Tipe: Koran
Tanggal: 1997-07-27
Halaman: 12
Konten
·I·A·T·A PARIWISATA TAHUN 2005 Sumber Devisa Nomor Satu asaran akhir Repelita VII tahun 2005, pariwisata adalah peng hasil devisa nomor satu mengantikan posisi migas. Makanya, diharapkan akan mempertegas citra. Indonesia sebagai Negara Kesatuan. Juga, memantapkan citra Indonesia dalam era global, dan memperluas lapangan kerja serta pemerataan hasil pembangunan. Visi Presiden tentang sasaran Pelita VII tersebut dikatakan Wuryastuti Sunario, Managing Director Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), kepada BERITA di ruang kerjanya, Jumat (25/7). Menurut Wuryastuti, sasaran pariwisata tahun 2005 bisa meraih 11 juta wisman. Target devisa mencapai US $ 15 miliar, dengan masa tinggal 10 hari. Namun tetap muncul pertanyaan; mungkinkah sasaran ini dapat tercapai dan sudah siapkah Indonesia menerima 11 juta wisatawan pada tahun 2005? Mampukah pula Indonesia bersaing dengan dunia luar dalam masalah keparawisataan? FOTO-FOTO ISTIMEWA MINGGU 27 JULI 1997 A Tahun 1993, kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,4 juta. Tahun 1994 dan 1995 masing-masing mencapai 4,0 dan 4,3 juta wisman. Sedangkan tahun 1996 lalu, pemasukan di Indonesia mencapai 5 juta wisman dengan penerimaan devisa US $ 6,906 miliar. Ini berarti telah terjadi peningkatan jumlah wisatawan dan penerimaan devisa pariwisata Indonesia, yang terjadi secara bertahap. Dibandingkan negara lain di ASEAN, pada tahun 1995 Indonesia menempati ranking ke-4 dalam pemasukkan wisman. Malaysia menempati ranking pertama dengan perolehan 7,9 juta wisman, menyusul Singapura 7,1 juta, Thailand mencapai 6,9 juta, Indonesia 4,3 juta, dan Philipina mencapai 1,7 juta. Wuryastuti mengatakan, ini terjadi akibat dampak kurangnya promosi dan iklan wisata Indonesia. "Jauh sebelum kita, Malaysia dan Thailand telah melakukan promosi iklan. Kalau dulu anggaran Malaysia dan Thailand mencapai US $20 juta, kita baru US $3 juta," katanya. Keadaan ini membuat persaingan menjadi berkurang. Sementara, iklan dan promosi memiliki posisi penting dalam membentuk image (citra) dari sebuah produk. Namun demikian, Indonesia melalui BPPI telah melakukan kampanye Iklan ke berbagai Negara. Pengaruh kampanye iklan ini terlihat dari meningkatnya pemasukan wisman secara bertahap. Dalam perkembangan pariwisata, peran swasta juga cukup penting. Segi prasarana seperti masalah ekonomi, peran pemerintah dominan dibutuhkan. Tetapi di sektor lain seperti sarana pertumbuhan hotel, peran swasta sangat diperlukan. BALI LEBIH TERKENAL Bali di mata mancanegara, konon lebih terkenal dari Indonesia. Masalah ini membuat BPPI harus melakukan promosi satu arah yakni meningkatkan citra Indonesia di mancanegara. Di antaranya melakukan pengenalan berbagai kegiatan, kebudayaan, keindahan alam Indonesia. f "Mau tidak mau, nama Indonesia harus dipertahankan dulu," kata Wuryastuti. Istilahnya adalah Indonesia A World All Its Own (Indonesia suatu dunia tersendiri). Penanaman citra ini ke Jepang, Taiwan, Singapore, Pan Asia, Australia, Jerman, Inggris dan Amerika. Dan setelah melakukan promosi citra, strategi pemasaran meningkat kc produk wisata yang dimiliki Indonesia. Namun, gejolak politik yang akhir- akhir ini terjadi, diakui Wuryastuti bisa mempengaruhi angka wisman yang masuk Indonesia. Tetapi suatu keuntungan besar terjadi, karena meski dalam gejolak politik tapi jumlah wisman tetap meningkat. Masalah kesehatan dan keamanan justru menjadi pemicu penurunan jumlah wisman. "Peristiwa tenggelamnya kapal di Danau Toba, atau kerapkalinya pesawat kita mengalami kecelakaa, membuat suatu opini transportasi kita nda bepergian untuk kepentingan dinas luar kota atau sengaja untuk berlibur ke Jambi? Yang satu ini, sangat menarik, karenanya janganlah dilewat- kan. Cobalah Anda ke Pelabuhan Pasar Angso Duo Jambi, dan carterlah perahu motor untuk me- nelusuri sungai Batanghari. Sekitar dua jam, Anda akan sampai di sebuah situs terbesar di Pulau Su- matera bernama candi Muarajambi. Tepat pukul 12.00 WIB, saya tiba di Pasar Ang- so Duo Jambi. Hari sangat cerah, langit lenglang tak berawan. Saya menggendong tas, berkaos dan menggantungkan kaca mata di dada. Sese- orang tiba-tiba mendekat, apakah mau sewa pera- hu ke Muarajambi? la bernama Udin (37), supir perahu motor yang mangkal di pelabuhan pasar terbesar di Jambi itu. Tanpa pikir panjang saya mengiyakan. Diajak- nya saya menuruni tangga ke tepian sungai Ba- tanghari. Sungai besar dengan air sangat tenang tak berombak. Motor perahu dinyalakan. Berang- sur perahu "berlayar", meninggalkan tepi. Makin jauh, makin cepat, makin asyik. Di tengah sungai, dalam apitan kanan-kiri hutan, saya melemparkan masih rawan. Ini bisa menurunkan wisman," katanya. Jadi sudah siapkah tahun 2005 Pariwisata menjadi devisa nomor satu? "Seyogyanya harus sudah siap, karena potensi itu ada. Yang perlu dilakukan bagaimana meraih potensi dalam waktu 10 tahun mendatang," ujarnya. TANTANGAN BPPI Lebih jauh, diakui Wuryastuti bahwa tantangan BPPI kini semakin besar, karena sasaran Repelita VII tahun 2005 pandangan begitu lepas. Terik matahari hilang berbarengan dengan datangnya terpaan angin sejuk yang cukup kencang. Dengan menghabiskan waktu lebih 2 jam, saya sampai di sebuah kampung baru di pinggir sungai Batanghari. Kampung ini kini mulai dikenalkan, karena situs yang dimilikinya. Nama situs itu sama persis dengan nama kampung itu: Muarajambi. Kampung yang semula sepi --jaraknya hanya 200 meter dari sungai Batanghari-- baru-baru ini mulai diramaikan dengan para wisatawan. Penduduk setempat menyambutnya sambil menjajakan da- gangan. Ada kerupuk, durian, ikan teri, dan lain- lain. Sebuah mata pencaharian penduduk pun mulai melek. S Hari itu, tepatnya Senin (15/7), untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di situs itu. Se- orang pejaga situs bernama Ibrahim (60) berce- rita pengalamannya. Ia telah bekerja sejak tahun 70-an, sebagai penjaga situs jauh sebelum dipu- gar. Kini situs itu memang telah membentuk. Be- berapa candi di lokasi seluas 12 kilometer persegi telah mulai didirikan kembali. Puluhan gundukan baru-bata yang ditumbuhi pepohonan masih di- biarkan tak terawat. ASIKNYA WISATA SUNGAI DI JAMBI Menelusuri Batanghari, menyinggahi Situs Muarajambi Tahap awal pemugaran kompleks percandian ini telah dimulai sejak tahun 1976, sedang pemu- garannya dimulai pada tahun 1978 oleh Ditlinbin- jarah dengan sasaran Cabdi Tinggi sebagai objek pertamanya, dan selesai tahun 1987. Selanjutnya berturut-turut adalah Candi Gumpang dari tahun 1982 hingga 1988, Candi Astono dari tahun 1985 hingga 1989, Candi Kembarbatu dari tahun 1991 hingga 1995. Sedangkan Candi Gedong I dimulai pemugarannnya sejak tahun 1996 hingga seka- Dalam penuturan sejarah, situs Muarajambi ini diketahui untuk pertamakalinya oleh seorang perwira Inggris Letnan SC Crooke tahun 1820. Ketika itu situs berada ditengah-tengah hutan pri- mer dipinggir sungai Batanghari. Seabad kemudi- an, tahun 1920 dan 1935, situs disinggahi peneliti Belanda T Adam dan FM Schnitger. Ketiganya singgah untuk melakukan penelitian, namun sa- yang hasilnya tak terdokumentasi secara lengkap. Setelah Indonesia merdeka, tahun 1954, Drs R Soekmono mengunjungi situs dengan tujuan pe- ngumpulan data kepurbakalaan situs tersebut. Dan baru tahun 31, penelitian arkeologi dalam rti sesungguhnya diadakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purba- kala (Ditlinbinjarah). Hingga kini instansi itu masih melakukan penelitian. menjadikan pariwisata sebagai sumber devisa nomor satu itu. Tapi ia tetap optimistis. Keoptimisan untuk meraih target itu, tercermin dalam setiap kata-katanya. Bahwa dengan usaha yang keras, Dukungan pemerintah dan swasta dalam menciptakan sarana dan prasarana, termasuk menggunakan strategi pemasaran yang tepat, sasaran ini bisa tercapai. Promosi dan iklan, adalah sebuah rang. Saya menggelengkan kepala melihat candi- candi itu. Untuk apa di wilayah yang membentang dari barat ke timur sepanjang 7,5kilometer di te- pian Sungai Batanghari, dengan luas sekitar 12 kilometer persegi itu candi-candi dibangun? Tapi rupanya, mengingat peninggalannya beru- pa kompleks percandian, maka Situs Muarajambi dapat dikatakan sebagai sebuah situs keagama- an. Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan se- perti arca Dewi Pradnyaparamita, wajra -sebuah alat kegamaam berujung empat terbuat dari lo- gam- dan rancangan kompleks percandian yang didasari konsep makrokosmos dan mikrokosmos. Dapat diketahui aliran agama yang melatari situs Muarajambi ini adalah agama Budha Mahayana. Namun demikian, tampaknya situs Muarajambi juga merupakan situs pemukiaman, sehubungan dengan adanya temuan keramik lokal atau asing dalam jumlah relatif banyak di dalam dan di luar kompleks percandian. Tingalan keramik dalam jumlah banyak ini merupakan gambaran adanya aktivitas penduduk yang menetap dalam waktu cukup lama serta berintegrasi dengan ling- kungannya. penunjang dalam membentuk image wisman tentang pariwisata. Untuk itu, Wuryastuti bersama dengan BPPI perlu melakukan peningkatan promosi tentang wisata Indonesia ke mancanegara. Pada tahun 1995 lalu, BPPI sukses melakukan survey kepuasan pengunjung di Medan dan Batam. Salah satu hasil survey membuktikan bahwa teman dan saudara merupakan sumber informasi yang sangat penting dan populer. Di Medan, sumber informasi yang penting lainnya adalah buku panduan dengan prosentase 26 %. Sedangkan biro perjalanan 22 %. Penelitian di Batam menunjukkan bahwa informasi penting dari mulut ke mulut mencapai 56 %, biro perjalanan 19% dan buku panduan 12 %. Sebagai strategi pemasaran BPPI, prioritas adalah memantapkan citra Indonesia di mata dunia. Selanjutya meningkatkan jumlah wisatawan untuk mencapai sasaran, menyebarkan wisatawan ke semakin banyak daerah tempat wisata, dan berusaha mencapai segmen pasaran berpenghasilan tinggi. #tie Memang dari data yang saya bongkar, peneli-. tian arkeologi di Muarajambi juga telah menem- patkan kronologi (usia) relatif situs ini pada abad 10-13 Masehi. Rentang masa itu merupakan ba- gian dari masa pemerintahan Kerajaan melayu Kuno dan Sriwijaya di Sumatera. Hal itu, menurut data yang ada, dapat diketahui dari keramik-kera- mik yang ditemukan di Muarajambi, pada umum- nya berasal dari Cina zaman Dinasti Sung (960- 1279 Masehi). Hanya kurang lebih satu jam saja saya me- nikmati situs itu. Keringat saya terus bercucuran. Sinar matahari langsung membakar kulit saya. Pepohonan di sekitar candi-candi itu memang te- ngah menggurkan daunnya. Untung saja, buah segar Nanas dijajakan pedagang. Saya menghi- rupnya sepotong. Lalu, saya segera menuju kembali perahu untuk kembali ke kota Jambi, tempat saya menginap sementara. Setibanya kembali di pelabuhan Pasar Angso Duo Jambi, saya bayar perahu itu tujuh be- las ribu lima ratus rupiah. Udin menerimanya gem- bira. Sementara hari sudah sore, pukul 16.30 WIB. Untuk berlibur, memang situs ini bukan satu- satunya. Kota yang sedang tumbuh ini memiliki 12 FOTO-FOTO: ISTIMEWA aset wisata yang lumayan banyak. Dinas Parawi- sata Daerah sedag gigih-gigihnya menjual. "Kota Jambi dan aset wisatanya memiliki daya tarik, ha- nya saja belum dikenal secara luas. Kami ingin memperkenalkan aset itu kepada masyarakat da- lam dan luar negeri, untuk meningkatkan devisa," ujar Ketua Dharma Wanita Ny Lili Abdurraman Sa- yoeti. Di antara lokasi wisata yang menarik itu, yaitu: Air Terjun Telun Berasap, Bunga Bangkai, Goa Senggaring, Taman Nasional Kerinci Seblat, Da- nau Gunung Tujuh, Gunug Kerinci, Taman Nasio- nal Berbak, Perkampungan Tradisional Ratau Panjang, Masjid Seribu Tiang, dan lai-lain. Di Jam- bi pula kita bisa membeli cinderamata, makanan khas dan lebih khusus lagi batik Jambi. #aceng abdul azis
