Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1991-10-13
Halaman: 05

Konten


OKTOBER 1991 nnya. ariati IV Gianyar emang boleh bang- Bali dipilih sebagai ngkalnya salah sa swasta. Apa rele- buat kita para pe- V jelas merupakan menu sarapan ro- "VRI menjejali kita nerangan, gunting n-lain, sementara api kita dengan , nah...SCTV hadir an acara acara ndensi hiburan. A ran tersebut pas para remaja. Klop pak negatif (seper hidupan glamour ainnya) janganlah esar-besarkan. Ki ar, tanpa iklan, ti- da TV swasta. Se Citalah yang agak ta ngomong bilang ek, padahal kita wa." iklan yang mena- bu barang, tentu akal pilih semua- Sesuaikan dengan m. Juga soal film warkan kehidupan kita hayati jalan angan meniru pola ata, kitalah yang ai melakukan fil- baik kita ambil, Hibuang. Kan gitu? t Sukariati utmu. snya sebuah cinta!". ta adalah usia men- ntu rahasia!". jumlah, mungkin sa- inggi-rendahnya har- mu, kau mestinya tak r mata-dadu! Bukankah itu per- ?". Aku murung di- kitarku, meringiskan maku berjaga dalam a, peduli angin men- dengan kelegaan ter- ntunkan lagu bumi seolah demikian ju- angun kiblatnya. ng kucemburui ada- anmu, bukan kebena- na akhlak, cemburu gke Hal 11 kol 4) 3 Up 1 R da MINGGU, 13 OKTOBER 1991 POS ANAK- ANAK Dewa Gede Satria Wijana Bali Post/Mahadewa Bali Post Yang Tersisa di Hari Ulang Tahunku A Oleh Yudantini aku, masa tidak ikut sibuk? ku gembira sekali, mama Tidak itu saja, perbuatan Ira dan papa setuju utuk me- rayakan pesta ulang tahunku terhadap diriku semakin ne- secara meriah dan mengun- kad saja. Aku sendiri benar- dang semua teman-temanku. benar heran bahkan hampir ti- Ulang tahunku masih seming- dak percaya, apakah aku se- gu lagi dan kebetulan harinya dang bermain dalam film Lu- hari minggu. Kukira semua pus? Begitu jam istirahat ber- teman akan datang. Aku akhir dan ketika aku kembali benar-benar gembira sekali. Mulanya aku takut mama dan papa marah ketika aku usul kan agar ulangtahunku di- rayakan secara meriah, eh... ternyata mama dan papa ma- lah setuju. Mama bilang, sekali setahun tidak ada salahnya di- rayakan secara meriah apalagi ulangtahunku dari dulu di rayakan cuma sekeluarga saja. Mama juga bilang, ulang ta- hunku sekalian untuk kenang-kenangan dengan se- mua temanku sebab sebentar lagi aku akan tamat. Ya.... hitung-hitung buat perpisah- an, gitu! Kakakku sudah mulai mem- persiapkan semuanya. Hari- hari ini kakakku sibuk ngurus kartu undangan ulang tahun- ku. Juga sibuk mempersiap kan menu apa saja yang akan dihidangkan. Mamaku juga ti- dak kalah sibuknya. Mama sendiri merencanakan akan membuat sendiri kue tart u- lang tahunku. Papa juga ikut sibuk. Pulang dari kerja papa sibuk mempersiapkan dan membersihkan ruangan. Papa sendiri yang akan mendeko- rasikan ruangan. Dalam hal ini aku percaya sepenuhnya pada papa, sebab papaku seo- rang arsitek. Jadi papa lebih tahu ruangan yang bagaimana yang cocok untuk pesta. Se dang aku sendiri cuma kebagi- an menuliskan nama-nama teman yang akan diundang. Tetapi kadang ikut juga bantu- bantu kakak maupu mama. ke dalam kelas, kudapati bangkuku ada permen karet- nya, ya... seperti yang dilaku- kan oleh Lupus. Tidak jarang aku kena jebakannya. Sesam- pai di rumah mama selalu mengomeliku, mama menu- duhku ceroboh, duduk semba- rangan! Aku memang tidak suka bertengkar sesama tem- an, aku justru menanyakan se cara baik-baik pada Ira, kenapa ia berbuat begitu terhadapku. Dan Ira selalu menampik per- tanyaanku, bahkan teman lain yang dituduh melakukannya. Karena terlalu seringnya Ira bicara seperti itu akhirnya a- kupun bosan juga dengan ja- wabannya. Aku pun diam saja. Kubiarka Ira berbuat sesuka hatinya, dan akupun semakin berhati-hati. Akhirnya Ira pun bosan sendiri dengan apa yang telah diperbuatnya. Hari-hari berikutnya Ira mengurangi kegiatan jahilnya. Aku cuma bisa bersyukur dan aku mera- sa telah bebas dari gangguan- nya. Tetapi ternyata perki- raanku meleset. Ketika aku a- jak Ira ngomong baik-baik, Ira justru mendiamkan diriku. Pertanyaanku, perkataanku, serta ajakkanku tak digubris sama sekali. Aku sempat bi- ngung juga karena sikapnya i- tu yang semakin aneh kurasa- kan. Bahkan aku sendiri minta maaf padanya. Tetapi toh Ira tetap bungkam saja. Aku benar-benar tidak mengerti apa maunya Si Ira itu. Kemudi- an akupun ikut bersikap seper- dan Yang punya ulang tahun kan ti yang dilakukan Ira. Diam! Dode, Penyanyi dan Juara Baca Puisi DODE adalah panggilan ke- sayangan Dewa Gede Satria Wijana, putra bungsu dari dr. DP Wijana dan DAP Sukiasih. Dode kini kelas VI SD di SD 4 Saraswati Denpasar, lahir pa- da tanggal 14 September 1979 di kota Denpasar juga. Walau- pun sebagai bungsu, Dode anti-manja, lebih cenderung super-aktif alias bergiat-giat dalam segala hal, di bidang se- ni hingga olah raga, di luar pe- lajaran sekolah tentu. Coba ditengok kegiatannya, di antaranya, nyanyi, tari, Drum Band, Perisai Diri (PD), dan seni pentas. Dode juga mengaku suka mendaki dan panjat tebing. Aktivitas apa sa- ja ia senang, asalkan positif. Tahun 1991 ini, pada Lomba Baca Puisi Pancasila dalam Puisi", Dode, meraih, Juara I Tingkat Kabupaten Badung, ada zaman dahulu, hidu- yang dapat berbicara selayak- nya manusia. Mereka hidup di dunia terbagi menjadi dua bangsa yang besar, yakni bangsa darat dan bangsa laut. Mereka hidup tenteram dan da- mai. Pada suatu pagi yang cerah, terjadi persengketaan antara pemimpin laut yakni ikan paus yang besar dengan pemimpin darat yakni seekor singa yang gagah berani. Sekarang itu timbul karena di antara kedua pemimpin bangsa yang besar merasa berhak atas pantai yg merupakan batas antara laut- an dan daratan. Menurut pemimpin darat, semua tanah beserta tumbuh- an dan segala isinya yang hi- itu pemimpin darat melarang bangsa laut untuk berdiam di daerah pantai, mencari ma- kanan di sana atau melakukan dan merebut Piala Bergilir Bu- pati Badung dan Piala Tetap Bu pati Badung. Dalam lomba ini ia membawakan puisi Garuda Pancasila (wajib), dan puisi pi- lihan I Gusti Ngurah Rai. Ketika masih kelas V pernah meng- gondol juara III Lomba Baca Puisi Aktivitas SD, dengan pui- si Diponegoro. Masih di bidang seni, saat Lomba Karaoke SD yang dise- leggarakan oleh Garuda Inter- prise 1991, Dode menjadi fina- lis, dan merebut juara harap- an. Sedangkan dalam olah ra- ga, pernah juara Rally Sepeda. - Dode gemar nonton film Knight Rider dan film-film de- tektif. Film lucu juga senang, seperti Home Alone itu. Semen- tara bacaan favoritnya adalah Donald Bebek. Tari Bali yang dikuasai : Gopala, Puspawres- ti, dan Baris. Suka musik rock, tak suka dangdut. terutama, dan Meskipun banyak kegiatan, tetapi Dode pintar membagi dan mengatur waktu. Inipun tak lepas karena dorongan ke luarganya guru-gurunya di sekolah. Un- tuk meningkatkan kemam- puannya, diakuinya, di ru- mahnya tetap berlatih secara tekun. Di sekolah dibina oleh Punia dalam bidang puisi, se- dangkan tari oleh Ni Wayan Sutri. Cita-cita Dode? Ingin jadi de- tektif swasta dan penyanyi ter- kenal!! Si Juara II pelajaran sekolah ini punya resep belajar belajar santai saja, tidak perlu tegang (maksudnya, kalau te- gang kan tidak tenang, dan ka- lau tegang bisa-bisa stres atau hasilnya amburadul!!!) Dode yang setamat SD nanti ingin melanjutkan ke SMPN IDenpa- sarini, berpesan kepada rekan- rekannya di mana saja: "Bela- jarah dengan tekun, tetapi ja- ngan kelewat serius." (Ideko Mahadewa) Dongeng Mengapa Kura-kura Pemalu yang berasal dari laut dan air lautpun menggenangi pantai pada malam hari. Mereka sa- ling bersilat lidah dan hubung- an kedua bangsa menjadi te- gang, sehingga akhirnya pe- cahlah perang yang tak dapat dihindari lagi. yang gagah berani ! Kami me- mang sering di laut, tapi kami bukan bangsa laut, kami bang sa darat. Lihatlah kaki kami bukankah seperti bangsa darat dan kami tidak mempunyai si- rip untuk berenang," pemim- pin kura-kura menjelaskan de- ngan bersemangat. Pemimpi bangsa. darat "Baiklah, kau kuterima men- Dalam peperangan yang sa- ngat dahsyat itu, bangsa darat memperoleh kemenangan. Me- mengangguk-angguk tanda lihat hal itu, kura-kura yang setuju. sedari tadi memperhatikan ja- lannya peperangan, mengeta- jadi anggota bangsaku," pe- hui bahwa kemenangan ada di mimpin bangsa darat terse- pihak bangsa darat, maka nyum puas dan kemudian di- sang kura-kura segera berpi- adaka pesta menyambut keda- hak kepada hewan darat. tangan kura-kura. Walau kemenangan ada di kura yang tidak diundang itu, pihak bangsa darat, bukan ber- perang berhenti. Perang Melihat kedatangan kura- arti dup di atas dunia adalah kepu- nyaan hewan darat. Maka dari para pasukan bangsa darat masih berlangsung di mana- menghadang kura-kura. Me- mana, bangsa laut tidak kenal reka menolak kura-kura men- menyerah. Dengan segala u- jadi anggota bangsa darat. paya bangsa laut berusaha me- "Mengapa kamu masuk nundukkan bangsa darat. bangsa kami, padahal kamu Bangsa darat makin terdesak bangsa laut,?" tanya pemimpin dan akhirnya bangsa darat darat ketus. "Bukankah saya mengalami kekalahan. Betapa sering melihatmu di air," kata gembiranya bangsa laut. Di pemimpin darat lagi. mana-mana dirayakan pesta besar yang meriah. Lampu- apa saja. Bangsa laut hanya bo- leh berdiam di laut. Bangsa laut tidak tinggal di am, menurutnya bangsa laut berhak juga atas pantai, kare- na pantai terdiri dari pasir Keluarga Pak Rizal "M harap. "Itu benar pemimpin darat Nonton Percuma saja aku ajak ngo mong! Dan aku tidak mau buang-buang waktu dan ener- gi untuk ngurusin masalah ini. Terserah maunya Ira apa yang penting aku tidak pernah berbuat salah dan tidak pernah menyakitinya. Aku hanya me nunggu sampai Ira sendiri yang ngomong padaku. Dan hari-hari di sekolah kulalui de- ngann teman-teman yang lain. Kali ini aku benar-benar bi- ngung, Ira diundang atau ti- dak! Tetapi sebenarnya aku berharap sekali semua tema- temanku datang, ikut meriah- kan pestaku. Akhirnya kupu- tuskan juga, baiknya Ira diun- dang. Dan namanya pun kutu- liskan di kartu undangan. Dan besok biar aku sendiri yang memberikan undangan ini, meskipun Ira masih tetap acuh padaku. Yang penting aku ti- dak melupakan dirinya, sebab Ira adalah teman sekelasnya. "Kamu undang juga Si Ira?" tanya kakakku ketika aku me- rapikan kartu undangan yang lampu bercahaya indah sekali dan tampak ikan-ikan berlom- patan kian kemari. Tetapi apakah yang terjadi dengan sekelompok kura-kura yang sejak tadi memandang ikan-ikan dengan sedih dan bi- ngung? telah selesai aku tulis. "He-eh, Mbak. Begitu-begitu, Ira kan temanku juga," jawab ku. "Bagaimana kalau ia tidak datang? Percuma dong kamu undang. Baiknya nggak usah saja. Ira kan sering menyakiti kamu. Buat apa diundang a- nak seperti Ira! Tambah gede kepalanya!" saran kakakku. "Lho... yang ulang tahun siapa?" tandasku dan kakakku pun tidak berani berkata apa- apa lagi begitu melihat mimik- ku sewot. "Ya... terserah yang punya u- lang tahun. Mbak sih okey- okey saja!" kakakku pun me- nyerah. "Lalu siapa yang akan kamu suruh menyampaikan un dangan itu pada Ira?" tanya ka- kakku sebelum ia mening- galkan kamarku. "Aku!" jawabku singkat. Da- ri balik cermin kamarku kuli- hat wajah kakakku tegang de- ngan mulut sedikit terbuka. Mungkin saja kakakku heran. Aku pun meneruskan kerjaku, membereskan tempat tidur. Akhirnya hari kutuggu-tunggu pun datang. yang Ulang tahunku. Aku begitu gembira malam ini. Ruanngan pesta pun dipenuhi oleh teman- temanku, juga ada beberapa teman-teman kakakku yang sudah akrab dengan keluarga- ku. Tetapi mereka ditempat- kan di tempat yang telah di- atur papa sebelumnya, namun tidak memisahkan dari ruang- an pesta. Masih dalam satu ruangan. • wi.... Ira tidak bisa datang," Seketika jantungku terasa berhenti berdetak dan sekujur tubuh kurasakan lemas be- gitu mendengar keterangan ibu Ira. Aku benar-benar kaget dan akupun merasa bersalah. Segera kupanggil sopir papa- ku, yang malam ini hadir juga di pestaku. Kuputuskan untuk segera ke rumah Ira, mene- ngoknya dan akupun tidak memikirkan lagi pestaku. Aku merasakan tidak pernah ada pesta. Orang-orang yg masih ada di rumahku terheran- heran melihatku yang begitu saja pergi meninggalkan pestaku sendiri. Bahkan teria- kan mama pun tidak kude- ngarkan. Yang ada dipikir- kanku adalah Ira. Ira yang ki- ni sedang terbaring. Aku pun segera memeluk Ira begitu aku sampai di kamar- nya. Seketika tangisanku pe- cah. Aku dan Ira salinng ber- pelukan dan sama-sama mena- ngis. "Maafkan aku, Ra! Gara- gara pestaku kamu harus jadi begini!" kataku. "Tidak, Wi.... ini semua ada- lah salahku. Ini kamarku. Ka- mu tidak sepantasnya minta yang seharusnya minta maaf maaf padaku. Ini salahku. Aku padamu. Aku selalu memu- suhimu selama ini. Aku iri padamu, Wi.... karena itu aku selalu berusaha untuk mence- lakakanmu. Maafkan aku, Wi.... maafkan atas kesalah hanku selama ini! Aku benar- benar menyesal! Aku sendiri hendak datang ke pestamu un- tuk minta maaf dan untuk mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Tetapi ternyata Tuhan tidak mengizinkan aku datang sebab aku masih ingin menambah meriah suasana membuatmu suatu kejutan Gelak-tawa, senda-gurau pun memenuhi ruangan dan pestaku malam ini. Mulanya aku benar-benar gembira, ba berlalu, tetapi kebahagiaanku hagia. Acara demi acarapun sedikit demi sedikit mulai me- mudar. Aku mulai merasakan suatu kesunyian di hatiku meskipun ruangan begitu me- riah penuh gelak-tawa. Aku ti- dak tahu, mengapa perasaan seperti ini tiba-tiba muncul me- nyelimutiku. Kuingat-ingat setidak-tidaknya membuat o apa yang telah kuperbuat yang rang lain menderita. Kupikir pikir ah.. tidak ada! Tetapi Kuperhatikan wajah-wajah te- manku di sekelilingku.... dan tiba-tiba akupun teringat. Aku yang tidak hadir malam ini. Masih ada seorang lagi! Ira! Ya...Ira! apa? Kucari-cari wajah Ira Siapa tahu ia bersembunyi di sudut ruangan. Aku seperti rusa ma- suk kampung, celingak- celinguk tidak karuan, pada- hal aku ada di rumahku sendi- ri. Aku mulai resah... ada per- asaan aneh menyelimutiku. Tiba-tiba aku teringat nomor telepon Ira, bagai disambar pe- tir aku pun berlari menuju ruang keluarga, menelepon Ira. Kuputar nomor telepon Ira dan kutunggu beberapa saat sampai terdengar suara dari seberang. "Malam, Bu!" kataku, aku masih hafal suara ibu Ira. "Ira ada, Bu?" tanyaku ke- mudian. "Oh.... maaf Nak Dewi... Ira terpaksa tidak bisa hadir ke pesta Nak Dewi. Tetapi tadi Ira sudah berangkat, katany mau ke pesta Nak Dewi.... namun di tengah jalan Ira ditabrak mobil dan kaki kanan Ira patah. Se- karang Ira sudah ada di ru- mah, baru saja datang dari ru- mah sakit. Maaf ya, Nak De- yang membuatmu celaka. Li- hat itu, Wi... kado ular-ularan tukmu. Aku tahu kamu takut yang hendak kuhadiahkan un- ular. Ternyata Tuhan sendiri yang akhirnya turun tangan, memberikan karma padaku. Sekali lagi maafkan aku Wi! Aku benar-benar menyesal de- ngan semua sikapku selama ini." Ira memelukku erat masih dengan isakan tangisnya. "Sudahlah, Ra... lupakan itu! Dari dulu aku sudah memaaf- kanmu. Pestaku tidak ada arti- nya tanpa kehadiranmu. Aku benar-benar merasakan kese- pian tadi atas ketidakhadiran- mu," kataku. Perlahan Ira melepaskan pelu- kanku. Ira kemudian meng- ambil sekuntum mawar putih yang ada di jambangan bunga di samping tempat tidur Ira. "Selamat ulang tahun, Wi... hanya ini yang dapat kuber- ikan untukmu sebagai kado dariku. Hatimu benar-benar tulus, bersih dan putih sepu- tih bunga mawar ini. Selamat ulang tahun, Wi. Semoga pan- jang umur." Ira menyalamiku dan memberikan mawar itu. Kuterima lalu mengecupnya. Aku kembali memeluk Ira pe- nuh rasa haru. Terima kasih, Ra. Kamu ma- sih tetap baik seperti yang ku- kenal saat pertama kali berte- mu. Kamu baik, Ra!" Aku semakin erat memeluk Ira dan kurasakan pipiku kem- bali basah oleh air mataku. "Kamu pun seputih mawar ini, Ra!" bisikan di telinga Ira. Samar-samar kudengar Ira menyenangkan lagu Selamat Ulang Tahun. Aku pun tambah erat memeluk Ira. Selamat Ulang Tahun buat; Tety Handayani, Sukmawati Anggreni Susanta, Trisnawati Parikesit, Su- mung N., Adi Sawitri, Mahrata, Subadri, Astiti Yasa. mati kebahagiaan. Tetapi ber- beda dengan kura-kura. Ia me- rasa sangat malu terhadap bangsa darat dan bangsa laut. Karena sifatnya yang tidak baik, bangsa darat dan bangsa laut menghinanya dan tidak mau mengakuinya sebagai bangsa mereka. Betapa sedih- nya kura-kura, ia menangis tersedu-sedu. Nah, esok harinya pemimpi kura-kura pergi menghadap pemimpin bangsa. Tetapi me- dak mempunyai sirip, tapi ka- reka tidak menghadap pemim- mi dapat berenang, lihatlah pin bangsa darat melainkan Tuanku kami akan buktikan pada pemimpin bangsa laut, sekarang juga," kata pemim- yakni seekor ikan paus yang pin kura-kura sambil mema- besar. sukkan dirinya ke air dan ber- "Selamat pagi Yang Mulia pe- enang. mimpin bangsa laut," sapanya Akhirnya apa yang diharap: sambil menundukkan kepala kan kura-kura menjadi ke- tanda hormat. "Kami turut ber- nyataan. Dengan senang hati gembira atas kemenangan kura-kura ikut berpesta pora Tuanku, karena kami bangsa menyambut kemenangan. Tetapi apakah kura-kura se- laut seperti Tuan juga," lanjut lalu senang hatinya? pemimpin kura-kura lagi. Dipandangnya tubuh pe- Tidak terasa waktu berlalu mimpin kura-kura dengan terus, hari, bulan dan tahun si- seksama lalu pemimpin laut lih berganti, peperagan terasa menyahut. semakin menyengsarakan. "Hai, kura-kura! Engkau Kemudian mereka sependapat tak punya sirip seperti kami perang harus dihentikan. A- dan tidak bisa berenang, mana khirnya perdamaian terwujud. mungkin kamu bangsa kami Dan kedua bangsa itu kembali juga tenteram dan bersahabat. "Maafkan kami pemimpin Pesta porapun kini terjadi di bangsa laut! Kami memang ti- seluruh dunia. Semua menik ping rajin belajar, ia berusaha da- pat menggantikan tugas ibunya "Maafkan Falentin, Yah. Falentin yang telah tiada walaupun tak ja- janji tidak akan mengulanginya rang Tante Dayu membantunya. Ia lagi. Falentin siap menerima huku- pun jarang keluar rumah kalau ti- man dari Ayah." dan Falentin untuk melanjutkan Kemana?" tugasnya. Argo memandang Falentin de- ngan senyum puas. Tak lama ke- Itu namanya bohong. Ayah pasti mudian film pun mulai diputar Fa- marah kalau tahu aku berbohong." lentin menatap layar lebar di hada- "Habis gimana, dong? Masa pannya dengan mata tak berkedip. kamu enggak mau temani aku. Memang film perang. Adegan- Mumpung filmnya bagus." adegan di layar itu terasa begitu ce- Tak tahan juga Falentin mende- pat. Sekali-sekali Falentin hampir ngar bujukan Argo. Dia sebenar berteriak ketika adegan yang be- nya ingin ikut Argo nonton bios- gitu mengerikan. Kadang-kadang kop. Argo bilang filmnya bagus. ia menutup matanya. Begitulah Argo tahu dari kakak-kakaknya film perang itu. Falentin tahu seka- yang sudah menonton. Kalau tidak rang. Lama-lama matanya terasa salah film perang. Falentin sudah sakit berada di ruangan yang ge- sering mendengar dan membaca lap. Dua jam kemudian barulah tentang perang apa saja tetapi ia film itu selesai. belum pernah melihatnya. Karena "Tih, ngeri sekali film tadi. Ter- "Pergi dengan Argo, Yah." "Ya. kemana?" Karena malu, mulai saat itu kura-kura selalu waspada ter- hadap lingkungan di sekitar- nya. Sehingga ia berjalan sa- ngat lambat dan bila mende- ngar suara atau bila ada suatu benda menyentuhnya, ia akan bersembunyi di balik tempu- rungnya. Itulah sebabnya mengapa kura-kura berjalan dan selalu bersembunyi bila kita mende- katinya. Diceritakan oleh Ayu Puteri memang benar. Falentin tak berani menjawab. Mau berbohong ia tak berani. Mau berterus terang juga tidak berani. Pasti ayah akan marah. "Falentin, Ayah tahu apa yang jaga rumah. Kini, nonton bersama "Ayah tidak perlu menghukum- kamu kerjakan bersama Argo pu- Argo saja ayahnya sudah marah- mu karena kamu sudah bisa meng- lang sekolah tadi siang," ujar ayah marah. Falentin kesal pada erti. Falentin harus ingat bahwa kemudian. "Pak Dana, ayah Argo ayahnya. Ayah sangat sayang pada kalian yang mengatakannya. Katanya ia Ayah menyusul Falentin ke ka- bertiga. Karena itu Ayah selalu ber- mengizinkan Argo dan Falentin marnya. Diketuk pintu kamar Fa- usaha membimbig dan mengajar. nonton di bioskup siang ini. Betul lentin yang terkunci tetapi tak ada kan hal-hal yang baik supaya nanti itu, Falentin?" jawaban. Ayah mengetuknya beru- kalian jadi orang yang pintar dan Falentin terpaksa mengangguk. lang kali. Pintu tetap tertutup. berbudi. Memang sebagian besar Ia tak perlu berbohong lagi karena "Falentin, coba buka. Ayah mau waktu Ayah di kantor tetapi Ayah ayah sudah tahu semuanya. bicara. Ayah tak akan memara- tetap memikirkan kalian. "Kenapa kamu ikut si Argo?" himu lagi. Janji deh. Ayah cuma Falentin memeluk ayahnya ter- ayah kelihatan marah. "Itu film bu- ingin kamu mengerti. Ayo, buka- dak penting benar karena ia harus Ayah mengelus kepala Falentin mengawasi adik-adiknya dan men- penuh kasih sayang. haru. itu ingin sekali ikut Argo menon- nyata perang itu sangat ton film ini. Kayak apa sih perang mengerikan," ujar Falentin dalam kan untuk anak-anak seusiamu. lah. Tidak baik berkelakuan seperti "Falentin sangat sayang pada itu? Akhirnya Falentin setuju ikut perjalanan pulang. "Untung kita la- Seharusnya kamu minta izin da- ini." Ayah. Faletin ingin membuat Ayah Argo. hir sudah zaman merdeka. Jangan hulu. Ayah tidak mau kamu non- Terdengar kunci diputar lalu bahagia." Keesokan harinya ia pesan pada Ayah mengangguk dengan se- Oleh Katri Shinta MB adik-adik bahwa ia pulang agak lagi deh negara kita berperang ton film sembarangan. Apalagi di pintu terbuka. Ayah melihat Falen- gedung bioskop itu tanpa orang de- tin yang berwajah masam. Ayah se- nyum bahagia. terlambat karena ada urusan de- "Tetapi seru lho," sahut Argo. wasa. Kalau terjadi sesuatu, siapa gera masuk. "O ya, tadi siang Tante Dayu tele- ngan Argo. Dona dan Novan meng- "Kalau negara kita perang, aku yang repot? Apa kamu tidak puas "Sebenarnya Ayah tidak mela- pon. Katanya akan mengajak ka- au nggak, Fal?" Argo me- angguk percaya. mau ikut jadi pembawa pesawat nonton di rumah? Ada TV, para- rang kamu keluar. Sekali-sekali lian nonton film Supersemar besok mandang Falentin penuh Pulang sekolah, Argo dan Falen- tempur. Aku ingin jadi jagoan di bola, video. Kamu kok malah aneh- sih boleh. Yah, memang Ayah ter- sore. Yang ini benar-benar film ba- tin langsung menuju gedung bios- film tadi." aneh. Film begituan kamu tonton." lalu sibuk sehingga hampir tak ada gus. Ayah juga mau ikut." Falentin tampak berpikir-pikir. kop. Falentin baru pertama kali itu Dalam perjalanan pulang itu Ar- Falentin kan ingin sekali-sekali waktu untuk jalan-jalan dengan- Falentin memandang ayahnya "Sekali ini saja. Bagus, kok Eng- ke sana. Di dalam gedung begitu go dan Falentin tak henti-hentinya nonton di bioskop, Yah. Masak ti- mu dan adik-adikmu. Yang mem- tak percaya. Dicium pipi ayahnya gak mahal lagi. Mungkin kita bisa luas. Banyak orang antri. Argo me- membicarakan film itu. Setibanya dak boleh? Apakah Falentin harus buat Ayah marah adalah film yang lalu ia keluar kamar sambil berte- gratis. Soalnya aku kenal sama narik tangan Faletin mendekati di rumah, diam-diam Falentin ma- di rumah terus?" bantah Falentin. kamu tonton itu. Seperti sudah riak memanggil Dona dan Novan yang jaga," Argo terus membujuk. seorang penjaga pintu masuk. "Tapi aku harus minta izin Laki-laki itu tampak sudah kenal suk ke kamarnya. Ia segera naik ke "Apa Falentin harus menjada Gona Ayah katakan tadi, bukan untuk a- Ia memberitahukan pada mereka tempat tidur untuk beristirahat dan Novan terus? Menjaga rumah nak-anak seusiamu. Ayah tahu bahwa besok sore akan nonton di dahulu," kata Falentin kemudian. dengan Argo. Ia tersenyum pada Tak ada semenit ia sudah tidur torus sampai Ayah pulang? Lalu karena Ayah serig membaca film bioskop bersama ayah dan Tante Argo dan Falentin kemudian mem- lelap. "Ayahmu pasti mengizinkan?" kapan Falentin bisa jalan-jalan? perang mana yang bagus dan yang Dayu. Falentin mengangkat bahunya. bimbingnya masuk studio. Di da- Sama Ayah? Ayah selalu sibuk. Fa- tidak. Kalau Falentin bilang dulu Dona dan Novan berseru gembira "Tak tahulah." lentin bosan tinggal di rumah pada Ayah mau nonton film di bios- mendengarnya. Ayah bahagia me- terus!" kop, kan Ayah bisa memilihkan lihat begitu gembiranya anak-anak "Falentin!" ayah membentak film yang bagus untuk kalian. Bu- itu. Suatu kebanggaan tersendiri karena Falentin berani berkata se- kannya sembarangan film." baginya apabila dapat membuat ke- perti itu. Namun Falentin tak mem- Falentin menunduk. Ia ingat, be- tiga anaknya gembira seperti itu. perdulikannya. Ia berlari masuk tapa ngerinya ia waktu nonton film kamar dengan perasaan kesal tiada perang itu. Begitu menyeramkan. O Katri Shinta M.B terkira. Bukankah selama ini ia se- Dan memang, ia sempat membaca Kampus ASRIDE, JI. Kebon Melati lalau berbuat yang terbaik bagi bahwa film itu bukan untuk anak- (Sisi Hotel Wisata Internasional) ayah dan adik-adiknya? Di sam- anak seusianya. Kalau begitu ayah Jakarta Pusat 10230 Malam itu ketika ayah baru pu- lam gelap sekali tetapi laki-laki itu lang dari kantor, langsung me- "Ah, kamu gitu deh. Aku ingin bisa menemukan tempat duduk un manggil Falentin. Falentin segera sekali nonton film ini tetapi enggak tuk Argo dan Falentin. menemui ayah di ruang kerjanya. ada teman. Makanya aku ajak Adik-adikmu bilang kalian tidak kamu. Besok kan kita pulang lebih pulang sama-sama tadi siang," ujar awal, jadi ada kesempatan. Kamu laki itu. tidak akan terlalu terlambat pu- lang. Bilang saja pada adik-adikmu sih Mas Yadi," bahwa kamu ke rumahku menger- jakan tugas sekolah." "Keluarnya, ikuti saja penonton yang lain. Bisa kan?" tanya laki- Argo mengangguk. "Terima ka- Penjaga pintu masuk bernama Yadi itu pun meninggalkan Argo ayah. Falentin mengangguk. Falentin pulang duluan dengan Argo, Yah "Tetapi waktu Ayah telepon ke rumah kamu kok tidak ada? BUAH HATI RUBRIK "Buah Hati Berhadiah" ini terbuka untuk semua Pembaca Bali Post. Kirimkan foto bayi atau anak-anak Anda ke Redaksi dengan syarat-syarat sbb 1. Bayi atau anak berumur 3 bulan s.d. 15 bulan. 2. Lengkapi dengan data, nama, alamat, umur, dan komentar secukupnya. 3. Kirim ke Redaksi Bali Post, Jalan Kepun- dung 67A Denpasar 80232. lengkap de- Namanya Ida Ayu Putu Putri Tiana. Anak keempat dari pasangan IB Tedja dan Linda- wati ini lahir 9 Desember 1990, beralamat di Jalan Kartini 89 Denpasar. Gusti Ngurah Sastrawan, nama adik kita ini. Lahir 12 Januari 1990 dan besar nanti diha- rapkan oleh kedua orang tuanya menjadi dokter. Alamat rumah Jalan Gunung Ka- rang No. 11 Denpasar. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat Kakek, Nenek, Ayah, Ibu dan sobat yang ada di rumah selamat hari minggu moga rukun-rukun selalu. KUPON Halaman 5 ngan potongan kupon Buah Hati. 4. Bagi mereka yang fotonya dimuat, akán mendapat 1 (satu) paket bubur Promina. Untuk pengirim yang tinggal di Denpa- sar, paket hadiah dapat diambil lang sung di Kantor Redaksi Bali Post. Se- dangkan untuk yang di luar Denpasar, hadiah akan dikirim. 5. Redaksi juga masih tetap menerima dan memberi kesempatan kepada bayi atau anak-anak Balita. Si Centil yang senyum manis ini bernama Natalia Jahja. Lahir 22 September 1990 dan besar nanti diharapkan oleh papinya Johan Jahja menjadi orang yang berguna bagi nu- sa dan bangsa. Tinggal di Jln. Cucur Barat XV Blok E 6/6 Bintaro Jaya IV Jakarta 15221. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat sobat di seluruh persada Nusantara ini sela- mat berhari minggu semoga tetap berbaha- gia. Ni Luh Putu Ressa Astari, itulah nama adik manis ini. Namun cukup dipanggil Luh Ressa, lahir 9 Agustus 1990. Alamat tinggal Br. Sedit Desa Bebalang - Bangli. Putri pasangan I Wayan Santosa dengan Ni Ketut Remasi ini bercita-cita ingin jadi pe- nari Bali yang terkenal. Melalui rubrik ini ia nitip salam untuk teman-teman seumurnya selamat hari Minggu semoga sehat-sehat. Tumbuh Sehat Ceria "BUAH HATI Sun su.n No. 58 Bubur Susu Penuh Gizi MANFAAT GIZI YANG LENGKAP MULAI 1OKTOBER '91 M'A DEPARTMENT STORE mempersembahkan: POINT BERHADIAH EXTRA BONUS Jam: 1800-2200 wita C.1975 2cm C. 1996 Color Rendition Chart