Tipe: Koran
Tanggal: 1995-09-20
Halaman: 04
Konten
TAJUK RENCANA Berita Yudha RABU, 20 SEPTEMBER 1995 Mampukah Kelompok Pro Demokrasi Hongkong Menghadapi Cina? Pemilihan umum yang demokratis, telah berlangsung di Hongkong hari Minggu (17/9) lalu. Ini merupakan pemilihan umum demokratis terakhir bagi penduduk Hongkong untuk memilih anggota lembaga legislatif, karena pada bulan Juli 1997 mendatang bekas koloni Inggeris selama 150 tahun ini akan dikembalikan pada Cina. Dalam pemilihan umum yang diikuti oleh sejumlah partai politik ini, kelompok pro-demokrasi memperoleh kemenangan tipis dari lawannya, kelompok pro-Beijing. Kedua kelompok ini merupakan peserta pemilu terbesar. Keduanya saling bersaing keras. Kelompok pro-demokrasi yang dalam pemilu 1991 banyak memperoleh kemenangan, sekali lagi mengandalkan kekuatannya pada argumen, bahwa Hongkong memerlukan anggota Parlemen yang akan menentang setiap ancaman terhadap kebebasan bekas koloni itu. Sedangkan calon-calon kelompok pro-Beijing menyatakan, bahwa cara yang paling baik untuk memastikan Beijing menepati janjinya untuk tidak mencampuri jalan kehidupan di Hongkong adalah memilih calon-calon yang mahir bekerjasama dengan para pejabat komunis. Pemilihan umum ini diselenggarakan setelah adanya perombakan demokrasi oleh Gubernur Hongkong. Dalam pemilu memperebutkan 60 kursi dalam Parlemen rupanya hanya 35,8% saja dari 2,57 juta penduduk yang berhak memilih. Penduduk Hongkong seluruhnya tercatat berjumlah 6,1 juta orang. Menjadi tandatanya mengapa begitu kecil jumlah pemilih yang memberikan suaranya ke tempat-tempat pemungutan suara. Media-massa pro-Beijing menyatakan hal itu bukti penduduk Hongkong tidak mendukung pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Gubernur Hongkong itu. Partai Demokrat yang merupakan pemimpin dari kelompok pro-demokrasi memperoleh 18 kursi. Tetapi digabung dengan partai-partai lain pendukung demokrasi, jumlahnya menjadi 29 kursi. Kelompok pro-Beijing hanya ber- hasil mendapat 6 kursi. Kemenangan kelompok pro-demokrasi tahun 1995 ini memang tidak sebesar dalam pemilu 1991. Dalam pemilu yang lalu, mereka berhasil merebut 16 dari 18 kursi Parlemen. Hal itu berkat pengaruh dari peristiwa penumpasan berdarah di Tiananmen tahun 1989 yang banyak dikecam dunia. Tetapi sekarang ini, yang menjadi perhatian orang adalah masalah ekonomi, kenaikan jumlah pengangguran dan masalah-masalah sosial. Banyak orang- orang yang selama berperan dalam perekonomian Hongkong telah hengkang dari sana. Kehawatiran akan masa gelap dibawah Cina memang tidak bisa disembunyikan. Selama kampanye, pihak pro-demokrasi selalu menekankan akan pentingnya sikap tidak mengalah begitu saja terhadap Beijing dalam membela kemerdekaan Hongkong setelah pengembalian tahun 1997. Sebaliknya kelompok pro-Beijing berjanji akan bekerjasama dengan Cina. erat Meskipun dilihat dari jumlah peserta pemberi suara dalam pemilu itu tidak menunjukkan besarnya antusiasme penduduk Hongkong, tetapi kemenangan kelompok pro-demokrasi setidaknya mengingatkan Cina terhadap keinginan penduduk Hongkong. Mereka jelas menunjukkan keinginan untuk menikmati demokrasi yang lebih besar. Dan tidak ingin kehilangan haknya setelah Cina berkuasa. Dalam daftar calon anggota Parlemen kelompok pro-demokrasi ini tercantum tokoh-tokoh yang selama ini berpandangan kritis terhadap Cina. Menurut seorang pengamat politik di Hongkong, sebenarnya hanya 10-11% saja dari penduduk Hongkong yang mau memberikan dukungannya pada Cina. Dengan kemenangannya, kelompok pro-demokrasi akan berusaha dalam masa 650 hari menjelang pengembalian pada Cina, memperkenalkan undang- undang demokrasi, penegakkan hak asasi manusia, melindungi kebebasan berpendapat, kebebasan media dan menghapuskan segala peraturan yang menghambat semua itu. Bagaimana dengan reaksi dari Cina sendiri ? Per- tama-tama, sudah sejak awal Cina menyatakan bahwa perombakan demokrasi yang dilakukan Gubernur Hongkong sebagai suatu pelanggaran atas perjanjian Inggeris-Cina mengenai Hongkong. Cina juga memandang hal itu sebagai upaya terakhir untuk memindahkan demokrasi gaya Barat ke wilayah yang akan menjadi miliknya tahun 1997. Reaksi keras lainnya adalah pernyataan Beijing, bahwa mereka segera akan membubarkan Parlemen hasil pilihan tahun 1995 itu, begitu Hongkong dikembalikan oleh Inggeris. Suatu pemilu baru akan diselenggarakan pada tahun 1997 itu juga. Memang jelas hasil pemilu Hongkong itu tidak menyenangkan Beijing. Dan untuk tahun 1997 hal itu pasti akan memusingkan. Apalagi bila masa transisi di Hongkong itu akan berbarengan dengan proses suksesi kekuasaan di ibukota Cina. Dengan sendirinya Cina akan lebih waspada dan pasti lebih ketat mengawasi Hongkong. Bisa dibayangkan, bahwa kelompok pro- demokrasi Hongkong nantinya akan menghadapi kekuatan Cina. Sampai seberapa besar kemampuan mereka, tentu akan baru akan dapat kita lihat setelah Juli 1997.*** Pojok Yudha IJIN Tidak ada ijin usaha bagi investor pemohon proteksi, kata berita. *** Maaf, jaman proteksi (sudah) lewat ! DITUTUP Pendaftaran calon jemaah haji sudah ditutup, kuota terpenuhi. **Yang tidak kebagian tahun ini harap sabar menunggu tahun depan! LINGKUNGAN Menurut berita, kerusakan lingkungan laut sangat memprihatinkan. **Peringatan semacam ini sudah sering dilontarkan, cuma tanggapan yang berwenang tidak kedengaran. W Sejak berdirinya TVRI tanggal 24 Agustus 1962, ke- mudian mulai tahun 1990 hadir stasiun televisi swasta pertama, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Selanjutnya tahun 1991 di- susul dengan lahirnya Surya Citra Televisi pendidikan In- donesia (SCTV) dan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV) pada akhir tahun 1991 serta terakhir Indosiar Televisi 1994, maka sejak itu pula arus informasi media massa di Indonesia melalui televisi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Di Balik Tayangan Aksi Kekerasan Film Seri Terhadap Sikap Anak Sebagai media massa pan- dang dengar, televisi mem- punyai kelebihan dalam me- nyajikan informasi diban- dingkan dengan media komu- nikasi lainnya, seperti media cetak, terutama buku. Hal ini terlihat dari penyajian infor- masi yang disampaikan oleh televisi lebih menarik dan menyenangkan. Disisi lain, kendati memi- liki keunggulan media tele- visi juga memiliki keku- rangan karena pemirsa tidak sempat merenungkan dan mengadakan pendalaman terhadap informasi yang di- terimanya. Kesemua itu di- sebabkan karena proses sia- ran yang disajikan lebih cepat dan tidak bisa dikembalikan langsung oleh pemirsa. Hal inilah yang menyebab- kan munculnya fenomena baru, karena di balik ke- bangkitan pertelevisian di Indonesia, ditandai dengan munculnya berbagai stasiun televisi swasta, yang tidak da- pat dimungkiri menambah arus informasi dan hiburan, disisi lain muncul kekhawa- tiran akan program-program yang kiranya membawa pe- ngaruh negatif. Dengan ha- dirnya stasiun televisi swasta ditengah-tengah keluarga, kiranya secara tidak langsung Presiden Soeharto, bebe- rapa hari lalu dalam acara pembukaan Konferensi Ting- kat Menteri Sembilan Negara Berkembang Berpenduduk Besar dan Hari Aksara In- ternasional XXX, sekaligus mencanangkan Bulan Ge- mar Membaca dan Kun- jung Perpustakaan, menga- takan bahwa kita sebagai ne- gara yang sedang memba- ngun harus meningkat kua- litas diri dengan meng- gairahkan mina dan gemar membaca dengan berkunjung ke perpustakaan, karena per- pustakaanlah wadah utama bagi seluruh informasi dan ilmua pengetahuan. Dalam era globalisasi dan informasi seperti sekarang ini, masalah membaca se- makin menjadi kemampuan dasar yang sangat penting artinya bagi kemajuan ma- syarakat, bangsa, maupun in- dividu. Berkaitan dengan masalah gemar membaca dan kunjung perpustakaan, yang telah dituangkan dalam GBHN 1993 tentang pembinaan dan pengembangan perpustakaan dan kearsipan terus dilan- jutkan dan diupayakan untuk lebih menunjang pengem- bangan dan mencerdaskan bangsa, serta memasyara- katkan budaya baca dan be- lajar. Pemerintah meman- membawa pengaruh besar terhadap aktivitas keluarga, terutama anak-anak. Umum- nya kegiatan anak-anak pada awalnya hanya sekitar ma- kan, sekolah, belajar, ber- main dan tidur. Namun se- menjak hadirnya siaran te- levisi swasta ditengah-tengah keluarga jadwal kegiatan anak-anak, hampir 50% ditujukan pada televisi, te- rutama untuk menonton film seri. Selanjutnya apabila kita amati, maka kebanyakan film seri yang diputar itu masih sangat didominasi oleh film import yang didalamnya ter- dapat paket-paket cerita ten- tang humor, sadisme, keke- rasan, sex, hubungan bebas dan sebagainya yang sebe- tulnya adalah sajian untuk mereka yang sudah tergolong dewasa. Di mana hal ini se- mua juga sangat bertolak be- lakang dengan sosio-kultur kita. Seorang anak apabila di- tinjau dari sudut psikologis berada dalam kondisi yang sangat labil. yang pendi- riannya masih pada tipe ideal dan terkadang hanya meniru dan melakukan apa yang di- lihat dan diajarkan. Maka ji- ka mereka tiap harinya disu- guhi akan tontonan yang pe- nuh aksi kekerasan, mereka tiap harinya disuguhi akan tontonan yang penuh aksi ke- kerasan, mereka akan terso- sialisasi dengan nilai yang demikian juga. Dengan nilai ini mereka hidup sepanjang hari. "Tidak semua negara memberdayakan (empower) wanita, sementara sektor- sektor di dalam negara juga sering bersifat homogen se- hingga ada sektor yang aktif melakukan investasi bagi wanita dan ada pula yang sebaliknya," kata Direktur Dana Pembangunan PBB untuk Wanita (UNIFEM) Noeleen Heyzer di Beijing, Selasa. Belum bisa membedakan Seorang anak adalah se- orang manusia yang sedang tumbuh dan berkembang mencari jati dirinya menuju arah kedewasaan baik dari segi kepribadian maupun berpikir dan bertingkah laku. Mereka belum memiliki ke- mampuan penuh untuk mem- dang sangat perlu untuk men- canangkan bulan September ini sebagai bulan gemar membaca dan kunjung per- pustakaan. Mengapa gemar membaca dikaitkan dengan kunjung perpustakaan? Hal ini me- mang sempat menggelitik pi- kiran kita. Ya, mengapa. Ka- lau kita ingin berpikir maju, kompleks, dengan ditunjang wawasan yang mencukupi, tentu kita akan setuju gemar membaca dikaitkan dengan perpustakaan. Boleh dianekdotkan bahwa gemar membaca tanpa ditun- jang dengan perpustakaan, ibarat sayur tanpa garam. Mengapa demikian? Karena membaca itu sendiri tidak lepas dari sarana dan pra- sarana. Membaca tanpa sa- rananya seperti buku, ma- jalah, koran, dan bahan ba- caan lain hanya isapan jem- pol belaka. Bagaimana wanita dapat Sejumlah 70 persen dari 1,3 muncul dengan agenda pem- miliar penduduk miskin di bangunan yang mampu me- dunia adalah wanita. rangkul baik pemerintah maupun pasar yang bertang- gung-jawab pada era globa- lisasi ekonomi merupakan salah satu topik hangat yang didiskusikan para peserta Konferensi Ke-empat PBB mengenai Wanita di Beijing, 4-15 September 1995. ANALISA/KOMENTAR Oleh: Henny Sukmawati bedakan apa yang nyata dan tidak. Anak yang merupakan penonton setia televisi, me- nganggap bahwa, televisi me- rupakan laporan nyata ten- tang keadaan dunia sesung- guhnya. Mereka terbius se- demikian rupa sehingga me- rasa bahwa apa yang dita- yangkan oleh televisi adalah kenyataan yang sesungguh- nya atau setidak-tidaknya kenyataan yang akan atau harus terjadi. Misal persepsi kekerasan bagi mereka meru- pakan penyelesaian paling gampang atas banyak masa- lah yang dilakukan, entah oleh pemeran yang baik atau- pun yang jahat. Menurut pengamatan pe- nulis ada kecenderungan bahwa apabila seorang anak mulai menggemari film seri, terdapat beberapa perubahan aktivitas pada diri anak yang cenderung mengarah pada hal yang negatif. Anak ketika sedang asyik menonton film seri tidak ingin melakukan kegiatan lainnya sebelum film seri tersebut usai pena- yangannya. Misalnya susah untuk disuruh mandi, makan, bahkan terkadang untuk be- lajar. Padahal saat itu sudah merupakan waktu bagi anak melakukan hal tersebut. Kaum Hawa, yang mengisi tiga perempat jam kerja di dunia, juga hanya menerima bagian sepuluh persen dari pendapatan dunia. Meeka kendati menghasilkan 80 persen kebutuhan pangan dunia, hanya menikmati sepuluh persen kredit. Sifat anak yang masih se- ring meniru segala hal, akan meniru pula apa yang ia lihat di televisi. Baik ucapan, ting- kah laku dan kebiasaan se- hari-hari. Contoh kecil dapat membantu pembaca untuk mengerti lebih jauh apa yang penulis maksud. Suatu hari penulis melihat tiga orang anak berusia 10-12 tahun sedang berkelahi (dua lawan satu). Seorang dari mereka berkata "Rasakan ini tenda- "Namun si miskin bukan lah populasi statis yang dapat diubah nasibnya sekadar lewat program kesejahteraan lokal, tanpa mempertimbang- kan proses pemiskinan, habi- tat, sumber daya dan kehi- dupan mereka," kata wanita Singapura itu mengingatkan. Menurut Heyzer, wanita adalah pihak yang paling menderita akibat restruk- turisasi dan reformasi pada Wanita memerlukan pem- era globalisasi yang mengor- berdayaan untuk mencapai bankan investasi dengan persamaan, pembangunan prioritas pembangunan ma- dan perdamaian bagi mereka. nusia, sepat di bidang pen- Bulan Gemar Membaca Dan Kunjung Perpustakaan Perpusnas RI, Koleksi Langka dan Gemar Membaca 39A Oleh: Agus Sutoyo dan Elsa Tuasamu katkan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu, diperlukan pula prasarana yang me- madai seperti perpustakaan. Dalam pencanangan Bulan Sebab, perpustakaan mem- gemar membaca dan kunjung bantu masyarakat yang ku- perpustakaan yang juga di- hadiri Direktur Jenderal rang mampu membeli bahan bacaan. Perpustakaanlah se- UNESCO, Dr. frederico bagai sumber utama menam- Ma-yor, Mendikbud Prof. bah ilmu pengetahuan dan Dr. Wardiman Djojonego- pendidikan, serta mening- ro, Ke-pala Perpustakaan Menurut presiden Soeharto bahwa dalam upaya mening- katkan kualitas sumberdaya manusia, peranan pendidikan sangat menentukan. Karena itulah, bersama-sama dengan bangsa lain, Indonesia de- ngan sungguh-sungguh beru- paya untuk mewujudkan te- kad dunia melaksanakan pendidikan untuk semua (Education For All), seba- gaimana yang dicetuskan dalam Deklarasi Dunia di Jomtien (1990) dan Dekla- rasi New Delhi (1993). Berkaitan dengan hari Aksara Internasional (14/9), Indonesia bertekad untuk menuntaskan pemberantasan buta huruf di kalangan pen- duduk usia 10 hingga 44 ta- hun. Pemerintah meng- inginkan agar pada akhir Repelita VI, tidak ada lagi anak usia sekolah 7-12 tahun yang tidak mengikuti Se- kolah Dasar. BERITA YUDHA - RABU, 20 SEPTEMBER 1995 HALAMAN didikan dasar, pelayanan ke- sehatan primer, nutrisi, dan air bersih. Oleh karena itu, harus ada gerakan yang mendorong ter- wujudnya kebijaan peme- rintah yang memiliki kepe- kaan gender, kata Heyzer tentang formula mengatasi keprihatinan tersebut. Politisi baru Pentingnya akses terhadap pembuatan keputusan untuk memberdayakan wanita juga ditekankan oleh Senator Le- ngan Raven (nama salah satu film seri yang diputar di te- levisi)". sambil memperaga- kannya dari tendangan ter- sebut. Ketika anak itu me- nangis kesakitan, tidak ter- lihat rasa kasihan di wajah mereka, bahkan seorang anak lainnya sempat berkata "ra- sain mampu sekaligus". Sungguh suatu pemandangan yang sangat menyedihkan hati. Karena pada jiwa anak- anak ini telah terbentuk rasa antipati atau mati rasa meli- bat temannya mengaduh ke- sakitan atau mereka memang sudah terlalu kebal sehingga bagi mereka itu adalah hal wajar. Dapat dibayangkan kalau dari kecil mereka hidup dengan cara ini, apa yang akan terjadi bila mereka de- wasa kelak. Merubah pola hidup . ticia Ramos Shahani yang mengepalai delegasi Filipina pada Konferensi Ke-empat PBB mengenai Wanita itu. "Sangat lah tepat bagi siapapun yang menghendaki reformasi untuk memasuki dunia politik. Wanita harus Menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Eleanor E. Ma Scoby, me- nyimpulkan bahwa penonton setia film seri ditelevisi ada- lah anak-anak sehingga me- nonton televisi mengurangi waktu anak bermain. Se- lanjutnya menonton televisi juga dapat mengurangi waktu anak untuk melibatkan diri dalam pekerjaan rumah tang- ga (misalnya membantu or- ang tua memasak dan lain- lain). Anak-anak penonton setia televisi lebih sedikit menghabiskan waktunya untuk mendengar radio, membaca atau melakukan kegiatan lainnya. Ini dapat dibuktikan bahwa televisi juga telah merubah "live Style" anak, misal makan di depan pesawat televisi atau bahkan tidur setelah jam penayangan film favoritnya usai. RI, Mostini Hardjopra- koso, MLS, dan sejumlah Menteri Kabinet Pemba- ngunan VI, Presiden Soe- harto mengatakan pula bah- wa pengalaman pembangu- nan negara-negara maju membuktikan bahwa tingkat kemajuan yang dicapai suatu bangsa banyak ditentukan oleh keberhasilan bangsa itu dalam meningkatkan kualitas SDM dan kualitas seluruh masyarakatnya. Koleksi-koleksi langka Indikasi-indikasi di atas mengisyaratkan bagi kita semua untuk turut serta me- nyukseskan pembangunan pendidikan ini dengan ke- biasaan atau gambar mem- baca dan rajin mengunjungi perpustakaan. Dengan dicanangkannya bulan September ini sebagai bulan Gemar membaca dan Kunjung Perpustakaan, Per- pustakaan Nasional (Per- pusnas) RI pada 14-20 Sep- tember ini mengadakan Pameran Koleksi-koleksi Langka, yang secara seren- tak pula dilaksanakan di seluruh Indonesia. Drs. Paul Permadi, Ke- pala Pusat Jasa Perpusnas mengatakan bahwa tujuan Peran orang tua Meski banyak kalangan menyimpulkan bahwa pro- gram yang dikhawatirkan terhadap anak-anak adalah program yang sifatnya ke- kerasan, karena dapat me- nimbulkan sikat agresif pada anak-anak, tetapi hal ini juga banyak diperdebatkan. Ada suatu pendapat yang me- ngatakan bahwa, hal ini tergantung dari masyarakat dan keluarga itu sendiri. Artinya, bahwa dalam satu keluarga ada norma-norma yang dapat membatasi sikap agrevitas anak-anak tersebut. Program "televisi violece" memang memberi pengaruh negatif dan sejauh mana lingkungan menjinakkan agrevitas tersebut, agar tidak berakibat buruk bagi anak- anak. menunjukkan diri sebagai politisi baru," katanya. Untuk itu, wanita perlu memiliki visi mengenai ben- tuk dunia yang hendak di- ciptakan dengan kekuasaan yang dimilikinya. Salah satu cara adalah peran orang tua. Jelas kiranya bahwa peran orang tua dalam mengontrol atau menanam- kan norma-norma pada anak sejak dini, sangat perlu se- hubungan hal diatas. Di sini kontrol orang tua mengungkapkan sejauh mana peran orang tua dalam me- ngontrol anaknya menyak- sikan penayangan film seri di televisi. Ini dapat dilakukan dengan jalan menemani saat anak menonton televisi sam- bil menjelaskan atau bahkan membuka dialog dengan anak. Dapat juga melarang anak menonton film tersebut dengan menjelaskan bahwa film tersebut bukan dikon- sumsi untuk dirinya. Saat anak dan orang tua terlibat diskusi, sebenarnya secara tidak langsung orang tua menanamkan nilai-nilai dan norma pada anaknya. Maka pengaruh negatif dari pena- yangan film seri tersebut da- pat diredam. Misal perkata- kaan tidak sopan, tidak tim- bul di lingkungan keluarga, sikap anak dan perilakunya Wanita Menuntut Tempat Lebih Banyak Di Parlemen Oleh: Widiastuti Konferensi Ke-empat PBB mengenai Wanita harus men- desak pemerintah agar ber- sedia menyisihkan sedikitnya 50 persen kursi di parlemen bagi wanita pada tahun 2005. Fletcher memprihatinkan masih banyaknya prasangka di dunia yang menghalangi pemilihan wanita sebagai pembuat keputusan. "Tanpa aksi tegas kita, anda tidak akan melihat adanya wanita yang terpilih sebagai anggota parlemen," katanya. Senada dengan Shahani, anggota parlemen Selandia Baru Chris Fletcher menga- takan, "Jika kita ingin me- wujudkan persamaan, pem- bangunan, perdamaian, kita harus memiliki undang-un- dang di negara masing-ma- sing. "Namun kita tidak akan pernah dapat mengubah un- dang-undang bagi wanita, tanpa adanya lebih banyak wanita di parlemen dunia, katanya. Ia mengatakan Panggung Aksi (Plarform for Action) pameran koleksi-koleksi langka Perpusnas dianta- ranya untuk memperkenalkan kepada masyarakat khasanah koleksi, memberikan apre- siasi bahan pustaka Indo- nesiapun, menunjang pro- gram pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan buda- ya gemar membaca, serta menarik minat masyarakat dalam mengunjungi perpus- takaan. Sementara itu, Mastini Hardjoprakoso, MLS me- ngatakan bahwa untuk me- masyarakatkan perpustakaan, terutama koleksi-koleksi Perpusnas yang unik-unik dan langka tersebut dilak- sanakan pameran ini. "Per- pusnas RI ingin memperke- nalkan eksistensinya kepada masyarakat," demikian me- nurut Mastini. Lebih lanjut Mastini me- ngatakan bahwa dalam pa- meran itu akan ditampilkan dan memperkenalkan koleksi yang unik mengenai masalah Indonesia. Terbukti dalam koleksi tersebut, bahwa Indo- nesia telah dikenal sejak ber- abad-abad lalu oleh bangsa dunia. Salah satu buku yang memperkenalkan Indonesia pada abad 16 berbahasa Itali, dapat terkendali dengan men jelaskan bahwa adegan keke rasan adalah salah. Dengan demikian anak punya aturan dan kontrol yang membatasi perilakunya. Karena eksis tensi orang tua merupakan faktor dominan pembentukan perilaku anak. Untuk menutup tulisan ini ada baiknya kita renungkan puisi di bawah ini. Puisi ini diambil dari buku "Psikologi Komunikasi" karangan Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Judulnya "CHILDREN LEARN WHAT THEY LI VE" (by Dorothy lawa Nol- te). Yang telah beliau terje- mahkan. Anak belajar dari kehi dupannya. Jika anak dibesarkan de- ngan celaan, ia belajar me maki. Jika anak dibesarkan de- ngan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan de ngan cemoohan, ia belajar rendah diri. Dengan kekuasaan yang dimiliki kata Fletcher, wanita di parlemen dapat memper- baiki keadaan wanita lainnya. Untuk mengawasi pene- rapan Panggung Aksi oleh pemerintah, para wanita anggota parlemen setuju menjadikan parlemen di tiap negara sebagai penilai ke- majuan masing-masing ne-. gara dalam penerapan Pang- gung Aksi setiap tahun hing- Jika anak dibesarkan de- ngan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan de ngan toleransi, ia belajar me nahan diri. Jika anak dibesarkan de ngan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan de ngan pujian, ia belajar meng hargai. Jika anak dibesarkan de- ngan sebaik-baiknya perla- kuan, ia belajar - keadilan. Jika anak dibesarkan de- ngan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan de- ngan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan de- ngan kasih sayang dan per- sahabatan, ia belajar mene- mukan cinta dalam kehidu- pannya. kemudian ada peta dunia terbitan tahun 1154 (abad 12), Buku Negara Kertasa- ma, koran tertua Zakan Deandell, dan buku-buku langka mengenai pergerakan nasional bangsa Indonesia sampai zaman kemerdekaan. Pada hari pertama pameran tersebut, masyarakat (pe- ngunjung) banyak yang ter- menung dan kagum, bahwa masalah Indonesia benar- benar telah lahir sejak ber- abad-abad silam sebe- yang lum masa kemerdekaan. Ternyata, kekayaan Indone- dalam hal ini koleksi- koleksi ilmu pengetahuan dan sejarah telah lama di- perbincangan masyarakat dunia. sia - Secara lengkap materi pa- meran itu, menurut Drs. Sudirwan Hamid, Kepala Bidang LJPI Perpustakaan. Ternyata, kekayaan Indone- sia-dalam hal ini koleksi-ko- leksi ilmu pengetahuan dan sejarah-telah lama diperbin- cangkan masyarakat dunia. Secara lengkap materi pameran itu, menurut Drs. Sudirwan Hamid, Kepala Bidang LJPI Perpusnas yang juga penanggung jawab pa- meran, terdiri dari: Naskah kuno buku langka, surat kabar langkah, majalah langka, peta dunia kuno, Ke Halaman XI ga tahun 2005. Tugas lain wanita di par- lemen adalah meningkatkan pembangunan bagi wanita untuk memajukan proyek bersifat gender dan mem- bantu mendapatkan bantuan pemerintah guna melaksa- nakan program. "Kami memerlukan uang untuk membiayai proyek bagi wanita," kata Wakil Ju- bir Majelis Nasional Su- riname Ruth Wijdenbasch. Namun Akiko Domoto. anggota Majelis Tinggi Je- pang, menunjukkan bahwa Panggung Aksi mustahil da- pat diterapkan tanpa adanya kemauan politik dan kebe- ranian wanita. "Para wanita anggota parlemen hendaknya meng- galang kerjasama, agar mam- pu mengambil tindakan yang tepat pada saat yang tepat. Kami tidak dapat menunggu hingga dekade mendatang." katanya.
