuang untuk menegakan persatuan seluruh kepulauan Nusantara didalam satu tata kehidupan bangsa yang besar dan jaya. Nenek moyang bangsa In- ,donesia telah berhasil menanamkan suatu bentuk kebangsaan Indonesia yang terdiri dari berbagai kelompok, suku bangsa dengan aneka ragam dan bentuk kebudayaan yang tinggi. Di dalam suatu wadah, ialah bangsa Indonesia yang mendiami seluruh kepulauan Nusantara Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Sejak itulah Bangsa Indonesia menemukan satu bentuk kerukunan hidup sebagai suatu bangsa, meskipun beraneka ragam corak kebudayaannya, namun di bawah naungan rasa persatuan dan kerukunan dengan dijiwai oleh rasa kegotongroyongan, sebagai mana Fyang termaktub dalam Lambang Negara Republik Indonesia Bhineka Tunggal Ika". Kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang kemudian melakukan politik penjajahan di Indonesia, telah membangkitkan semangat bangsa Indonesia yang bersumber kepada kebudayaan dan hakekat findentitasnya, sebagai suatu bangsa (merdeka dan jaya pada masa-masa lampau. Sejarah telah membuktikan, bahwa gelora perjuangan bangsa Indonesia menentang dan melawan penjajah berlangsung terus semen- jak dimulainya usaha penjajahan oleh Belanda, sampai tercapainya Kemerdekaan pada tanggal 17 1 Agustus 1945. Secara silih berganti diberbagai pelosok tanah air, bangsa Indonesia selama itu yang timbul dimana-mana ialah satu, syaitu berjuang untuk mengusir pen- jajah dari bumi Indonesia, dan mendirikan negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat.unsa Untuk mengetahui riwayat per- NILAI-NILAI kehidupan yang diliputi oleh raca cinta kepada tanah air yang mendalam, men- jelma menjadi jiwa dan sikap men- tal patriotik dalam membela hak dan kepentingan negara dan bangsa. Itulah yang merasuk dalam sanubari seorang pemuda belia SALAMUN pada waktu itu. Meskipun diantara teman-teman seperjuangannya dalam tahun 1945, termasuk pemuda yang belum dewasa benar, karena usianya saat itu baru menginjak sekitar 16 tahun. Namun niwa dan semangatnya yang tinggi itu, men- jadikan dirinya bersedia untuk rela berkorban demi cita-cita serta tu- juan luhur bangsa yaitu ingin "TETAP MERDEKA". Bebas dari rongrongan dan belenggu serta kebengisan penjajahan. Pemuda Salamun ini dalam peran sertanya perjuangan tergabung dalam Barisan Pemuda Pelopor, yang memberkas di Gang Kancol (Kota) wilayah Jakarta Barat. Dibawah pimpinan/koman- dan Abdul Sukur Syaid, Berbicara mengenai perjuangan rakyat wilayah Jakarta Utara, maka daerah Tanjung Priok merupakan garis terdepan melawan penjajah. Pada awal bulan Oktober 1945 ten- tara sekutu dengan membonceng tentara Belanda, berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, dengan maksud untuk melucuti tentara Jepang yang menguasai kembali Indonesia. Namun sebelum mereka berbuat, para pejuang dan rakyat Jakarta Utara telah melucuti tentara Jepang dengan dipimpin oleh beberapa pemuda, seperti Ismail, Slamet, Aminuddin Djumadi, serta para pegawai Kotapraja Jakarta yang dipimpin H. Ismail. dan Dalam penyerbuan perlucutan senjata Jepang diatas itu, para pejuang memperoleh 20 pucuk senjata dan sejumlah peluru ditambah 10 ton beras. Penyerbuan ini dilakukan pada jam 10.00 pagi dan baru setelah pada jam 22.00 malam, tentara Sekutu mendatangi tempat itu yang diikuti 3 truk ten- Cuma tara pengawalnya. kedatangan mereka ini terlambat, karena para pejuang sudah me- ninggalkan tempat lebih dulu dan masuk ke hutan-hutan yang sekarang dikenal dengan kampung Warakas Galian. Barisan pejuang rakyat Indonesia (rakyat Jakarta) dipelopori Barisan Pelopor dan BPRI. Kemudian para pemuda ini terus melakukan serangan, yang antara lain dilakukan oleh 28 orang pemuda pejuang di Sungai Bambu, tetapi karena perlengkapan persen- jataan yang tidak memadai jika dibanding dengan persenjataan Belanda, maka mereka terpaksa mengundurkan diri ke Kelapa Gading dan kemudian bergabung dengan pasukan yang berada di Sukapura. Sejak bulan Nopember 1945, pihak Sekutu mulai mengizinkan tentara Belanda untuk melakukan operasi-operasi para pejuang bangsa Indonesia. Akibatnya ter- jadilah pengunduran diri para pe- juang ke daerah-daerah pinggiran ke batas kali Koja dan kali Sindang. Untuk menghadapi segala macam teror yang dilakukan oleh Belanda di Tanjung Priok, oleh para pejuang dan unsur Pemerin- tah setempat melapor kepada pemerintah Pusat, pada waktu itu 3 Desember 1945. Utusan terdiri dari Endong Witawinangun, M. Hasi- buan, Alwi Pasaribu, Achmad dan Mengisahkan kenangannya kepada "Berita Yudha" dalam masa-masa perjuangan itu, setelah usai diproklamirkannya pernyataan Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Hatta waktu itu, ia menceritakan, saat itu dalam situasi "siap-siap". "Kita tidak memiliki senjata, yang ada cuma bambu-bambu runcing dan beberapa golok saja, bahkan pisau dapurpun jadi sebagai senjata perjuangan melawan cengkeraman penjajah Jepang, Belanda maupun Sekutu," ucapnya. Meskipun diakui pada saat itu ada sementara masyarakat yang sinis melihat keadaan para pejuang kita yang hanya bersenjatakan seperti itu. "Orang mau perang melawan Belanda khok cuma pakai golok, katanya menggambarkan pikiran masyarakat yang sinis tersebut. Tapi karena berbekal tekad dan semangat yang menggebu-gebu, kesinisan. masyarakat itu dianggap sepi oleh para pejuang. juangan rakyat dan bangsa In- donesia khususnya di Jakarta pada waktu itu, dalam perjuangan phisik rakyat Jakarta mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, akan kita mulai dari perjuangan rakyat Wilayah Jakarta Utara. Ibrahim. Mereka ini dapat menemui Wakil Presiden dan Walikota Suwiryo, tetapi pulangnya mereka dicegat oleh Belanda di Jalan Ga- jah Mada. Akibatnya mereka ditahan dan disiksa sehingga menyebabkan Wedana Endong meninggal, lainnya setelah 28 hari Suasana masa itu karena jaman- nya sedang siap-siap dan dimana- mana dijaga dan jalan-jalan kita tutup. Waktu itu kalau ada orang yang memakai tanda merah putih biru berarti tidak aman. Orang ada yang berani masuk kita gledah", ujarnya mengisahkan. Saat itu tanggal 19 September 1945. para pemuda tetap memutuskan hari itu dilangsungkan rapat raksasa di IKADA. Pengumuman disampaikan agar masyarakat di Jakarta dan sektiar- nya, supaya berbondong-bondong datang kelapangan Ikada mendengarkan pidato Bung Karno. "Memang pada waktu itu pemuda-pemuda pejuang berbaur dengan masyarakat berdatangan dari berbagai jurusan. Saya kelom- pok pemuda dari daerah kota. Kita masuk dari pel Polisi dekat kantor tilpon. Terus masuk ke dalam melewati dekat Istana sampar di lapangan Ikada", kisahnya Setelah selesai pidato Bung Kar- no, kemudian kita bubar, kembali ke kota. Dan beberapa hari kemu- dian pasukan Sekutu masuk lebih Indonesia. Dengan meningkatnya operasi musuh, tidak sedikit para pejuang yang hijrah ke tempat lain, misalnya para buruh pelayaran Jawatan Keruk Negara (KPM) setelah melakukan aksi pindah ke Banten, dan sebagian meng- gabungkan diri dengan ALRI Pangkalan I pimpinan Hasbullah dan pasukan pejuang lainnya. Sementara pejuang-pejuang yang masih bertahan antara lain Ismail, Suria Rachman dan T.B. Moh. Maksum. Yang mengkordinir gerakan dibawah tanah, serta berhubungan langsung dengan pe- juang lainnya. Mereka ini sering melakukan pembakaran gudang- gudang pelabuhan, kabel listrik dan sebagainya. Sedang pasukan lain yang bergerak di bawah tanah ialah Pasukan Kelelawar, Lutung Kesarung dan Pos X, ada pula yang bekerja sama dengan Belanda sebagai kedok, tetapi jika ada kesempatan tetap berhubungan dengan para pejuang. Memang, pada waktu itu sudah biasa spionase kontra spionase. Belanda sendiri waktu itu mempergunakan bangsa Indonesia untuk menjadi mata-matanya, sehingga sulit bagi para pejuang untuk menangkap mereka. Namun demikian, bagaimanapun mereka akhirnya dapat juga ditangkap oleh para pe- juang, salah satu contohnya adalah mata-mata Belanda H. Usman. Yang berhasil ditangkap oleh Am- sar Komandan Regu II Seksi II Kompi I Marunda bersama anak buahnya di kampung Walang. Banyak lagi peristiwa heroik dari perjuangan rakyat Jakarta Utara khususnya di Tanjung Priok, misalnya pertempuran sengit di daerah Cilincing tanggal 28 April 1946 melawan tentara Inggris Ghurka yang memakan waktu sam- pai 4 jam lamanya, karena persen- jataan kurang terpaksa pasukan pe- juang kita mundur ke arah daerah Bojong dan Sungai Bego. keadaan Dari hari ke hari semakin gawat, serangan musuh terhadap daerah pertahanan kita semakin gencar dilakukan. Per- tahanan Bojong Rangkong dihan- tam dengan hebatnya selama dua setengah jam, oleh pasukan panser dan tank NICA dan Inggris. Meskipun ALRI dibantu oleh pihak lainnya seperti KRIS dan lain-lain, namun terpaksa mundur sejauh 1 kilometer mengambil garis sejajar dengan garis pertahanan Cakung. Utara, Tengah dan Selatan sampai ke Cikunir. "Beberapa hari kemudian pak Sukur mendapatkan informasi bahwa di gedung Kei Gun atau OLIMO disimpan beberapa senjata bekas milik Jepang. Gedung ini terletak di pojok antara jl Mangga Besar dan Hayam Wuruk", tutur- nya. Kemudian komandan Barisan Pelopor Gang Kancil ini memanggil pemuda Salamun untuk diserahi tugas mencuri atau mengambil sen- jata yang disimpan di gedung itu, dengan ditemani beberapa orang lainnya. Sedang anggota pasukan lainnya berjaga-jaga di luar gedung. Dengan harapan jika senjata - senjata itu berhasil disita oleh para pemuda, bisa untuk menghadapi dalam pertempuran dengan Sekutu maupun Belanda. baru dibebaskan atas protes lainnya di Jakarta. Dimana Pemerintah pasukan mereka pada waktu itu tergabung dalam suatu wadah per- juangan yaitu Perjuangan Laskar Rakyat Jakarta Raya. Perjuangan Rakyat Jakarta, dari wilayah ke wilayah adalah per- juangan beranting yang karena tekanan-tekanan dilakukan oleh Belanda dan instruksi dari Perdana Menteri Sutan Syahrir, terpaksa mengundurkan diri. Meninggalkan kota menuju daerah luar kota melalui daerah Jatinegara, Warung Jengkol-Kranji, Bekasi dan Krawang, bahkan sampai ke Pur- Di Wilayah Jakarta Timur, perjuangan rakyat Jaktim pada umumnya dan Jatinegara khususnya, tidak dapat dipisahkan dengan perjuangan daerah-daerah 16B Sekelumit Kisah Perjuangan Pemuda SALAMUN dulu ke Jakarta, baru pada tanggal 4 dan 5 Okrober 1945 Belanda kembali mendaratkan kapal- kapalnya di Tanjung Priok. Dalam pasukan Sekutu termasuk ada namanya pasukan Ghorka (ubel-ubel). Melihat suasana datangnya pasukan sekutu dan Belanda yang ingin melucuti ten- tara Jepang itu, para pejuang kelompok Barisan Pelopor yang dipimpin Abdul Sukur agak khawatir juga. Berarti dibutuhkan senjata. situasinya harus demikian dan banyak dilakukan oleh pejuang- pejuang lainnya. Kita tidak mau ketinggalan," kilahnya. Maklum mas darah muda, dan sedang ber- juang, berbagai usaha harus dilakukan demi keselamatan diri juga" tambahnya. Namanya tugas dari komandan, harus dilaksanakan meskipun mengandung resiko. Pemuda Salamun dengan beberapa kawan berangkat menuju sasaran gedung Olimo, yang saat itu dijaga ketat oleh pasukan Belanda serta memiliki pagar tembok yang ting- ginya lumayan. Menengok Sejarah Perjuangan Rakyat JAKARTA memanjat tembok dengan penuh resiko jika ketahuan langsung ditembak, katanya lagi. "Itulah mas karena tekad dan semangat tanpa pamrih yang selalu pada pada diriku pada waktu itu", ucap nya penuh kebanggaan. Dan benak ini hanya ada satu tu- juan, bagaimana agar secepatnya tanah tumpah darahku ini Merdeka seratus persen, Bebas dari cengkeraman penjajah, dan penja- jah secepatnya keluar dari bumi pertiwi ini", tandasnya. Mereka melalui belakang gedung pencurian yang dipimpin oleh pemuda Salamun ini, mulai 'Bapak dulu berpangkat apa" tanya penulis. melakukan pemanjatan tembok dengan hati-hati masuk ke halaman merunduk-runduk dan berhasil tidak diketahui oleh para pen- jaga, kemudian masuk dimana ruangan tempat senjata disimpan. Memang benar, informasi yang diterima barisan Pelopor Gang Kancil dibawah komandan Abdul Sukur. Disitu banyak tersimpan bermacam-macam senjata, seperti samurai, granat dan beberapa sen- jata genggam. Setelah berhasil mengambil senjata itu akhirnya gedung mulai dilakukan penyerangan oleh barisan Pelopor yang sebelumnya berjaga-jaga diluar. Akibatnya, pasukan Belan- da penjaga gadung ini melarikan diri kabur, dan selanjutnya dikosongkan, karena tidak mampu lagi menahan serangan gebrakan dari para pemuda pejuang. Kisah diatas itu merupakan keja- dian menonjol pada waktu itu, oleh karena itu peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa gedung kei Gun atau Olimo. "Itulah kisah kenangan ANGGOTA BARISAN PELOPOR GANG KANCIL YANG BERHASIL CURI SENJATA DI GEDUNG OLIMO H. Wim Salamun pahit tapi manis yang sampai sekarang masih berbekas dalam hati saya", ujar Salamun semberi menerawang ke langit-langit kamar kerjanya. Karena saya berpikir kena apa pada waktu itu saya tidak takut mati, dengan hanya bersenjatakan sebuah golok, tetapi berani jutkan memakai sebuah kelewang "Lho mas, namanya dalam per- juangan itu tidak ada pangkat- pangkatan, semua sama sebagai pemuda pejuang. Cuma kita mengakui bahwa kita memiliki pim- pinan atau komandan, sebagai pengendali itu saja", ujarnya men- jelaskan. wakarta. Daerah-daerah yang menjadi kancah perjuangan rakyat Jatinegara adalah Pasar Jangkrik (Pasar Macan) Paseban, Jatinegara, Kampung Melayu, Pulo Mas, Kampung Ambon, Pal Meriam (Salatide), Gang Bunga, Pinggir Rel (dalam) Viadek (Jembatan dekat teater), Pasar Mede (Gang Kemuning), Leo Nilan (sekarang By Pass), Domis Park (belakang stasiun Jatinegara), Kayu Manis Valama, Gang Nimbru (Pohon Kelapa Tinggi), Dipo Jatinegara dan Klender. Mengisahkan kenangan per- juangan lainnya ia mengatakan, untuk menjadikan dirinya agar lebih memiliki tekad dan semangat juang, bersama teman-temannya sekitar 30 orang bersepakat untuk mencari ilmu sebagai daya tahan- nya, dalam menghadapi perte- muan selanjutnya. Perjuangan rakyat Jakarta Timur sewaktu Revolusi phisik, sekitar Klender, Bekasi dan daerah sekitar- nya memegang peranan penting. Hal ini setelah terjadinya penekanan-penekanan dalam kota- kota Jakarta sendiri dan para pe- Untuk itu pemuda Salamun cs berguru kepada Ajengan Sanusi yang tinggal di daerah Cinang Neng Jabar, yang telah kesohor bisa memberikan ilmu kekebalan. Supaya dalam perjuangan melawan musuh penjajah agar memiliki kekuatan ampuh, dan tidak mempan di bayonet maupun ditembak. "Memang pada masa itu Masuk sebagai murid Bang Ajenan ini, Salamun harus melaksanakan pertapa terlebih dulu dengan hanya makan beberapa genggam nasi putih. Setelah beberapa hari disuruh menghafal mantra-mantra pendek,kemudian baru dilakukan percobaan peng- gemblengan. "Percobaan pertama dimasukan kedalam air di sebuah sungai, dengan mengucap mantra sedikit kemudian disusuh naik baru dilakukan penggemblengan, dan disuruh duduk. Selanjautnya Bang Aienan mengambil batu agak besar langsung dihantamkan kebadan, anehnya saya tidak merasa sakit", katanya menceritakan Sebenarnya jika kita pikir secara akal sehat hal yang saya rasakan itu tidak mungkin, tetapi kenyataan- nya demikian. Percobaan dilan- Foto bersama Pemerintah Relublik Indonesia yang Pertama. dengan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berdiri di muka rumah jl. Peganggsaan Timur 56 tanggal 4 September 1945. (Foto: Dok). KTT OPEC menteri. Disamping memerlukan waktu, perlu pula dipertanyakan apakah semua kepala pemerintahan atau kepala negara anggota OPEC dapat hadir dan bertemu. "Kalau tidak datang semua, tentu pengaruh dan bobot KTT itu kurang", lanjutnya. juang mundur kearah daerah ping- giran. Punya kekuatan Ditanya tentang pengaruh OPEC, Subroto merasa yakin bahwa apabila semua anggota ber- satu dan melaksanakan keputusan- keputusan organisasi dengan patuh, OPEC masih punya kekuatan dalam mempengaruhi pasaran minyak dunia. "Buktinya sekarang ini, setelah OPEC sepakat menetapkan batas tertinggi produksi 16 juta bar- rel/hari mulai 1 September nanti, terlihat keadaan pasar membaik. yang terang harga-harga tidak turun", kata Subroto. Pasukan H. Darip yang telah menghimpun tenaga sejak zaman Jepang, pada zaman Belanda pasukan-pasukan ini bertambah kuat dan mantap disegani kawan dan ditakuti lawan. Pasukan Darip ini sering sekali dapat mencegat dan menahan pasukan Belanda yang hendak Oleh: Diding K ܒܕ menerobos ke Bekasi lewat Klender, tetapi selalu menemui jalan buntu, karena dicegah dan jika mereka memaksa akan berhadapan dengan rakyat. Para pemimpin pun sering mendapatkan perlindungan dari Darip beserta pasukannya. Bung Karno dan Bung Hatta pernah memberikan pidato di daerah Klender sampai Kranji. Karena pada waktu itu rakyat didaerah ini ingin sekali mengenal kedua pimpinan tersebut, maka untuk menjamin keamanannya, H. Darip harus bersama-sama dengan Bung Karno dan Bung Hatta dalam satu mobil. Sedang tokoh lainnya H. Hasbullah, Umar Efendi, Alan Sudi, Panji dll. Perjuangan rakyat Jakarta bagian Timur ini dibentengi di Klender, yang merupakan pintu cukup tajam, diiris-iriskan keseluruh badan. Tapi apa yang terjadi, tidak ada darah setetes pun keluar. Dan anehnya pada waktu itu saya. Bahkan kesemangatan ber- tambah", tuturnya. Seandainya kalau keadaan seperti sekarang ini. mikir-mikir seribu kali menerima gemblengan seperti itu. Dari sekian banyak front pertem- puran yang terjadi, dapat dikatakan yang sangat terkenal pada waktu itu adalah pertempuran yang berlangsung di daerah Pondok Gede. Terkenal dengan nama "Peristiwa Warung Arneng". pertempuran Warung Jengkol dan pertempuran Cakung. Pertempuran sengit di Warung Arneng ini diawali setelah pihak pasukan Sekutu mendapat kekalahan di pertempuran Warung Jengkol, sehingga hal ini membuat naik pitam kaum Sekutu. Terbukti tidak lama kemudian sekitar pertengahan bulan April 1946, serangan balasan atas kekalahan di Warung Jengkol dilaksanakan. Markas Pondok Gede yang waktu itu merupakan basis berkumpulnya para pejuang, mendapatkan serangan dari dua penjuru. Tentara Inggris dengan pasukan Ubel- Ubelnya (Ghurka) menyerang dari arah kanan markas, sedang pasukan Belanda dan Nica melakukan penyerangan dari arah depan. Dan persenjataan mereka kali ini lebih lengkap dari pertem- puran yang terjadi di Warung Jengkol. Hal itu membuat pasukan Pelopor kita dan para pejuang lain- nya menjadi kewalahan menghadapinya, akhirnya diputuskan untuk mundur kedaerah Warung Arneng. Pertempuran diatas itu memang cukup memakan waktu. Demikian pula pasukan Sekutu terus melakukan pengejaran dan penyerangan. Maka tidak ada pilihan lain dari pihak pejuang kita kecuali harus melawannya. Meskipun pertempuran ini telah memakan banyak korban, dari kedua belah pihak dalam pertem- puran di Warung Arneng ini. Dikarenakan persenjataan yang tidak seimbang, terpaksa pasukan pejuang kita sambil melakukan perlawanan dan mundur sampai ke desa Sasak Kapuk. Dan Warung Arneng berhasil dikuasai oleh Sekutu. Daerah ini dibakar habis, sementara pasukan kita yang mun- dur itu terus dikejar dengan pesawat terbang ditembaki secara membabi buta dengan meng- gunakan cannon dan howitzernya. Akibatnya, berdesinganlah peluru Dari Hal peluru senjata berat itu di daerah Sasak Kapuk menghancurkan pasukan-pasukan kita yang ditem- bakan melalui kapal terbang Capung. Desa Sasak Kapuk ini merupakan desa yang terletak ditengah-tengah sawah, dan kurang terlindung oleh pepohonan yang berarti. Bayangkan bagaimana akibatnya kondisi para pejuang kita disana waktu itu. Dengan dibentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pemuda Salamun ini selanjutnya bergadung dengan Barisan Benteng Indonesia bersama dr. Mawardi sebagai pim- pinannya pada saat itu, melanjutkan perjuangan sampai akhirnya In- donesia Merdeka seratus persen. "Setelah itu apakan bapak melanjutkan dalam karir militer," tanya penulis. "Tidak, tapi saya melanjutkan sekolah, dan kemudian terjun kedunia politik menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia (PDI) sampai sekarang. Itulah sekelumit kisah per- juangan pemuda Salamun pada masa-masa perjuangan di daerah Jakarta Barat yang merupakan tempat dimana ia dilahirkan 56 tahun yang lalu. Sekarang yang namanya pemuda Salamun itu memiliki nama lengkap H. Wim Salamun, dengan jabatan sebagai Wk. Ketua DPRD DKI Jakarta. (Diding Kusswardjo). tertinggi OPEC. Irak senantiasa menuntut batas produksi sama dengan Iran. Sedang Iran mengemukakan bahwa produksi minyaknya selama 25 tahun belakangan ini dua kali lebih tinggi dibanding Irak. 1 Menghadapi hal itu maka sidang OPEC di Jenewa yang baru lalu membolehkan Irak memproduksi minyaknya pada tingkat yang dilaksanakan selama ini, kira-kira 1,8 juta barrel, "Itupun atas saran Iran kepada sidang", kata Subroto. Iran sendiri, menurut menteri, memproduksi 2,3 sampai 2,4 juta barrel per hari. gerbang ke daerah-daerah gudang persediaan beras seperti Krawang dan Bekasi yang terkenal itu. Darip seusai mengadakan pertempuran di daerah Pondok Gede bersama pejuang-pejuang lain terus pulang ke Klender, tetapi setibanya di daerah Jatinegara ia diberitahu anak buahnya, bahwa Klender telah diduduki pasukan Belanda yang memiliki kekuatan 14 truk pasukan. Dengan adanya laporan ini, Darip memutuskan untuk tidak ke Klender tetapi terus menuju Bekasi ke Markas Sambas untuk berunding dengan Sadikin, Kamal, Dalam sidang yang terakhir itu Indonesia memperoleh jatah batas produksi 1,189.000 barrel per hari, berarti tidak berubah dibanding keputusan OPEC sebelumnya. Namun pembatasan produksi bagi Indonesia itu tidak termasuk kondensat sejenis minyak ringan yang diproduksi bersama-sama gas alam. la menjelaskan, resminya pro- Selama ini kurang lebih 500.000 duksi tertinggi OPEC 16 juta bar- barrel minyak mentah Indonesia rel/hari namun karena Irak diper- dikilang di dalam negeri untuk bolehkan memproduksi seperti sekarang maka praktis tingkat pro- duksi OPEC nanti 16,8 juta barrel. Mengapa Irak diperbolehkan mempertahankan tingkat produksi sekarang?, tanya pers. Subroto menguraikan bahwa pertentangan Irak dan Iran selama ini menjadi masalah dalam penentuan produksi Lubis dan teman pejuang lainnya. Beberapa hari kemudian antara Darip dengan Sekutu diadakan suatu perundingan damai, dan pada waktu itu Darip meminta kalau boleh supaya pasukannya dapat kembali ke markasnya. Peristiwa ini terjadi setelah diben- tuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Rakyat terus berusaha sekuat tenaga melawan Sekutu, tetapi apa daya persenjataan yang tidak memadai akibatnya memaksa para pejuang harus mundur sampai Purwakarta. Dalam pertempuran sengit itu diperkirakan pihak para pejuang kita kehilangan 30 orang ugur di bumi pertiwi dan ditambah 50 orang pasukan Hitam yang dikirim dari daerah Malang, dipimpin oleh Letnan Penjol. Berarti korban men- jadi 80 orang prajurit tangguh yang telah rela untuk menjadi tumbal negara demi mempertahankan Pro- klamasi 17 Agustus 1945. Setapak demi setapak Sekutu menguasai wilayah Jakarta Timur ini dan terus menuju Bekasi. Namun para pejuang kita pantang menyerah, tidak akan melepaskan wilayah yang telah diduduki dikuasai oleh Sekutu begitu saja, tapi harus melalui pertempuran sengit terlebih dulu. Seusai peristiwa pertempuran bahan bakar minyak, sisanya sengit di Warung Arneng terjadi diekspor. peristiwa agak istimewa, kejadian ini Pemerintah, kata Subroto di Pulo Gadung yakni peristiwa berusaha menekan jumlah yang dikenal dengan "Rawa pemakaian BBM di dalam negeri Gatel". Peristiwa ini terjadi sekitar dengan memperluas bulan Desember 1946 dimana penganekaragaman sumber energi pesawat terbang Inggris "JEGER", (diversifikasi), agar bagian minyak terbang melayang rendah, mentah yang dapat diekspor men- kemungkinan tengah melakukan 'cara ingkat. pengintaian. Melihat kehadiran ini, namun tidak mungkin kita pesawat ini, sepasukan pejuang kita beberkan satu persatu mengingat ruangan yang tergabung dalam kesatuan yang tidak memungkinkan. Misalnya seperti Polisi dengan bersenjatakan Kara- diserangnya Gedung Markas Polisi bijn atas perintah komandannya, Macan yang bersamaan diben- pasukan Polisi yang jumlahnya tuknya OPI, penyerbuan terhadap beberapa puluh orang itu serentak kediaman Moeh. melakukan penembakan kapal ter- Roem. Mengakibatkan beliau pingsan bang Inggris ini. Akibatnya, si Jeger karena tertembak pahanya oleh yang terkena tembakan serentak itu pasukan NICA, matinya komandan meluncur jatuh dan langsung pasukan Belanda Grooten Boer disergap, ternyata berisi 21 orang yang berhasil disergap oleh para tentara ubel-ubel Ghurka. Mereka pejuang kita dan kejadian pertem- bisa ditangkap dalam keadaan puran sengit di Hotel Taytung dekat selamat dan akhirnya merupakan Stasiun Senen, dalam usaha pem- tawanan dan digiring menuju balasan Belanda terhadap matinya Bekasi. Grooten Boer. Pada waktu itu Sekutu mengerahkan pasukan NICA Ghurka dan Inggris. Kejadian diatas itu diketahui oleh Komandan Batalyon V di Tambun Mayor Sambas, yang berusaha un- tuk mengatur pengembalian tawanan itu. Tapi amat disayangkan usaha itu terlambat, karena para tawanan Ghurka ini sudah terlanjur dipenggal kepalanya dan dikubur menjadi satu oleh para pejuang kita disebuah lobang. Kehangatan pertempuran atau tragedi seperti itu bisa saja terjadi, akibat jiwa sedang berkobar seirama menggeloranya situasi pertempuran waktu itu. Selanjutnya bagaimana terhadap wilayah lainnya pertempuran itu berlangsung seperti Jakpus, Jakbar dan Jaksel, kita lanjutkan besok yang akan kita mulai dari Jakarta Pusat. Perlawanan Rakyat di Jakar- ta Pusat. Daerah ini waktu itu adalah merupakan tempat kegiatan politik dari beberapa organisasi pemuda terutama Pemuda Menteng 31. Selain itu juga merupakan tempat bergolaknya para pejuang Lasykar-lasykar Rakyat, misalnya saja terjadi di daerah Tanah Abang, Pasar Baru, Petojo, Senen, Asem Lama dan tempat-tempat lainnya. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa perlawanan rakyat Jakarta ini antara wilayah satu dengan lain- nya sebenarnya saling berkait dan berhubungan. Karena para pemim- pinnya pun tidak hanya berjuang di satu tempat, tetapi mereka selalu mengadakan kontak dan berjuang di tempat lain. Para pejuang di Jakarta Pusat ini, golongan rakyat dan pedagang masing-masing membentuk organisasi sendiri. Antara lain seperti organisasi pekerja harian, persatuan Juara, persatuan Sopir dan pedagang sayur. Dan induk organisasinya, yaitu Usaha Pedagang Indonesia yang men- dapatkan pengawasan langsung dari Pemuda Menteng 31 untuk mendapatkan petunjuk dan bim- bingan. Banyak peristiwa penting di Jakarta Pusat, dalam rakyatnya 'mempertahankan Proklamasi seperti kejadian pada tanggal 20 September 1945 telah terjadi pengepungan dan penjagaan oleh pasukan Jepang, walaupun disana sini telah terjadi pertempuran kecil- kecil. Beberapa pejuang yang berada diluar gedung yakni M. Supardi Simbad dan rekan- rekannya, dapat membantu mempertahankan diri dari serangan pasukan Jepang itu. Tetapi karena perlengkapan musuh lebih kuat, maka para pemuda API tersebut terpaksa keluar dari markas Menteng 31. Selanjutnya dipin- dahkan markasnya ke daerah Kramat Raya 43 sebagai cabang API, yang pada waktu itu para pim- pinannya seperti Adnan Anas, Rachman Zakir, Anwar, M. Supar- di Simbad, Salim Bajeri, Mursyid, Rachman Yusuf, Alisar Tajib, Matkum Akib Suganda dan Legiman. nya, Sedang kejadian penting lain- penyergapan mobil tentara Jepang pada tanggal 25 Oktober 1945 pada jam 20.30, terjadi pencegatan sebuah mobil sedan merk DODGE milik Jepang di Jalan Kramat Raya 106, dimana pada waktu itu para pemuda sedang mengadakan rapat. Peram- pasan sepucuk senjata api terjadi tanggal 28 September 1945 pada jam 8.00 pagi, seorang pemuda bernama Mamat penjual es dari Kwitang Gang Kembang dengan berani merampas senjata api pistol Buldog dari pinggang seorang ten- tara NICA. Pada tanggal 20 September 1945 dibentuk sebuah organisasi Pejuang OPI, untuk memperkuat barisan pertahanan para pejuang 1 MONUMEN ER NASIO MIL XXAR Tapi salah satu peristiwa yang perlu dicatat, yakni pertempuran sangat sengit yang terjadi pada tanggal 17 Nopember 1945 di sepanjang Jalan Kramat Raya, yang berlangsung secara non stop sehari penuh. Kejadian peristiwa pertempuran seru ini antara pasukan pemuda pejuang dengan pihak pasukan NICA di daerah Kramat, Tanah Tinggi, Senen dan sekitarnya. Sehingga kejadian ini merenggut korban bagi para pe- juang kita antara lain M. Tabri, Ibrahim dan Harun. Sedang pasukan pemuda ini dibawah pim- pinan Bang Pi-ie, Hermanus Pang- gabean, M. Sidik dan Makmun, serta para pimpinan pemuda dari daerah lainnya. ... Sebenarnya masih banyak keja- dian atau peristiwa di Jakarta Pusat Perjuangan Rakyat Jakarta Barat. Menghadai pihak Belan- da/NICA, yang pada waktu itu telah berhasil menduduki pos Lama Kebayoran pada pertengahan Oktober 1945, para pejuang Jakarta Barat telah mulai bergabung dengan pejuang- pejuang dari Banten. Dalam upaya menghancurkan pertahanan yang dilakukan oleh Belanda di Kebayoran Lama itu memutuskan akan mengambil dakan dalam tiga tahap. Sebagai tahap pertama, dari Markas Besar di Parung Panjang para pejuang menuju ke pos musuh di Kebayoran Lama dengan ren- cana melakukan penyerangan secara besar-besaran. Tetapi sialnya satu setengah kilo meter dari Kebayoran Lama itu, ternyata Belanda telah membuat pos pen- jagaan yang berhasil mempergoki niat para pejuang, akibatnya pos itu berhasil melaporkan ke markas Belanda di Kebayoran Lama. Akhirnya terjadi pertempuran sengit pada hari itu. Seorang pe- juang gugur, dan 3 orang rakyat ikut menjadi korban. Pada tahap kedua, rencana un- tuk membumi hanguskan Kebayoran Lama. Dan rencana ini dibicarakan di daerah Serpong. Sedang yang akan dijadikan sasaran utama adalah pos-pos Belanda/NICA dan beberapa rumah penduduk yang dianggap sebagai penjilat musuh. Namun rencana ini mengalami kegagalan lagi karena dapat tercium oleh pihak Belanda, sehingga pihak musuh melakukan tindakan- tindakan pencegahan. Kebocoran ini terjadi karena beberapa orang penduduk Kebayoran Lama melapor kepada Belanda. Meskipun demikian pejuang-pejuang kita yang tergabung dalam GAMR dan Banten ini pantang mundur. Dengan berbekal daun-daun kelapa kering dan beberapa jerigen, para pejuang ini berhasil membakar markas Belanda di Kebayoran Lama, yang membuat panik para penduduk dan serdadu NICA. Baru kemudian mereka mengun- dur diri dari daerah itu. Kemudian pada tahap III dengan bersenjatakan 2 buah senapan mesin, dan beberapa senapan hasil rampasan Jepang serta granat- granat bambu ditambah beberapa pucuk pistol, pasukan GAMR dan Banten mencoba menyerang kem- bali pos Kebayoran Lama yang telah semakin besar kekuatannya. Tetapi rencana ini pun gerak gerik pasukan kita juga dapat diketahui oleh pihak Belanda. Pasukan musuh yang meng- gunakan teknik pertempuran dengan huruf "V" itu berhasil men- jepit pasukan kita, sehingga timbul korban terhadap pasukan pejuang dan rakyat. Organisasi Pejuang In- kita yang tidak sedikit. Bahkan donesia ini tokoh-tokohnya seperti diantara pasukan GAMR dan Imam Syafei, yang ditunjuk sebagai Banten ini yang mampu Ketuanya, wakilnya Dogol dan menyelamatkan diri segera kembali Sekretaris ditunjuk M. Sidik Kardi. ke Serpong, ada yang ke Parung Panjang, ada pula yang terus Selanjutnya peristiwa Tanah menuju ke Tangerang. Abang, pada tanggal 22 Nopember tepatnya hari Selasa pertempuran sengit di belakang stasiun KA Tanah Abang. Dan bahkan pertem- puran ini menjalar ke daerah Cideng, Pasar Baru dan Sawah Besar, HALAMAN III Akibat kegagalan-kegagalan pasukan kita itu dan semakin berkurangnya jumlah anak buah yang berguguran dalam pertem- puran, maka pasukan GAMR yang dipimpin oleh Darma ini yang masih hidup diperintahkan supaya kembali ke Jakarta. Kemudian Dar- ma bersama H. Memed dan Isan Paul dengan membawa sepucuk senjata yang dibungkus daun pisang, mereka bertiga kembali ke Jakarta melalui Serpong, Jembatan Duren lalu menerobos ke Jembatan Krukut sampailah di Kampung Suteng. Pada waktu itu di Jakarta pada umumnya dan di daerah Suteng, Jembatan Lima atau di Angke lazim terjadi aksi yang disebut "Siap siapan" Yaitu menghadang pasukan Sekutu atau Belanda NICA yang memasuki kampung - kampung, dimana mungkin patroli musuh ini disergap, dibunuh dan direbut senjatanya. Darma pun aktif memimpin penyergapan tersebut. Sayangnya jejaknya dapat tercium oleh musuh, terpaksa dia menyelamatkan diri ke Cikarang pada awal Januari 1946. Bersama rekan rekannya bergabung ke dalam pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat), yang dipimpin oleh Sumantri. secara . Untuk pertempuran di Jakarta Barat ini yang perlu dicatat adalah pertempuran antara GAMR yang mempertahankan Pos Duri dengan Belanda atau NICA. Di sini pasukan GAMR kehilangan ang- gotanya yang terbaik antara lain Moh Sapri, Marup, Suntara, Amat dan H. Kasrian. Setelah usainya pertempuran banyak penduduk di sini ikut berduyun-duyun menghor- mat penguburan jenasah kelima pahlawan tersebut, yang dipimpin oleh Maad dan disaksikan oleh Kepala Kampung Tambora Masdupu. Bahkan pristiwa itu tidak pernah dilupakan oleh rakyat Tambora dan sekitarnya, Untuk menghormat para arwah pahlawan ini rakyat setempat sepakat mendirikan sebuah tugu peringatan, terkenal dengan nama Monumen Tambora. Yang kemudian atas permintaan SKOGAR Biro III, pada tanggal 26 September 1960 para pahlawan yang gugur di tempat tersebut digali kembali dan dipindahkan ke TMP Kalibata. Pendaratan pasukan Sekutu di Jakarta pada tanggal 29 September 1945, tidak mengindahkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. (Foto: DOK). **** Perjuangan Rakyat Jakarta Selatan. Setelah Kalibata secara tetap diduduki Belanda, Pemerin- tah Sipil dan KNI (Komite Nasional Indonesia) Kalibata ikut aktif dalam perjuangan melawan musuh. Dalam perjuangan ini terdapat pula pemuda-pemudsa Islam yang tergabung dalam pasukan Sabilillah dipimpin oleh Mohammad, Mohammad Anwar, Mohammad Amin dan Ishak. Bermarkas di Mes- jid Kalibata, dan merekalah yang banyak mensuplai makanan bagi Lasykar-lasykar yang lain. Akibat peristiwa itu Belanda sangat marah dan melakukan penyerangan secara membabi buta di Kalibata dan Pasar Minggu. Melakukan operasi terus menerus, sehingga berhasil menangkap Mohammad Anwar. Kemudian dengan mengerahkan bantuan dari Kebayoran, dari Tanjung Cost dan Kalibata sendiri, tank-tank Belanda menuju ke Pasar Minggu mener- jang setiap rintangan pohon-pohon yang dirobohkan rakyat. Sepanjang jalan mitraliurnya tidak henti- hentinya di muntahkan. Pertempuran di Pasar Minggu itu, Belanda juga berhasil menangkap Mohammad. Pos per- tahanan Sofyan Safei dan Moham- mad Junus di Gedung Item juga diserang oleh Belanda, akibatnya terjadilah pertempuran sengit. Pasukan BKR Pelopor dan Barisan Banteng Merah melakukan perlawanan dengan gigihnya, dalam pertempuran ini tidak ada korban. Cuma karena kehabisan peluru, pasukan Sofyan dan Mohammad Junus bersama barisan Pelopor serta Banteng Merah ter- paksa mundur ke daerah Lenteng Agung dekat rel kereta api. Di daerah Lenteng Agung terjadi kesalah pahaman diantara pasukan-pasukan kita. Barisan Banteng Merah menuduh BKR sebagai penghianat. Dengan adanya tuduhan tersebut terpaksa BKR mengambil tindakan melucuti senjata Banteng Merah, pimpinan Banteng ini Mat Ebeng tewas karena melawan. Kemudian dilakukan perundingan antara BKR dan Pelopor untuk saling kerja sama menggempur Belanda yang bermarkas di Kalibata. Persiapan-persiapan segera dilakukan. Malam itu Belanda yang menduduki Pabrik Sepatu Bata digempur dari arah Barat dan Selatan. Kebetulan pula dari daerah Pejaten datang bantuan dari pemuda-pemuda yang dipimpin oleh Amat bin Jsin dan Kalibata pasukan Sabilillah juga menggabungkan diri. Dengan dibarengi teriakan perang....gempur Belanda !, meletuslah pertempuran sengit, kembali di Kalibata. Pabrik sepatu (Ke halaman X
