Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1993-10-10
Halaman: 06

Konten


HALAMAN 6 Cahaya Cerpen Nanoq da Kansas tangannya. "Aku kira masih ada waktu setengah jam lagi. Ayolah. Aku rindu sekali ingin ngobrol denganmu." TIGA ratus meter lagi aku selesai. Anakku tak bawa akan sampai di depan gedung payung." SMP Negeri itu. Sementara "Oh?!" Godam melihat jam hujan deras yang turun sejak pagi belum juga menampakkan tanda-tanda akan berhenti. La- ngit tampak hitam dan semakin berat. Ujung celana panjangku basah hingga ke lutut. Aku menggenggam lebih erat lagi ga- gang payung hitamku ketika angin tiba-tiba berhembus agak kencang. Dan sama seperti dahulu, se- jak masih kanak-kanak, aku pun memilih untuk mengalah bila berhadapan dengan Godam. Aku menurut saja ketika ia mendo- rong pundakku untuk masuk dan duduk di dalam depot itu. Ia memesan segelas kopi manis un- tukku. Sedangkan ia sendiri ru- panya sudah cukup lama berada di situ. Kopi di gelasnya sendiri tinggal setengah. Pada saat itu pula aku mende- ngar seseorang berteriak dari se- berang jalan. Aku sedikit kaget. Dan ketika aku menoleh, ter- nyata Godam. Sahabat sejak masa kanak-kanakku yang seka- rang telah menjadi seorang pelu- "Aku sudah hampir satu jam kis besar dan terkenal. Ia berdiri di sini," Godam seperti tahu pi- di depan sebuah depot minuman kiranku. "Aku sekarang tinggal kecil sambil melambai- di kota D. Sudah punya rumah lambaikan tangannya ke arahku. Dengan agak enggan dan perasaan kurang enak yang datang tiba-tiba, aku menyebe- rang jalan dan mendekatinya. "Lama sekali aku tak meli- hatmu. Apa kerjamu sekarang?" ia menyapaku dengan hangat. Aku menutup payung dan me- nyandarkannya di sebelah kanan pintu depot. "Aku di rumah saja. Apa kabarmu?" "Ah, ayolah kita ngobrol di da lam. Aku ingin mentraktirmu barang segelas kopi. "Aku sedang tergesa, Godam. Aku akan menjemput anakku. Sebentar lagi jam sekolah akan Sweet 17th ANNIVERSARY 1976-1993 BUZUKI INDONESIA sendiri. Dan mobil yang di depan itu adalah hasil pameran ter- akhirku tahun ini. Rasanya ta- hun ini aku agak beruntung," ia bicara terus tanpa aku minta. "Ya. Belakangan ini aku se- ring baca berita pameranmu di koran-koran. Rupanya kau telah cukup tenar jadi pelukis," sa- hutku sekenanya sambil mem- perhatikan sebuah sedan putih yang kukira cukup mahal yang dimaksudnya tadi. "Ya, begitulah. Tapi sebenar nya aku sedih telah meninggal- kan kota kecil kita yang tenang ini. Tapi apa boleh buat, aku te- lah memutuskan untuk pindah. Kalau di sini terus aku tak akan bisa maju seperti sekarang ini." "Ya. Aku pikir juga begitu," aku menyulut sebatang rokok. "O ya, aku jadi teringat anakmu. Tentunya sekarang ia sudah besar dan cantik seperti ibunya. Siapa namanya? Sudah kelas berapa ia sekarang?" "Namanya Cahaya. Sekarang sudah kelas dua SMP. Sekarang ini aku sedang menjemputnya ke sekolah. Tadi pagi ia berangkat tanpa payung. meninggal dunia oleh serangan jantung yang sangat mendadak, ketika anak kami satu-satunya Cahaya, baru berumur líma tahun. Betapa ingatan-ingatan sema- cam ini tidak mengenakkannya. Aku jadi terlarut kembali ke tengah-tengah suasana yang pa- ling pahit dalam hidupku. Aku jadi teringat masa kanak kanakku yang juga tanpa asuhan orangtua sendiri. "Ya ya. Sekarang terlalu ba- Ayahku adalah seorang tu nyak hujan. Petani-petani meng- kang rumah. Beliau meninggal eluh karena padi tak bisa dipa- karena terjatuh dari bubungan nen dengan baik. Banyak yang sebuah rumah yang sedang diga- rebah, terendam air lalu busuk. rapnya. Panas yang terik ketika Tanam-tanaman di perkebunan beliau bekerja mungkin telah juga banyak yang busuk," Go- membuatnya kehilangan ke- dam tiba-tiba bicara seperti ha- seimbangan sehingga beliau ja- nya pada dirinya sendiri. tuh dengan kepala terlebih da "Bukan itu saja, Pak," pemilik hulu. Lehernya patah. Waktu itu depot juga ikut nimbrung. Ia umurku sekitar enam tahun mendekat ke meja kami sambil Aku baru saja mulai masuk seko- menggendong bayinya yang lah dasar dan belum begitu hafal kira-kira baru setahun umur dengan nama hurup-hurup. nya. Bayi itu terlelap. "Karena Lalu belum genap setahun ke- hujan yang berkepanjangan ini mudian, aku kehilangan ibu. lalat-lalat pun tambah banyak. Ibuku meninggal oleh penyakit Mereka membuat pemandangan yang tidak begitu jelas. Aku ha- tak enak dengan mengerubungi nya ingat bahwa sejak ayah me- makanan-makanan di meja." ninggal, ibu terlalu keras be- "Ya," aku dan Godam menang- kerja. Ibu menjadi buruh tukang gapinya bersamaan. Sementara angkut apa saja di pasar. Lalu tu- itu istri pemilik depot sedang me- buh ibu jadi semakin kurus dan layani seorang perempuan muda bila batuk keluar darah dari yang membeli sekaleng susu co- kelat, sebungkus kopi bubuk dan sebungkus rokok. Tubuh perem- puan itu basah kuyup. Rupanya ia datang tanpa payung. Air ma- sih menetes dari rambutnya membasahi pipinya yang pucat karena kedinginan. Pundaknya sesekali terguncang agak gemetar. "Susah. Terlalu banyak hujan, jelek. Tidak hujan-hujan juga je- lek," Godam kembali menggumam. "Betul, Pak," perempuan muda itu ikut menyahut. "Seka- rang ini rumah kami kebanjiran. Got di depan rumah tidak cukup untuk menampung air hujan se- deras ini." Perempuan itu lalu pergi menembus hujan. Aku me- mandanginya lewat kaca jendela depot yang agak buram karena uap hujan yang mengembun. Tali kutangnya terlihat samar- samar karena kaos tipis yang di- kenakannya basah dan menem- pel ketat di tubuhnya. Aku jadi teringat Bunga - is- triku, yang kalau kehujanan ce- pat sekali masuk angin dan seku- jur tubuhnya jadi panas dingin. Tapi istriku itu tak pernah mau minum obat. Jangankan obat yang harus diminum, disuruh mulutnya. Ibu meninggal persis ketika aku naik ke kelas dua. Kemudian aku tinggal di rumah paman adik ayah. Dan sejak itulah aku bersahabat akrab dengan Go- dam yang kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah pamanku. Kami berangkat ke se- kolah selalu bersama-sama. Ber- main bola plastik bersama-sama . Aku ingat betul, waktu itu Go- dam memiliki lima buah bola plastik yang berlainan warna- nya. Dan Godam jauh lebih pin- tar daripada aku di setiap mata pelajaran. Dan mungkin karena ia lebih pintar itulah aku selalu mengalah dalam banyak hal dengannya. Tapi Godam adalah anak yang sangat baik. Ia selalu membela bila aku diejek oleh teman-teman yang lain. Aku selalu bersama-sama de- ngan Godam sampai kami tamat SMA. Kami berpisah karena Go- dam melanjutkan pendidikan nya ke sebuah perguruan tinggi di kota Y. Sedangkan aku dite- rima menjadi wartawan sebuah koran lokal yang terbit di dae- rahku. Aku jadi wartawan di sana sampai sekarang. Kami berpisah lama sekali. Bahkan kami hanya sekali sem- memakai obat gosok saja susah- pat bertemu. Ketika aku telah nya bukan main. Pernah suatu ketika ia demam berat karena kawin dan anakku - Cahaya te- kehujanan sehabis belanja di pa- sar. Šekujur tubuhnya panas di- sertai batuk-batuk. Aku segera ke apotek membelikannya tablet anti masuk angin. Tapi begitu aku kembali ke rumah dan me- nyuruhnya minum obat itu, sekonyong-konyong ia bangkit dari tempat tidur dan mengata- kan dirinya sudah sembuh. Aku tak percaya. Tapi ia ngotot dan membuktikannya dengan melompat-lompat seperti murid taman kanak kanak bermain. lompat tali. Aku terpaksa jadi tertawa. Dan obat yang telah ku- beli itu aku berikan tetangga se- belah rumah yang waktu itu juga masuk angin dan batuk-batuk. Sungguh. Saat-saat begini aku teringat Bunga-istriku. Sayang sekali kebahagiaan kami tak dapat berlangsung lama. Ia Dalam usianya yang ke-17 tahun, Suzuki Carry menjadi bagian tak terpisahkan dari Keluarga Besar Indonesia. Siapapun mereka, apapun profesinya.......... PAGI HARI, saat matahari terbit, Suzuki Carry bersama mereka yang tengah menuju ke tempat tugas. Karyawan ke kantor, anak-anak ke sekolah, ibu- ibu ke pasar... ESTRA SUZUKI SUPER CARRY 1.0 EXTRA Ideal, Lincah, Tangguh, Ekonomis EXTRA EXTRA SIANG HARI, saat matahari ber- tengger di langit, Suzuki Carry sibuk bersama mereka yang tengah memenuhi panggilan tugas dinas siang hari. Bos, manajer, wirausahawan, kaum profesional dan banyak lagi... Bali Post lah berumur lima tahun. Dan waktu itu aku dengar Godam te- lah menjadi seorang pelukis yang cukup terkenal. Kami ber- temu tanpa sengaja di sebuah toko yang menjual alat-alat lu- kis. Pertemuan itu sangat meng- gembirakan kami berdua. Lalu Godam kuajak mampir ke ru- mahku. Aku perkenalkan ia de- ngan istri dan anakku. Dan per- temuan itu pun kami rayakan dengan mengajaknya makan malam bersama di rumahku. Is- triku memasak kacang merah tanpa daging untuk acara itu. Itu adalah resep istimewa istriku. Dan setelah acara makan ma- lam itulah istriku - Bunga tiba- tiba mengeluh mengatakan da- danya sakit. Dan sebelum aku sempat berbuat apa-apa, istriku terhuyung lalu jatuh dari kursi yang didudukinya. Ia meninggal saat itu juga. Lalu waktu itu Godam-lah akhirnya yang lebih banyak berperan mengurus se- galanya daripada aku. Aku sen- diri rasanya lebih banyak tak mengerti dengan apa sebenar nya yang terjadi. Aku merasa ke- hilangan seluruh daya hidupku. "Apa kau belum ada niat ka- win lagi?" tiba-tiba Godam me- motong lamunanku. Aku jadi agak gugup. Tapi segera aku mengatasinya dengan meneguk beberapa kali kopiku. masih Heh, tidak aku menyembu- nyikan wajahku dengan menun- duk tepat di atas gelas kopiku. Dalam kopi yang bergoyang-goyang itu aku meli- hat bayangan wajahku sedikit pucat. Selanjutnya Godam seperti menyesali pertanyaan yang baru "Nah, Godam, aku harus men- jemput Cahaya sekarang, Lain kali aku harap kau mampir lagi ke rumahku. Cahaya tentu akan senang sekali," aku bangkit dari kursiku. Minggu Paing, 10 Oktober 1993 Minggu Paing, 10 Okt Dari Dunia Pewayangan Busur pun dapat Hamil dan Melahirkan SECARA logis tentu judul ki- reta. Sehingga Brahmana Sarad- sah pewayangan ini tidak masuk wan dengan ketekunannya, se- akal. Memang tepat seperti dike- jak kanak-kanak mempelajari mukakan oleh para ahli bahwa dhanurdhara. Dia amat ahli pakem-pakem pewayangan yang menggunakan berbagai bentuk bersumber baik dari Ramayana dan jenis senjata panah itu. maupun dari Sang Hyang Asta- Menyaksikan kenyataan ini, dasaparwa (Mahabharata) ada- Dewa Indra, Raja Para Dewa itu lah Upaweda. Sebagai Upaweda menjadi sangat khawatir. Maka (Weda Pembantu) pakem-pakem Dewa Indra memerintahkan Ji- pewayangan, ia merupakan me- napadi Dewi turun ke dunia, ke dia pengajaran Weda bagi umat pertapaan tempat Brahmana Sa- manusia pada umumnya. Sebab, radwan bertapa. Jinapadi Dewi pada dasarnya ia merupakan inti kemudian segera turun ke dunia, sari ajaran Weda yang sesung- langsung menuju pertapaan guhnya. Sehingga amat sarat de- Brahmana Saradwan. Sampai di ngan pesan-pesan yang penuh pertapaan, Jinapadi Dewi mandi kemanusiaan dan pengetahuan di telaga dekat pertapaan itu. serta tuntunan spiritual dharma Maka terlihatlah bentuk tubuh agama dan dharma negara yang yang indah dan paras molek Ji- lempeng dengan konsep ajaran napadi Dewi oleh Brahmana Sa- Weda itu sendiri. Pesan-pesan radwan, yang kemudian telah penuh kemanusiaan, pakem- berkedudukan sebagai bhaga- pakem pewayangan penuh de- wan. Begitu hebatnya stimuli ngan bayangan hidup dan kehi yang berupa kesempurnaan ke- dupan sehari-hari, pengung- cantikan Jinapadi Dewi terlihat kapan ajaran rwabhinneda, oleh Bhagawan Saradwan, maka antara jalan yang tergolong ad- kamanya sampai meleleh di pu- harma dan dharma. Yang tentu- punya. Kemudian kama yang ke- nya pihak penikmat dan peng- luar karena stimuli itu, (Bali: ka- hayatnya dituntun untuk meng- tugan), ditampung (dibersihan? amalkan ajaran yang lempeng pen), dengan gagang busurnya. dengan dharma, dengan dasar pengetahuan adharma, yang tentunya tidak diikuti dan di- amalkan dalam hidup dan kehi- dupan sehari-hari. Di dalam pakem-pakem pe- diucapkannya itu. la jadi agak wayangan itu diungkapkan pula, gelisah. Aku memilih diam un- nyasa nyasa yang dalam dan tuk beberapa saat sampai ia keli-konseptual, seperti kisah kela- hatan tenang kembali. hiran Krpa (Krepa) Acharya, yang lahir dari busur anak pa- nah. Secara rasional dan pikiran logis, ini tentu tidak masuk akal. Tetapi kalau dia dikembalikan kepada konsep pengetahuan nyasa, dia adalah benar dan ma- suk akal. Bukankah busur itu merupakan lubang anak panah, tempat anak panah menuju sa- saran, yang akan mewujudkan srsti (ciptaan)? "Tunggu. Maukah kau kuan- tar dengan mobilku? Kita men- jemput Canaya bersama-sama. Nanti aku langsung mampir ke rumahmu," Godam meman- dangku dengan mata berharap. Di wajahnya aku masih melihat ada rona penyesalan. Aku jadi tak enak hati. "Tidak. Terima kasih, Godam. Hari ini aku ingin mengajak Ca- haya berjalan-jalan di bawah hujan Kami akan menunggu ke- datanganmu besok atau lusa." "Baiklah. Kalau begitu aku (Bersambung ke Hal. 11, kol. 4) Salah satu karya Son Yuwono Demikian pula Krepa Acharya (yang lahir dari busur), memang lahir dari busur dan kerja anak panahnya, sebagai nyasa pu- rusha - pradhana yang akan me- wujudkan srsti. Kisah lengkapnya adalah ber- awal dari keberadaan seorang brahmana yang bernama Sarad- wan, putra Bhagawan Gautama. Brahmana Saradwan ini lahir bersama busur, lengkap dengan anak panahnya. Setelah dewasa, Saradwan juga ahli membuat ke- Kemudian busur itu ditinggal- kan di ashram. Bhagawan Sa- radwan sendiri pergi bertapa lagi. Ternyata kama sang Bhaga- wan sama saktinya seperti pemi- liknya. Busur itu kemudian mengandung. Setelah tiba wak- tunya lahirlah dua orang bayi, laki dan perempuan dari kan dungan busur itu. Kebetulan pada waktu itu Maharaja San- tanu dari Hastinapura, sedang berburu di kawasan hutan itu. Maka terlihatlah kedua bayi laki dan perempuan itu. Sang Maha raja merasa amat kasihan ke- pada kedua bayi itu. Memang su- dah menjadi swadharma seorang raja yang patut melindungi se- mua kaulanya, maka Maharaja Santanu memerintahkan untuk membawa kedua bayi itu ke is- tana untuk dirawat dan dipėli- hara. Di Istana Hastinapura, Maharaja Santanu kemudian memelihara kedua bayi itu se- perti merawat putra-putrinya sendiri. Kedua bayi itu dapat tumbuh dan berkembang dan se- hat walafiat. Karena lahir dari busur dengan anak panahnya, maka Krpaya, yang laki-laki di- beri nama Krpa (Krepa). Sedang kan yang perempuan diberi nama Krepi Dewi. Maharsi Krepa juga sebagai Dang Acharya putra-putra dan ksatrya Madura dan Dwarawati, dari golongan Yadu, Wresni, Andhaka dan Panchala. Profil pewayangan Krepa Ac- harya (Bhagawan Krepa) sama seperti Bhagawan Naradha, me. makai ketu dan jubah. Memang dalam pakem-pakem tertentu yang ada menampilkan tokoh Bhagawan Krepa (Krepa Acha- rya), menurut pengamatan pe- nulis, tokoh Krepa Acharya itu diganti dengan tokoh Bhagawan Naradha oleh ki dalang, ataupun oleh sang amangku dalang serta mpu dalang. Krepa Acharya, da- pat hidup sampai malam yang kedelapan belas, setelah seluruh pasukan Kaurawa dan Pan- dhawa sekutu- dengan sekutunya musnah dalam per- Kemudian setelah Krepa dan tempuran di medan danalaga Krepi Dewi besar, datanglah Kurukshetra itu, dalam delapan Bhagawan Saradwan ke Istana belas hari (delapan belas siang Hastinapura untuk menyatakan dan delapan belas malam). Bah- kepada Maharaja Santanu kan di malam yang kedelapan bahwa kedua anak yang dipung- belas, setelah Duryodhana kalah gut oleh Maharaja dalam perbu- kombat gada melawan Bhima- ruannya adalah putranya sena, sempat menasehati Aswat hama (putra Drona Acharya) sendiri. Bhagawan Saradwan hendak agar tidak melakukan serangan meminta kedua putranya itu un- malam ke kubu Pandhawa, se- tuk diajarkan Weda dan danur- perti ulah burung hantu yang da- dhara. Maharaja Santanu pun pat disaksikan oleh mereka pada mengizinkan dan menyerahkan malam itu, yang memporakpo- kembali Krepa dan Krepi Dewi randakan burung-burung yang kepada Bhagawan Saradwan, sedang tidur di sebarang kayu untuk diajak kembali ke perta- yang rimbun. Bersama Kreta- paan di daerah hutan belantara. warma, menurut Krepa Acha- Setelah tiba kembali di as- rya, perilaku serangan malam hram, Bhagawan Saradwan se- seperti burung hantu itu bukan gera mengajar Krepa dan Krepi perbuatan seorang brahmana Dewi, Weda. Khusus bagi Krepa, dan ksatrya. Tetapi Aswathama Bhagawan Saradwan, wedopa- tidak menggubris nasihat Krepa wedasarwastrah, diajarkan ilmu Acharya itu, karena sudah meru- memanah. Sarwastrakusala, pakan sumpahnya untuk meng- tahu akan rahasia dan penggu- hancurkan Pandhawa di ha- naan semua senjata. Kemudian dapan Duryodhana yang masih setelah selesai mempelajari rebah terkapar karena paha kiri- Weda dan berbagai ilmu olah nya hancur digada oleh Bhima- senjata, oleh Maharsi Bhisma sena, sore tadinya. bersama Menteri Yamawidhura, Krepa diangkat menjadi guru putra-putra mahkota Kaurawa dan Pandhawa di Hastinapura. Sejak itu Krepa berkedudukan dan berstatus sebagai Acharya, sehingga disebut Krepa Acharya, atau Mahaguru Krepa. Sedang. kan Krepi Dewi, kemudian dipe- ristri oleh Drona Acharya, yang kemudian sama-sama sebagai Dang Acharya putra-putra mah- kota Hastinapura. Termasuk Serangan malam itu dilaku- kan oleh Aswathama sendiri. Ka- rena dapat diketahui oleh Utari Dewi (Istri mendiang Abhima- nyu), akhirnya Aswathama da- pat dibunuh oleh Arjuna. Se- dangkan Kretewarma dan Krepa Acharya selamat, karena me- mang memisahkan diri dan tidak mau turut dalam serangan ma- lam yang culas, licik dan keji itu. Ngurah Oka Supartha Kekuatan di Balik Karya Son Yuwono MENGENAKAN kemeja ba- tik lengan panjang dan tanpa alas kaki, pelukis Son Yuwono tak putus-putusnya tersenyum. Satu per satu tamu yang datang dan pergi di salaminya, ter- utama sahabat dekatnya. Sabtu (24/9) sore yang lalu memang menjadi hari istimewa buat Son Yowono, cita-citanya ingin ber- pameran di luar negeri sudah terkabul. Sejumlah karyanya terpasang di Galeri Seni di Frun- kfurt, Jerman, bersama seniman lukisan modern lainnya. Betapa tidak, cita-citanya yang terpen- SEJAK MATAHARI TERBIT HINGGA MATAHARI TERBIT LAGI INDAH MOTOR JI. Dr. Sutomo 94 Tlp. 2435348 Denpasar P.T. UNITED INDOBALI dam sejak 1970, kini terwujud. Seperti yang digelar awal Agus- tus lalu puluhan karya lukis ber- aliran abstrak ekspresionistis, dipamerkan di Galerry Bebek Jumat (27/8) hingga Sabtu (3/10) dengan upacara yang sangat se- derhana. Lukisan abstrak ekspresionis- tis karya Son Yowono sejak bulan Juni 1993 ini dipromosikan se- cara gencar oleh Salvender Kun- shadel, sebuah galeri seni pim- pinan Klauss Salvander di Fran- kfurt, Jerman Barat. Dia melukis abstrak dari pelbagai SORE HARI, saat matahari condong ke barat, Suzuki Carry bersama mereka yang tengah bersantai, beranjangsana, berolahraga, atau menjemput mereka yang pulang tugas EXTRA KEMBALI PAGI HARI, saat matahari kembali terbit, Suzuki Carry kembali memenuhi panggilan tugas rutinnya. Karyawan ke kantor, anak-anak ke sekolah, ibu-ibu ke pasar... Demikianlah... berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, Suzuki terus menerus bersama denyut kehidupan Keluarga Besar Indonesia. Kemarin, hari ini, maupun akan datang... ukuran name card, ada ukuran 30 x 60 cm, dan 60 x 100 cm, serta sampai ukuran jumbo 150 x 300 cm ataupun 160 x 400 cm. Kini dipamerkan secara tetap di ga- leri seni tersebut berjejer dengan karya-karya pelukis, modern lainnya yang berasal dari Eropa Barat dan Eropa Timur. Teknik Seperti kebanyakan pelukis modern lainnya, teknik melukis yang digunakannya seperti kan- vas, tekstil, kayu, keramik, kulit, plastik, kaca, kertas, karton, dan apa saja yang memungkinkan untuk membantu daya kreasi- nya. "Saya belajar melukis se- cara otodidak," katanya kepada Bali Post di sela-sela pemeran, Sabtu lalu. Pencurahan pikiran, rasa, ide, serta pengalaman seni- nya adalah modal utama untuk mengalirkan rasa seninya, tak terbatas pada alam yang tam- pak, namun di balik isi alam itu. Misalnya, dia sering mendapat inspirasi dari pecahan batu, lem- (Bersambung ke Hal. 11, kol.4) MALAM HARI, saat matahari terbenam, Suzuki Carry tetap ter- jaga menyatu dengan mereka yang tengah bertugas malam. Bahkan, dini hari masih terasa denyutnya ketika Suzuki Carry bersama mereka yang pulang pagi.... tengkulak sayur, agen koran, buruh-buruh pabrik, dan banyak lagi... UD. SUZUKI PERMAI JI. Veteran 68 Telp. 223618, 225267, 227298 Denpasar UD. CAY CONG JI. Sriwijaya 11 Tlp. 21394 Kupang BISMA PUJA SAKTI MOTOR JI. HOS Cokroaminoto 98 Tip. 420143-420144 Denpasar CAKRA MOTOR JI. AA. Gede Ngurah 1-5 Tlp. 31290 Cakranegara, Lombok TIFLOS ABADI MOTOR JI. Sumba 5 Tlp. 22609 Kupang SUZUKI CARRY 1.3 FUTURA Bagi Anda yang mementingkan Keluarga dan penampilan prima SUZUKI Personal Best C.2003 Kado Ultah Menjad "Otono I. SETIDAKNYA, jika b timbang pada jumlah-jumlah serta yang turut serta dari tal ke tahun dalam kegiatan Lon Baca Puisi Sanggar Minum K Bali, ada rasa optimis bahwa hun ini (diperkirakan) di pe ngahan bulan November jum seribu peserta bakal meran kan lomba Baca Puisi SMK-E Rencana melebarkan jangka ke bumi Gora (Lombok) dan carnya stop press ala BPM, mi buat rasa optimis makin mer kati. Sebab sebelum ini den belum mengoptimalkan as promosi, Sanggar Minum H telah menjadi takaran da perpuisian, khususnya da lomba baca puisi, gengsi S Bali memang mentaksu di langan pelajar, mahasiswa m pun masyarakat umum di untuk menjala predikat lolo Sanggar Minum Kopi da ajang lomba baca puisi. Sanggar Minum Kopi memang memiliki penduk yang umumnya kaum muda kalangan mahasiswa, yang l unik lagi mahasiswa non-sas Namun kedoyanan mereka a puisi membuat kaum muda y terkumpul di Sanggar Mi Kopi ini memang tak sem mata menggelar kecintaan p puisi tetapi juga mengkon kan sebuah tradisi yang dibe semangat kebersamaan dan keluargaan juga kesenangan num kopi Bali. Di samping itu, gengsi S Bali ini memang diback tokoh-tokoh kuat, bahkan teran dalam urusan sastra d wasan Bali juga Indonesia. catat nama Frans Najira, Un Tusthi Eddy juga ada bar Wianta, Wirata, Alit. S. Rini margantang, Nonoqda Kan Hardiman, Putra, Raka, S tha, Arthawa, Hartanto dan tisipan lain dari kalangan te seperti Abu Bakar, Sahad Kadek, Putu, dll. Jauh de langsung tak langsung tali b atau tali rafia yang enggal ngaja dicantolkan oleh rasa mat dan mencintai dunia sa ini telah membikin itu San Minum Kopi selalu mema malasnya kaki untuk tanpa undang pasti datang untuk saran, urun rembug atau s dar menukar senyum. heran. Satu-satunya Sang Minum Kopi yang gilanya c sarkan pada rasa nikmatnya num kopi itu telah dan tak m kin untuk henti. Karena itu siapan tahun ini, seperti mulai merambah bumi ( (Lombok) dan sungguh, tant O Cakil dari Menak 1 Pada Du Oleh G EKSISTENSI manusia d perjalanan hidup keseharian perjalanan spiritualnya, me kan sisi dari sebuah garis yang mustahil terjerat tali kel Dengan kebebasannya ia menghimpun nilai-nilai, sela nya mendasari tatanan mas kat dengan menawarkan alte baru. Manusia budaya melahirka budayaan dari berbagai dungan pengabdian dan m Relevansinya, kesusastraa bagai hasil kreasi manusia bu merupakan penjabaran yang sederhana. Melewati period panjang, roh sastra terus beru mengkikis predikat minoritas terlanjur melekat. Proses ayaan pada tematik kehid (termasuk magisitas religius densi, karakteristik serta tip yang unik memberikan gam Cakil dari Pra Selamat Pa SELAMAT pagi penyair b menghitung jumlah penyair nyair tak pernah punya lisens rinya penyair. Tapi toh ketika kan akar-akarnya, ketika rob uang berhamburan di mana- ada lagu puisi. Kejenuhan pada rutinitas syaraf otak. Tatkala kehidupa kerutinan, kita ingin menemu batin? Ya, batin yang kosong tapa hampanya. Dan, masya mencari-cari tempat rekreasi Kemana pun keindahan itu a rus membayar ratusan dolar. tapa mahal nilai seni. Lalu seberapa bahagia se datang ke Moyo, Sumbawa. K genggam. Hanya karena so yang ada dalam dirinya send sampai bermil-mil jauhnya. juran yang suci. Kejujuran tida tidak bisa ditutup-tutupi deng Karenanyalah, barangkali, k para penyair yang gelisah be Kejujuran berada pada rua berada pada ruang-ruang manipulasi ingin kaya. Ketika nyair akan merasakan baga renggut kematian. Ketika ke istana kerajaan, seorang pen setumpuk bangkai manusia 2cm Color Rendition Chart