Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1993-10-10
Halaman: 07

Konten


mg, 10 Oktober 1993 gan ahirkan sebagai Dang Acharya -putra dan ksatrya Madura Owarawati, dari golongan Wresni, Andhaka dan ala. fil pewayangan Krepa Ac- (Bhagawan Krepa) sama i Bhagawan Naradha, me- ketu dan jubah. Memang pakem-pakem tertentu ada menampilkan tokoh wan Krepa (Krepa Acha- menurut pengamatan pe- tokoh Krepa Acharya itu i dengan tokoh Bhagawan ha oleh ki dalang, ataupun ang amangku dalang serta alang. Krepa Acharya, da- dup sampai malam yang pan belas, setelah seluruh a an Kaurawa dan Pan dengan sekutu- anya musnah dalam per- ran di medan danalaga shetra itu, dalam delapan hari (delapan belas siang lapan belas malam). Bah- malam yang kedelapan setelah Duryodhana kalah at gada melawan Bhima- empat menasehati Aswat (putra Drona Acharya) dak melakukan serangan ke kubu Pandhawa, se- lah burung hantu yang da- aksikan oleh mereka pada ■itu, yang memporakpo- an burung-burung yang tidur di sebarang kayu imbun. Bersama Kreta- ■, menurut Krepa Acha- erilaku serangan malam burung hantu itu bukan atan seorang brahmana atrya. Tetapi Aswathama menggubris nasihat Krepa a itu, karena sudah meru- sumpahnya untuk meng- rkan Pandhawa di ha- Duryodhana yang masih erkapar karena paha kiri- ncur digada oleh Bhima- ore tadinya. ngan malam itu dilaku- h Aswathama sendiri. Ka- apat diketahui oleh Utari Istri mendiang Abhima- khirnya Aswathama da- bunuh oleh Arjuna. Se- an Kretewarma dan Krepa wa selamat, karena me- memisahkan diri dan tidak arut dalam serangan ma- ng culas, licik dan keji itu. Ngurah Oka Supartha uwono ja yang memungkinkan membantu daya kreasi- Saya belajar melukis se- odidak," katanya kepada ost di sela-sela pemeran, alu. Pencurahan pikiran, e, serta pengalaman seni- alah modal utama untuk irkan rasa seninya, tak s pada alam yang tam- mun di balik isi alam itu. ya, dia sering mendapat si dari pecahan batu, lem- sambung ke Hal. 11, kol.4) HARI, ari terbenam, y tetap ter- reka yang Bahkan, dini ya ketika reka yang sayur, agen dan banyak ARRY 13 mementingkan ampilan prima UZUKI mal Best C. 2003 Minggu Paing, 10 Oktober 1993 Bali Post Kado Ultah untuk SMK-Bali Bali Post/dok NUJU HURA GORA SMKB'93: Salah satu suasana peserta lomba baca puisi Sanggar Minum Kopi Bali yang berlangsung di jantung propinsi Bali menjelang 90-an. Tahun ini Bumi Gora Hura'93 siaga menjadi ajang Lomba Baca Puisi SMKB. Kalau untuk soal "seni baca puisi" Bumi Gora siap menan- tang Nusa seribu Pura seribu Bank..... Menjadikan Baca Puisi Sebagai "Otonomi" Seni Pertunjukan! I. SETIDAKNYA, jika ber- timbang pada jumlah-jumlah pe- serta yang turut serta dari tahun ke tahun dalam kegiatan Lomba Baca Puisi Sanggar Minum Kopi Bali, ada rasa optimis bahwa ta- hun ini (diperkirakan) di perte- ngahan bulan November jumlah seribu peserta bakal meramai- kan lomba Baca Puisi SMK-Bali. Rencana melebarkan jangkauan ke bumi Gora (Lombok) dan gen- carnya stop press ala BPM, mem- buat rasa optimis makin mende- kati. Sebab sebelum ini dengan belum mengoptimalkan aspek promosi, Sanggar Minum Kopi telah menjadi takaran dalam perpuisian, khususnya dalam lomba baca puisi, gengsi SMK- Bali memang mentaksu di ka- langan pelajar, mahasiswa mau- pun masyarakat umum di Bali untuk menjala predikat lolos di Sanggar Minum Kopi dalam ajang lomba baca puisi. Sanggar Minum Kopi ini memang memiliki pendukung yang umumnya kaum muda dari kalangan mahasiswa, yang lebih unik lagi mahasiswa non-sastra. Namun kedoyanan mereka akan puisi membuat kaum muda yang terkumpul di Sanggar Minum Kopi ini memang tak semata- mata menggelar kecintaan pada puisi tetapi juga mengkondisi- kan sebuah tradisi yang dibekali semangat kebersamaan dan ke- keluargaan juga kesenangan mi- num kopi Bali. Di samping itu, gengsi SMK- Bali ini memang dibacking tokoh-tokoh kuat, bahkan ve- teran dalam urusan sastra di ka- wasan Bali juga Indonesia. Ter- catat nama Frans Najira, Umbu, Tusthi Eddy juga ada barisan Wianta, Wirata, Alit. S. Rini, Sa- margantang, Nonoqda Kansas, Hardiman, Putra, Raka, Suar- tha, Arthawa, Hartanto dan par- tisipan lain dari kalangan teater, seperti Abu Bakar, Sahadewa, Kadek, Putu, dll. Jauh dekat, langsung tak langsung tali batin atau tali rafia yang enggak se- ngaja dicantolkan oleh rasa hor- mat dan mencintai dunia sastra ini telah membikin itu Sanggar Minum Kopi selalu memaksa malasnya kaki untuk tanpa di- undang pasti datang untuk kasi saran, urun rembug atau seka- dar menukar senyum. Tak heran. Satu-satunya Sanggar Minum Kopi yang gilanya dida- sarkan pada rasa nikmatnya mi- num kopi itu telah dan tak mung- kin untuk henti. Karena itu per- siapan tahun ini, sepertinya mulai merambah bumi Gora (Lombok) dan sungguh, tantang- kanlah indoktrinasi oleh kemap- anan intelektual pihak lain ter- hadap diri sendiri berhadapan dengan puisi. Tetapi pertolongan yang harus dicari adalah kesa- daran akan batas memasuki ja- nungan yang didapat. Perbe- daan persepsi yang dimungkinkan saat proses pe- nafsiran ini bukanlah berarti ga- galnya menuju arah kepemba- caan yang baik, namun justru akan memperkaya nuansa saran bunyi. Karena itu, janganlah ragu untuk bertanya, bertukar pikiran serta menyimpan diam- diam seluruh hasil renungan diri sendiri dalam menafsir satu puisi. Tahap kedua yang akan dila- koni seorang pembaca puisi ada- lah menampilkan hasil resapan- nya ketika ada dalam proses pe- nafsiran annya enggak lagi main-main. orang lain dalam penafsiran bu- Meski dalam seloroh berbekal dan bermodal semangat minum kopi. Sanggar Minum Kopi ini memang paling eksis dan paling potensial untuk dijadikan bahan perbandingan mengenai potensi sumber daya manusia dengan rak itu dengan menukar hasil re- tujuan jelas. Menebarkan bibit dan memanen sekaligus dalam urusan perladangan perpuisian. II. MENDALAMI PUISI, berarti juga menghayati tiap ni- lai yang sifatnya renungan dan rasa terhadap puisi tersebut. Ta- hap yang paling genting dari pendalaman puisi bagi seorang pembaca puisi adalah ketika me- nyadari ada jarak "komuni- kasi" antara puisi dan diri sen- diri. Pada saat adanya kesa- daran akan jarak itu, maka puisi muncul sebagai barisan kata be- laka. Namun ketika jarak itu di- dekati, disentuh dan diakrabi akan tampak sesuatu tengah sembunyi. Dan kenikmatan per- tama dari tahap persempitan ja- rak itu adalah didapatinya saran bunyi! Saran bunyi yang tersembunyi dalam kata, berupa kiasan, berupa lambang, bahkan membangkitkan kemungkinan- kemungkinan tafsir ganda atas satu kata. Lalu kenikmatan ke- dua adalah bak nikmatnya mi- num kopi, kental dan tipisnya saran bunyi itu, lentur dan ke- nyalnya saran bunyi itu bahkan pada puncaknya akan terasa ba- tas suara dan keinginan untuk memberikan jeda-jeda, akhirnya dengan rasa memberi tekanan keras atau lembut pada setiap aliran yang tiba-tiba tak sembu- nyi lagi. Kini bertemulah dua du- nia yang semula dibatasi oleh "jarak". Karena itu, proses baca puisi amat sangat tergantung pada ta- hap penafsiran. Sangat dimung- kinkan faktor intelektual dan rasa merdeka memberikan ke- kuatan baru pada seseorang pembaca puisi untuk mengeta- hui sesuatu yang sembunyi itu tak tergantung oleh banyak dan sedikitnya kata, tak tergantung kepada wibawa kata atau tak tergantung kepada titak su- sunan kata. Proses penafsiran ini lebih memungkinkan seseo- rang akan mengalami proses pengenalan kepribadian, dengan kepekaan, ketulusan serta sifat humanis lainnya yang bebas dari gangguan-gangguan pihak luar. Karena itu, proses ini adalah pa- ling membutuhkan konsentrasi serta pertimbangan dan juga jiwa besar untuk membuka nu- rani untuk melihat kemampuan diri. Karena itu, pertolongan Cakil dari Menak Tulikup Gianyar: Pada Dua Sisi Realitas Oleh Gusti Nh. Arnata EKSISTENSI manusia dalam perjalanan hidup keseharian serta perjalanan spiritualnya, merupa- kan sisi dari sebuah garis hidup yang mustahil terjerat tali kekang. Dengan kebebasannya ia terus menghimpun nilai-nilai, selanjut- nya mendasari tatanan masyara- kat dengan menawarkan alternatif baru. dari sebuah kesungguhan untuk merebut masa depan. Dalam bentuk-bentuk kesusas- traan kita temui puisi yang selalu menarik perhatian. Ini membukti- kan bahwa memang puisi itu se- suatu yang hidup dan aktual, bu- kan sesuatu yang klise dan me- nyebalkan. Terasa benar apa yang pernah diucapkan Cendars, seo- Manusia budaya melahirkan ke- rang penyair Perancis yang men- budayaan dari berbagai kan- dapat julukan manusia tersepi di dungan pengabdian dan moral. dunia, bahwa puisi adalah hasil Relevansinya, kesusastraan se- dari gerak dan bukan renungan bagai hasil kreasi manusia budaya pasif. merupakan penjabaran yang lebih Penyair dengan kesensitifan- sederhana. Melewati periodesasi nya akan berjumpa dengan ke- panjang, roh sastra terus berupaya gembiraan, penderitaan, kebobro- mengkikis predikat minoritas yang kan moral serta kematian atau apa terlanjur melekat. Proses peng- saja yang memfenomena dalam ayaan pada tematik kehidupan hidup ini. Bagi orang awam feno- (termasuk magisitas religius), ten- mena seperti ini tidak lama mem- densi, karakteristik serta tipografi bekas di hatinya. Lenyap bersama yang unik memberikan gambaran gulir waktu dan kesibukan/ Cakil dari Praya Bumi Gora dalam bentuk berpindah ataulah bergeser, ta- ngan terangkat ataulah henta- kan yang terjadi itu semua atas perintah dari dalam (intern). Ekspresi! Barangkali kata ini se- ringkali hanya diartikan berki- sar pada perubahan detail wa- jah. Namun sesungguhnya, eks- presi dalam pembacaan puisi telah menyatu dalam semua un- sur pembacaan puisi itu. Dari pe- nafsiran, pengucapan, penampa- kan tubuh, semua itu ekspresi. Intensitas tak mungkin ada jika mengira salah satu unsur tidak berimbang adanya dalam tubuh. Artinya, intensitas pembaca puisi adalah kesatuan utuh tanpa bisa lagi melepas salah satu dari kebutuhan keselu- ruhan pembacaan puisi. Di samping itu, faktor teks yang seringkali diartikan seo- rang pembaca puisi tidaklah se- harusnya hapal akan puisi itu. Atau karena teks, seseorang seolah-olah seharusnya selalu melihat ke arah teks, membuat seorang pembaca puisi ragu un- tuk totalitas menampakkan pe- lepasan dirinya. Tuntutan yang pasti adalah, teks yang di tangan bukanlah pertanda seorang pem- baca puisi itu tak boleh bebas me- lepas pandang. Hafalan dalam pembacaan puisi tak semata ha- fal kata. Hafalan di sini adalah hafalan yang meliputi, kerasnya hafalan, warna emosi, dimana hal inilah yang menjadi dasar untuk adanya aspek komunika- tif. Namun, secara tegas harus- lah dibedakan antara deklamasi (tanpa teks) dengan membaca puisi (poetry reading). Namun hafalan itu tak mut- lak. Karena itulah, kesadaran akan ruang, kesadaran akan pe- nonton seharusnyalah membuat seorang pembaca puisi menya- dari, bahwa dirinya sejak baru muncul hingga usai dan lenyap dari depan penonton telah men- jadi tontonan. Dengan demikian, jangkauan emosi itu selalu harus memperhitungkan kepekaan pe- nonton yang paling belakang tempatnya menonton. pembaca puisi di Sanggar Mi- num Kopi, tetapi kesulitan itu adalah tidak sadarnya diri akan fungsi tubuh di hadapan penon- ton. Sehingga pelepasan diri ter- ganggu oleh berbagai ingatan di luar resapan renungan puisi itu. III. PENONTON mungkin selama ini tidak pernah dipikir- kan sebagai salah satu unsur da- lam pembacaan puisi. Dalam pi- kir, hanyalah keramaian yang tengah memusatkan arah perha- tiannya. Itulah penonton. Tetapi sebetulnya, pembaca puisi yang ingin utuh, harmonis dan sem- purna haruslah mempelajari pe- nampakan diri, serta start awal dalam upaya mempersempit ja- rak antara diri pembaca dengan penonton. Risiko tubuh yang di- tonton adalah bangkitnya reaksi diluar kontrol, atau kegugupan yang tak direncanakan. Karena itu, stamina seorang pembaca puisi hanya diperuntukkan un- tuk proses pembacaan puisi itu. Namun juga untuk mengikis kharisma keramaian. Kehe- ningan yang didapat saat start pertama adalah awal baik untuk menciptakan komunikasi puisi. Berbekal tahap penafsiran yang benar, langkah-langkah pengucapan dan laku (tindak) yang mapan, tak akan sulit un- tuk mencapai keutuhan mem- baca puisi. Dijamin, jika pema- haman ini tidak meleset, tak perlu kompensasi gerakan tam- bahan, property tambahan, selu- ruhnya akan mengalir dari da- lam. Bahkan irama atau lagu yang mungkin diperkirakan ha- rus sengaja diciptakan akan muncul. Sebab kekuatan pemba- caan puisi itu terletak pada puisi itu sendiri. Tidak sulit untuk tampil di hadapan penonton, asalkan tubuh diri sendiri itu di- sadari tengah ditonton dan te- ngah menyatu dengan suara. pengucapan dan tindakan (laku, tindak, act!). Tahap kedua ini tantangannya adalah tubuh si pembaca puisi, kemampuan tu- buh untuk menerjemahkan hasil resapan dalam bentuk gerak oto- matis, juga pada volume suara, pada warna suara, pada nada, tinggi-rendah, desah dan nafas. Yang terpenting pada tahap ini, suara dan penampakan tubuh (tindakan) adalah kesatuan. Pu- sat konsentrasi itu mulai terbagi tetapi pusat dari segala pusat itu adalah hasil proses penafsiran. Saat pengucapan, lafal haruslah jelas, warna emosi sangat terpe- ngaruh oleh gerak badan. Ka- rena itu, dalam pengucapan yang sering harus dikoreksi oleh si pembaca terhadap dirinya sen- diri adalah telinganya sendiri! Artinya, pendengaran yang dira- sakan adalah kepekaan untuk tetap mengontrol dirinya agar bergerak, secara otomatis. Apa- pun bentuk gerak tubuh seakan- akan dituntun oleh gelombang pengucapan, naik-turun, tinggi- rendah, desah ataulah perpa- duan kesemuanya itu harus ber- prinsip pada totalitas penyatuan antara hasil penafsiran kepada Sajak Kompetisi-17 I Wayan Sunarta pengucapan dan gerak tubuh. Gerak terencana yang bisa saja diperkirakan sebagai harmoni- sasi sebaiknya dihindari. Oleh karena itu, penampilan penam- pakan tubuh haruslah berpe- gang pada kenyataan, bahwa tu- buh dalam saat membaca puisi bukanlah berdiri sendiri. Dia adalah kesatuan dengan suara dan hasil penafsiran itu sendiri. Apapun bentuk dari reaksi tu- buh yang muncul akibat konsen- trasi itu, baik hanya mendongak, Karena itu, hal pertama yang dilakukan oleh para calon pe- serta lomba baca puisi SMK-Bali untuk November depan adalah memulai dengan bacalah puisi. Dan lakukan sendiri di hadapan dirimu sendiri. Maka terciptalah "otonomi" seni pertunjukan itu. Cok. Sawitri Kesulitan yang sering dite- mui, dari sekian pengakuan yang pernah saya dengar adalah pada faktor penghayatan. Dalam (Selamat bekerja, semua yang kenyataannya, bukan faktor itu ngumpul di Wahidin dan Gu- yang menjadi kesulitan para nung Agung) PERJALANANI Telah kuakarkan gelisah pada nadi laut hingga menghujam kalbu bumi dan aku menari nari memacu ombak menjaring mentari yang terlelap di pembaringan gulita Jukungku berlayar tanpa gairah menyusuri jejak angin dan pasir yang terlena di tengah percakapan purba dan sayap sayap kabut menyesatkan mataku yang papa hingga aku terdampar di pesisirMu rutinitas. Sementara bagi penyair hal itu tidak hanya berhenti atau beku dalam kenangan. Namun akan menjadi renungan dengan segenap kekuatan rohaniahnya. Kritikus sastra kemudian menye- butnya sebagai 'intuisi puisi Menjadi tidak berlebihan ung- kapan Wordsworth, bahwa pe- PERJALANAN - II nyair adalah manusia yang bicara biarkan aku sendiri memburu sunyi pada manusia lain. Manusia yang benar-benar memiliki rasa tang pada ceruk ceruk laut dadamu gap yang lebih peka. Kegairahan sementara ikan ikan gelisah dan kelembutan jiwa yang lebih besar. Manusia yang memiliki dalam percintaan pengetahuan yang lebih menda- atas ranjang ubur ubur lam tentang kodrat manusia. Ber- tual, intuisi tersebut akan menjadi menebarkan jala jala kerinduannya kat sentuhan stimulus emosi spiri- nelayan nelayan yang menadah angin sebuah puisi dengan diksi, simbol- simbol memperkuat puisi secara pada pusaran jantungmu kita untuk setia merenungkan hi- totalitas. 'Suara puisi mengajak tapi kau begitu dalam mencumbu dup ini. Manusia bisa bahagia, me- bayang bayang perjalananku nangis, bertobat serta menemu- hingga kuda laut yang kutunggangi kan kepercayaan diri karenanya. Namun secara jujur puisi bukanlah tersuruk dalam belantara sepi (Bersambung ke Hal. 11, kol.4) jiwaku. Selamat Pagi Penyair Bumi Gora Oleh Riyanto Rabbah SELAMAT pagi penyair bumi gora. Sangat sulit menghitung jumlah penyair (seniman), karena pe- nyair tak pernah punya lisensi yang menguatkan di- rinya penyair. Tapi toh ketika teknologi menancap- kan akar-akarnya, ketika robot-robot tercipta, dan uang berhamburan di mana-mana, tetap saja akan ada lagu puisi. Kejenuhan pada rutinitas memenatkan syaraf- syaraf otak. Tatkala kehidupan kita rasakan sebagai kerutinan, kita ingin menemukan ruang lain. Ruang batin? Ya, batin yang kosong melompong akan be- tapa hampanya. Dan, masyarakat Eropa biasanya mencari-cari tempat rekreasi sampai ke Indonesia. Kemana pun keindahan itu akan dikejar, walau ha- rus membayar ratusan dolar. Di sinilah nilai seni. Be- tapa mahal nilai seni. Lalu seberapa bahagia seorang Lady Di. Ia pun datang ke Moyo, Sumbawa. Keindahan itu mencoba genggam. Hanya karena soal batin yang kosong, yang ada dalam dirinya sendiri. Itu mencoba ia raih sampai bermil-mil jauhnya. Batin ini adalah keju- juran yang suci. Kejujuran tidak bersifat material dan tidak bisa ditutup-tutupi dengan berbagai aksesoris. Karenanyalah, barangkali, kejujuran hanya dimiliki para penyair yang gelisah berkarya. Kejujuran berada pada ruang non-materi. Penyair berada pada ruang-ruang ini tanpa manipulasi- manipulasi ingin kaya. Ketika seorang bayi lahir, pe- nyair akan merasakan bagaimana orang-orang di- renggut kematian. Ketika kekayaan menumpuk di istana kerajaan, seorang penyair akan perih melihat setumpuk bangkai manusia mati akibat kelaparan. Di situlah nilai yang diperjuangkan. Ia menjadi tali penghubung antara dua utas tali yang kontradiktif. la hadir di tengah-tengah orang yang tak melihatnya. la berdiri tanpa seutas benang pun. la merenung, berpikir, mencari, mencoba menemukan. Dan, ia belajar dari karyanya. Walau begitu, banyak balon (bakal calon) penyair menyerah, lalu mengundurkan diri. Seorang kawanku sempat membawa setumpuk puisi. Sulit mengataan puisi itu jelak atau tidak jelek. Namun ia merupakan pemula yang harus berjuang lagi menemukan tingkatan-tingkatan baru. Ia tidak bisa menerima suatu kritikan yang biasanya bertu- juan membangun. Ia malahan tersinggung, karena biasa mandi puji dan bahagia ketika orang meng- aguminya. Di sanalah letak betapa ia tidak jujur pada hati nuraninya. Dan, selamat tinggal sahabatku. Tapi seorang yang lain sempat bersurat ke seo- rang kawanku: la ingin tahu puisi itu lebih banyak, karena ia merasa baru memulai dan menyenangi- nya. la tak tahu mana puisi yang baik, dan mana yang tidak baik, la hanya membawa tiga puisi serta mencoba belajar dari karyanya itu. Puisi itu, dalam dan berisi. Tapi ia cukup rendah hati, dan menemu- kan kejujurannya. Pada kejujuran itulah, penyair bisa mencintai kamarnya. Penyair bisa bersenyawa dengan keadaan-keadaan. Dan, selamat pagi pe- nyair baruku. Bagi: S. Varia di Sayang-Sayang SIAPA Siapa yang bikin candi di pelataran hatimu ketika angin melontarkan asap setanggi pada pertapaan, siwa yang tenggelam dalam samadi Siapa yang menancapkan tombak di bukit jantungmu ketika para moyang lelah menganyam zaman yang ditetesi darah waktu Siapa yang menembang kidung nafas dewa dan membekukan Stop Press : Gimien Artekjursi satu. Tolong kabarkan timpal timpal terutama di Gianyar" ka- tanya. Tiga hari setelah telpon itu, Gimien langsung mengirim- kan dua (2) kumpulan sajaknya. LUKISAN PERJALANAN I (1984-1987) berisi 28 sajak serta LUKISAN PERJALANAN II (1988-1993) yang berisi 18 sajak. Gimien Artekjursi (30 tahun) beserta IB Sinduputra, Made Kamerasa adalah tiga andalan KOMPETISI putaran KESEM- BILAN yang didukung 11 orang peserta berlangsung cukup seru 1984-1986. Gimien yang AR- TEKJURSI (Arek Teknik Ju- rusan Sipil, Red) arek yang be- gitu cenik lama dia ngendom di Gianyar serta ikut srabutan Apresiasi. Dalam bincang telpon Posbud sudah ngingatkan arek kelahiran Rogojampi Banyuwa- ngi itu, untuk ikut nimbrung me- manfaatkan "jam Jatim dan tendangan absurditas....". bola matamu Tanpa itu Jawa Timur yang ber- ketika senja meringis mewah mewah limpah ruah tiga (3) koran raksasa berikut bebe- menahan perih di rabunya rapa biji mingguan yang sajan sajanan "akan seperti para ti- Stop Press: kus yang mati kutu di jineng...." GIMIEN ARTEKJURSI (9): Singkat kata, bila dibandingkan Sudah dua kali Gimien dikontak dengan wilayah lain di rebuplik POS, begitu sering dibicarakan tersayang ini, maka Jawa Timur timpal-timpalnya di Bali. Akhir saat ini paling berpeluang un- nya Kamis malam minggu yll tuk" puputan, tawuran, long tiba-tiba Gimien "menggedor" march budaya......". Cuma ka- Kepundung dari Metro Sura- lau peluang terbuka itu tak" di- baya. "Gimien masih hidup, ma- mainkan wonten-play" yah sa- sih nulis puisi dan punya anak lah kawan kawan kita di sana. HALAMAN 7 CONGRATULATIONS for NTP Design Studio GRAND OPENING Hard Rock & CAFE BALI இ 88 HARD ROCK CAFE BALI October 8th, PT SUNTHI SEPURI Pharmaceutical Unit of Nugra Santana Group Bank Pacific Building 5th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 7-8 Telp. 021-5706883,5704452 Fax. 021-5707151-Jakarta 11410 OHS P.T. OKHA HUTOMO SATRYA JALAN GEREJA THERESIA NO 1 JAKARTA TELP 321580, 321953 321342 TELEX $1300 OHSAPA FAX 10211 321577 P'SS मे 8th, 1993 P.T. Adiguna Mesintani PT. Ariobimo Perkasa Division of PT Nugra Santana G PT. GADING MANDALA UTAMA CV. RAYA MOTOR Ja., SINAR BARU" AUTHORIZED DIESEL ENGINE & SPARE PARTS SUB AGENT 080 LIPPOBANK KUTA - BALI Phone: (0361) 53779 Fax : (0361) 53324 General Supplier Jalan Gajah Mada 82 Telp. 27458-34643 Telex 35214 la SIBA Denpasar Fax: (0361) 23909 Denpasar - Dall DIAMOND P.T. SUKANDA DJAYA Importer of Meat, Dairy, Trench Fries, Vegetables JALAN I GUSTI NGURAH RAI DENPASAR H0301 Telp. 51655. 51656 FAX. 51657 P.T. NIAN GALA TANGKAS CONTRACTOR, GENERAL &UDDLY & IMPORT EXPORT J1 Cilbeari No. Fax: 3105249, PO BOX 4776 TELP: 94-990429, JAKARTA DUSAT INDONESIA 5 PT. SATRIA GRIYANIAGAMAS General Supplier & Engineering Contractor AdesⓇ Air Minum Diproduksi oleh : PT. ALFINDO PUTRA SETIA U 2445 2cm Color Rendition Chart