Tipe: Koran
Tanggal: 1993-09-05
Halaman: 06
Konten
Color Rendition Chart Halaman 6 Potret Kita Cerpen R. Eko Wahono TUSMIN tinggal di desa Arip- mulyo sudah enam tahun yang lalu. Ia kini mempunyai tiga orang anak, hasil perkawinan- nya dengan Sutijah. Rumah yang kini mereka tempati sendiri adalah hasil pemberian orang- tuanya Sutijah. Karena setelah melangsungkan pernikahannya dulu, Tusmin belum mempunyai pekerjaan. Ia sendiri hanya ta- matan SD. Membaca juga ia ma- sih gelagapan. Orangtua Sutijah sendiri merasa kasihan pada anak putrinya. Karena itu maka ia memberikan sedikit modal dan pinjaman uang untuk mem- bangun sebuah rumah ber- ukuran sederhana. Tidak banyak perubahan pada diri Tusmin. Tusmin dulu dan Tusmin sekarang tetap sama. Pemalas dan penghayal. Bahkan yang dikhayalkan nggak tanggung-tanggung, jadi bin- tang film. Istrinya sendiri sering menasihati. "Sudahlah Mas, mbok hidup yang wajar-wajar saja. Nggak usah neko-neko. Mendingan situ mikirin anak- anak! Buat makan kita besok! Cari Nah, kalau sudah begini aca- ranya, Tusmin lebih memilih jalan-jalan. Nasihat istrinya di anggap radio rusak saja. Kemu- dian ia mencari tempat yang me- mungkinkan untuk mencari inspirasi. Buat desa Aripmulyo sendiri, nama Tusmin tidak asing lagi. Kalau ada acara Tusmin selalu dicari untuk mendekor. Untuk hal yang satu ini memang bagi- annya Tusmin. Apalagi kalau su- dah musimnya kemantan, tentu proyek bagi Tusmin. Bagi Tusmin sendiri, meng- khayal bukan pekerjaan yang ri- ngan di samping tuntutan ke- siapan batin, otak juga diperas untuk menciptakan kreasi- kreasi yang baru. Ini penting. Untuk menghindari kejenuhan. Hingga suatu ketika ada seo- rang penduduk desa Aripmulyo mengadakan sebuah pesta per- kawinan. Orangnya cukup ter- pandang dan terpelajar. Kata- nya baru pulang dari Jakarta. Sekolah di sana. "Min, kamu mau nggak kalau saya ajak ke Jakarta", tanya Mas Budi yang punya acara. Tusmin tidak menyangka sama sekali ada orang yang ber- tanya seperti itu. Ia mencubit lengannya untuk meyakinkan bahwa dirinya sedang tidak ber- mimpi atau mengkhayal. Karena semua itu sulit ia pisahkan, mana yang nyata maupun mimpi atau mengkhayal. "Ah, nanti di sana saya ngere- potin Mas Budi saja" "Lho wong yang ngajak saya kok. Mau khan? Untuk tidur dan makan di sana nggak usah dipikirin, yang penting kamu ngomong dulu sama Sutijah." Resepsi pernikahan sudah se- lesai. Tusmin masih ada di sana. gai seorang suami, seorang Budi. lelaki!" Tusmin masih diam di kursi- nya, persis seperti anak yang di- marahi oleh ibunya. Tangan kan annya memegang gelas yang ti- dak ada airnya. Sementara itu istrinya masih terus ngomel sambil memasukkan makanan ke mulutnya. "Hayo, jangan diam saja se- perti maling kesiangan!" Akhirnya Tusmin mengumu- pulkan semua keberaniannya. Ia mencoba untuk bicara walau agak tersendat-sendat. Sedikit demi sedikit kata-kata itu mulai meluncur. Tusmin pun mulanya heran, tapi cepat-cepat ia lanjut kan ngomongnya. Ia tidak mem- berikan kesempatan Sutijah un- tuk berbicara. "Pokoknya kamu tenang saja Jah, nanti setiap bulan aku ki- rimi kau uang. Dan bila ada ke- sulitan, kirimkan surat ke Ja- karta pakai alamatnya Mas Budi." Malam semakin larut dan be- gitu panjang. Malam itu pun Tusmin dan Sutijah melakukan perjalanan yang melelahkan. Bintang-bintang di langit seperti sebuah titik-titik nasib yang hendak diperoleh setiap manu- sia. Ia menggantung dengan ke tinggian yang tiada batasnya. Selalu menawarkan kepada yang selalu menginginkannya. Sutijah sendiri heran kenapa ia bisa mencintai pemuda ma- cam Tusmin. Tusmin tidak pu- nya pekerjaan, ia sudah tahu. Apakah karena ia mencintai rambutnya yang ikal sebahu, atau kumis tipisnya? Dan ia pa- ling benci kalau pagi-pagi ia se- lalu mendapatkan suaminya du- duk di sudut balai-balai asyik de- ngan khayalannya. Kalau sudah mulai diceramahi. Tusmin bersiap-siap angkat kaki. Untung di rumah Sutijah pu- nya kesibukan. Modal yang dibe- rikan ayahnya dulu, digunakan untuk berdagang kecil-kecilan. Sehingga untuk makan sehari- hari, katakanlah seperti beras, gula, kopi dan sayur bisa dipenuhi. PAGI itu, rumah Tusmin su- dah ramai. Paling tidak ingin mengucapkan selamat jalan. Orang-orang yang kebetulan le- wat rumah Tusmin dan tidak tahu, mengira ada yang tidak beres di rumah Tusmin. Tusmin sendiri tidak suka dengan acara seperti ini. Ia lebih suka kalau keberangkat- annya tidak diketahui oleh tetangganya. Di terminal pikiran Tusmin terus ke rumah. Ingat Sutijah, ingat anak-anaknya. Bahkan baru sekarang terpikirkan oleh- nya untuk apa ia ke Jakarta. Apa yang bisa ia kerjakan selain menghayal dan mendekor. "Mas Bud, terus nanti kalo di Jakarta saya bisa kerja apa?" Pertanyaan Tusmin yang lugu dan polos membuat Mas Budi dan istrinya merasa geli. Kedua Ia menunggu sampai para tamu orang itu memandang Tusmin. semuanya pulang. Setelah yakin Tusmin jadi ge-er. Ia balas me- para tamu sudah pulang, Tus mandang keduanya. Sebenarnya min membantu membersihkan kedua orang itu geli melihat kotoran yang berserakan di dandanan Tusmin yang mema- depan halaman rumah Mas Budi Setelah itu Tusmin pulang. Di rumah istri Tusmin sudah menunggu. Sambil menyodor- kan bawaannya dari Mas Budi, ia mengutarakan niatnya untuk ke Jakarta. "Terus kalo situ ke Jakarta, siapa yang mau jagain kita di sini. Sudah tidak kerja sekarang mau lepas tanggung jawab. Di mana tanggung jawabmu seba- kai peci, baju batik lungsuran- nya Mas Budi, celana panjang yang sepertinya kedodoran serta menggunakan alas sandal jepit. "Pokoknya don't worry Min, dengan keterampilan mendekor kau akan bisa saving di Bank. Dan bisa juga ngirim buat yang di kampung Tusmin hanya bengong ketika mendapat jawaban dari Mas Budi. Kepalanya manggut- manggut, seakan-akan mengerti apa yang dimaksudkan Mas **** "DI SINI kita tidak boleh le- ngah sedikit pun, Min. Lengah sedikit, Jakarta akan menggilas Bali Post nya juga tidak kalah dengan orang-orang yang lebih dahulu menekuni bidang dekorasi. Pes- anan mulai berdatangan. Peng- hasilan Tusmin mulai bertam- bah. Nama Tusmin pun mulai di- MINGGU, 5 SEPTEMBER 1993 Dari Dunia Pewayangan kita tanpa ampun," kata Mas perhitungkan di kalangan Syarat-syarat Ksatryawangsa menurut Adiparwa (Habis) Budi memberi saran pada dekorasi. Tusmin. Di dalam bis Tusmin masih asyik melihat ramainya jalan. Sebenarnya di sini tidak jauh berbeda dengan yang ada di kampung, pikir Tusmin. Di sini banyak jembatan. Di kampung juga ada jembatan, cuman beda- nya kalau di kampung Tusmin di bawah jembatan ada airnya, se- dang di Jakarta di bawah jem- batan bukan air, melainkan jalanan. Memasuki jantung kota, ke- heranan Tusmin semakin ber- tambah. Di depan matanya ada sebuah bangunan yang tinggi se- kali. Ia mencoba mengeja satu persatu huruf yang ada di ba- ngunan yang tinggi itu, tapi tak terselesaikan karena bis yang di- tumpanginya melaju dengan ke- cepatan tinggi. Tusmin agak kecewa. Sebagian penghasilannya kini mulai dikirim ke kampung. Ia berharap istri dan anak anaknya akan senang dengan uang kirimannya. Orang-orang di kampung Tus- min pun mulai heran melihat perkembangan rumah Tusmin. Dulu rumah Tusmin hanya ter- buat dari bedek, kini sudah ber- ubah. Rumah Tusmin jadi pusat perhatian orang kampung. Di dalamnya sudah ada televisi ber- warna, tape deck dan sebagai- nya. Anaknya yang bernama Marni pun kini sudah bisa me- lanjutkan sekolahnya lagi. Sing- katnya kehidupan rumah tangga Tusmin sudah jauh berbeda. Dan ini menimbulkan pertanyaan bagi kawan-kawan Tusmin yang lainnya. izin sama Mas Budi untuk cuti Lebaran sudah dekat. Tusmin mengizinkannya dengan syarat pulang ke kampung. Mas Budi setelah selesai lebaran Tusmin SETELAH para sesepuh dan penonton uji coba keterampilan menggunakan berbagai bentuk dan jenis senjata pecah dua an- tara yang memihak Arjuna dan Karna pada waktu itu, maka keadaan gelanggang menjadi te- nang kembali. Demikian pula se- telah menjawab kata-kata Ar- juna, Karna tetap berdiri dengan tegap dan siaga di tengah gelang- gang. Karna segera mementang busurnya. Sebelum melepaskan anak panahnya, Bhagawan Krepa berkata: "Stop dulu, hai Karna 'Ini na- manya Arjuna. Sekehendakmu untuk mengadu senjata dan kes- haktian dengan dia akan dila- deni. Arjuna adalah putra maha- raja Pandhu dan putra bungsu Kunti Dewi. Pertanyaanku, siapa pula engkau ini? Ketu- runan keluarga siapakh engkau ini? Katakanlah asal-usul ketu- runanmu sebelum engkau meng- hadapi Arjuna". Demikian kata Krepa Acharya yang berpihak Bali Post/NOS maupun dalam berbagai ilmu olah dan keterampilan senjata dengan segala gelar perangnya. Atau dengan singkat kukatakan kepadamu, hai Bhima, kita seka- lian berbhakti dan menyembah kepada Krepa Acharya dan Drona Acharya, karena kele- bihan dan ketinggian seluruh ca- bang ilmu pengetahuan yang di- kuasai oleh kedua Dang Acharya kita itu." "Demikian pula halnya Adi- pati Karna yang kunobatkan se- bagai Raja Awangga, dengan me- ninggalkan asal-usul keturun- annya dan asal-usul kelahirannya seperti Dang Acha- rya Krepa dan Dang Acharya Drona yang lahir dari batang anak panah dan lobang. Tetapi lebih menekankan kepada unsur keberaniannya, ilmunya dan keshaktiannya yang lebih ber- guna untuk memimpin negara. Duryodhana menobatkan Radyaputra sebagai Adipati Karna di Baik di masa damai, maupun di Awanggapura tirahat pakai saja kamar yang di "Nah, sekarang kalau mau is- belakang sana, Min". Mas Budi mengantar Tusmin ke belakang. sudah harus kembali ke Jakarta. kepada Arjuna dan tetap meme- membentangkan busurnya. Se- bhumi Awanggapura dinikmati itulah yang lebih berguna. Bu- "Nanti sore baru kita jalan- jalan sambil mampir ke kantorku". "Nggih, Mas Budi......tapi" "Tapi apa, sudah nggak usah malu-malu. Anggap saja seperti rumah sendiri". Sore itu Tusmin diajak jalan- jalan keliling kota. Rupanya Tus- min baru tahu kalau Mas Budi itu punya kantor sendiri. Kursi- nya Mas Budi pun baru pertama ini dia lihat. Sandarannya agak tinggi, empuk dan ada rosa di bawahnya. Ia sendiri tidak tahu ini kantor apa. Ruangaannya pun agak dingin. Sampai telapak tangan Tusmin basah. Badan- nya pun ikut gemeteran saking tidak tahan oleh udara yang bagi dirinya sangat asing. Tusmin memperhatikan Mas Budi dengan seksama. Mungkin juga sedikit bingung. "Ah, masa Mas Budi seganteng begini koq gila? Ngomong sendirian. Ter- tawa sendirian sambil megang gagang warna merah yang lebih mirip muntu (anak cobek) Sutijah. "Nah, Min, mulai besok kau sudah mulai ke lapangan sama kawan-kawan yang lain". Tusmin sedikit terkejut men- dengar penjelasan Mas Budi. "Tapi Mas, saya nggak bisa main bola. Mas Budi sendiri kan tahu, keterampilan saya hanya mendekor. Lain itu tidak". Tiba-tiba Mas Budi tertawa terbahak-bahak. Tusmin sempat tercengang. Ia agak sedikit ter- singgung. Walau ia berasal dari udik, tapi dia masih punya harga diri. Apa saya lucu? Saya ke sini mau "Kenapa Mas Budi tertawa. kerja! Bukan untuk ditertawa- kan! Kalau begini terus saya mau pulang saja!" "Sabar dulu, Min. Ke lapangan bukan untuk main bola, tapi un- tuk survei kerja kita. Ini proyek namanya Min Mendengar jawaban dari Mas Budi, Tusmin jadi malu sekali. Ia selalu menjadi orang yang sial. Selalu sial. Di rumah selalu jadi bulan-bulanan istrinya. Di kota selalu ditertawakan orang lain. "Nasib, kalau sudah nasib mau apa!," gerutu Tusmin pada diri- nya sendiri. Tak terasa sudah dua bulan Tusmin berada di Jakarta. Ter- nyata Tusmin seorang yang ti- dak bisa dilihat sebelah mata. Dalam waktu yang relatif sing- kat, ia sudah bisa menyerap ilmu yang diberikan Mas Budi. Hasil- Setibanya di kampung, Tus- min disambut kawan-kawannya. Dari orang dewasa sampai anak- anak kecil pada berebutan untuk bersalaman dengan Tusmin. Tusmin sedikit gelagapan mene- rima sambutan seperti ini. "Mas Tusmin nggak usah repot-repot, biar kami yang membawa barang-barang ini" Tiba-tiba salah seorang dari mereka menawarkan untuk membawakan barang-barang Tusmin, bahkan sebuah andong telah tersedia. Tusmin sendiri geli melihat sambutan yang me- nurut dia sedikit agak berle- bihan. Andong pun berjalan sam- bil diiringi orang-orang kam- pung. Sesekali diiringi juga nyanyian oleh anak-anak kecil. Tiba di rumah Tusmin dibe- rondong pertanyaan oleh kawan- kawannya. Umumnya pertanyaan-pertanyaan itu men- jurus soal keberhasilan Tusmin di kota. Tusmin hanya menjawab dengan senyuman diplomasi. Si- kap ini penting bagi Tusmin. Demi sebagai seorang yang telah sukses. "Untuk menjadi orang seperti aku ini, perlu keuletan, disiplin yang tinggi," ujar Tusmin seperti tuan guru yang menasihati murid-muridnya. "Jadi, ..lanjut Tusmin, se- perti yang kalian tahu sebelum- nya, aku seorang pengkhayal ke- las tinggi. Untuk mengkhayal pun butuh disiplin yang ketat. Jadi bukan mengkhayal...." sembarang Kata-kata Tusmin betul-betul direkam oleh mereka. Tusmin kukan Tusmin akan mendatang- seperti menjadi orang sakti. Bagi mereka apa saja yang telah dila- ubahan secara global mengenai kan keuntungan, kekayaan, per- reka akan bisa membeli televisi, hidup mereka. Pendeknya me- sepeda motor, lemari es dan se- bagainya, Dan ini bisa merubah status sosial mereka, paling ti- dak seperti Tusminlah. Maka sejak saat itu, penduduk desa Aripmulyo banyak yang suka mengkhayal. Terutama pemuda-pemudanya. Mereka su- dah jarang sekali turun ke sa- wah, ngangon sapi. Mereka lebih suka duduk sambil mengkhayal sesuai keinginan mereka masing-masing. Dengan berbuat seperti itu, mereka berharap da- pat merubah nasib. Ya, seperti Tusmin. Mataram, 23 Oktober 1992 Percayakan Cetakan Brosur anda pada kami!! Hanya dengan waktu satu minggu. ANEKA GRAFIKA Percetakan Offset Full Colour Jin. Soetoyo 4-6 Denpasar Telp: 23409-26596, Fax. 26596, atau Melalui Rapco 26531 ps. 076 Hand Phone 082. 361. 1177. Juga mengerjakan cetakan yang lain untuk keperluan Kantor/pribadi Misalnya: Kartu Nama, Undangan, Nota, Blanko, Kop Surat dll. Please Call me to finishing your Brochure, one week only Cartier THE ART OF BEING UNIQUE Full Offset CHAP. Ang 22 KET GRADU. Dapatkan harga promosi segera, manfaatkan kesempatan baik ini jangan kamu lewatkan, persediaan terbatas GRAND JEAN 100 MODEL 20 GELAR BUSANA EDAN ** PERAHU FANS CLUB *** Cermin Pribadi Berbusana Jeans Masa Kini !!! Melangkah dengan pasti Menampilkan 1000 Design & Trend buat kamu-kamu yang lagi ngetrend dan beken penuhi kebutuhan anda dan ciptakan kepribadian penuh gaya Dapatkan Harga Promosi Kini Setting Computer C1708 DEALER: "BALI PERMAI" SALE & SERVICE JL. THAMRIN A7 DENPASAR C. 1585 ONLY THE TREND SETTER OF LIFE STYLE WOULD SAY: "THE BEST IS NOT ENOUGH, GALUNGAN! YOU NEED THE TOP ONE." by Gionino kehadiran BERMUDA JEANS Menggebrak dengan inovas berba Baru Menampilkan Design & Tron koleksi Jeans Yang tak pernah Basi Paten koleksinya. Mantap Kwalasnya Dapatkan harga promosi 20%-70% 20% 20% PERAHU Jeans JI. Diponegoro No. 214 Denpasar Bali Segera, Manfaatkan kesempatan baik ini persediaan terbatas hanya d BERMUDA Jeans JI. Diponegoro No. 214 Denpasar Bali TOP FM STEREO 89,7 MHz DENPASAR JI. Diponegoro No. 2. SINGARAJA Bali 35257 C 1888 Studio Pemasaran Jl. Batu Belig No. 9 Kuta JI. Hayam Wuruk No. 106 Denpasar PO BOX 3822 DPS 80038 B 22 gang aturan yang berlaku pada waktu itu. Karna menjadi malu, dan terus menundukkan kepala. Tetapi Duryodhana yang bersim- pati dan memihak Karna, segera menangkis dengan ketus kata- kata Krepa Acharya yang menu- suk hati Karna pada waktu itu: "Heran aku kepada Krepa Ac- harya, seorang Wiku dan Acha- rya yang menguasai Weda dan Dharmasastra sampai berkata seperti itu. Bukankah syarat- syarat untuk disebut sebagai seorang ksatrya itu ada tiga ma- cam? Kulina, ada keturunan. Ada golonga. Sauryah, ada kebe- ranian. Senyaprakasah, disena- ngi oleh tentara dan rakyat. Sus haktir aprameyasca, tidak ter- hingga shaktinya. Itulah syarat-syarat seorang untuk di- sebut sebagai seorang ksatrya- Sang kata belum melepaskan anak panah nya, tiba-tiba masuklah Adi- ratha, sang ayah dengan hati berbunga-bunga dan kebaha- giaan yang tiada taranya, karena Karna telah ditobatkan sebagai raja Awangga. Adiratha meme- luk dan menciumi Karna dengan rasa kasih sayang dan kebang- gaan hati seorang ayah, yang pu- tranya telah berhasil menduduki jabatan, sebagai salah seorang raja vazal Hastinapura. Keja- dian itu dapat dilihat oleh kha- layak ramai yang sedang menon- ton di gelanggang. Sehingga kha- layak menjadi maklum, bahwa Adipati Karna raja Awangga, adalah anak Adiratha, anak seo- rang kusir dan ahli kuda. Tetapi melihat kenyataan itu, Adipati Karna yang tetap bhakti kepada ayah bundanya, segera mem- buang busurnya, segera duduk, lalu menyembah Adiratha de- ngan takzimnya. Melihat ke- nyataan itu, Nararya Bhimasena segera berkata: wangsa, Duryodhana: "Arjuna tidak mau mengadu senjata dan keshaktian dengan orang biasa yang bukan ketu- runan raja? Anggonatha bhawi- "Hai, Sang Karna, 'Na te ma- Karna sebagai raja negeri Angga pantas orang seperti engkau ini syati, aku akan menobatkan hasatriyasutadwandwah, Tidak (Awangga). Setelah Duryodhana berperang melawan adikku Ar- berkata demikian, Karna segera juna. Karena engkau adalah ha- nya seorang anak sais atau tu- dinobatkan dengan upacara dan pakaian kebesaran seorang raja. kang kereta saja. Tugasmu sepa- Upacara penobatan ini dilaksa- tutnya adalah hanya pratodo nakan di luar gelanggang. Seusai grhyatam tena, memegang pra- upacara penobatan, karna de- toda (Jawa: tracuk) saja. Karena ngan pakaian kebesarannya se- engkau adalah seorang ksatrya gera masuk lagi ke dalam gelang- sais atau tukang kereta. Engkau gang untuk mengadu keshaktian telah menobatkan sebagai raja dengan Arjuna. Karna segera Awanggapura, sayang sekali RESENSI BUKU Sebuah Pesawat dan Romantisme Tempo Dulu Judul Oleh Tebal Ilustrasi Penerbit : Mari Bermain dan dikuasai oleh orang yang hina. Seumpama, bagaikan ke- sucian susu dan keju diberikan kepada seekor anjing kurap. De- mikianlah ibaratnya". Menang- gapi kata-kata Bhimasena yang keras seperti itu, Duryodhana segera menjawab: "Hai, Bhimasena, perkata- anmu yang seperti itu tidak pan- tas keluar dari mulut seorang ksatrya. Keberanian, kepan daian, keshaktian tidaklah me- milih asal-usul kelahiran seseo- rang. Kalau ada keberanian, pengetahuan suci, keshaktian, itulah dia seorang kesatrya" Ingatlah engkau bahwa Krepa Acharya, lahir dari batang anak panah. Drona Acharya lahir dari lubang. Demikian dikemukakan oleh para pinisepuh dan pange- lingsir kita. Tetapi karena kebe- raniannya, pengetahuannya dan keshaktiannya, Krepa Acharya dan Drona Acharya, menjadi ma- haguru ksatrya - ksatrya Kau- rawa, Pandhawa, Wreshni, dan Yadu pada saat ini. Bukankah kita semua ksatrya Bharata- warsa, bhakti dan menyembah kepada mereka itu? Bukan ke- pada asal-usul kelahirannya dari batang anak panah dan lu- bang itulah kita bhakti dan me- nyembah mereka, tetapi kepada kedudukannya sebagai Guru Pengajian, yang berilmu dan me- miliki kemampuan untuk mem- bimbing dan membina kita seka- lian. Baik dalam pelajaran weda, tata negara dan kepemimpinan, masa perang. Keberanian, ilmu pengetahuan dan keshaktiannya kan karena asal-usul keturunan dan kelahirannya. Di samping itu adalah sifat-sifat bhakti dan kejujurannya. Lihatlah betapa bhakti dan hormatnya Karna ke- pada si Adiratha. Walaupun dia hanya seorang tukang kereta dan ahli kuda, karena Adiratha adalah ayahnya, Karna tetap bhakti dan hormatnya kepada- nya. Dan dengan jujur Karna memperlihatkan rasa bhakti dan hormatnya kepada ayah yang te- lah membina dan membesarkan- nya sejak kanak-kanak. Bhakti dan jujur itu pula merupakan sa- lah satu sifat dan sikap seorang ksatrya yang patut ditegakkan oleh siapa pun yang mengaku di- rinya sebagai seorang ksatrya, seperti Adipati Karna. Lihatlah penampilannya yang gagah dan manis serta berwibawa dengan anting-antingnya yang bersinara Badannya tegap dengan baju perang dan gelung candi kurung- nya. Adakah yang demikian itu orang hina?," demikian Nararya Duryodhana menjawab kata- kata Nararya Bhimasena de- ngan tegas dan lugas. Setelah matahari terbenam yang disebut astamanakala per- tanndingan adu keterampilan senjata dan keshaktian di ge- langgang itu dihabisi. Demikian asal-usul si Adirathaputra, dino- batkan sabagai Adipati Karna di, Awangga, karena memiliki syarat-syarat ksatrya menurut Adiparwa. Ngurah Oka Supartha MARI BERMAIN diakui, perubahan dalam segala by: Made Tarons groobidan :iii + 79 halaman R : Gus Martin SEBUAH pesawat bertubi- tubi menjatuhkan bom. Benteng yang dibidiknya hancur berke- ping. Beberapa serdadu terlon- tar lalu berkeping juga. Pesawat terus menderu. Tetapi tanpa di sadarinya dari arah depan se- buah jet musuh meluncurkan ru- dal. Tak dapat mengelak, pesa- wat itu hancur. Tampak si penekan tombol kecewa. Ia kem- bali merogoh sakunya dan me- masukkan koin ke dalam sebuah mesin. Begitu seterusnya, sua- sana di dalam "benteng" itu tam- : Upada Sastra 1993 pak seru. Anak-anak berjibun te- kun menghadapi mesin-mesin. AARO Inilah sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh sebagian be- sar anak Indonesia yang hidup di perkotaan. Sepulang sekolah mereka tak langsung ke rumah. Mampir ke sebuah toko video dengan menanyakan, kok zaman game menjadi kebiasaan. Uang ini berubah? Perubahan dalam jajan pun berubah fungsi. Bah- segala segi kehidupan manusia kan wujudnya menjadi koin-koin itulah yang membawa anak- yang siap mengantar mereka ke anak kota ke alam asyik tadi. alam yang mengasyikkan. Mengapa ini bisa terjadi? Se- buah pertanyaan yang identik TOSHIBA MEMANG HEBAT CTV "Stereo" TOSHIBA Tipe 2806XH/2506XH Rumah tangga Anda serasa belum lengkap tanpa kehadiran TV TOSHIBA. Milikilah Televisi Warna "Stereo" TOSHIBA Tipe 2806XH/2506XH (28/25-inch) dengan segala kehebatannya 28-Multi System Su- per-C3 Picture Tube Surround All-in-one System dan Jaminan Penuh 2 Tahun. Informasi selengkapnya, hubungi dealer TOSHIBA terdekat ! TOSHIBA Dunia Mengakuinya Service Centre; Jl. Imam Bonjol Gg. Subur No.5 Telp. 25259 Denpasar HUBUNGI: DEALER-DEALER TERDEKAT DENPASAR: TABANAN: NEGARA: Dynasty Audio-433228, 433229, 437343 Bumi Mas-91285 Osaka Electronic-34665,23994 Dirgantara Electronic-423258 Trio Electronic-28451 Toyobo Electronic-34747,36821 Denpasar Electronic-27479 Palapa Agung-25721,23551 Agung Plaza-23216,62128 UD Raya-26642,23824 Surya Jaya-422254 Orlandy Electronic-37301 Tabanan Electronic-(0365 141427 Tunggal Jaya-(0365)41105 SINGARAJA: Bali Jaya-(0362)22202 GIANYAR: Harun Fajar-(0361)93087 LOMBOK-CAKRANEGARA: Sumber Mas-(0364)33045 SUMBAWA: Sinar Mas-(0371)21988,21977 C. 1433 Apalagi kini, dalam kurun perce- patan perkembangan sain dan teknologi, segala bentuk kei- nginan manusia bisa diperoleh dengan cara mudah. Asal syarat- nya, secara ekonomis manusia juga terpenuhi. Artinya, jika ada uang segalanya bisa diperoleh dengan mudah. segi kehidupan manusia punya peran besar bagi memudarnya minat anak pada bentuk per- mainan yang hanya mengandal kan "tangan kosong" itu. Selain itu faktor godaan hidup dalam era komputer ini cukup punya andil. Saya kira kita tak boleh apriori berpendapat bahwa gaya hidup semacam ini akan menja- dikan anak mesin-mesin. Ke nyataan begini tak bisa mereka hindarkan. Boleh dilihat betapa susahnya bagi anak kota ber- kumpul 3-5 orang. Kalau toh bisa faktor godaan video games tadi sangat menarik minat mereka. Memang asyik bermain-main de- ngan teknologi. Tetapi di sisi lain, kita pun ha- rus mengakui bentuk-bentuk permainan tradisional itu, selain menambah keakraban antar- anak, juga bisa menumbuhkan kreavititas dalam diri mereka. Paling tidak ia bisa jadi peman- tik pola berpikir anak itu. Dalam kerangka inilah buku "Mari Ber- main" ini begitu penting. Usaha Made Taro mendokumentasi bentuk-bentuk permainan tradi- sional itu patut dihargai. Cukup dengan itu? Saya kira dalam oleh Gus Martin ini, ke mana tu- pengantar buku yang diilustrasi juannya sudah jelas. Nampak Made Taro sadar benar, tak ada gunanya memaksakan anak- kota untuk bermain jaran- jaranan misalnya. Tetapi karena ia mengandung "virus-an achive- ment", membangun kesadaran kreativitas anak, tetap harus di- sodorkan ke depan mata mereka. perkenalkan bentuk-bentuk per- Cara yang paling mudah, mem- Fakta zaman seperti ini dalam satu sisi ternyata juga mem- bangkitkan kesenjangan hidup antara desa dan kota serta an- tara masyarakat kota itu sendiri. Kesibukan hidup di kota sema- kin membuat manusia tak ba- nyak waktu di rumah. Anak- anak sebagai bagian dari rumah, mencari kesibukan sendiri. Ling- kungan lalu mengkondisi. Me- reka tak akrab lagi dengan ro- mantisme pergaulan ala desa. Bermain Nyen Durine atau Meceleng-celengan bukan lagi menjadi kebiasaan di sore hari menjadi bacaan yang meng- Di luar itu, buku ini juga bisa sambil menunggu binatang gem- asyikkan bagi anak. Lantaran balaan. Bahkan anak kota tak bahasa plus ilustrasi yang mu- kenal sama sekali bentuk- dah dicerna. Penyajian materi bentuk permainan itu. Anak- mainan itu lewat institusi resmi semacam sekolahan. Bila perlu, dimasukkan ke dalam kuriku- sebagai materi ekstrakurikuler. lum anak lebih bisa berdialog dengan pun disusun dengan gaya berce- mesin-mesin video games, de- rita yang lancar, sesuai dengan ngan robot-robotan, mobil- daya nalar anak. Bisa jadi deru mobilan bertenaga baterai. pesawat, diimbangi dengan re- nyah ketawa anak-anak di ha- laman rumah sebuah desa. Memudar Nasib bentuk-bentuk per- mainan tradisional itu? Harus Princess (Putu Fajar Arcana) Discount 20% 3 Sept. s/d 30 Okt. 93 Beauty Clinic Salon Jl. Patimura 14 telp. 24144 Denpasar BODY SLIMING/PENGURUSAN BADAN Face Lifting (Pengelupasan Kulit) Penyembuhan Plek & Jerawat Tanpa Operasi Creambath Tradisional (Ramuan Tumbuh-tumbuhan Asli) Tato Alis/Eye Liner Kriting Bulu Mata Mandi tradisional khusus wanita Mandi Susu, Mandi Lulur, Mandi Rempah, Mandi Buah PERAWATAN CALON PENGANTIN Rias Pengantin (Barat + Tradisional) Mode Kriting Baru. Terbaru dari Jepang ✰ Make Up *Sanggul Tradisional + Modern SEGERA DI BUKA CABANG DI MONKEY FOREST-UBUD NGGU, 5 SEPTEMBER 1993 Sajak Buda O Nanoq da Kansas LUKISAN TAK BERBINGK hujan sore itu tinggal gerimisnya dua ekor burung saling mematuk berbagai guguran daun di depan je di halaman ada yang melintas memunguti sisa-sisa cahaya -siapa? kaukah yang kehilangan w di ruang tamu, seekor laba-laba memangsa sarangnya sendiri di kamar sebelah ada yang terisak pelan-pelan gerimis kali ini tinggal dinginnya dan bayangan itu hitam saja memagut sisa-sisa cahaya dengan sederhana sekali. 19 ●Putu Fajar Arcana ANGIN DALAM JIWAKU kepada Gk Angin dalam jiwaku berhembus menghanyutkan perahu ke laut -- yang jauh Dingin cahaya dalam air memantulkan nasib buruk mengembara ke ruang hidupku Kekasih, bertiuplah ke bilik jantungku agar bisa kusentuh aroma lautmu dan menciumi setiap jejak yang kau gores dalam jiwaku (1993) Cakil dari Lereng lereng Ka DERAI MALAM GEA sayang. Andai kamu beri aku satu kese untuk menjelaskan semua ini. Tentu sem alan jelas. Nyatanya, semua ini tetap tak jel muram. Tetap tak tegas. Bahkan terasa Mulai getir. Terasa pahit. Dan harus kuak anulai ragu. Dan saat itulah kusadari engk nanti keputusanku. Nah, inilah keputusan ki pahit. Inilah keputusanku. hu ngerti kamu ragu. Dan itu bukan salahn ba lalu memang mengikat. Apalagi mac elalu yang telah kulalui. Begitu mengikat. kusembunyikan kenyataan itu. Tak mua ku untuk berkata, "Aku telah lupa!" tic ugkin Gea! Aku harus jujur dan tidak in mbohongimu. Aku mau semua ini dimulai kejujuran dan tanpa teka-teki. Tan aura-puraan. Walau memang semua itu me amu sakit. Membuat gundah. Semoga s au tidak dendam pada kejujuranku itu! nudah, Ge! Tidak mudah untuk bersikap Aku tahu resikonya, aku akan kehilang Tetapi itulah bukti kasih sayangku. Tet hawal keraguanmu! aki kamu berusaha untuk meyakinkan maku layak untuk kamu percaya. Nam ma prasangka itu selalu membayangi so Seakan selalu kamu tanyakan, sebera nak ketulusan yang kumiliki! Seberapa kesungguhan dan keiklasan yang bisa M PT. UNITE JI. Imam Bonjol 4 C. 1949 Telp. (0361) 6243 4cm
