Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Berita Yudha
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-07-27
Halaman: 04

Konten


ARIES Belanda Depok Masihkah "Masalah" UNGKAPAN William Shakespeare "apalah artinya sebuah nama", ternyata tak benar bagi warga Depok. Malah, ada yang marah karena penulisan atau pemanggilan namanya didekatkan sebuah nama yang yang kini "tepinggirkan". mereka anggap Itulah dialami sebagian yang masyarakat Depok Asli. CERPEN isalnya, sekelompok pemuda M buntut keributan hanya karena disebut Belanda Depok. Kenapa kejadian itu terjadi? Tak lain karena mereka yang juga orang-orang pri- bumi (Melayu), ingin juga diakui se- bagaimana warga biasa, tanpa ha- rus dibedakan dengan warga De- pok lainnya. Makam peninggalan jaman Belanda di Jalan Kamboja. pernah tersinggung dan ber- Tempat Puu That grasi, hanya karena nama mereka pernah mendapat kesulitan. Dan, sebagai alternatif yang bersang- kutan terpaksa menghilangkan na- ma marga atau memakai nama MINGGU Penggunaan nama yang ke-Ba- rat-baratan rupanya sempat menja- dikan permasalahan bagi warga Depok Asli. Konon, nama kebarat- baratan itu, secara administratif pernah menimbulkan masalah bagi warga Depok Asli. Misalnya, ketika mengurus paspor di Kantor Imi-tika mengurus paspor. Karena na- ma kami ini kan nama-nama Belan- da, mungkin ada anggapan negatif oleh orang Imigrasi. Karenanya na- ma-nama marga itu tidak kami gu- nakan," jelas Nico lagi. Namun, pada perkembangan selanjutnya nama-nama tersebut tak lagi bermasalah. Sehingga un- tuk urusan administrasi di suatu ins- tansi tertentu tak lagi ada kesulitan. Artinya, warga Depok Asli ini mempunyai kebebasan menentu- kan jodoh atau pasangannya. Tak ada tabu bagi pasangan semarga yang berniat menikah, kecuali "Dulu memang pemah. Karena mempunyai hubungan keluarga de- nama kami yang kebarat-baratan kat. Tak ada larangan pula bagi war- itu, kami ini kayaknya dianggap bu- ga Depok Asli yang berniat menikah kan orang pribumi. Namun, semua is dengan lain marga dan/atau orang itu sekarang sudah tak ada masa- lah lagi. Bahkan untuk urusan Imi- grasi sekalipun, lancar-lancar saja," tambah Oto yang bekerja di Kantor BBD Jakarta. luar pridmidman te grot "Kita tidak mutlak dalam perjo- dohan. Dengan siapa saja kami be- bas menikah, bahkan dengan satu marga pun tidak masalah asal hu- bungan kekeluargaanya masih jauh. Satu marga kalau hubungan- nya dekat ya enggak boleh," cerita BIONIC Tak terasa, berhari-hari saya pidato, menceramahi Lahirnya Belanda Depok SE EPULUH Agustus 1657 lahir bayi laki- laki indo Perancis-Belanda pasangan An- tonie Chastelein-Marie Cruidenar yang sekaligus cucu Walikota Dordrecht, satu kota di negeri Belanda. Bayi laki-laki itu kemudian dinamai Cornelis Chastelein. Orang tersebutlah yang kemudian "melahirkan ras" yang kini dikenal Belanda Depok. Karena membutuhkan tenaga kerja dan pembantu yang mengurus tanah pertanian dan keperluan rumah tangganya, Comelis membawa orang-orang dari Bali, Timor, dan Sulawesi untuk dijadikan pekerjanya. Kepada mereka Cornelis menyampaikan ajaran Protestan, karena am- bisinya yang lain menjadi misionaris Protestan dan menjadikan Depok sebagai basisnya pe- nganut Protestan. orang-orang yang saya tak peduli: apakah ia tidur atau masih mendengar kata demi kalimat yang saya lontarkan. Karya Asdar Muis Pada usia ke-17 Cornelis memilih kawasan Oost-Indie (Indonesia) sebagai tujuan hidup pe- ngembaraannya. Kepatuhan dan ketaatannya kepada VOC --sebagai penguasa perdagangan Indonesia saat itu-- menjadikan Cornelis men- dapatkan tempat yang sangat layak dengan penghasilan yang sangat memadai. Ambisinya mengembangkan hidup dari pertanian "me- maksa" Comelis membeli bidang-bidang tanah di sisi Selatan Jakarta (Batavia). 27 JULI 1997 PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SHINTA OBONG Sasono Langen Budoyo, TM-Jakarta 20.00 WIB Undangan Salah satu rumah masa silam yang masih tetap kokoh berdiri di Jalan Pemuda. perkawinan. Dulu, konon, bagi war- ga Depok Asli, perkawinan antar satu marga tak boleh. Tabu hukum- nya. singkatnya. "Secara administratif, kami tidak pernah ada masalah. Namun, kami sering dapat masalah jika be- rurusan dengan Kantor Imigrasi ke- MINGGU 27 JULI 1997 KAWIN SEMARGA Hal yang tak "masalah" lagi di masyarakat Belanda Depok adalah T iba-tiba saya merasa tak punya telinga. Tak ada lobang pendengaran. Juga tak ada lagi gendang telinga. Namun saya tetap mendengar. Malah, jarum jatuh di radius lima kilometer, saya dengar. Peka. Bak kuping bionic. Saya tak pernah tahu sejak kapan pen- dengaran saya sangat bagus. Padahal, telinga itu tak tahu entah ke mana. Yang saya tahu, suatu ketika terbangun, kulihat di cermin: tak ada telinga di kepalaku. Berhari-minggu-hingga tahun, saya menginvestigasi hilangnya telinga tapi Pukul That SENIN Sepeninggal Cornelis Castelein pada 28 Juni 1714, sebanyak 150 pekerja (dalam testamen Cornelis menyebut mardikers atau budak merde- ka) dibebaskan dan diberi sebidang tanah dengan syarat mardikers itu harus memeluk agama Pro- testan. Demi mendapatkan tanah dan memper- baiki kehidupannya, mardikers bersedia meme- nuhi keinginan Cornelis. Ketaatannya kepada Cornelis itu menggambarkan ketaatan mardikers PAMERAN LUKISAN AMERIKA LATIN Tempat: Galeri Cipta II, TIM-Jakarta : 10.00-21.00 WIB Gratis Kultur yang demikian itu temyata memang tak abadi, karena lama- kelamaan semakin luntur. Bahkan ketabuan itu seakan tidak lagi diakui oleh masyarakatnya. Akhirnya untuk urusan perjodohan mereka menganut keterbukaan. 28 JULI 1997 malah pendengaran yang super bionic itu. Tapi, akhirnya kusimpulkan secara liar; "ke- palaku tiap saat tanpa istirahat dicekoki informasi dan penjelasan yang sudah sa- ngat lama saya tahu dan jabarkan." Memang, muncul orang-orang di tempat kegiatan keseharianku. Di lingkungan itu, saya dan rekan-rekan dicekoki pengeta- huan yang malah kami lebih tahu dari mere- ka. Namun, kami tak bisa melawan. Konse- kuensinya, kami bisa disisihkan. Lagipula, mereka yang datang itu, paling berkuasa. Walau sudah sangat lama, tapi hingga KULTUR Puku kepada kekuasaan pemerintah Belanda. Para budak merdeka itu kemudian mendapat hak-hak istimewa dari kekuasan warisan Cornelis dan pemerintah Belanda umumnya serta mempunyai hak menjadi pegawai satu instansi pemerintah Belanda. Pengaruh ling- kungan keagamaan dan pergaulan orang-orang Belanda, menjadikan mardikers pun merubah gaya hidup menyerupai gaya hidup orang-orang Belanda, termasuk penggunaan bahasa untuk komunikasi sehari-hari. Karenanya, oleh warga Depok dan sekitarnya menyebut mardikers se- bagai Belanda Depok. Mendapatkan hadiah rumah dari Cornelis, menjadikan Belanda Depok itu beranak pinak di kawasan Depok Lama yang bertahan sampai saat ini. Pada masa-masa setelah kemerdeka- anpun Belanda Depok tetap bertahan di kawa- san Depok Lama. Namun, tidak sedikit generasi berikutnya yang kemudian meninggalkan tanah kelahirannya dan bermukim di luar negeri, te- rutama Belanda, karena terikat dalam perka- winan atau karena alasan lain. #din SELASA PAMERAN TUNGGAL FOTOGRAR BENNO HARUN Martin --warga setempat-- menje- laskan. Tidak sedikit warga Depok Asli yang kini bermukim di luar negeri. Ada beberapa alasan yang menye- babkan mereka tinggal di luar ne- geri, terutama Belanda, di antara- nya karena menikah dengan orang asing dan memiliki kerabat dan ke- luarga di sana. "Ada juga warga di sini yang kemudian tinggal di luar negeri, khu- susnya di Nederlan. Ada yang ka- rena menikah dengan orang luar dan karena mempunyai keluarga di sana, biasanya nenek moyangnya ada di sana," kata Miranda Paulina Soedira. 29 JULI 1997 kini mereka masih berkuasa. Tapi saya tetap sabar. Hingga akhirnya, pendengar- anku tak lagi berfungsi. Tak ada lagi yang saya dengar. Tuli. Dan kesabaranku itulah yang membuatnya demikian. Namun yang terpenting bagi mereka, sebutan Belanda Depok masih bermasalah. Baginya, mereka juga adalah warga negara Indonesia yang asli. Penduduk pribumi tulen. Tak ada kaitan dengan darah Belanda. Mereka cuma korban penjajahan yang dica- but dari akar kebudayaannya di zaman VOC berkuasa. # din Memang, saya yakin, "Jika saya tak mendengar lagi, maka saya akan dijadikan bagian dari mereka." Betul. Saya rasakan hasilnya. Saya dipercayakan menjadi ba- gian dari mereka yang berkuasa. Dan sa- ya pun berhak --malah berkewajiban-- menceramahi teman-teman lama saya yang tetap harus bisa mendengar tapi tak punya mulut untuk bicara. Tatkala saya tampil di mimbar, ocehanku panjang. Berbagai masalah saya bahas. Tak terasa, berhari-hari saya pidato, menceramahi orang-orang yang saya tak peduli: apakah ia tidur atau masih mende- ngar kata demi kalimat yang saya lontarkan. Toh, yang saya tahu kemudian, lidahku mengecil hingga hilang. Tapi, suaraku malah jernih dan terang. Seperti speaker 10.000 Watt. Dan saya pun tak pemah pe- duli, saya tak punya telinga dan lidah. Karena, sebetulnya; saya tak pernah tahu sejak kapan saya tak punya hati. Juga tak tahu, siapa yang mengambil hatiku. Mung- kin juga, sudah lama saya menggorengnya dan kujadikan lalapan. # Pancoran, medio Juli 1997 Galeri TC, & Kamang Raya No 24 ob 7194270 110.00-20.00 WIB RABU OPERTUNJUKAN MUSIK LA LIGHTS JAZZ CONCERT 30 JULI 1997 Tempat Gedung Kasenian Jakarta 20.00 WIB Puku Tkat : Rp 50.000 dan Rp 40.000 ● ● ● ● ARIES curkan akhir Agustus," tegasnya. # hmk BERITA ● ● Martha Tilaar Penyandang Dana GKJ "Ini kesempatan saya untuk membantu di bidang kebudayaan. Kalau dahulu saya melihat GKJ ini hanya boleh dijamah oleh orang • Belanda, kini semua orang bisa memakainya untuk event kesenian, ENGEJUTKAN. Selebritis yang telah memproduksi alat-alat bagi Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Itulah kini tampilan Martha Tilaar. • tuturnya kepada BERITA, Jumat (18/7) lalu di GKJ. Beberapa macam sumbangan lain yang bakal diberikan Martha Tilaar adalah beberapa perangkat make-up yang untuk pertama kali ● • dipakai dalam Lomba Koreografi Tari seluruh Indonesia tanggal 1-5 Agustus mendatang. "Saya menyambut baik, bahwa dengan adanya koreografi ini bakal dicapai beberapa SDM di bidang kesenian yang berkualitas. Apalagi dalam menghadapi era Afta tahun 2003 mendatang, sangat dibutuhkan SDM yang benar-benar mampu bersaing dalam menghadapi perda- gangan bebas itu," lanjutnya. 2011 Ketika disinggung apakah ia hanya membantu GKJ yang memang mempunyai segmentasi seni pertunjukan bertaraf elite, Martha mem- ● • bantah. "Saya siap membantu siapa saja yang memerlukan terutama ada hubungannya dengan make-up pertunjukan. Saya siap membantu seni tradisional lainnya, asal memang ada yang mengoordinir, saya pasti siap membantu mereka," katanya mantap. Martha Tilaar, selama ini memang dikenal memproduksi make-up ● ● khususnya untuk seni pertunjukan maupun untuk film dan sinetron. "Beberapa sinetron telah bekerjasama dengan kami, dan kami siap meluncurkan make up pertunjukan panggung yang bakal kami lun- Jus Tuli 1997 ini, majalah Horison telah genap usia ke-31. Majalah yang konsisten me- ngupas persoalan dunia sastra ini terbit Juli 1966. Dan merupakan majalah bulanan sastra di mana bacaan ini dijadikan tempat kelahiran sastrawan-sastrawan kebang- gaan Indonesia. Bertempat di Graha Bhakti Budaya, TIM, Jakarta, pada tanggal 30 Juli mendatang, ma- jalah Horison akan memperingati hari jadinya. Dalam acara tersebut bakal dimeriahkan penampilan serta pembacaan puisi dan cerpen oleh beberapa istri Menteri Kabinet Pembangunan VII di antaranya Ibu Etty Man'e Muhammad, Ibu Atie Wardiman Djojonegoro, Ibu Djoes Tarmizi Taher serta pembacaan Istri-Isteri Menteri Baca Sajak Ultah ke-31 Majalah Horison cerpen oleh ibu Nina Akbar Tandjung, Putu Wijaya serta Chairul Umam yang baru saja sukses lewat film sejarah Fatahilah. KAMIS PAMERAN SENI RUPA KARYA ARIREN Tempat Galeri Santi J Benda No 4, Cilandak Kemang Jaktim That Gratis Pada kesempatan tersebut juga bakal diumumkan beberapa pemenang dari sayembara penulisan cerita pendek dan esei sastra yang juga diselenggarakan ma- jalah tersebut. 31 JULI 1997 "Perhatian dari beberapa cerpenis serta eseis seantero tanah air memang besar. Jumlah naskah yang masuk meliputi 1.366 buah, sedangkan esei sebanyak 1100 buah," tukas Sutardji Calzoum Bachri se- laku panitia lomba tersebut. Dewan juri yang juga termasuk dewan redaksi Horison sendiri di antaranya selama sebulan penuh (1 Agustus-1 September) bakal diselenggarakan bursa tontonan rakyat dari se- luruh nusantara dalam Pasar Tontonan Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Menurut Nano Riantiamo selaku boss dari teater Koma, gagasan membuat Pastojak '97 bersumber dari sejarah terjadinya konsep artistik Teater Koma. "Ben- tuk pemanggungan teater Koma selama ini bersumber dari teater tradisi atau gado-gado, walaupun di dalamnya terdapat aura teater Barat, opera, film kartun yang diramu dengan aroma ludruk, masres, lenong, ketoprak sampai Srimulatan," ungkap Nano kepada wartawan, Kamis (24/7) di TIM, Jakarta. Bursa Tontonan Rakyat Versi Teater Koma SOSOK 0 Pukl That Tempat: Taman Ismail Marzuki :19.30 WIB Gratis Undangan 4 Ikranegara, Hamsad Rangkuti, Jamal D Rahman, Fadli Zon serta Agus R Sarjono. Menurut Ati Taufiq Ismail dan Azwan Ha- mir yang dipercayakan Yayasan Indonesia dan memegang manajemen Horison, bah- wa sejak Nopember 1996 lalu, tiras majalah sastra tersebut yang waktu itu hanya 2.500 eksemplar, hingga pada bulan Juli ini mampu mencapai 12.000 eksemplar. "Sejak saat itu Horison mengaktifkan belajar di tingkat SMU dengan menerbitkan untuk generasi muda masih lampiran khusus yang diberi tajuk Kaki La- ngit. Ini merupakan sasaran pangsa pasar kami, agar generasi muda juga belajar soal sastra," ungkap Ati. #hmk beberapa kelompok seni dari berbagai disiplin ilmu turut memeriahkan acara tersebut. "Semoga dengan adanya tontonan semacam ini diharapkan bisa memotivasi bagi kita untuk senantiasa menjaga semangat berkesenian, di mana pun dan dalam kondisi apapun. Dengan ajakan de- ngan ini jadi bahan perenungan bahwa peluang itu harus bisa direbut dan diwujudkan," lanjutnya. Dalam Pastojak tersebut tercatat 24 grup tontonan ikut berpartisipasi dengan menggelar 26 buah tontonan seperti kelompok yang datang dari Jakarta (Betawi). Irian, Jambi, Tegal, Banyuwangi, Ponorogo, Ciamis, Malang, dan Yogyakarta. Sementara empat negara yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut datang dari India, Singapura, Jerman, dan Prancis. Pastojak '97 1 Agust-1 Sept Tiap hari pk 10.00-22.00 WIB lompok Cirque Baroque, Singapura dengan The The- --- atre Practise serta Jerman dengan Ensemble Musiknya. JUMAT PEMBUKAAN PASAR TONTONAN JAKARTA 97 ARIES 1 AGUSTUS 1997 Seperti halnya kelompok tari India, bakal menampilkan tari Bharata Natyam, Perancis membawakan sirkus dari ke- Beberapa kesenian daerah yang juga bakal tampil seperti Reog Ponorogo, tari Panimbang-Toraja, Pacul Gayung-Banyuwangi, Tanjidor dari Batawi serta be- berapa kelompok lainnya. Sementara itu dari beberapa seniman Jakarta bakal membawakan beberapa nomor pertunjukan seperti New Jakarta Ensemble pimpinan Tony Prabowo, Luluk Purwanto dengan Helsdingen Trio dan Stage Bus serta Kolaborasi teater dari Azuzan Cs. "Sebagai koordinator semua pertunjukan, Teater Koma mempunyai optimisme bahwa bakal ditemukan Empat lokasi strategis di TIM seperti Graha Bhakti Budaya, Panggung Terbuka TIM, Galeri Cipta 2 dan Teater Koma yang berdiri tahun 1977 tersebut Galeri Cipta 3, telah disiapkan untuk menampung sebelumnya telah mementaskan beberapa judul puluhan kelompok kesenian rakyat yang sengaja di- naskah di antaranya Opera Kecoa, Opera datangkan dari beberapa propinsi di tanah air, Primadona, Wanita-Wanita Parlemen sampai Suksesi kelompok kesenian tamu dari mancanegara maupun dalam 80 kali produksi. # hm kamto Pastojak 97. Tentunya sesuatu itu yang berhubungan erat dengan batin atau kenangan estetik kita," ungkap Ratna Riantiamo menambahkan. Untuk memeriahkan acara tersebut, Teater Koma bakal menyumbangkan pementasan teater yang selama ini dekat dengan penonton Indonesia berjudul Sampek Eng Tay. "Sampek Eng Tay bakal dipertunjukkan karena memang untuk menanggapi beberapa surat yang masuk bahwa drama tersebut pantas untuk dipentaskan dalam rangka memperingati hari Ultah Teater Koma. Saya sendiri heran, bahwa drama ter- sebut sudah lima kali dipentaskan, namun kok ya masih tetap ada penontonnya," lanjut Nano. SABTU Pukul Tikat 2 AGUSTUS 1997 OPERTUNJUKAN DAN LOMBA TARI MODERN DAN KONTEMPORER Tempat: Gedung Kesenian Jakarta 18.00 WIB-selesail Gratis